BAB I
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah investasi
jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui
oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian
halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam
perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan
bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.Meski diakui bahwa pendidikan adalah
investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan
sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar
, tetapi sampai saat ini
Indonesia masih berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal
ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari
akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan
tidak tahu darimana mesti harus diawali.
Di sekolah terdapat proses
belajar mengajar yang merupakan interaksi antara guru dan siswa. Berhasil
tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada proses belajar
yang dialami siswa itu sendiri sebagai anak didik. Agar siswa berhasil, siswa
harus mampu memahami materi pelajaran yang nantinya diharapkan siswa dapat
menyelesaikan ujian dengan baik sebagai hasil evaluasi belajar.
Dalam aktivitas belajar salah
satu hal yang dilakukan guru selain menjelaskan materi adalah memberikan tugas.
Tugas tersebut meliputi mengerjakan pekerjaan rumah (PR), menjawab soal latihan
buatan sendiri, soal dalam buku pegangan, ulangan harian, ulangan umum, dan
juga ujian
PR merupakan tugas yang diberikan
pada pelajar oleh guru sekolah untuk dikerjakan di luar sekolah. Alasan
pemberian PR adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi-materi
yang telah diajarkan oleh guruPR adalah alat untuk mempercepat langkah
perolehan pengetahuan. PR dipercaya menjadi arti penting bagi kedisiplinan
ingatan murid. Ingatan tidak hanya digunakan sebagai perolehan pengetahuan saja
tetapi juga sebagai latihan mental individu. Oleh karena itu PR dianggap
sebagai strategi penting dalam pengajaran.
Pada umumnya pekerjaan rumah
dipandang sebagai unsur yang penting dalam pengajaran. Hasil belajar murid
banyak ditentukan sampai manakah ia melakukan pekerjaan rumahnya dengan baik
dan jujur. Fungsi pekerjaan rumah yang terpenting ialah mendorong anak belajar
sendiri.Agar pekerjaan rumah menjadi efektif,menyarankan agar pekerjaan rumah
yang diberikan harus diintegrasikan dengan apa yang telah dipelajari anak
sebelumnya. Pekerjaan rumah harus didasarkan atas apa yang telah dikuasai anak.
Di samping itu pekerjaan rumah harus didasarkan pada pengetahuan dan
ketrampilan yang telah dikuasai oleh semua murid.
Pada pekerjaan rumah yang berupa
proyek biasanya siswa ditugaskan untuk mengumpulkan sejumlah bahan berhubungan
dengan suatu masalah untuk menyusun laporan, membuat percobaan, atau
demonstrasi. Efektif tidaknya pekerjaan rumah ini bergantung antara lain pada sifat
pekerjaan itu. Jika pekerjaan itu terlalu sulit, maka tidak akan efektif. Jadi
masalah yang dihadapkan kepada anak harus sesuai dengan latar belakang
pengetahuan dan kemampuan anak agar efektif.
Melihat kondisi rendahnya
prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah
satunya adalah pemberian tugas kepada siswa. Dengan pemberian pekerjaan rumah
kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga
terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah
dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.Hal
tersebut menjadikan tujuan guru memberikan tugas tersebut tidak tercapai karena
kebanyakan mereka yang mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah itu mencontek
dari teman yang sudah mengerjakan.
Pada siswa SMA banyak yang menganggap PR itu
penting, namun kenyataannya mereka tidak menjadikan PR itu sebagaimana
mestinya. Berdasarkan uraian tersebut, tampak bahwa PR yang diberikan tidak
dapat mencapai tujuannya. Padahal jika dilihat dari tujuan pemberian PR itu
sendiri adalah supaya siswa berlatih, mengolah kembali materi pelajaran,
menyusun jalan pikiran secara berantai, belajar membagi waktunya dengan baik,
belajar teknik-teknik studi yang efisien dan efektif.
Beranjak dari fenomena diatas
peneliti tertarik untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi
rendahnya motivasi siswa SMA dalam mengerjakan pekerjaan rumah. Adanya
informasi mengenai faktor-faktor tersebut diharapkan dapat menjadi masukan bagi
para guru mengenai upaya-upaya yang dapat dilakukan untuk membuat PR menjadi
lebih efektif, dan membangkitkan motivasi siswa dalam mengerjakan PR.
B.Rumusan Masalah
1.Apakah melalui teknik pemberian
tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar bagi siswa
2.Apakah peran serta orang tua
dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mengerjakan pekerjaan rumah
C.Tujuan
1.Untuk mengetahui apakah melalui
pemberian pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar bagi siswa
2.Untuk mengetahui apakah peran
serta oramg tua dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam mengerjakan
pekerjaan rumah
D.Manfaat
1.Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu
pendidikan di kelasnya.
2.Sebagai bahan masukan bagi
siswa untuk memanfaatkan pekerjaan rumah dalam rangka meningkatkan prestasi
belajarnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.Metode Pemberian Tugas Oleh
Guru
Metode pemberian tugas merupakan suatu
metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa
disebut dengan metode pemberian tugas. Biasanya guru memberikan tugas itu
sebagai pekerjaan rumah. Akan tetapi sebenarnya ada perbedaan antara pekerjaan
rumah dan pemberian tugas seperti halnya yang dikemukakan : Roestiyah dalam
bukunya “Didaktik Metodik” yang mengatakan : “ Untuk pekerjaan rumah, guru
menyuruh membaca dari buku dirumah, dua hari lagi memberikan pertanyaan
dikelas. Tetapi dalam pemberian tugas guru menyuruh membaca. Juga juga menambah
tugas (1),cari buku lain untuk membedakan(2), pelajari keadaan orangnya”(roestiyah,
1996 : 75 ). Dalam buku lainnya yang berjudul Startegi Belajar Mengajar hal.132, Roestiyah mengatakan teknik
pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang
lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas,
sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.
Metode pemberian tugas merupakan
cara penyajian bahan pelajaran yang harus dilaporkan atau dipertanggung
jawabkan. Dengan metode pemberian, dalam memberikan bantuan kepada siswa yang
mengalami kesulitan belajar dengan jalan siswa diberi tugas. Efektifitas dan
efisiensi kegiatan belajar mengajar harus selalu ditingkatkan. Guru mempunyai
peran yang besar dalam merencanakan, melaksanakan serta mengevaluasi kegiatan
belajar mengajar. Dengan banyaknya kegiatan pendidikan di sekolah dalam usaha
meningkatkan mutu dan frekuensi isi pelajaran, maka sangat menyita waktu siswa
untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar tersebut. Dalam hal ini guru harus
mengatur waktu yang tersedia dengan jumlah materi yang ada, sehingga akhirnya
pengajaran menjadi tuntas. Untuk mengatasi keadaan tersebut guru perlu
memanfaatkan waktu tersebut dengan memberi tugas tugas di luar jam pelajaran
baik sebelum jam pelajaran maupun sesudah jam pelajaran. Setelah diberi
informasi mengenai pengetahuan dan keterampilan yang harus mereka miliki, siswa
hendaknya diberi kesempatan untuk berlatih mempraktikkan pengetahuan dan
keterampilan setelah siswa belajar. Selain diberi kesempatan untuk berlatih,
siswa hendaknya diberi tahu tentang hasil mereka berlatih. Mereka perlu diberi
umpan balik, dan mereka perlu diberi tahu apakah jawaban mereka benar atau
salah. Siswa-siswa yang mengetahui jawabannya salah diharapkan tidak akan
mengulangi lagi kesalahan yang serupa. Teknik pemberian tugas menurut Roestiyah
N. K (2001: 133) adalah:
“Teknik pemberian tugas digunakan
dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap karena siswa
melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa
dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Di samping itu untuk
memperoleh pengetahuan secara seksama tugas akan memperluas dan memperkaya
pengetahuan serta ketrampilan siswa disekolah,melalui kegiatan di luar sekolah
itu”.
Menurut Nana Sudjana (2000:
81):Tugas dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih
luas dari itu. Tugas bisa laksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan
di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar baik
secara individual maupun secara kelompok. Oleh karena itu tugas dapat
dilaksanakan secara individual atau kelompok.
Berdasarkan pendapat dari
Roestiyah N. K dan Nana Sudjana dapat dikatakan bahwa dengan pemberian tugas
akan merangsang untuk aktif dalam belajar, sehingga tujuan belajarnya dapat
tercapai dan hasil belajar yang dicapai lebih mantap.
Dengan pengertian lain tugas ini
jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan
dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa
dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya
dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau
kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan
dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang
diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam
pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa,
dinilai, dan dibahas tentang hasilnya.
Dalam memberikan tugas, guru harus
memperhatikan hal-hal berikut:
Memberikan penjelasan mengenai
Tujuan penugasan
Bentuk pelaksanaan tugas
Manfaat tugas
Bentuk Pekerjaan
Tempat dan waktu penyelesaian
tugas
Memberikan bimbingan dan dorongan
Memberikan penilaian.
Bertujuan agar hasil belajar
lebih mantap karena siswa melaksanakan latihan, sehingga pengalaman siswa
mempelajari sesuatu lebih terintegrasi.
Dengan kata lain, tugas ini jauh
lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan guru
kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggungjawabkan. Siswa dapat
menyelesaikan di sekolah, di rumah atau di tempat lain yang dapat menunjang
penyelesaian, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya melatih atau
menunjang materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih
tanggung jawab.Tugas dari guru merupakan bagian dari pelajaran sekolah yang
harus dikerjakan oleh siswa di rumah. Menurut WJS Purwadarminta (l987:104)
tugas merupakan sesuatu yang harus dikerjakan atas sesuatu yang ditentukan
untuk dilaksanakan. Demikian, tugas merupakan kegiatan siswa di luar jam tatap
muka yang diberikan oleh guru kepada siswa agar siswa dapat lebih mendalami dan
memahami materi yang diberikan. Tujuan pemberian tugas adalah untuk melatih,
mempermahir, dan memperdalam pengetahuan siswa terhadap pelajaran-pelajaran
yang diterimanya di sekolah.
Dalam percakapan sehari-hari
tugas ini dikenal dengan sebutan pekerjaan rumah atau disingkat PR. Pekerjaan
Rumah terdiri dari tiga fase kegiatan, yaitu (1) pendidik memberikan tugas, (2)
Anak didik melaksanakan tugas, (3) Anak didik mempertanggung jawabkan apa yang
dipelajarinya kepada pendidik.
Kelebihan dan Kelemahan Metode
Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya
memiliki beberapa kelebihan disamping juga mempunyai beberapa kelemahan. Adapun
kelebihan metode pemberian tugas
diantaranya adalah Metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern
disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang
siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari,
sehingga :
- Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
- Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.
- Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan
- Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
- Dapat mengembangkan kreativitas siswa
- Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.
Adapun kelemahan metode pemberian
tugas:
- Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.
- Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
- Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,
- Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
- Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
- Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.
Cara Melaksanakan Metode
Pemberian Tugas Rumah
PR ini diberikan kepada para
siswa pada akhir pelajaran, pokok bahasan atau sub pokok bahasan, bahkan
pertemuan. Tugas yang diberikan hendaknya dipersiapkan dengan baik oleh guru
sehingga dapat melahirkan penguasaan atas pengetahuan dan keterampilan
tertentu. Guru membuat soal, baik sewaktu mengajar atau pun sebelumnya, Jumlah
soal/skop materi yang diberikan mesti mencakup seluruh bahan yang diajarkan
pada bahasan waktu itu, bahkan di upayakan ada bahan yang bersifat mengulang
pelajaran yang telah lalu. Guru hendaknya memberikan penjelasan yang cukup
tentang materi tersebut sehingga tidak timbul kesalahfahaman dalam
pelaksanaannya.
Guru hendaknya membimbing
pekerjaan tersebut, terutama bila para siswa mengalami kesulitan serta
memberikan petunjuk penyelesaiannya. Pemeriksaan terhadap PR tadi bisa
dilakukan beberapa menit sebelum pelajaran dimulai pada jam bahasan berikutnya
atau guru menyediakan waktu ekstra untuk itu. Ketika para siswa tidak
mengerjakan tugas, atau tugasnya belum selesai, bisa diberikan hukuman yang
bersifat edukatif demi mendorong motivasi merekadan bagi siswa yang benar dan
duluan mengumbulnya dapay diberi hadiah. Hadiahnya yang diberikan tidak harus
bentuk benda, tetapi bias diberi ucapan selamat pada siswa yang tercepat
mengumpul dan benar sambil memberi tepukan tangan di depan teman-temannya.
Manfaat Pemberian Tugas Rumah
Metode ini akan mendapat manfaat
apabila dilakukan dengan baik seperti contoh berikut. Tugas tersebut merupakan
pengulangan dan pemantapan pengertian murid pada pelajaran yang diberikan.
Dengan dasar learning by doing, diharapkan kesan pada diri anak akan lebih
mendalam dan mudah diingat (adanya penambahan frekuensi belajar). Sikap dan
pengalaman atas suatu masalah dan murid akan dapat dibina lebih kuat (bimbingan
dari guru) dengan adanya penambahan belajar kelompok (bersama teman), adanya
kesempatan untuk bertanya setelah menghadapi soal/perintah yang tak
terpecahkan, dan pemberian tugas (PR). Dengan demikian keterbatasan waktu di
kelas untuk memecahkan suatu masalah atau pemahaman suatu materi akan
terpecahkan (adanya penambahan waktu belajar siswa). Siswa didorong untuk
mencari sendiri bahan/sumber pengetahuan yang berkaitan dengan apa yang mereka
pelajari.
Kelemahan yang dapat diamati dari
pemberian tugas rumah dapat di gambarkan sebagai berikut.
- Seringkali siswa tidak mengerjakan rumah dengan kemampuan sendiri, melainkan meniru/menyontek atau pun ikut-ikutan dengan alasan kerjasama;
- Guru kurang konsekuen memeriksa dan menghargai pekerjaan murid
- Bila pekerjaan tenlalu sulit, hal ini akan menimbulkan kekurangtenangan mental siswa, takut, khawatir dan sebagainya
- Sukar untuk memberikan tugas secara individual sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuan siswa sendiri.
- Para siswa mengerjakan PR tidak mengikuti cara yang telah diajarkan oleh guru/buku; dan
- Para siswa lambat memahami keterangan dari guru.
- Upaya Mengefektifkan Pemberian Tugas Rumah
- Upaya yang dapat dilakukan untuk mengefektifkan pemberian tugas rumah dapat diuraikan sebagai berikut:
- Tugas yang diberikan mempunyai pertalian erat dengan bahan yang telah dijelaskan di kelas
- Usahakan tugas yang diberikan disadari benar manfaatnya oleh siswa guna menimbulkan minat yang lebih besar
- Waktu yang diberikan untuk melaksanakan tugas tidak terlalu lama atau pendek agar tidak menimbulkan kejemuan ataupun kecemasan
* Upayakan agar siswa tahu
tentang alat dan cara menilai hasil pekerjaan tersebut sehingga akan mengurangi
banyaknya kesalahan dan rendahnya nilai; dan
* Guru tidak sungkan memberikan
hadiah kepada mereka yang berhasil serta hukuman kepada mereka yang tidak
mengerjakannya dengan konsekuen
B.Jenis-Jenis Tugas Yang
Diberikan Guru
Tugas sangat banyak macamnya,
bergantung pada tujuan yang akan dicapai, seperti tugas meneliti, tugas
menyusun laporan, tugas motorik, dan lain-lain. Selain itu, menurut jumlah
siswa, pemberian tugas dibedakan menjadi dua, yaitu pemberian tugas individu
dan kelompok.
a) Pemberian tugas individu
Menurut Roestiyah N. K. (1986: 75):
“Tugas individu adalah tugas yang diberikan kepada siswa untuk
dipertanggungjawabkan secara individu”. Tugas individu memiliki kelebihan
antara lain:
(1) melatih siswa untuk belajar
sendiri
(2) melatih siswa untuk disiplin
dan tidak cepat putus asa
(3) melatih siswa untuk percaya
diri pada kemampuannya
Meskipun demikian, pemberian
tugas individu juga memiliki kekurangan, antara lain:
(1) kadang-kadang siswa hanya
menyalin pekerjaan temannya
(2) bagi siswa yang kurang mampu,
dapat menghambat belajarnya dan bila sering tidak dapat mengerjakan dapat
menyebabkan siswa malu dan rendah diri.
b) Pemberian tugas kelompok
Tugas kelompok merupakan salah satu
teknik dalam strategi belajar mengajar. Tugas kelompok adalah salah satu cara
mengajar siswa di dalam atau di luar kelas yang dipandang sebagai kelompok atau
dibagi menjadi beberapa kelompok. Keberhasilan kerja kelompok ini menuntut
kegiatan yang kooperatif dari berbagai individu tersebut”. Dari pengertian di
atas dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan dari tugas kelompok adalah siswa
mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama
Menurut Roestiyah N. K (1997:
17):Keuntungan pemberian tugas secara kelompok:
a) dapat memberi kesempatan
kepada siswa untuk menggunakan keterampilan bertanya dan membahas permasalahan
b) dapat memberi kesempatan
kepada para siswa siswa untuk intensif mengadakan penyelidikan mengenai suatu
kasus atau masalah
c) dapat mengembangkan
kepemimpinan dan ketrampilan dalam diskusi
d) dapat memungkinkan guru untuk
lebih aktif memperhatikan siswa sebagai individu dan kebutuhannya dalam belajar
e) para siswa lebih aktif tergabung
dalam pelajaran mereka dan mereka lebih aktif berpartisipasi dalam diskusi
f) memberikan kesempatan kepada
siswa untuk mengembangkan rasa menghargai dan menghormati pribadi temannya,
menghargai pendapat orang lain. Yang mana mereka telah saling membentuk
kelompok dalam mencapai tujuan bersama
Kelemahan pemberian tugas secara kelompok:
a) strategi ini ditunjang dengan
penelitian yang khusus
b) kerja kelompok sering-sering
hanya melihat siswa yang mampu, sebab mereka cakap memimpin dan mengarahkan mereka
yang kurang
c) strategi ini kadang-kadang
menuntut pengaturan tempat duduk yang berbeda-beda dan gaya mengajar yang
berbeda-beda pula
d) keberhasilan strategi ini
tergantung pada kemampuan siswa untuk bekerja sendiri.
Adapun jenis-jenis tugas yang dapat diberikan kepada siswa yang dapat
membantu berlangsungnya proses belajar mengajar :
- Tugas membuat rangkuman
- Tugas membuat makalah
- Menyelesaikan soal
- Tugas mengadakan observasi
- Tugas mempraktekkan sesuatu
- Tugas mendemonstrasikan observasi
C.Faktor-Faktor Penyebab Siswa
Mengerjakan Pekerjaan Rumah Di Sekolah
Berdasarkan data yang diperoleh
dari keenam informan siswa SMA, ada banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya
motivasi siswa SMA terhadap PR. Faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya
motivasi siswa SMA dalam pengerjaan PR dapat dikelompokkan ke dalam faktor
ekternal dan internal.
A. Faktor Eksternal
1.1. Tindak lanjut guru dalam pemberian PR
Faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi
siswa dalam mengerjakan PR adalah tindak lanjut dari pemberian PR. Seluruh
siswa dalam penelitian ini merasakan bahwa guru yang kurang memperhatikan
tindak lanjut dari pemberian PR menjadikan mereka kurang termotivasi
mengerjakan PR. Sekalipun para guru menyatakan bahwa mereka membahas,
mencocokkan dan memberikan nilai pada PR siswa, namun sebagian siswa menyatakan
bahwa guru biasanya hanya membahas soal-soal PR yang dianggapnya sulit atau
hanya menandatangi PR yang sudah mereka kerjakan tanpa membahasnya. Menurut
mereka soal yang sulit bagi seseorang belum tentu sulit bagi yang lain,
karenanya mereka ingin sekali soal-soal PR dapat dibahas semuanya, sehingga
mereka dapat mengetahui benar-tidaknya yang telah mereka kerjakan.Guru sebagai
informan di sini memang menyatakan bahwa ia melakukan tindak lanjut terhadap PR
yang diberikan. Namum tampaknya tindak lanjut belum diberikan secara maksimal
sehingga hal tersebut mengurangi motivasi siswa dalam mengerjakan PR.
Apa yang disampaikan oleh para
siswa selaku informan sejalan dengan yang dikemukakan oleh Rusyan et al.
(1989), bahwa peserta didik yang belajar perlu mengetahui apakah ia berhasil
atau gagal dalam belajarnya. Keberhasilan itu akan menimbulkan kepuasan dan
akan mendorong belajar yang lebih baik, sedangkan kegagalan akan menimbulkan
frustasi atau dapat pula menjadi cambuk. Ketika siswa tidak tahu hasil dari
mengerjakan PR maka ia tidak akan termotivasi untuk mengerjakan PR. Demikian
juga menurut Nasution (2005), bahwa tidak ada metode mengajar yang menjamin
keberhasilan. Keberhasilan baru diketahui bila ada penilaian yang dapat
menunjukkan kesalahan dan kekurangan sebagai umpan balik (feedback) untuk
diperbaiki. Mengabaikan feedback adalah meniadakan salah satu aspek yang
penting dalam proses belajar.
1.2. Pemberian nilai
Faktor pemberian nilai juga ikut
mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Menurut para siswa, tidak
adanya pemberian nilai untuk apa yang sudah mereka kerjakan akan menurunkan
motivasi mereka dalam mengerjakan PR. Hal tersebut sejalan dengan pendapat
Woolfolk (1993), bahwa siswa perlu mendapatkan penghargaan dan reward (hadiah)
atas apa yang telah mereka kerjakan. Reward yang diberikan bisa berupa nilai,
hadiah atau sekedar pujian, dengan demikian siswa akan termotivasi untuk
mengerjakan PR.
1.3. Jenis PR
Jenis PR yang diberikan oleh guru juga
mempengaruhi motivasi siswa untuk mengerjakannya. Guru mengatakan bahwa jenis
PR yang diberikan berbeda-beda untuk tiap mata pelajaran. Semua tergantung dari
materi pelajarannya. Tiap guru memiliki cara yang berbeda pula untuk membuat
siswa tertarik dengan PR yang diberikan.
Para siswa menyatakan bahwa selama ini
sekolah banyak menggunakan BTS sebagai panduan siswa mengerjakan tugas. Dalam
BTS terdapat soal-soal latihan dari materi pelajaran yang diajarkan. Pada
kenyataannya siswa lebih tertarik mengerjakan PR dari hasil observasi,
praktikum atau mencari artikel-artikel dari koran dan tidak hanya dari BTS
(Buku Tugas Siswa).Sejalan dengan hal tersebut Woolfolk (1993) mengatakan bahwa
tugas harus dapat membangkitkan ketertarikan dan rasa ingin tahu bagi siswa.
Ketika tugas tersebut tidak menarik bagi siswa maka ia tidak akan termotivasi
untuk mengerjakan PR-nya.
1.4. Beban dan waktu pemberian PR
Banyaknya PR yang diberikan dan waktu
pemberian PR juga mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Salah satu
yang dirasa siswa menjadi penyebab mereka tidak mengerjakan PR adalah banyak PR
yang harus mereka kerjakan dalam waktu yang bersamaan. Siswa merasa bahwa pada
saat-saat tertentu mereka mendapat PR dari berbagai mata pelajaran secara
bersamaan. Hal ini menyulitkan mereka dalam mengerjakan PR dengan baik. Kondisi
ini menunjukkan pentingnya koordinasi antara para guru pengajar, sehingga pemberian
tugas dapat dijadwalkan dengan lebih baik. Di samping itu, hal ini juga
menunjukkan perlunya usaha integratif dari para guru, sehingga satu tugas dapat
mencapai sasaran pengajaran dari berbagai mata pelajaran.
Waktu pemberian PR menurut guru juga ikut
mempengaruhi motivasi siswa dalam mengerjakan PR. Seluruh guru dalam penelitian
ini mengatakan bahwa mereka memberikan PR ketika materi pelajaran selesai
diberikan. Namun, banyak siswa dalam penelitian ini mengeluhkan bahwa sekarang
ini banyak tugas yang diberikan oleh guru sebelum materi pelajaran diberikan,
sehingga hal tersebut menjadi hambatan bagi siswa untuk mengerjakannya. Siswa
merasa kesulitan karena tidak tahu materi yang diajarkan.
Meskipun siswa menyadari bahwa kurikulum
yang digunakan dalam sekolah adalah KBK dimana siswa dituntut untuk lebih
aktif, namun kebanyakan siswa merasa malas mengerjakan PR karena tidak mengerti
materi apa yang digunakan untuk mengerjakan PR. Siswa ingin guru menerangkan
terlebih dahulu materi pelajaran dengan baik sehingga ketika guru memberikan PR
siswa tahu bagaimana harus mengerjakan.Nasution (2005) menyatakan bahwa tugas
guru yang utama sekarang ini bukan lagi menyampaikan pengetahuan, melainkan
memupuk pengertian, membimbing mereka untuk belajar sendiri.
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat
Penelitian yang berjudul”Studi tentang
penyebab siswa mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah”di lakukan oleh peneliti
pada tanggal - -2011 di SMA Negeri 1 Tellusiattinge
Kab.Bone.
B.Jenis Penelitian
Dalam hal ini peneliti akan melakukan
penelitiannya dalam bentuk metode study kasus,karena dalam hal ini peneliti
mengandalkan domain survei untuk mendapatkan hasil penelitian.
C.Variabel Penelitian
Pada pembahasan ini yang berperan
sebagai variabel bebas adalah siswa dan variabel terikatnya yaitu pekerjaan
rumah.
D.Definisi Variabel
Siswa adalah seseorang yang sedang
mencari ilmu dengan belajar bersama guru di sekolah.Sedangkan,pekerjaan rumah
adalah tugas yang di berikan oleh guru kepada siswa untuk di kerjakan di rumah.
E.Desain Penelitian
Penelitian tentang studi
penyebab siswa mengerjakan pekerjaan
rumah di sekolah yang dilaksanakan di SMA Negeri 1 Tellusiattinge dalam bentuk
metode wawancara dilakukan untuk mengetahui penyebab siswa mengerjakan
pekerjaan rumah di sekolah.
F.Prosedur Penelitian
-Persiapan
Sebelum penelitian dalam bentuk
wawancara dilakukan peneliti dalam hal ini terlebih dahulu menyiapkan
pokok-pokok pembahasan yang akan di bahas dalam wawancara tersebut.Adapun
pokok-pokok pembahasan dalam wawancara tersebut yaitu:
a.Apakah penyebab siswa mengerjakan pekerjaan rumah di sekolah
b.Apakah pemberian pekerjaan rumah dapat mempengaruhi prestasi belajar
siswa
-Pelaksanaan
Setelah peneliti menyiapkan hal-hal yang dianggap penting dalam
wawancara tersebut,selanjutnya peneliti akan mencari narasumber baik dari kalangan guru ataupun siswa yang
bias di wawancarai dan dapat memberikan jawaban yang tepat dan jelas.
Dalam proses wawancara peneliti akan
mencatat pokok-pokok jawaban dari setiap narasumber dan di kumpulkan dalam
bentuk hasil wawancara.Kemudian jawaban yang sudah di kumpulkan akan di
simpulkan menjadi hasil penelitian.
-Skema Penelitian
Metode penyebab siswa mengerjakan
pekerjan rumah di sekolah
Wawancara dengan narasumber
Pengumpulan hasil wawancara
Penyimpulan hasil wawancara
Hasil penelitian