Selasa, 15 Januari 2013

FILSAFAT




BAB I
PENDAHULUAN

A.  LATAR BELAKANG
Filsafat ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah; macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu pengetahuan itu sendiri. (www.wikipedia.com)
a)   Empirisme
Salah satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena tentang alam.
b)   Falsifiabilitas
Salah satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun 1919-20 dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari konsep ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal,
Filsafat sebagai dialog harus terus digunakan, karena apabila filsafat terus digunakan secara sistematis maka filsafat akan semakin terlihat sebagai ilmu pengetahuan itu sendiri. Padahal filsafat ialah dasar dari ilmu pengetahuan. Maka dari itu, apabila filsafat sebagai dialog sudah mulai terjauhi, maka filsafat akan terasa diasingkan dari sosial masyarakat, karena yang terlihat dari filsafat hanyalah seperti ilmu pengetahuan yang rumit, sistematis dan konsepsional, sehingga akan melupakan bahwa filsafat bisa juga berupa dialog kehidupan sehari hari, seperti keadaan dewasa saat ini.

SEJARAH FILSAFAT KLASIK
1. Filsafat Yunani
Para sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat Yunani berarti menyaksikan kelahiran filsafat.[1] Karena itu tidak ada pengantar filsafat yang lebih ideal dari pada study perkembangan pemikiran filsafat di negeri Yunani. Alfred Whitehead mengatakan tentang Plato: "All Western phylosophy is but a series of footnotes to Plato". Pada Plato dan filsafat Yunani umumnya dijumpai problem filsafat yang masih dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani seperti ada, menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah dan dunia merupakan tema-tema bagi filsafat seluruhnya.

2. Filsuf- Filsuf Pertama
Ada tiga filsuf dari kota Miletos yaitu Thales, Anaximandros dan Anaximenes. Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang terus menerus di alam. Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa prinsip itu adalah air, Anaximandros berpendapat to apeiron atau yang tak terbatas sedangkan Anaximenes menunjuk udara.
Thales juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan bahwa semua makhluk hidup berasal dari air dan bentuk hidup yang pertama adalah ikan. Dan manusia pertama tumbuh dalam perut ikan. Sementara Anaximenes dapat dikatakan sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di dalam tubuh manusia.
Filosof berikutnya yang perlu diperkenalkan adalah Pythagoras. Ajaran-ajarannya yang pokok adalah pertama dikatakan bahwa jiwa tidak dapat mati. Sesudah kematian manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan itu mati jiwa itu pindah lagi dan seterusnya. Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari reinkarnasi itu. Kedua dari penemuannya terhadap interval-interval utama dari tangga nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan, Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum matematis. Bahkan katanya segala-galanya adalah bilangan. Ketiga mengenai kosmos, Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagat raya bukanlah bumi melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan pusat dari sebuah rumah.
Dari sekian tokoh filsuf yang penulis dapatkan penulis ingin mengangkat sebuah tema dengan tokoh filsafat dan dalam makalah ini penulis akan membahas tentang tokoh filsafat yaitu SOCRATES,dan dalam penulisan ini penulis mengambil beberapa data tentang SOCRATES dari buku-buku yang penulis dapatkan dan ada juga yang penulis dapatkan dari internet untuk kelengkapan penulisan ini,karena keterbatasan yang penulis dapatkan.

B.  RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah :
1.  Siapakah SOCRATES ?
2.  Apa saja pengaruh SOKRATES dalam bidang filsafat ?

C.  TUJUAN
Setiap makalah pastilah mempunyai tujuan dalam pembuatan nya,tujuan dalam makalah yang penulis buat adalah :
1.  Untuk lebih mengenal siapa SOCRATES.
2.  Untuk mengetahui Apa saja pengaruh SOCRATES dalam bidang filsafat.
3.  Untuk memenuhi tugas ujian akhir ilmu filsafat.



BAB II
PEMBAHASAN

A.  SOCRATES
1.    Riwayat Hidup
Sokrates hidup pada tahun 469-399 SM. Dia lahir sekitar tahun 469 SM. Domecritos hidup pada tahun 460-370 SM. Zeno yang dilahirkan pada thaun 490 SM. Empedokles yang hidup pada tahun 49222-432 SM. Dan Anaxagoras pada tahun 499-428 SM. Sedikit lebih tua dari Sokrates, namun masih sezaman juga sekalipun demikian Demokritos dan para filosof lainya itu disebut filosof pra sokrates. Hal ini menunjukan bahwa istilah pra Sokrates itu bukan menunjukan kepada waktu ketika hidup para filosof melainkan bahwa filsafat mereka tidak dipengaruhi oleh Sokrates.
Sofisnya sebenarnya bukan suatu mazdhab. Melainkan suatu aliran. Suatu gerakan dalam bidang intelek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor dizaman itu.
Masa hidup sokrates sezaman dengan Sofisme. Ia terkenal sebagai orang yang berbudi baik, jujur, dan adil. Cara menyampaikan pemikirannya kepada para pemuda ia menggunakan metoda Tanya jawab. Sebab itu ia memperoleh banyak simpati dari para pemuda di negerinya. Namun ia juga kurang disenangi oleh orang banyak dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda negerinya. Selain itu ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau Tuhan-tuhan yang telah diakui Negara.
Kelanjutan dari tuduhan terhadap dirinya menjadikan ia diadili oleh pengadilan Athena. Dalam proses pengadilan ia mengatakan pembelaanya yang kemudian ditulis oleh Plato dalam naskahnya yang berjudul Apologi. Plato mengisahkan adanya tuduhan itu. Tuduhan mengatakan bahwa Sokrates tidak hanya menentang agama yang diakui oleh Negara, akan tetapi juga mengajarkan agama baru buatanya sendiri. Salah seorang yang mendakwanya yaitu Melithus, mengatakan bahwa dia adalah seorang tak-berTuhan, dan menambahkan : Sokrates berkata bahwa Matahari adalah batu dan bulan adalah tanah.
Sokrates menjawab (menyangkal) tuduhan itu, dan menyakan kepadanya , siapakah orang yang memperbaiki pemuda. Melithus menjawab mula-mula para hakim, kemudian terdesak sedikit mengatakan bahwa semua orang Athena kecuali Sokrates memperbaiki pemuda. Sokrates mengucapkan selamat bahwa Athena memiliki nasib baik untuk memiliki begitu banyak orang yang berusaha memperbaiki pemuda, dan orang-orang baik tentu lebih pantas untuk dipergauli dari pada orang jelek, maka dari itu ia tidak akan dapat menjadi begitu bodoh untuk dapat merusak mereka dengan sengaja, Melithus seharusnya mengajar dia dan tidak menyeret ia ke pengadilan.Dalam proses pengadilan Socrates dinyatakan bersalah dengan suara 200 dan 220 melawan. Ia dituntut hukuman mati.Sokrates dihukum mati dengan meminum racun.3
Dengan hati yang tetap pula ia menolak segala bujukan kawan-kawanya untuk lari dari penjara dan menyingkir ke kota lain, ke Megara. Sokrates yang selalu patuh kepada undang-undang, tidak mau durhaka pada saat ia akan meninggal. Cara matinya juga memberikan contoh, betapa seorang filosof setia kepada ajaranya. Sokrates pulang ke alam baka, tetapi namanya hidup untuk selama-lamanya.
Tujuan Sokrates adalah mengajar orang mencari kebenaran. Sikapnya itu adalah  suatu reaksi terhadap ajaran Sokrates yang merajarela diwaktu itu . guru-guru sofis mengajarkan bahwa “kebenaran yang sebenar-benarnya tidak tercapai”. Sebab itu tiap-tiap pendirian dapat dibenarkan dengan jalan retorika. Dengan daya kata dicoba memperoleh persetujuan orang banyak. Apabila orang banyak sudah setuju, itu dianggap sudah benar. Dengan cara begitu pengetahuan menjadi dangkal.Dengan aliran yang mendangkalkan pengetahuan dan melemahkan rasa tanggung jawab itu berontak semangant Sokrates. Dengan Filosofisnya yang diamalkan dengan cara hidupnya ia mencoba memperbaiki masyarakat yang rusak. Orang diajak memperhitungkan tanggungjawabnya. Ia selalu berkata  yang ia ketahui cuma satu  yaitu bahwa ia tak tahu. Sebab itu ia bertanya. Tanya jawab adalah jalan baginya untuk memperoleh pengetahuan. Itulah permulaan dialektik. Dialektik asal katanya dialog artinya bersoal jawab antara dua orang.Socrates adalah filsuf
       Yunani dan merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat. Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar Aristoteles.
Secara historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone (430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah Socrates dalam dialog Plato dimana Plato selalu menggunakan nama gurunya itu sebagai tokoh utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan Socrates yang sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus
Socrates dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat. Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati dan 220 menolaknya.
Socrates sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu "kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena. Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping peradilan Yesus Kristus.
1.1 FILOSOFI
Peninggalan pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika. Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.


B. PENGARUH SOKRATES DALAM BIDANG FILSAFAT
1. PENGARUH
Sumbangsih Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya, yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
Adapun falsafah Sokrates diantaranya ia menyatakan adanya kebenaran objektif ialah yang tidak bergantung kepada saya dan kita. Dalam membenarkan kebenaran yang obyektif ia menggunakan metod tertentu yang dikenal dengan metoda dialektika yang berasal dari kata yunani yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Dari metoda dialektika ia menemukan dua penemuan metoda yang lain yakni induksi dan definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimplukanya dengan pengertian yang umum. Pengertian umum diambil dari sifat-sifat yang sama (umum) dari masing-masing kasus khusus dan ciri-ciri khusus yang tidak di setujui bersama adalah disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi, dan semua cirri khusus itu dinamakan ciri eksistensi.
Sebagaimana disebutkan bahwa filsafat klasik ini merupakan reaksi dari adanya melemahnya pandangan manusia terhadap ilmu pengetahuan,sains, dan agama karena pengaruh filsafat aliran sofisme yang di dominasi paham relativisme.
Konon Dewa yang berada ditempat peribadatan bagi bangsa Yunani di Delphia menyatakan dengan cara luar biasa bahwa ia adlah orang yang paling arif di negeri Yunani, yang menjadi titik tolak dari filsafatnya :”One thing only I know, and that is I know nothing”. Memang filsafat bermula jika seseorang belajar bagaimana meninjau kembali kepercayaan yang telah sejak kecil dianut, meninjau kembali keyakinan dan meragukan aksioma pengetahuan.
2.Metode Socrates
Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik benar-benar, ia malahan tidak mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi bukan isi, bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup. Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir.
Dalam mencari kebenaran, ia tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu tidak dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan bercakap itu sendiri. Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya disebut maieutik, menguraikan, seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya sebagai dukun beranak.
Socrates mencari pengertian, yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya. Sebab itu ia selalu bertanya: apa itu? Apa yang dikatakan berani, apa yang disebut indah, apa yang bernama adil? Pertanyaan tentang “apa itu” harus lebih dahulu daripada “apa sebab”. Ini biasa bagi manusia dalam hidup sehari-hari. Anak kecil pun mulai bertanya dengan “apa itu”. Oleh karena jawab tentang “apa itu” harus dicari dengan tanya jawab yang mungkin meningkat dan mendalam, maka Socrates diakui pula—sejak keterangan Aristoteles—sebagai pembangun dialektik pengetahuan. Tanya jawab, yang dilakukan secara meningkat dan mendalam, melahirkan pikiran yang kritis. Dalam berjuang mencari kebenaran yang umum lakunya, yaitu mencari pengetahuan yang sebenar-benarnya, terletak seluruh filosofinya.
Oleh karena Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya jawab sana dan sini, yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkutpaut. Induksi menjadi dasar definisi.
Induksi di sini berlainan artinya arti induksi sekarang. Menurut induksi paham yang sekarang penyelidikan dimulai dengan memperhatikan yang satu-satunya dan dari situ—dengan mengumpulkan—dibentuk pengertian umum lakunya. Induksi yang menjadi metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan saksi. Seperti disebut di atas, dari lawannya bersoal jawab, yang masing-masing terkenal sebagai ahli dalam vaknya sendiri-sendiri, dikehendakinya definisi tentang “berani” “indah” dan lain sebagainya. Pengertian yang diperoleh itu diujikan kepada beberapa keadaan atau kejadian yang nyata. Apabila dalam pasangan itu pengertian tidak mencukupi, maka dari ujian itu pengertian dicari perbaikan definisi. Definisi yang tercapai dengan cara begitu diuji pula sekali lagi untuk mencapai perbaikan yang lebih sempurna. Demikianlah seterusnya. Contoh Socrates bekerja itu dapat diketahui dari dialog-dialog Plato yang mula-mula, di mana caranya berfilosofi masih dekat sekali kepada Socrates.
Begitulah cara Socrates mencapai pengertian. Dengan melalui induksi sampai kepada definisi. Definisi yaitu pembentukan pengertian yang umum lakunya. Pengertian menurut paham Socrates sama dengan apa yang disebut Kant: prinsip regulative, dasar menyusun. Dengan jalan begitu, hasil yang dicapai tidak lagi takluk kepada paham subyektif, seperti yang diajarkan oleh kaum sofis, melainkan umum sifatnya, berlaku untuk selama-lamanya. Induksi dan definisi menuju pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Dengan caranya itu Socrates membangunkan dalam jiwa lawannya bersoal jawab keyakinan, bahwa kebenaran tidak diperoleh begitu saja sebagai ayam panggang terlompat ke dalam mulut yang ternganga, melainkan dicari dengan perjuangan seperti memperoleh segala barang yang tertinggi nilainya. Dengan cara mencari kebenaran seperti itu terlaksana pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter. Sebab itu tepat sekali Socrates mengatakan: budi ialah tahu. Maksudnya, budi baik timbul dengan pengetahuan. Manusia yang dirusak oleh ajaran sufisme mau dibentuk kembali.
Salah satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar"Kenalilah dirimu". memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya. Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa manusia pada dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang terkenal:
Socrates percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak, yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat. Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada perkembangan metode ilmu pengetahuan.
3. ETIK SOKRATES
Budi ialah tahu, kata Sokrates. Inilah intisari dari pada Etiknya. Orang yang berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham Etiknya itu berkelanjutan daripada metodenya. Induksi dan definisi menuju pada pengetahuan yang berdasarkan pengertian.
Siapa yang mengetahui hokum mestilah bertindak sesuai dengan pengetahuanya itu takmungkin ada pertentangan antara keyakinan dan perbuatan. Oleh karena budi berdasar atas pengetahuan, maka budi itu dapat dipelajari.
Dari ucapan itu nyatalah, bahwa ajaran etik Sokrates intelektuil sifatnya. Selain dari itu juga rasionil. Apabila budi adalah tahu, maka takada orang yang sengaja , atas maunya sendiri, berbuat jahat. Kedua-duanya budi dan tahu bersangkut-paut.
Apa itu kesenangan hidup?  Ini tak pernah dipersoalkan oleh Sokrates, sehingga murid-muridnya kemudian memberikan pendapat mereka sendiri-sendiri. Menuju kebaikan adalah jalan yang sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup.
Menurut Sokrates, manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan segala barang yang ada itu ada tujuanya, begitu juga hidup manusia. Apa misalnya tujuan meja? Kekuatanya, kebaikanya. Begitu juga dengan manusia, keadaan dan tujuan manusia ialah kebaikan sifatnya dan kebaikan budinya.
Dari pandangan Etik yang rasional itu sokrates sampai kepada sikap hidup, yang penuh dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinanya, menderita kezaliman lebih baik dari berbuat zalim. Sikap itu diperlihatkanya dengan kata dan perbuatan, dalam pembelaanya dimuka hakim. Sokrates adalah orang yang percaya kepada Tuhan. Alam ini teratur  susunanya menurut ujud yang tertentu. Itukatanya tanda perbuatan Tuhan. Sering pula dikemukakanya ,bahwa Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam, yang menjadi bimbinganya dari segala perbuatanya. Itulah yang disebut Daimonion. Dalam segi pandangan Sokrates yang berisi keagamaan, terdapat terdapat pengaruh paham rasionalisme. Semuanya itu menunjukan kebulatan ajaranya, yang menjadikan ia seorang filosof yang terutama seluruh masa.
E. Pemikiran Filsfat Socrates
Ajaran bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang telah mapan mengguncangkan keyakinan agama. Inilah yang menyebabkan kebingungan dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit ia harus meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran yang umum yang dapat dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif tetapi tidak semuanya. Sayangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajaran kita proleh dari tulisan-tulisan muridnya terutama plato, kehidupan Socrates (470-399 SM)berada ditengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir hidupnya sempat menyaksikan keruntuhan Athena oleh kehancuran orang-orang Oligarki dan orang-orang Demokratis.
Pemuda-pemuda Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relatifisme dari kaum sophis sednkan Socrates adakah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa menegakkan moral merupakan tugas filosof, yng berdasarkan idea-idea rasional dan keahlian dalam pengetahuan.
Bertens (1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama. Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari penglaman sehari-hari akan tetapi ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates; Socrates tidak menyetujui relafisme kaum sophis.
Menurut pendapat Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung pada diri kita sendiri untuk membuktikan adanya kebenaran yang obyektif, Socrates menggunakan metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat. Metode yang digunakan Socrates biasanya disebut dialektika dari kata kerja Yunani dialegesthai yang berarti bercakap-cakap atau berdialog yang mempunyai peran penting didalamnya.
Didalam traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan metode tentang Socrates ini. Ada dua penemuan keduanya berkenaan dengan dasar pengetahuan. Yang pertama ialah Socrates menemukan induksi dan yang kedua ia menemukan definisi. Dalm logikanya Aristoteles menggunakan istilah induksi tatkala pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus lalu menyimpulkan yang umum itu dilakukan Socrates ia bertolak dari contoh-contoh konkrit dan dari situ ia menyimpulkan pengertian yang umum. Misalnya keutmaan (arête) dari usaha ini Socrates menemukan defines, penemuaanya yang erat dengan pertemuan pertama tadi, karena definisi ini diproleh dengan jalan mengadakan induksi itu.
Orang sophis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat membuktikan kepada orang sophis bahwa pengetahuan umum itu ada yaitu definisi itu. Jadi orang sophis tidak seluruhnya benar yang benar ialah sebagian pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus itulah pengetahuan yang kebenaran relatif.
Dengan mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi relatifisme kaum sophis. Jadi kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains dan agama dapat dipegang bersama sebagianya dan diperselisihkan sebagiannya dan orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama mereka.
Plato memperkokohkan tesis Socrates itu, ia mengatakan kebenaran umum itu memang ada. Ia bukan dicari dengan induksi seperti pada Socrates melainkan telah ada disana dialam idea. Kubu Socrates semakin kuat. Orang sophis semakin kehabisan pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan Socrates dituduh merusak mental pemuda dan menolak tuhan-tuhan. Socrates diadili oleh hakim Athena. Disana ia mengatakan pembelaan panjang lebar yang ditulis oleh muridnya, Plato dibawah judul Aphologia (pembelaan). Dalam pembelaan itu ia menjelaskan ajaran-ajarannya, seolah-olah ia mengajari semua orang yang hadir dipengadilan it. Socrates dinyatakan bersalah ia dijatuhi hukuman mati.
Didalam dialog yang berjudul Phaidon, Plato menceritakan percakapan Socrates dengan para muridnya pada hari terakhir hidupnya. Sekalipun Socrates telah tiada ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai mempercayai adanya kebenaran umum.
4. SAHABAT DIMATA SOKRATES
Empat ratus tahun sebelum kristus lahir, di Yunani Purba sudah ada orang yang mengupas tuntas arti persahabatn. Siapa lagi kalu bukan filosof jalanan yang mengaku tahu bahwa dirinya tidak tahu. Dialah Socrates, yang oleh murid terpandaianya Plato disebut sebagi manusisa paling bijak dibumi.
Hal yang menakjubkan dari Filsuf adalah pilihan tema diskursus, dalam hal ini tema persahabatan, yang selalu relevan sepanjang zaman. Meski jarak antara masa kini dan era Sokrates sudah 2.500 tahun apa ang diungkapkan Sokrates tampaknya masih menarik orang untuk menyimaknya.
Bagi Sokrates yang mendasari sebuah persahabatan adalah kebaikan. Hal ini hanya dimungkinkan pada mereka yang masuk kategori “ yang tidak baik sekaligus tidak jahat “apa makana” yang baik sekaligus tidak jahat ini?
Karakter macam ini hanya dimiliki oleh seorang yang masih merasa “tidak berpengetahuan” (tidak baik sehingga dia akan memburu persahabatan dengan orang yang  berpengetahuan. Dan orang yang belum merasa mempunyai kearifan sehingga merasa perlu mrncari kearifan (tidak jahat).
Bagi orang yang merasa sama-sama berpengetahuan dan merasa sama-sama bijaksana, persahabbatan sejai tidak mungkin terjalin. Begitu juga diantara oranng sama-sama bodoh dan jahat, persahabatan takakan terjalin abadi. Menurut Sokrates, sesame orang jahat  bias saja bersahabat selama mereka punya kepentingan bersama namun persahabatan diantara sesame orang jahat akan berakhir diujung penghianatan.
Apakah pendapat Sokrates ini masih valid untuk kondisi saat ini?
Itulah yang mungkin pantas untuk diverifikasi. Takmudah untuk melakukan Verifikasi atas pendapat-pendapat Sokrates. Metode paling otentik untuk menguji keabsahan pendapat Sokrates ini adalah pribadi orang masing-masing dengan merujuk  pada pengalaman pribadi. Namun problrm isensial disini adalah untuk menentukanapakah seseorang bias secara objektif menilai diri sendiri sebagai orang yang “baik”.”tidak baik”, “tidak jahat”?
5. MURID-MURID SOKRATES
Diantara murid-murid Sokrates ada tiga orang yang mengaku meneruskan pelajaran sokrates yaitu Euklides, Antisthenes dan Arristippos. Dan dalam makalah ini penulis juga akan membahas sedikit tentang ketiga murid Socrates yang masih meneruskan ajaran dari Sokrates,diantaranya :
A.EUKLIDES
Dalam bukunya yang berjudul Elemen, ia sebagai bapak geometri mengemukakan teori bilangan dan geometri. Menurutnya satu hal yang paling penting untuk dicatat, bahwa dalam pembuktian teorema-teorema geometri tak diperlukan adanya contoh dari dunia nyata tetapi cukup dengan deduksi logis menggunakan aksioma-aksioma yang telah dirumuskan.
Euclides menulis 13 jilid buku tentang geometri. Dalam buku-bukunya ia menyatakan aksioma (pernyataan-pernyataan sederhana) dan membangun semua dalil tentang geometri berdasarkan aksioma-aksioma tersebut. Contoh dari aksioma Euclides adalah, "Ada satu dan hanya satu garis lurus garis lurus, di mana garis lurus tersebut melewati dua titik". Buku-buku karangannya menjadi hasil karya yang sangat penting dan menjadi acuan dalam pembelajaran Ilmu Geometri.
Bagi Euclides, matematika itu penting sebagai bahan studi dan bukan sekedar alat untuk mencari nafkah. Ketika ia memberi kuliah geometri pada seorang raja, baginda bertanya, "Tak adakah cara yang lebih mudah bagi saya untuk mengerti dalam mempelajari geometri?". Euclides menjawab, "Bagi raja tak ada jalan yang mudah untuk mengerti geometri. Setiap orang harus berpikir ke depan tentang dirinya apabila ia sedang belajar". Euklides mengajarkan filosofisnya dikota Megara. Sebelum ia belajar pada Sokrates ia telah mempelajari filosofi Elea, terutama ajaran Permenides yang mengatakan, bahwa yang ada itu ada, satu, tidak berubah-ubah. Pendapat ini disatukan dengan etik Sokrate. Lalu diajarkanya : yang satu itu baik. Hanya orang sering menyebut yang satu itu dengan berbagai nama: Tuhan, akal dan lainya. Lawan yang satu itu tiada. Yang baik selalu ada tidak berubah.
B.ANTISTHENES
Antisthenes adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Sinis.Dia adalah pendiri mazhab tersebut dan guru dari Diogenes dari Sinope.Antisthenes adalah salah satu murid Sokrates, dan ia mengklaim diri sebagai penerus spiritual dari gurunya itu. Sebelum Antithenes belajar pada Sokrates, ia pernah belajar pada filsuf Gorgias.
Antisthenes tidak terlalu mementingkan konsep-konsep filsafat, melainkan mempelajari etika. Etika dipandangnya sebagai bagian paling penting dari filsafat dan juga sebagai keutamaan tertinggi yang patut dicari oleh manusia. Oleh karena itu, ia dan pengikut-pengikutnya meninggalkan pengajaran tentang seni, matematika, dan ilmu alam.
Menurut sumber-sumber kuno, Antisthenes pernah menulis beberapa karya. Karyanya yang paling penting adalah "Herkules" yang berisi etika ideal kehidupan menurut Mazhab Sinis.Karya-karya lainnya berjudul "Cyrus", "Alcibiades", "Arkhelaos" yang isinya kritik terhadap tirani, "Politikus" yang isinya juga kritikan terhadap sistem demokrasi, dan "Sathon" yang merupakan polemik dengan Plato.Plato menulis "Euthydemus" sebagai tanggapan atas tulisan dari Antisthenes tersebut. Antisthenes ini mula-mula murid guru Sofis Georgias. Kemudian ia menjadi murid sokrates. Sesudah Sokrates meninggal ia membuka sekolah filosofi di Atena dan diberinya nama Gymnasyum Kynosarges. Sebab itu ajaranya sering disebut Filosofi dari Mazhab Kynia.Menurut ajaran Antisthenes, budi adalah satu-satunya yang baik. Diluar itu tidak perlu kesenangan hidup. Mencari kesenangan sebagai tujuan ialah perbuatan yang salah. Budi adalah rasa segala yang cukup. Budi hanya satu dan dapat dipelajari
Dalam dua hal ia menyimpang dari Sokrates, yang pertama, ia memungut uang sekolah. Bagi Sokrates pantang menerima bayaran. Kedua, tentang pengertian, pendapatnya berlainan dari ajaran Sokrates. Bagi Antisthenes pengertian takada, yang ada hanya kata-kata, masing-masing mempunyai arti sendiri.
Bentuk pemerintahan Negara-negara Grik beserta kepercayaanya resmi kepada dewa-dewa ditentangnya. Seorang yang alim, katanya, tidak mesti hidup menurut undang-undang yang berlaku. Antistheses mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa.
C.ARISTIPPOS
Aristippos adalah salah seorang filsuf dari Mazhab Hedonis.Ia adalah pendiri mazhab tersebut.Karena ia berasal dari kota Kirene, maka Mazhab Hedonis dikenal juga dengan sebutan Mazhab Kirene.
Aristippos adalah teman sekaligus salah seorang murid Sokrates. Ia mengembangkan pandangan Sokrates bahwa keutamaan hidup manusia adalah mencari "yang baik". Usaha tersebut serupa dengan Mazhab Sinis namun mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang "yang baik" itu. Aristippos mengajarkan ajaranya di Kyrena. Mula mula ia belajar pada guru-guru sofis dan menjadi murid Sokrates. Dalam ajaranya ia sangat jauh menyimpang dari Sokrates. Menurut pendapatnya kesenangan hidup harus menjadi tujuan. Sebab itu ajaranya disebut hedonism. Hanya kesenangan hidup itu harus dicapai dengan pertimbangan yang tepat, tidak boleh serampangan saja. Akal harus dipakai  untuk menggunakan kesempatan yang ada.
Aristippos menafsirkan konsep "yang baik" dari Sokrates sebagai kesenangan (dalam bahasa Yunani hedone). Maksudnya kesenangan di sini adalah bukan saja kesenangan ragawi tetapi juga kesenangan rohani. Karena pengajarannya itulah, aliran pemikiran dari Aristippos ini disebut Mazhab Hedonis.
Akan tetapi, orang yang bijaksana tidak akan mengejar kesenangan tanpa batas, sebab kesenangan yang tak terbatas pada akhirnya akan mengakibatkan kesusahan. Yang harus dikejar adalah kesenangan maksimal yang diserta kesusahan secara minimal. Untuk itu, rasio manusia bertugas untuk menentukan apa yang harus dilakukan manusia untuk mendapatkan kesenangan secara maksimal dan merasakan kesusahan secara minimal.Karena itu, dalam perspektif Aristippos, pengendalian diri dan asketisme amat diperlukan dalam mencapai hidup yang ideal.
Aristippos memberikan pengaruh terhadap filsuf-filsuf lain yang melanjutkan Mazhab Hedonis.Beberapa orang filsuf yang terkenal dari masa selanjutnya adalah Theodorus, Hegesias, dan Euhemerus
D.PLATO
Plato lahir pada tahun 428/7 sebelum masehi dari keluarga terkemuka di Athena, ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Ketika bapaknya meninggal ibunya menikah lagi dengan adik ayahnya Plato yang bernama Pyrilampes yang tidak lain adalah seorang politikus, dan Plato banyak terpengaruh dengan kehadiran pamannya ini. Karena sejak kehadiran pamannya ini ia banyak bergaul dengan para politikus Athena.
Selain para politikus ia juga banyak dipengaruhi oleh Kratylos, seorang filusuf yang meneruskan ajaran Herakleitos yang mempunyai pendapat bahwa dunia ini terus berubah. Dari pergaulan dengan para politikus, Plato akhirnya menelurkan sebuah pemikiran bahwa pemimpin suatu negara haruslah seorang filusuf, hal ini dilontarkan karena kekecewaannnya atas kepemimpinan para politikus yang ada pada saat itu, terutama yang berkaitan dengan kematian gurunya, yaitu Socrates, di persidangan yang berakhir pada kematian gurunya tersebut.
Pada perkembangan selanjutnya Plato mendirikan Akademia sebagai pusat penyelidikan ilmiah dan di sekolah ini ia berusaha merealisasikan cita-citanya yaitu menjadikan filsuf-filsuf yang siap menjadi pemimpin negara, dan akademia inilah awal dari munculnya universitas-universitas saat ini karena lebih menekankan pada kajian ilmiah bukan sekedar reotrika. Ia terus mengepalai dan mengajar di akademia ini hingga akhir hayatnya.
Dalam menelurkan karya-karya fisafatnya Plato menggunakan metode dialog, karena ia percaya filsafat akan lebih baik dan teruji jika dilakukan melalui dialog dan banyak dari karya-karyanya disampaikan secara lisan di akademia-nya. Di satu sisi ia masih mempercayai beberap mitos yang digunakan olehnya untuk mengemukakan dugaan-dugaan mengenai hal-hal duniawi. Ia banyak dipengaruhi oleh gurunya, Socrates dalam pemikirannya.
Ide merupakan inti dasar dari seluruh filasaft yang diajarkan oleh Plato. Ia beranggapan bahwa idea merupakan suatu yang objektif, adanya idea terlepas dari subjek yang berfikir. Idea tidak diciptakan oleh pemikiran individu, tetapi sebaliknya pemikiran itu tergantung dari idea-idea. Ia memberikan beberapa contoh seperti segitiga yang digambarkan di papan tulis dalam berbagai bentuk itu merupakan gambaran yang merupakan tiruan tak sempurna dari idea tentang segitiga. Maksudnya adalah berbagai macam segitiga itu mempunyai satu idea tentang segitiga yang mewakili semua segitiga yang ada.
Dalam menerangkan idea ini Plato menerangkan dengan teori dua dunianya, yaitu dunia yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan pancaindera, sifat dari dunia ini tidak tetap terus berubah, dan tidak ada suatu kesempurnaan. Dunia lainnya adalah dunia idea, dan dunia idea ini semua serba tetap, sifatnya abadi dan tentunya serba sempurna.
Idea mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmani. Hubungan antara idea dan realitas jasmani bersifat demikian rupa sehingga benda-benda jasmani tidak bisa berada tanpa pendasaran oleh idea-idea itu. Hubungan antara idea dan realitas jasmani ini melalui 3 cara, pertama, idea hadir dalam benda-benda konkrit. Kedua, benda konkrit mengambil bagian dalam idea, disini Plato memperkenalkan partisipasi dalam filsafat. Ketiga, Idea merupakan model atau contoh bagi benda-benda konkrit. Benda-benda konkrit itu merupakan gambaran tak sempurna yang menyerupai model tersebut.
Plato menganggap bahwa jiwa merupakan pusat atau intisari kepribadian manusia, dan pandangannya ini dipengaruhi oleh Socrates, Orfisme dan mazhab Pythagorean. Salah satu argumen yang penting ialah kesamaan yang terdapat antara jiwa dan idea-idea, dengan itu ia menuruti prinsip-prinsip yang mempunyai peranan besar dalam filsafat. Jiwa memang mengenal idea-idea, maka atas dasar prinsip tadi disimpulkan bahwa jiwapun mempunyai sifat-sifat yang sama dengan idea-idea, jadi sifatnya abadi dan tidak berubah. Plato mengatakan bahwa dengan kita mengenal sesuatu benda atau apa yang ada di dunia ini sebenarnya hanyalah proses pengingatan sebab menurutnya setiap manusia sudah mempunyai pengetahuan yang dibawanya pada waktu berada di dunia idea, dan ketika manusia masuk ke dalam dunia realitas jasmani pengetahuan yang sudah ada itu hanya tinggal diingatkan saja, maka Plato menganggap juga seorang guru adalah mengingatkan muridnya tentang pengetahuan yang sebetulnya sudah lama mereka miliki.
Ajaran Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat. Plato tidak pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau negara.
Menurut Plato negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau saling membutuhkan antara warganya maka terjadilah suatu spesialisasi bidang pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakaan semua pekerjaan dalam satu waktu. Polis atau negara ini dimungkinkan adanya perkembangan wilayah karena adanya pertambahan penduduk dan kebutuhanpun bertambah sehingga memungkinkan adanya perang dalam perluasan ini. Dalam menghadapi hal ini maka di setiap negara harus memiliki penjaga-penjaga yang harus dididik khusus. Mereka harus mempelajari, senam yang lebih umum dan keras dan sebaiknya dilakukan paa usia 18 - 20 tahun. Dari sini diseleksi lagi untuk dijadikan calon pemimpin politik, dan untuk membentuk pemimpin in mereka harus belajar filsafat hingga usia 30 tahun, tujuan belajar filsafat ini untuk melatih mereka dalam mencari kebenaran. Dari sini diseleksi lagi dan mereka yang lulus seleksi akan mempelajari filsafat dan dialektika secara lebih intensif selama 5 tahun. Dan jika dalam pendidikan ini berhasil maka selama 15 tahun ia menduduki beberapa jabatan negara yang tujuannya agar mereka tahu pekerjaan-pekerjaan negara. Dan pada usia 50 tahun baru mereka siap menjadi seorang pemimpin.
Ada tiga golongan dalam negara yang baik, yaitu pertama, Golongan Penjaga yang tidak lain adalah para filusuf yang sudah mengetahui yang baik dan kepemimpinan dipercayakan pada mereka. Kedua, Pembantu atau Prajurit. Dan ketiga, Golongan pekerja atau petani yang penanggung kehidupan ekonomi bagi seluruh polis.Plato tidak begitu mementingkan adanya undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab menurutnya keadaan itu terus berubah-ubah dan peraturan itu sulit disama-ratakan itu semua tergantung masyarakat yang ada di polis tersebut.
Adapun negara yang diusulkan oleh Plato berbentuk demokrasi dengan monarkhi, karena jika hanya monarkhi maka akan terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan, sehingga perlu diadakan penggabungan, dan negara ini berdasarkan pada pertanian bukan perdagangan. Hal ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di Athena.Dia adalah murid kesayangan sekaligus teman Sokrates. Dari dialah kebanyakan referensi tentang Sokrates bisa kita dapat. Karena Sokrates sendiri tidak meninggalkan tulisan tentang filsafat-filsafatnya, Euklidues, Antisthenes dan Aristippos masing-masing mendirikan sekolah Sokrates sebagai tanda cintanya kepada gurunya. Murid Sokrates yang sebenar-benarnya adalah Plato.
Socrates menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam berfilsafat. Bertolak dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Sokrates (sebagai sang bidan) untuk "melahirkan" pengetahuan akan kebenaran yang dikandung dalam batin orang itu. Dengan demikian Sokrates meletakkan dasar bagi pendekatan deduktif. Pemikiran Sokrates dibukukan oleh Plato, muridnya.
Plato menyumbangkan ajaran tentang "idea". Menurut Plato, hanya idea-lah realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuknya (idea) yang kekal. Plato ada pada pendapat, bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan (bersifat intuitif, bawaan, dalam diri) seseorang terhadap apa yang sebenarnya telah diketahuinya dari dunia idea, -- konon sebelum manusia itu masuk dalam dunia inderawi ini. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal, termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.
Plato mengembangkan pendekatan yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah dijumpai dalam matematika. Problem filsafati yang digarap oleh Plato adalah keterlemparan jiwa manusia kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu persoalan ada ("being") dan mengada (menjadi, "becoming").
Aristoteles menganggap Plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya. Dia setuju dengan gurunya bahwa kuda tertentu "berubah" (menjadi besar dan tegap, misalnya), dan bahwa tidak ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga setuju bahwa bentuk nyata dari kuda itu kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah konsep yang dibentuk manusia sesudah melihat (mengamati, mengalami) sejumlah kuda. Idea-kuda tidak memiliki eksistensinya sendiri: idea-kuda tercipta dari ciri-ciri yang ada pada (sekurang-kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles, idea ada dalam benda-benda.
Pola pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato, realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita. Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia tidak ada idea-bawaan.
7. Relevansi Ajaran Filsafat Sokrates Kepada Kehidupan Sosial Zaman Sekarang
Setelah pembelajaran Sejarah Filsafat Yunani selama ini, ada hal yang sangat bermanfaat dalam diri saya. Hal itu berasal dari salah satu filsuf yang amat terkenal dan banyak dipermasalahkan filsuf lainnya, yaitu sokrates. Hampir semua aspek dalam diri sokrates yang bisa saya ambil manfaatnya. Dimulai dari jalan kehidupannya, kepribadiannya, sampai ke ajarannya. Tetapi, dalam tulisan ini saya harus membatasi ruang lingkup bahasan saya, yaitu ketiga ajaran sokrates. Dan ketiga ajaran itu melingkupi masalah sosial manusia, maka dari itu, tulisan ini juga hanya membatasi diri dalam masalah kehidupan sosial manusia.
Pertama ialah dialektika dan maieutike tekhne. Dua hal itu tak bisa dipisahkan. Sokrates memilih filsafat sebagai dialog karena dia percaya bahwa filsafat ialah suatu pendekatan terhadap kebenaran yang tidak lain ialah saling mengisi dan membagi kebenaran antara satu orang dengan yang lainnya. Apalagi dialektika itu digunakan untuk maieutike tekhne, yaitu seni kebidanan. Sokrates meyakini bahwa tiap manusia memiliki kebenaran dalam jiwanya, dan hanya diperlukan untuk membidaninya agar kebenaran itu lahir dari jiwanya. Dialektika dan maieutike tekhne ialah suatu bentuk pembelajaran yang sangat efektif yang telah diciptakan oleh sokrates. Tetapi sayangnya pendidikan pada zaman ini telah menomorduakan kedua hal itu. Pendidikan sekarang malah memprioritaskan suatu pembelajaran sistematis yang membuat peserta didik menjadi pasif. Seperti teori yang dikatakan oleh tokoh pendidikan yaitu Paulo Freire, ialah teori gaya bank. Murid hanya diam menerima informasi dari guru. Ruang lingkup belajar mereka dibatasi oleh tembok tembok kelas, padahal ilmu berasal dari realita di luar sana.
Padahal, apabila pembelajaran melalui dialektika, peserta didik dan juga guru akan aktif dalam mencari pengetahuan. Apalagi bila ditambahi dengan maieutike tekhne, maka peserta didik akan merasakan dan mengetahui bagaimana proses munculnya suatu pengetahuan atau epistemologi akan pengetahuan itu sendiri. Tentu hal itu mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan pembelajaran yang pasif.
Filsafat sebagai dialog harus terus digunakan, karena apabila filsafat terus digunakan secara sistematis maka filsafat akan semakin terlihat sebagai ilmu pengetahuan itu sendiri. Padahal filsafat ialah dasar dari ilmu pengetahuan. Maka dari itu, apabila filsafat sebagai dialog sudah mulai terjauhi, maka filsafat akan terasa diasingkan dari sosial masyarakat, karena yang terlihat dari filsafat hanyalah seperti ilmu pengetahuan yang rumit, sistematis dan konsepsional, sehingga akan melupakan bahwa filsafat bisa juga berupa dialog kehidupan sehari hari, seperti keadaan dewasa saat ini.
Yang kedua ialah arete. Arete ialah keutamaan untuk menuju sebuah kebahagiaan yang objektif (eudaimonia). Untuk menuju kebahagiaan yang objektif tersebut, tiap manusia haruslah memiliki keutamaannya sendiri-sendiri. Keutamaan itu ialah suatu etika “yang baik” ditambah dengan sikap profesionalisme terhadap bidangnya masing masing. Dan arete tersebut berbentuk suatu pengetahuan yang bisa didapatkan dengan dialektika dan maieutike tekhne yang tadi.
Tiap manusia haruslah mempunyai arete. Contohnya, seorang dokter. Dokter harus memiliki keprofesionalannya lewat pengetahuan yang ia miliki, dia harus lulus menempuh pendidikan yang tinggi untuk memenuhi syarat menjadi dokter yang profesional. Dan juga etika yang baik. Walaupun dokter tersebut sudah profesional dalam bidangnya, tapi dia tetap harus menjaga ilmunya untuk sesuatu yang baik. Bukan untuk membuat racun mematikan untuk manusia, untuk melakukan aborsi, atau lain sebagainya. Semua orang harus mempunyai arete, dari dokter sampai ke tukang pandai besi pun harus mempunyai arete.

Tetapi sayangnya, arete pada masa kini telah ditentukan dengan tertulis dan bersifat ideologis yang disebut kode etik. Kode etik sudah ditentukan dan dipantenkan oleh sekelompok orang, dan mengharuskan orang lain untuk menaati kode etik tersebut. Sehingga tidak lain kode etik tersebut seakan akan menjadi doktrin terhadap etika profesi, dan bahkan seperti peraturan yang harus ditaati. Dan itulah yang membuat kode etik berbeda bukan lagi sebagai keutamaan yang arete maksudkan. Seharusnya, keutamaan tersebut muncul dari diri sendiri seperti kebenaran yang dibidani dengan maieutike tekhne, juga keluar seiring dengan pemahaman akan pengetahuan yang ada. Tetapi arete ini akan lebih sempurna apabila manusia sudah mengetahui akan tujuan kehidupannya, yaitu eudaimonia.
Sokrates meyakini bahwa, manusia pastilah memiliki kebahagiaan yang bersifat objektif, bukan subjektif yang berbeda berdasarkan tiap orang. Karena manusia pada dasarnya ialah mahluk sosial, yang selalu terkait dengan yang lainnya. Begitu juga kebahagiaan, tak mungkin berdiri sendiri, pasti ada suatu kebahagiaan yang sama untuk tujuan semua orang. Dan kebahagiaan itu disebut dengan eudaimonia.
Tapi sayangnya, orang orang zaman sekarang sudah tak tahu menahu soal eudaimonia tersebut. Tak ada yang ingin mencari tahu, menemukan dan memahami tentang eudaimonia. Akibatnya, semua orang merasa hidup sendiri sendiri. Kebahagian mereka ialah kebahagiaan keluarga masing masing, institusi masing masing, bahkan perut masing masing. Akibatnya, dengan banyaknya tujuan tersebut, membuat orang orang merasa bersaing satu sama lain, tak saling membantu, bahkan bertengkar dan perang. Mungkin bila semua orang mengetahui tentang eudaimonia tersebut, pastilah dunia akan berjalan dengan tenang dan damai. Karena seakan akan tujuan kehidupan manusia sudah sama terbentuk dalam satu visi.



BAB III
PENUTUP

Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal,salah satu tokoh filsafat yang terkenal ialah sokrates yang menjadi pembeda ilmu filsafat saat ini dan dulu.
Sokrates seorang yang sederhana dan tabiatnya verjalan disekeliling kota, mempelajari tingkah laku manusia dari berbagai segi hidupnya. Socrates tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika diperhatikan malaha ia tidak mengajarkan filosofi melainkan hidup berfilosofi. Socrates mencari pengertian yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya.
Bertens (1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran ini ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains dengan agama. Ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates; Socrates tidak menyetujui relatifisme kaum sophis. Orang sophis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya tidak ada pengetahuan yang bersifat umum.
Socrates adalah filosof yang menjadi sekat pembeda dari filosof lain sehingga dikenal istilah pra Sokrates. Pra Sokrates tidak bertolak ukur pada zaman atau masa hidup para filosof tetapi dilihat dari segi pemikiran filsafat mereka yang tidak dipengaruhi oleh Sokrates.
Filsafat Pra Sokrates hanya membahas tentang Obyek alam, sedangkan Sokrates disamping membahas alam juga membahas manusia, jiwa, dan yang lainya.
Sokrates terkenal dengan filsafat kebenaran objektifnya, meskipun masih banyak bahasan yang lain seperti persahabatan menurut Sokrates, hakekat cinta, dan perkawinan menurut Sokrates dan kebanyakan falsafahnya diceritakan oleh para muridnya terutama Plato. Karena dia tidak pernah menulis falsafahnya sendiri.
Peran Sokrates dalam pengembangan Filsafat sangat dominan dan berpengaruh besar pada pemikiran para filosof-filosof sesudahnya seperti Plato, Aristoteles, Antisthenes. Aristippus, dan Filosof lainya,maka dari itu ilmu-ilmu sokrates masih sangat di pakai oleh filsuf-filsuf masa kini, ilmu filsafat Sokrates menjadi dasar pemikiran-pemikiran dari ilmu filsafat modern masa kini.

SARAN
Penulis berharap makalah ini akan berguna bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya,terutama untuk memenuhi tugas akhir semester. Walau bagaimanapun penulis masih mengharapkan kritik serta saran atas ketidak sempurnaan makalah ini.


BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
  
·       Hatta Mohammad,Alam PikiranYunani,Jakarta:1986
·       Drs.Ahmad Syadali,Ma. Drs.Mudzakir,Filsafat Umum,Setia Budi, Bandung:1997
·       Dr.Harun Hadiwijaya,Sari Sejarah Islam,kanisius,Yogyakarta:1980
·       Rakhmat, Ioanes. Sokrates dalam Tetralogi Plato: Sebuah Pengantar dan Terjemahan Teks. Gramedia. 2009. Jakarta.
·       Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir Sejarah Dunia (hal 32-33). Alih bahasa: Didik Djunaedi. PT. Pustaka Delapratasa, 2002, Jakarta.
·       http://id.wikipedia.org



[1] Tentang filsafat hokum yunani lihat:
Mr. Soetiksno, Filsafat yunani , I,hlm. 9-18; 48-52
D.scheltens/Bakri Siregar, Pengantar , Hlm. 18-20
Theo Huijbers, Lintasan, hlm. 18-31
               Roscoe pound menulis: Saya menduga bahwa sumbangan yang kekal dari filsafat hokum Yunani akan ditentukan dalam perbedaan antara hokum dan kaidah-kaidah hukum. (pengantar filsafat hokum, ed. 3,Jakarta 1982, hlm. 8)

Littlre snake pin