BAB
I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Filsafat
ilmu adalah merupakan bagian dari filsafat yang menjawab beberapa pertanyaan
mengenai hakikat ilmu. Bidang ini mempelajari dasar-dasar filsafat, asumsi dan
implikasi dari ilmu, yang termasuk di dalamnya antara lain ilmu alam dan ilmu
sosial. Di sini, filsafat ilmu sangat berkaitan erat dengan epistemologi dan
ontologi. Filsafat ilmu berusaha untuk dapat menjelaskan masalah-masalah
seperti: apa dan bagaimana suatu konsep dan pernyataan dapat disebut sebagai
ilmiah, bagaimana konsep tersebut dilahirkan, bagaimana ilmu dapat menjelaskan,
memperkirakan serta memanfaatkan alam melalui teknologi; cara menentukan
validitas dari sebuah informasi; formulasi dan penggunaan metode ilmiah;
macam-macam penalaran yang dapat digunakan untuk mendapatkan kesimpulan; serta
implikasi metode dan model ilmiah terhadap masyarakat dan terhadap ilmu
pengetahuan itu sendiri. (www.wikipedia.com)
a) Empirisme
Salah
satu konsep mendasar tentang filsafat ilmu adalah empirisme, atau
ketergantungan pada bukti. Empirisme adalah cara pandang bahwa ilmu pengetahuan
diturunkan dari pengalaman yang kita alami selama hidup kita. Di sini, pernyataan
ilmiah berarti harus berdasarkan dari pengamatan atau pengalaman. Hipotesa
ilmiah dikembangkan dan diuji dengan metode empiris, melalui berbagai
pengamatan dan eksperimentasi. Setelah pengamatan dan eksperimentasi ini dapat
selalu diulang dan mendapatkan hasil yang konsisten, hasil ini dapat dianggap
sebagai bukti yang dapat digunakan untuk mengembangkan teori-teori yang
bertujuan untuk menjelaskan fenomena tentang alam.
b) Falsifiabilitas
Salah
satu cara yang digunakan untuk membedakan antara ilmu dan bukan ilmu adalah
konsep falsifiabilitas. Konsep ini digagas oleh Karl Popper pada tahun 1919-20
dan kemudian dikembangkan lagi pada tahun 1960-an. Prinsip dasar dari konsep
ini adalah, sebuah pernyataan ilmiah harus memiliki metode yang jelas yang
dapat digunakan untuk membantah atau menguji teori tersebut. Misalkan dengan
mendefinisikan kejadian atau fenomena apa yang tidak mungkin terjadi jika
pernyataan ilmiah tersebut memang benar.
Filsafat
adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara
kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk
studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika
merupakan sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat.
Hal itu membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu
berciri eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa
penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju
sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin
ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal,
Filsafat
sebagai dialog harus terus digunakan, karena apabila filsafat terus digunakan
secara sistematis maka filsafat akan semakin terlihat sebagai ilmu pengetahuan
itu sendiri. Padahal filsafat ialah dasar dari ilmu pengetahuan. Maka dari itu,
apabila filsafat sebagai dialog sudah mulai terjauhi, maka filsafat akan terasa
diasingkan dari sosial masyarakat, karena yang terlihat dari filsafat hanyalah
seperti ilmu pengetahuan yang rumit, sistematis dan konsepsional, sehingga akan
melupakan bahwa filsafat bisa juga berupa dialog kehidupan sehari hari, seperti
keadaan dewasa saat ini.
SEJARAH
FILSAFAT KLASIK
1.
Filsafat Yunani
Para
sarjana filsafat mengatakan bahwa mempelajari filsafat Yunani berarti
menyaksikan kelahiran filsafat.[1]
Karena itu tidak ada pengantar filsafat yang lebih ideal dari pada study
perkembangan pemikiran filsafat di negeri Yunani. Alfred Whitehead mengatakan
tentang Plato: "All Western phylosophy is but a series of footnotes to
Plato". Pada Plato dan filsafat Yunani umumnya dijumpai problem filsafat
yang masih dipersoalkan sampai hari ini. Tema-tema filsafat Yunani seperti ada,
menjadi, substansi, ruang, waktu, kebenaran, jiwa, pengenalan, Allah dan dunia
merupakan tema-tema bagi filsafat seluruhnya.
2.
Filsuf- Filsuf Pertama
Ada
tiga filsuf dari kota Miletos yaitu Thales, Anaximandros dan Anaximenes.
Ketiganya secara khusus menaruh perhatian pada alam dan kejadian-kejadian
alamiah, terutama tertarik pada adanya perubahan yang terus menerus di alam.
Mereka mencari suatu asas atau prinsip yang tetap tinggal sama di belakang
perubahan-perubahan yang tak henti-hentinya itu. Thales mengatakan bahwa
prinsip itu adalah air, Anaximandros berpendapat to apeiron atau yang tak
terbatas sedangkan Anaximenes menunjuk udara.
Thales
juga berpendapat bahwa bumi terletak di atas air. Tentang bumi, Anaximandros
mengatakan bahwa bumi persis berada di pusat jagat raya dengan jarak yang sama
terhadap semua badan yang lain. Sedangkan mengenai kehidupan bahwa semua
makhluk hidup berasal dari air dan bentuk hidup yang pertama adalah ikan. Dan
manusia pertama tumbuh dalam perut ikan. Sementara Anaximenes dapat dikatakan
sebagai pemikir pertama yang mengemukakan persamaan antara tubuh manusia dan
jagat raya. Udara di alam semesta ibarat jiwa yang dipupuk dengan pernapasan di
dalam tubuh manusia.
Filosof
berikutnya yang perlu diperkenalkan adalah Pythagoras. Ajaran-ajarannya yang
pokok adalah pertama dikatakan bahwa jiwa tidak dapat mati. Sesudah kematian
manusia, jiwa pindah ke dalam hewan, dan setelah hewan itu mati jiwa itu pindah
lagi dan seterusnya. Tetapi dengan mensucikan dirinya, jiwa dapat selamat dari
reinkarnasi itu. Kedua dari penemuannya terhadap interval-interval utama dari
tangga nada yang diekspresikan dengan perbandingan dengan bilangan-bilangan,
Pythagoras menyatakan bahwa suatu gejala fisis dikusai oleh hukum matematis.
Bahkan katanya segala-galanya adalah bilangan. Ketiga mengenai kosmos,
Pythagoras menyatakan untuk pertama kalinya, bahwa jagat raya bukanlah bumi
melainkan Hestia (Api), sebagaimana perapian merupakan pusat dari sebuah rumah.
Dari
sekian tokoh filsuf yang penulis dapatkan penulis ingin mengangkat sebuah tema
dengan tokoh filsafat dan dalam makalah ini penulis akan membahas tentang tokoh
filsafat yaitu SOCRATES,dan dalam penulisan ini penulis mengambil beberapa data
tentang SOCRATES dari buku-buku yang penulis dapatkan dan ada juga yang penulis
dapatkan dari internet untuk kelengkapan penulisan ini,karena keterbatasan yang
penulis dapatkan.
B. RUMUSAN
MASALAH
Rumusan
masalah dalam makalah ini adalah :
1. Siapakah
SOCRATES ?
2. Apa
saja pengaruh SOKRATES dalam bidang filsafat ?
C. TUJUAN
Setiap
makalah pastilah mempunyai tujuan dalam pembuatan nya,tujuan dalam makalah yang
penulis buat adalah :
1. Untuk
lebih mengenal siapa SOCRATES.
2. Untuk
mengetahui Apa saja pengaruh SOCRATES dalam bidang filsafat.
3. Untuk
memenuhi tugas ujian akhir ilmu filsafat.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. SOCRATES
1.
Riwayat Hidup
Sokrates
hidup pada tahun 469-399 SM. Dia lahir sekitar tahun 469 SM. Domecritos hidup
pada tahun 460-370 SM. Zeno yang dilahirkan pada thaun 490 SM. Empedokles yang
hidup pada tahun 49222-432 SM. Dan Anaxagoras pada tahun 499-428 SM. Sedikit
lebih tua dari Sokrates, namun masih sezaman juga sekalipun demikian Demokritos
dan para filosof lainya itu disebut filosof pra sokrates. Hal ini menunjukan bahwa
istilah pra Sokrates itu bukan menunjukan kepada waktu ketika hidup para
filosof melainkan bahwa filsafat mereka tidak dipengaruhi oleh Sokrates.
Sofisnya
sebenarnya bukan suatu mazdhab. Melainkan suatu aliran. Suatu gerakan dalam
bidang intelek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor dizaman itu.
Masa
hidup sokrates sezaman dengan Sofisme. Ia terkenal sebagai orang yang berbudi
baik, jujur, dan adil. Cara menyampaikan pemikirannya kepada para pemuda ia
menggunakan metoda Tanya jawab. Sebab itu ia memperoleh banyak simpati dari
para pemuda di negerinya. Namun ia juga kurang disenangi oleh orang banyak
dengan menuduhnya sebagai orang yang merusak moral para pemuda negerinya.
Selain itu ia juga dituduh menolak dewa-dewa atau Tuhan-tuhan yang telah diakui
Negara.
Kelanjutan
dari tuduhan terhadap dirinya menjadikan ia diadili oleh pengadilan Athena.
Dalam proses pengadilan ia mengatakan pembelaanya yang kemudian ditulis oleh
Plato dalam naskahnya yang berjudul Apologi. Plato mengisahkan adanya tuduhan
itu. Tuduhan mengatakan bahwa Sokrates tidak hanya menentang agama yang diakui
oleh Negara, akan tetapi juga mengajarkan agama baru buatanya sendiri. Salah
seorang yang mendakwanya yaitu Melithus, mengatakan bahwa dia adalah seorang
tak-berTuhan, dan menambahkan : Sokrates berkata bahwa Matahari adalah batu dan
bulan adalah tanah.
Sokrates
menjawab (menyangkal) tuduhan itu, dan menyakan kepadanya , siapakah orang yang
memperbaiki pemuda. Melithus menjawab mula-mula para hakim, kemudian terdesak
sedikit mengatakan bahwa semua orang Athena kecuali Sokrates memperbaiki
pemuda. Sokrates mengucapkan selamat bahwa Athena memiliki nasib baik untuk
memiliki begitu banyak orang yang berusaha memperbaiki pemuda, dan orang-orang
baik tentu lebih pantas untuk dipergauli dari pada orang jelek, maka dari itu
ia tidak akan dapat menjadi begitu bodoh untuk dapat merusak mereka dengan sengaja,
Melithus seharusnya mengajar dia dan tidak menyeret ia ke pengadilan.Dalam
proses pengadilan Socrates dinyatakan bersalah dengan suara 200 dan 220
melawan. Ia dituntut hukuman mati.Sokrates dihukum mati dengan meminum racun.3
Dengan
hati yang tetap pula ia menolak segala bujukan kawan-kawanya untuk lari dari
penjara dan menyingkir ke kota lain, ke Megara. Sokrates yang selalu patuh
kepada undang-undang, tidak mau durhaka pada saat ia akan meninggal. Cara
matinya juga memberikan contoh, betapa seorang filosof setia kepada ajaranya.
Sokrates pulang ke alam baka, tetapi namanya hidup untuk selama-lamanya.
Tujuan
Sokrates adalah mengajar orang mencari kebenaran. Sikapnya itu adalah suatu reaksi terhadap ajaran Sokrates yang
merajarela diwaktu itu . guru-guru sofis mengajarkan bahwa “kebenaran yang
sebenar-benarnya tidak tercapai”. Sebab itu tiap-tiap pendirian dapat
dibenarkan dengan jalan retorika. Dengan daya kata dicoba memperoleh
persetujuan orang banyak. Apabila orang banyak sudah setuju, itu dianggap sudah
benar. Dengan cara begitu pengetahuan menjadi dangkal.Dengan aliran yang
mendangkalkan pengetahuan dan melemahkan rasa tanggung jawab itu berontak
semangant Sokrates. Dengan Filosofisnya yang diamalkan dengan cara hidupnya ia
mencoba memperbaiki masyarakat yang rusak. Orang diajak memperhitungkan
tanggungjawabnya. Ia selalu berkata yang
ia ketahui cuma satu yaitu bahwa ia tak
tahu. Sebab itu ia bertanya. Tanya jawab adalah jalan baginya untuk memperoleh
pengetahuan. Itulah permulaan dialektik. Dialektik asal katanya dialog artinya
bersoal jawab antara dua orang.Socrates adalah filsuf
Yunani
dan merupakan salah satu figur paling penting dalam tradisi filosofis Barat.
Socrates lahir di Athena, dan merupakan generasi pertama dari tiga ahli
filsafat besar dari Yunani, yaitu Socrates, Plato dan Aristoteles. Socrates
adalah yang mengajar Plato, dan Plato pada gilirannya juga mengajar
Aristoteles.
Secara
historis, filsafat Socrates mengandung pertanyaan karena Socrates sediri tidak
pernah diketahui menuliskan buah pikirannya. Apa yang dikenal sebagai pemikiran
Socrates pada dasarnya adalah berasal dari catatan oleh Plato, Xenophone
(430-357) SM, dan siswa-siswa lainnya. Yang paling terkenal diantaranya adalah
Socrates dalam dialog Plato dimana Plato selalu menggunakan nama gurunya itu
sebagai tokoh utama karyanya sehingga sangat sulit memisahkan mana gagasan
Socrates yang sesungguhnya dan mana gagasan Plato yang disampaikan melalui
mulut Sorates. Nama Plato sendiri hanya muncul tiga kali dalam karya-karyanya
sendiri yaitu dua kali dalam Apologi dan sekali dalam Phaedrus
Socrates
dikenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian sederhana, tanpa alas
kaki dan berkelilingi mendatangi masyarakat Athena berdiskusi soal filsafat.
Dia melakukan ini pada awalnya didasari satu motif religius untuk membenarkan
suara gaib yang didengar seorang kawannya dari Oracle Delphi yang mengatakan
bahwa tidak ada orang yang lebih bijak dari Socrates. Merasa diri tidak bijak
dia berkeliling membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi
satu orang-orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak
diskusi tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah
yang dia sebut sebagai metode kebidanan. Dia memakai analogi seorang bidan yang
membantu kelahiran seorang bayi dengan caranya berfilsafat yang membantu
lahirnya pengetahuan melalui diskusi panjang dan mendalam. Dia selalu mengejar
definisi absolut tentang satu masalah kepada orang-orang yang dianggapnya bijak
tersebut meskipun kerap kali orang yang diberi pertanyaan gagal melahirkan
definisi tersebut. Pada akhirnya Socrates membenarkan suara gaib tersebut
berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling bijak karena dirinya
tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang merasa bijak pada dasarnya
adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka tidak bijaksana.
Cara
berfilsatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati terhadap Sokrates karena
setelah penyelidikan itu maka akan tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh
masyarakat ternyata tidak mengetahui apa yang sesungguhnya mereka duga mereka
ketahui. Rasa sakit hati inilah yang nantinya akan berujung pada kematian
Sokrates melalui peradilan dengan tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah
tuduhan yang sebenarnya dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya
sebagaimana tertulis dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhirnya wafat
pada usia tujuh puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan
yang diterimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman mati
dan 220 menolaknya.
Socrates
sebenarnya dapat lari dari penjara, sebagaimana ditulis dalam Krito, dengan
bantuan para sahabatnya namun dia menolak atas dasar kepatuhannya pada satu
"kontrak" yang telah dia jalani dengan hukum di kota Athena.
Keberaniannya dalam menghadapi maut digambarkan dengan indah dalam Phaedo karya
Plato. Kematian Socrates dalam ketidakadilan peradilan menjadi salah satu
peristiwa peradilan paling bersejarah dalam masyarakat Barat di samping
peradilan Yesus Kristus.
1.1
FILOSOFI
Peninggalan
pemikiran Socrates yang paling penting ada pada cara dia berfilsafat dengan
mengejar satu definisi absolut atas satu permasalahan melalui satu dialektika.
Pengejaran pengetahuan hakiki melalui penalaran dialektis menjadi pembuka jalan
bagi para filsuf selanjutnya. Perubahan fokus filsafat dari memikirkan alam
menjadi manusia juga dikatakan sebagai jasa dari Sokrates. Manusia menjadi
objek filsafat yang penting setelah sebelumnya dilupakan oleh para pemikir
hakikat alam semesta. Pemikiran tentang manusia ini menjadi landasan bagi
perkembangan filsafat etika dan epistemologis di kemudian hari.
Sumbangsih
Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya,
yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji
konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber
etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
B.
PENGARUH SOKRATES DALAM BIDANG FILSAFAT
1.
PENGARUH
Sumbangsih
Socrates yang terpenting bagi pemikiran Barat adalah metode penyelidikannya,
yang dikenal sebagai metode elenchos, yang banyak diterapkan untuk menguji
konsep moral yang pokok. Karena itu, Socrates dikenal sebagai bapak dan sumber
etika atau filsafat moral, dan juga filsafat secara umum.
Adapun
falsafah Sokrates diantaranya ia menyatakan adanya kebenaran objektif ialah
yang tidak bergantung kepada saya dan kita. Dalam membenarkan kebenaran yang
obyektif ia menggunakan metod tertentu yang dikenal dengan metoda dialektika
yang berasal dari kata yunani yang berarti bercakap-cakap atau berdialog. Dari
metoda dialektika ia menemukan dua penemuan metoda yang lain yakni induksi dan
definisi. Ia menggunakan istilah induksi manakala pemikiran bertolak dari
pengetahuan yang khusus, lalu menyimplukanya dengan pengertian yang umum.
Pengertian umum diambil dari sifat-sifat yang sama (umum) dari masing-masing
kasus khusus dan ciri-ciri khusus yang tidak di setujui bersama adalah
disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri esensi, dan semua cirri khusus
itu dinamakan ciri eksistensi.
Sebagaimana
disebutkan bahwa filsafat klasik ini merupakan reaksi dari adanya melemahnya
pandangan manusia terhadap ilmu pengetahuan,sains, dan agama karena pengaruh
filsafat aliran sofisme yang di dominasi paham relativisme.
Konon
Dewa yang berada ditempat peribadatan bagi bangsa Yunani di Delphia menyatakan
dengan cara luar biasa bahwa ia adlah orang yang paling arif di negeri Yunani,
yang menjadi titik tolak dari filsafatnya :”One thing only I know, and that is
I know nothing”. Memang filsafat bermula jika seseorang belajar bagaimana
meninjau kembali kepercayaan yang telah sejak kecil dianut, meninjau kembali
keyakinan dan meragukan aksioma pengetahuan.
2.Metode
Socrates
Socrates
tidak pernah menuliskan filosofinya. Jika ditilik benar-benar, ia malahan tidak
mengajarkan filosofi, melainkan hidup berfilosofi. Bagi dia filosofi bukan isi,
bukan hasil, bukan ajaran yang berdasarkan dogma, melainkan fungsi yang hidup.
Filosofinya mencari kebenaran. Oleh karena ia mencari kebenaran, ia tidak
mengajarkan. Ia bukan ahli pengetahuan, melainkan pemikir.
Dalam
mencari kebenaran, ia tidak memikir sendiri, melainkan setiap kali berdua
dengan orang lain, dengan jalan tanya jawab. Orang yang kedua itu tidak
dipandangnya sebagai lawannya, melainkan sebagai kawan yang diajak bersama-sama
mencari kebenaran. Kebenaran harus lahir dari jiwa kawan bercakap itu sendiri.
Ia tidak mengajarkan, melainkan menolong mengeluarkan apa yang tersimpan di
dalam jiwa orang. Sebab itu metodenya disebut maieutik, menguraikan,
seolah-olah menyerupai pekerjaan ibunya sebagai dukun beranak.
Socrates
mencari pengertian, yaitu bentuk yang tetap daripada sesuatunya. Sebab itu ia
selalu bertanya: apa itu? Apa yang dikatakan berani, apa yang disebut indah,
apa yang bernama adil? Pertanyaan tentang “apa itu” harus lebih dahulu daripada
“apa sebab”. Ini biasa bagi manusia dalam hidup sehari-hari. Anak kecil pun
mulai bertanya dengan “apa itu”. Oleh karena jawab tentang “apa itu” harus
dicari dengan tanya jawab yang mungkin meningkat dan mendalam, maka Socrates
diakui pula—sejak keterangan Aristoteles—sebagai pembangun dialektik
pengetahuan. Tanya jawab, yang dilakukan secara meningkat dan mendalam,
melahirkan pikiran yang kritis. Dalam berjuang mencari kebenaran yang umum
lakunya, yaitu mencari pengetahuan yang sebenar-benarnya, terletak seluruh
filosofinya.
Oleh
karena Socrates mencari kebenaran yang tetap dengan tanya jawab sana dan sini,
yang kemudian dibulatkan dengan pengertian, maka jalan yang ditempuhnya ialah
metode induksi dan definisi. Kedua-duanya itu bersangkutpaut. Induksi menjadi
dasar definisi.
Induksi
di sini berlainan artinya arti induksi sekarang. Menurut induksi paham yang
sekarang penyelidikan dimulai dengan memperhatikan yang satu-satunya dan dari
situ—dengan mengumpulkan—dibentuk pengertian umum lakunya. Induksi yang menjadi
metode Socrates ialah memperbandingkan secara kritis. Ia tidak berusaha
mencapai dengan contoh dan persamaan, dan diuji pula dengan saksi dan lawan
saksi. Seperti disebut di atas, dari lawannya bersoal jawab, yang masing-masing
terkenal sebagai ahli dalam vaknya sendiri-sendiri, dikehendakinya definisi
tentang “berani” “indah” dan lain sebagainya. Pengertian yang diperoleh itu diujikan
kepada beberapa keadaan atau kejadian yang nyata. Apabila dalam pasangan itu
pengertian tidak mencukupi, maka dari ujian itu pengertian dicari perbaikan
definisi. Definisi yang tercapai dengan cara begitu diuji pula sekali lagi
untuk mencapai perbaikan yang lebih sempurna. Demikianlah seterusnya. Contoh
Socrates bekerja itu dapat diketahui dari dialog-dialog Plato yang mula-mula,
di mana caranya berfilosofi masih dekat sekali kepada Socrates.
Begitulah
cara Socrates mencapai pengertian. Dengan melalui induksi sampai kepada
definisi. Definisi yaitu pembentukan pengertian yang umum lakunya. Pengertian
menurut paham Socrates sama dengan apa yang disebut Kant: prinsip regulative,
dasar menyusun. Dengan jalan begitu, hasil yang dicapai tidak lagi takluk kepada
paham subyektif, seperti yang diajarkan oleh kaum sofis, melainkan umum
sifatnya, berlaku untuk selama-lamanya. Induksi dan definisi menuju pengetahuan
yang berdasarkan pengertian.
Dengan
caranya itu Socrates membangunkan dalam jiwa lawannya bersoal jawab keyakinan,
bahwa kebenaran tidak diperoleh begitu saja sebagai ayam panggang terlompat ke
dalam mulut yang ternganga, melainkan dicari dengan perjuangan seperti
memperoleh segala barang yang tertinggi nilainya. Dengan cara mencari kebenaran
seperti itu terlaksana pula tujuan yang lain, yaitu membentuk karakter. Sebab
itu tepat sekali Socrates mengatakan: budi ialah tahu. Maksudnya, budi baik
timbul dengan pengetahuan. Manusia yang dirusak oleh ajaran sufisme mau
dibentuk kembali.
Salah
satu catatan Plato yang terkenal adalah Dialogue, yang isinya berupa percakapan
antara dua orang pria tentang berbagai topik filsafat. Socrates percaya bahwa
manusia ada untuk suatu tujuan, dan bahwa salah dan benar"Kenalilah
dirimu". memainkan peranan yang penting dalam mendefinisikan hubungan
seseorang dengan lingkungan dan sesamanya. Sebagai seorang pengajar, Socrates
dikenang karena keahliannya dalam berbicara dan kepandaian pemikirannya.
Socrates percaya bahwa kebaikan berasal dari pengetahuan diri, dan bahwa
manusia pada dasarnya adalah jujur, dan bahwa kejahatan merupakan suatu upaya
akibat salah pengarahan yang membebani kondisi seseorang. Pepatahnya yang
terkenal:
Socrates
percaya bahwa pemerintahan yang ideal harus melibatkan orang-orang yang bijak,
yang dipersiapkan dengan baik, dan mengatur kebaikan-kebaikan untuk masyarakat.
Ia juga dikenang karena menjelaskan gagasan sistematis bagi pembelajaran
mengenai keseimbangan alami lingkungan, yang kemudian akan mengarah pada
perkembangan metode ilmu pengetahuan.
3.
ETIK SOKRATES
Budi
ialah tahu, kata Sokrates. Inilah intisari dari pada Etiknya. Orang yang
berpengetahuan dengan sendirinya berbudi baik. Paham Etiknya itu berkelanjutan
daripada metodenya. Induksi dan definisi menuju pada pengetahuan yang
berdasarkan pengertian.
Siapa
yang mengetahui hokum mestilah bertindak sesuai dengan pengetahuanya itu
takmungkin ada pertentangan antara keyakinan dan perbuatan. Oleh karena budi
berdasar atas pengetahuan, maka budi itu dapat dipelajari.
Dari
ucapan itu nyatalah, bahwa ajaran etik Sokrates intelektuil sifatnya. Selain
dari itu juga rasionil. Apabila budi adalah tahu, maka takada orang yang
sengaja , atas maunya sendiri, berbuat jahat. Kedua-duanya budi dan tahu
bersangkut-paut.
Apa
itu kesenangan hidup? Ini tak pernah
dipersoalkan oleh Sokrates, sehingga murid-muridnya kemudian memberikan
pendapat mereka sendiri-sendiri. Menuju kebaikan adalah jalan yang
sebaik-baiknya untuk mencapai kesenangan hidup.
Menurut
Sokrates, manusia itu pada dasarnya baik. Seperti dengan segala barang yang ada
itu ada tujuanya, begitu juga hidup manusia. Apa misalnya tujuan meja?
Kekuatanya, kebaikanya. Begitu juga dengan manusia, keadaan dan tujuan manusia
ialah kebaikan sifatnya dan kebaikan budinya.
Dari
pandangan Etik yang rasional itu sokrates sampai kepada sikap hidup, yang penuh
dengan rasa keagamaan. Menurut keyakinanya, menderita kezaliman lebih baik dari
berbuat zalim. Sikap itu diperlihatkanya dengan kata dan perbuatan, dalam
pembelaanya dimuka hakim. Sokrates adalah orang yang percaya kepada Tuhan. Alam
ini teratur susunanya menurut ujud yang
tertentu. Itukatanya tanda perbuatan Tuhan. Sering pula dikemukakanya ,bahwa
Tuhan itu dirasai sebagai suara dari dalam, yang menjadi bimbinganya dari
segala perbuatanya. Itulah yang disebut Daimonion. Dalam segi pandangan
Sokrates yang berisi keagamaan, terdapat terdapat pengaruh paham rasionalisme.
Semuanya itu menunjukan kebulatan ajaranya, yang menjadikan ia seorang filosof
yang terutama seluruh masa.
E.
Pemikiran Filsfat Socrates
Ajaran
bahwa semua kebenaran itu relatif telah menggoyahkan teori-teori sains yang
telah mapan mengguncangkan keyakinan agama. Inilah yang menyebabkan kebingungan
dan kekacauan dalam kehidupan. Inilah sebabnya Socrates harus bangkit ia harus
meyakinkan orang Athena bahwa tidak semua kebenaran yang umum yang dapat
dipegang oleh semua orang. Sebagian kebenaran memang relatif tetapi tidak
semuanya. Sayangnya Socrates tidak meninggalkan tulisan. Ajaran kita proleh
dari tulisan-tulisan muridnya terutama plato, kehidupan Socrates (470-399
SM)berada ditengah-tengah keruntuhan imperium Athena. Tahun terakhir hidupnya
sempat menyaksikan keruntuhan Athena oleh kehancuran orang-orang Oligarki dan
orang-orang Demokratis.
Pemuda-pemuda
Athena pada masa ini dipimpin oleh doktrin relatifisme dari kaum sophis sednkan
Socrates adakah seorang penganut moral yang absolute dan meyakini bahwa
menegakkan moral merupakan tugas filosof, yng berdasarkan idea-idea rasional
dan keahlian dalam pengetahuan.
Bertens
(1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai beikut ini. Ajaran ini
ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains
dengan agama. Socrates memulai filsafatnya dengan bertolak dari penglaman
sehari-hari akan tetapi ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan
Socrates; Socrates tidak menyetujui relafisme kaum sophis.
Menurut
pendapat Socrates ada kebenaran obyektif yang tidak bergantung pada diri kita
sendiri untuk membuktikan adanya kebenaran yang obyektif, Socrates menggunakan
metode tertentu. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalui
percakapan-percakapan dan menganalisis pendapat-pendapat. Metode yang digunakan
Socrates biasanya disebut dialektika dari kata kerja Yunani dialegesthai yang
berarti bercakap-cakap atau berdialog yang mempunyai peran penting didalamnya.
Didalam
traktatnya tentang metafisika, Aristoteles memberikan catatan metode tentang
Socrates ini. Ada dua penemuan keduanya berkenaan dengan dasar pengetahuan.
Yang pertama ialah Socrates menemukan induksi dan yang kedua ia menemukan
definisi. Dalm logikanya Aristoteles menggunakan istilah induksi tatkala
pemikiran bertolak dari pengetahuan yang khusus lalu menyimpulkan yang umum itu
dilakukan Socrates ia bertolak dari contoh-contoh konkrit dan dari situ ia
menyimpulkan pengertian yang umum. Misalnya keutmaan (arête) dari usaha ini
Socrates menemukan defines, penemuaanya yang erat dengan pertemuan pertama
tadi, karena definisi ini diproleh dengan jalan mengadakan induksi itu.
Orang
sophis beranggapan bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya, tidak
ada pengetahuan yang bersifat umum. Dengan definisi itu Socrates dapat
membuktikan kepada orang sophis bahwa pengetahuan umum itu ada yaitu definisi
itu. Jadi orang sophis tidak seluruhnya benar yang benar ialah sebagian
pengetahuan bersifat umum dan sebagian bersifat khusus itulah pengetahuan yang
kebenaran relatif.
Dengan
mengajukan definisi itu Socrates telah dapat menghentikan laju dominasi
relatifisme kaum sophis. Jadi kita bukan hidup tanpa pegangan, kebenaran sains
dan agama dapat dipegang bersama sebagianya dan diperselisihkan sebagiannya dan
orang Athena mulai kembali memegang kaidah sains dan kaidah agama mereka.
Plato
memperkokohkan tesis Socrates itu, ia mengatakan kebenaran umum itu memang ada.
Ia bukan dicari dengan induksi seperti pada Socrates melainkan telah ada disana
dialam idea. Kubu Socrates semakin kuat. Orang sophis semakin kehabisan
pengikut. Ajaran bahwa kebenaran itu relatif semakin ditinggalkan Socrates
dituduh merusak mental pemuda dan menolak tuhan-tuhan. Socrates diadili oleh
hakim Athena. Disana ia mengatakan pembelaan panjang lebar yang ditulis oleh
muridnya, Plato dibawah judul Aphologia (pembelaan). Dalam pembelaan itu ia
menjelaskan ajaran-ajarannya, seolah-olah ia mengajari semua orang yang hadir
dipengadilan it. Socrates dinyatakan bersalah ia dijatuhi hukuman mati.
Didalam
dialog yang berjudul Phaidon, Plato menceritakan percakapan Socrates dengan
para muridnya pada hari terakhir hidupnya. Sekalipun Socrates telah tiada
ajarannya tersebar justru dengan cepat karena kematiannya itu. Orang mulai
mempercayai adanya kebenaran umum.
4.
SAHABAT DIMATA SOKRATES
Empat
ratus tahun sebelum kristus lahir, di Yunani Purba sudah ada orang yang
mengupas tuntas arti persahabatn. Siapa lagi kalu bukan filosof jalanan yang mengaku
tahu bahwa dirinya tidak tahu. Dialah Socrates, yang oleh murid terpandaianya
Plato disebut sebagi manusisa paling bijak dibumi.
Hal
yang menakjubkan dari Filsuf adalah pilihan tema diskursus, dalam hal ini tema
persahabatan, yang selalu relevan sepanjang zaman. Meski jarak antara masa kini
dan era Sokrates sudah 2.500 tahun apa ang diungkapkan Sokrates tampaknya masih
menarik orang untuk menyimaknya.
Bagi
Sokrates yang mendasari sebuah persahabatan adalah kebaikan. Hal ini hanya
dimungkinkan pada mereka yang masuk kategori “ yang tidak baik sekaligus tidak
jahat “apa makana” yang baik sekaligus tidak jahat ini?
Karakter
macam ini hanya dimiliki oleh seorang yang masih merasa “tidak berpengetahuan”
(tidak baik sehingga dia akan memburu persahabatan dengan orang yang berpengetahuan. Dan orang yang belum merasa
mempunyai kearifan sehingga merasa perlu mrncari kearifan (tidak jahat).
Bagi
orang yang merasa sama-sama berpengetahuan dan merasa sama-sama bijaksana,
persahabbatan sejai tidak mungkin terjalin. Begitu juga diantara oranng
sama-sama bodoh dan jahat, persahabatan takakan terjalin abadi. Menurut
Sokrates, sesame orang jahat bias saja
bersahabat selama mereka punya kepentingan bersama namun persahabatan diantara
sesame orang jahat akan berakhir diujung penghianatan.
Apakah
pendapat Sokrates ini masih valid untuk kondisi saat ini?
Itulah
yang mungkin pantas untuk diverifikasi. Takmudah untuk melakukan Verifikasi
atas pendapat-pendapat Sokrates. Metode paling otentik untuk menguji keabsahan
pendapat Sokrates ini adalah pribadi orang masing-masing dengan merujuk pada pengalaman pribadi. Namun problrm
isensial disini adalah untuk menentukanapakah seseorang bias secara objektif menilai
diri sendiri sebagai orang yang “baik”.”tidak baik”, “tidak jahat”?
5.
MURID-MURID SOKRATES
Diantara
murid-murid Sokrates ada tiga orang yang mengaku meneruskan pelajaran sokrates
yaitu Euklides, Antisthenes dan Arristippos. Dan dalam makalah ini penulis juga
akan membahas sedikit tentang ketiga murid Socrates yang masih meneruskan
ajaran dari Sokrates,diantaranya :
A.EUKLIDES
Dalam
bukunya yang berjudul Elemen, ia sebagai bapak geometri mengemukakan teori
bilangan dan geometri. Menurutnya satu hal yang paling penting untuk dicatat,
bahwa dalam pembuktian teorema-teorema geometri tak diperlukan adanya contoh
dari dunia nyata tetapi cukup dengan deduksi logis menggunakan aksioma-aksioma
yang telah dirumuskan.
Euclides
menulis 13 jilid buku tentang geometri. Dalam buku-bukunya ia menyatakan
aksioma (pernyataan-pernyataan sederhana) dan membangun semua dalil tentang
geometri berdasarkan aksioma-aksioma tersebut. Contoh dari aksioma Euclides
adalah, "Ada satu dan hanya satu garis lurus garis lurus, di mana garis
lurus tersebut melewati dua titik". Buku-buku karangannya menjadi hasil
karya yang sangat penting dan menjadi acuan dalam pembelajaran Ilmu Geometri.
Bagi
Euclides, matematika itu penting sebagai bahan studi dan bukan sekedar alat
untuk mencari nafkah. Ketika ia memberi kuliah geometri pada seorang raja,
baginda bertanya, "Tak adakah cara yang lebih mudah bagi saya untuk
mengerti dalam mempelajari geometri?". Euclides menjawab, "Bagi raja
tak ada jalan yang mudah untuk mengerti geometri. Setiap orang harus berpikir
ke depan tentang dirinya apabila ia sedang belajar". Euklides mengajarkan
filosofisnya dikota Megara. Sebelum ia belajar pada Sokrates ia telah
mempelajari filosofi Elea, terutama ajaran Permenides yang mengatakan, bahwa
yang ada itu ada, satu, tidak berubah-ubah. Pendapat ini disatukan dengan etik
Sokrate. Lalu diajarkanya : yang satu itu baik. Hanya orang sering menyebut
yang satu itu dengan berbagai nama: Tuhan, akal dan lainya. Lawan yang satu itu
tiada. Yang baik selalu ada tidak berubah.
B.ANTISTHENES
Antisthenes
adalah seorang filsuf yang termasuk ke dalam Mazhab Sinis.Dia adalah pendiri
mazhab tersebut dan guru dari Diogenes dari Sinope.Antisthenes adalah salah
satu murid Sokrates, dan ia mengklaim diri sebagai penerus spiritual dari
gurunya itu. Sebelum Antithenes belajar pada Sokrates, ia pernah belajar pada
filsuf Gorgias.
Antisthenes
tidak terlalu mementingkan konsep-konsep filsafat, melainkan mempelajari etika.
Etika dipandangnya sebagai bagian paling penting dari filsafat dan juga sebagai
keutamaan tertinggi yang patut dicari oleh manusia. Oleh karena itu, ia dan
pengikut-pengikutnya meninggalkan pengajaran tentang seni, matematika, dan ilmu
alam.
Menurut
sumber-sumber kuno, Antisthenes pernah menulis beberapa karya. Karyanya yang
paling penting adalah "Herkules" yang berisi etika ideal kehidupan
menurut Mazhab Sinis.Karya-karya lainnya berjudul "Cyrus",
"Alcibiades", "Arkhelaos" yang isinya kritik terhadap
tirani, "Politikus" yang isinya juga kritikan terhadap sistem
demokrasi, dan "Sathon" yang merupakan polemik dengan Plato.Plato
menulis "Euthydemus" sebagai tanggapan atas tulisan dari Antisthenes
tersebut. Antisthenes ini mula-mula murid guru Sofis Georgias. Kemudian ia
menjadi murid sokrates. Sesudah Sokrates meninggal ia membuka sekolah filosofi
di Atena dan diberinya nama Gymnasyum Kynosarges. Sebab itu ajaranya sering
disebut Filosofi dari Mazhab Kynia.Menurut ajaran Antisthenes, budi adalah
satu-satunya yang baik. Diluar itu tidak perlu kesenangan hidup. Mencari
kesenangan sebagai tujuan ialah perbuatan yang salah. Budi adalah rasa segala
yang cukup. Budi hanya satu dan dapat dipelajari
Dalam
dua hal ia menyimpang dari Sokrates, yang pertama, ia memungut uang sekolah.
Bagi Sokrates pantang menerima bayaran. Kedua, tentang pengertian, pendapatnya
berlainan dari ajaran Sokrates. Bagi Antisthenes pengertian takada, yang ada
hanya kata-kata, masing-masing mempunyai arti sendiri.
Bentuk
pemerintahan Negara-negara Grik beserta kepercayaanya resmi kepada dewa-dewa
ditentangnya. Seorang yang alim, katanya, tidak mesti hidup menurut
undang-undang yang berlaku. Antistheses mengajarkan bahwa Tuhan itu Esa.
C.ARISTIPPOS
Aristippos
adalah salah seorang filsuf dari Mazhab Hedonis.Ia adalah pendiri mazhab
tersebut.Karena ia berasal dari kota Kirene, maka Mazhab Hedonis dikenal juga
dengan sebutan Mazhab Kirene.
Aristippos
adalah teman sekaligus salah seorang murid Sokrates. Ia mengembangkan pandangan
Sokrates bahwa keutamaan hidup manusia adalah mencari "yang baik".
Usaha tersebut serupa dengan Mazhab Sinis namun mereka memiliki pandangan yang
berbeda tentang "yang baik" itu. Aristippos mengajarkan ajaranya di
Kyrena. Mula mula ia belajar pada guru-guru sofis dan menjadi murid Sokrates.
Dalam ajaranya ia sangat jauh menyimpang dari Sokrates. Menurut pendapatnya
kesenangan hidup harus menjadi tujuan. Sebab itu ajaranya disebut hedonism.
Hanya kesenangan hidup itu harus dicapai dengan pertimbangan yang tepat, tidak
boleh serampangan saja. Akal harus dipakai
untuk menggunakan kesempatan yang ada.
Aristippos
menafsirkan konsep "yang baik" dari Sokrates sebagai kesenangan
(dalam bahasa Yunani hedone). Maksudnya kesenangan di sini adalah bukan saja
kesenangan ragawi tetapi juga kesenangan rohani. Karena pengajarannya itulah,
aliran pemikiran dari Aristippos ini disebut Mazhab Hedonis.
Akan
tetapi, orang yang bijaksana tidak akan mengejar kesenangan tanpa batas, sebab
kesenangan yang tak terbatas pada akhirnya akan mengakibatkan kesusahan. Yang
harus dikejar adalah kesenangan maksimal yang diserta kesusahan secara minimal.
Untuk itu, rasio manusia bertugas untuk menentukan apa yang harus dilakukan
manusia untuk mendapatkan kesenangan secara maksimal dan merasakan kesusahan
secara minimal.Karena itu, dalam perspektif Aristippos, pengendalian diri dan
asketisme amat diperlukan dalam mencapai hidup yang ideal.
Aristippos
memberikan pengaruh terhadap filsuf-filsuf lain yang melanjutkan Mazhab
Hedonis.Beberapa orang filsuf yang terkenal dari masa selanjutnya adalah
Theodorus, Hegesias, dan Euhemerus
D.PLATO
Plato
lahir pada tahun 428/7 sebelum masehi dari keluarga terkemuka di Athena,
ayahnya bernama Ariston dan ibunya bernama Periktione. Ketika bapaknya
meninggal ibunya menikah lagi dengan adik ayahnya Plato yang bernama Pyrilampes
yang tidak lain adalah seorang politikus, dan Plato banyak terpengaruh dengan
kehadiran pamannya ini. Karena sejak kehadiran pamannya ini ia banyak bergaul
dengan para politikus Athena.
Selain
para politikus ia juga banyak dipengaruhi oleh Kratylos, seorang filusuf yang
meneruskan ajaran Herakleitos yang mempunyai pendapat bahwa dunia ini terus
berubah. Dari pergaulan dengan para politikus, Plato akhirnya menelurkan sebuah
pemikiran bahwa pemimpin suatu negara haruslah seorang filusuf, hal ini
dilontarkan karena kekecewaannnya atas kepemimpinan para politikus yang ada
pada saat itu, terutama yang berkaitan dengan kematian gurunya, yaitu Socrates,
di persidangan yang berakhir pada kematian gurunya tersebut.
Pada
perkembangan selanjutnya Plato mendirikan Akademia sebagai pusat penyelidikan
ilmiah dan di sekolah ini ia berusaha merealisasikan cita-citanya yaitu
menjadikan filsuf-filsuf yang siap menjadi pemimpin negara, dan akademia inilah
awal dari munculnya universitas-universitas saat ini karena lebih menekankan pada
kajian ilmiah bukan sekedar reotrika. Ia terus mengepalai dan mengajar di
akademia ini hingga akhir hayatnya.
Dalam
menelurkan karya-karya fisafatnya Plato menggunakan metode dialog, karena ia
percaya filsafat akan lebih baik dan teruji jika dilakukan melalui dialog dan
banyak dari karya-karyanya disampaikan secara lisan di akademia-nya. Di satu
sisi ia masih mempercayai beberap mitos yang digunakan olehnya untuk
mengemukakan dugaan-dugaan mengenai hal-hal duniawi. Ia banyak dipengaruhi oleh
gurunya, Socrates dalam pemikirannya.
Ide
merupakan inti dasar dari seluruh filasaft yang diajarkan oleh Plato. Ia
beranggapan bahwa idea merupakan suatu yang objektif, adanya idea terlepas dari
subjek yang berfikir. Idea tidak diciptakan oleh pemikiran individu, tetapi
sebaliknya pemikiran itu tergantung dari idea-idea. Ia memberikan beberapa
contoh seperti segitiga yang digambarkan di papan tulis dalam berbagai bentuk
itu merupakan gambaran yang merupakan tiruan tak sempurna dari idea tentang
segitiga. Maksudnya adalah berbagai macam segitiga itu mempunyai satu idea
tentang segitiga yang mewakili semua segitiga yang ada.
Dalam
menerangkan idea ini Plato menerangkan dengan teori dua dunianya, yaitu dunia
yang mencakup benda-benda jasmani yang disajikan pancaindera, sifat dari dunia
ini tidak tetap terus berubah, dan tidak ada suatu kesempurnaan. Dunia lainnya
adalah dunia idea, dan dunia idea ini semua serba tetap, sifatnya abadi dan
tentunya serba sempurna.
Idea
mendasari dan menyebabkan benda-benda jasmani. Hubungan antara idea dan
realitas jasmani bersifat demikian rupa sehingga benda-benda jasmani tidak bisa
berada tanpa pendasaran oleh idea-idea itu. Hubungan antara idea dan realitas
jasmani ini melalui 3 cara, pertama, idea hadir dalam benda-benda konkrit.
Kedua, benda konkrit mengambil bagian dalam idea, disini Plato memperkenalkan
partisipasi dalam filsafat. Ketiga, Idea merupakan model atau contoh bagi
benda-benda konkrit. Benda-benda konkrit itu merupakan gambaran tak sempurna
yang menyerupai model tersebut.
Plato
menganggap bahwa jiwa merupakan pusat atau intisari kepribadian manusia, dan
pandangannya ini dipengaruhi oleh Socrates, Orfisme dan mazhab Pythagorean.
Salah satu argumen yang penting ialah kesamaan yang terdapat antara jiwa dan
idea-idea, dengan itu ia menuruti prinsip-prinsip yang mempunyai peranan besar
dalam filsafat. Jiwa memang mengenal idea-idea, maka atas dasar prinsip tadi
disimpulkan bahwa jiwapun mempunyai sifat-sifat yang sama dengan idea-idea,
jadi sifatnya abadi dan tidak berubah. Plato mengatakan bahwa dengan kita
mengenal sesuatu benda atau apa yang ada di dunia ini sebenarnya hanyalah
proses pengingatan sebab menurutnya setiap manusia sudah mempunyai pengetahuan
yang dibawanya pada waktu berada di dunia idea, dan ketika manusia masuk ke dalam
dunia realitas jasmani pengetahuan yang sudah ada itu hanya tinggal diingatkan
saja, maka Plato menganggap juga seorang guru adalah mengingatkan muridnya
tentang pengetahuan yang sebetulnya sudah lama mereka miliki.
Ajaran
Plato tentang etika kurang lebih mengatakan bahwa manusia dalam hidupnya
mempunyai tujuan hidup yang baik, dan hidup yang baik ini dapat dicapai dalam
polis. Ia tetap memihak pada cita-cita Yunani Kuno yaitu hidup sebagai manusia
serentak juga berarti hidup dalam polis, ia menolak bahwa negara hanya
berdasarkan nomos/adat kebiasaan saja dan bukan physis/kodrat. Plato tidak
pernah ragu dalam keyakinannya bahwa manusia menurut kodratnya merupakan mahluk
sosial, dengan demikian manusia menurut kodratnya hidup dalam polis atau
negara.
Menurut
Plato negara terbentuk atas dasar kepentingan yang bersifat ekonomis atau
saling membutuhkan antara warganya maka terjadilah suatu spesialisasi bidang
pekerjaan, sebab tidak semua orang bisa mengerjakaan semua pekerjaan dalam satu
waktu. Polis atau negara ini dimungkinkan adanya perkembangan wilayah karena
adanya pertambahan penduduk dan kebutuhanpun bertambah sehingga memungkinkan
adanya perang dalam perluasan ini. Dalam menghadapi hal ini maka di setiap
negara harus memiliki penjaga-penjaga yang harus dididik khusus. Mereka harus
mempelajari, senam yang lebih umum dan keras dan sebaiknya dilakukan paa usia
18 - 20 tahun. Dari sini diseleksi lagi untuk dijadikan calon pemimpin politik,
dan untuk membentuk pemimpin in mereka harus belajar filsafat hingga usia 30
tahun, tujuan belajar filsafat ini untuk melatih mereka dalam mencari
kebenaran. Dari sini diseleksi lagi dan mereka yang lulus seleksi akan
mempelajari filsafat dan dialektika secara lebih intensif selama 5 tahun. Dan
jika dalam pendidikan ini berhasil maka selama 15 tahun ia menduduki beberapa
jabatan negara yang tujuannya agar mereka tahu pekerjaan-pekerjaan negara. Dan
pada usia 50 tahun baru mereka siap menjadi seorang pemimpin.
Ada
tiga golongan dalam negara yang baik, yaitu pertama, Golongan Penjaga yang
tidak lain adalah para filusuf yang sudah mengetahui yang baik dan kepemimpinan
dipercayakan pada mereka. Kedua, Pembantu atau Prajurit. Dan ketiga, Golongan
pekerja atau petani yang penanggung kehidupan ekonomi bagi seluruh polis.Plato
tidak begitu mementingkan adanya undang-undang dasar yang bersifat umum, sebab
menurutnya keadaan itu terus berubah-ubah dan peraturan itu sulit
disama-ratakan itu semua tergantung masyarakat yang ada di polis tersebut.
Adapun
negara yang diusulkan oleh Plato berbentuk demokrasi dengan monarkhi, karena
jika hanya monarkhi maka akan terlalu banyak kelaliman, dan jika terlalu
demokrasi maka akan terlalu banyak kebebasan, sehingga perlu diadakan
penggabungan, dan negara ini berdasarkan pada pertanian bukan perdagangan. Hal
ini dimaksudkan menghindari nasib yang terjadi di Athena.Dia adalah murid
kesayangan sekaligus teman Sokrates. Dari dialah kebanyakan referensi tentang
Sokrates bisa kita dapat. Karena Sokrates sendiri tidak meninggalkan tulisan
tentang filsafat-filsafatnya, Euklidues, Antisthenes dan Aristippos
masing-masing mendirikan sekolah Sokrates sebagai tanda cintanya kepada
gurunya. Murid Sokrates yang sebenar-benarnya adalah Plato.
Socrates
menyumbangkan teknik kebidanan (maieutika tekhne) dalam berfilsafat. Bertolak
dari pengalaman konkrit, melalui dialog seseorang diajak Sokrates (sebagai sang
bidan) untuk "melahirkan" pengetahuan akan kebenaran yang dikandung
dalam batin orang itu. Dengan demikian Sokrates meletakkan dasar bagi pendekatan
deduktif. Pemikiran Sokrates dibukukan oleh Plato, muridnya.
Plato
menyumbangkan ajaran tentang "idea". Menurut Plato, hanya idea-lah
realitas sejati. Semua fenomena alam hanya bayang-bayang dari bentuknya (idea)
yang kekal. Plato ada pada pendapat, bahwa pengalaman hanya merupakan ingatan
(bersifat intuitif, bawaan, dalam diri) seseorang terhadap apa yang sebenarnya
telah diketahuinya dari dunia idea, -- konon sebelum manusia itu masuk dalam
dunia inderawi ini. Menurut Plato, tanpa melalui pengalaman (pengamatan), apabila
manusia sudah terlatih dalam hal intuisi, maka ia pasti sanggup menatap ke
dunia idea dan karenanya lalu memiliki sejumlah gagasan tentang semua hal,
termasuk tentang kebaikan, kebenaran, keadilan, dan sebagainya.
Plato
mengembangkan pendekatan yang sifatnya rasional-deduktif sebagaimana mudah
dijumpai dalam matematika. Problem filsafati yang digarap oleh Plato adalah
keterlemparan jiwa manusia kedalam penjara dunia inderawi, yaitu tubuh. Itu
persoalan ada ("being") dan mengada (menjadi, "becoming").
Aristoteles
menganggap Plato (gurunya) telah menjungkir-balikkan segalanya. Dia setuju
dengan gurunya bahwa kuda tertentu "berubah" (menjadi besar dan
tegap, misalnya), dan bahwa tidak ada kuda yang hidup selamanya. Dia juga
setuju bahwa bentuk nyata dari kuda itu kekal abadi. Tetapi idea-kuda adalah
konsep yang dibentuk manusia sesudah melihat (mengamati, mengalami) sejumlah
kuda. Idea-kuda tidak memiliki eksistensinya sendiri: idea-kuda tercipta dari
ciri-ciri yang ada pada (sekurang-kurangnya) sejumlah kuda. Bagi Aristoteles,
idea ada dalam benda-benda.
Pola
pemikiran Aristoteles ini merupakan perubahan yang radikal. Menurut Plato,
realitas tertinggi adalah yang kita pikirkan dengan akal kita, sedang menurut
Aristoteles realitas tertinggi adalah yang kita lihat dengan indera-mata kita.
Aristoteles tidak menyangkal bahwa bahwa manusia memiliki akal yang sifatnya
bawaan, dan bukan sekedar akal yang masuk dalam kesadarannya oleh pendengaran
dan penglihatannya. Namun justru akal itulah yang merupakan ciri khas yang
membedakan manusia dari makhluk-makhluk lain. Akal dan kesadaran manusia kosong
sampai ia mengalami sesuatu. Karena itu, menurut Aristoteles, pada manusia
tidak ada idea-bawaan.
7.
Relevansi Ajaran Filsafat Sokrates Kepada Kehidupan Sosial Zaman Sekarang
Setelah
pembelajaran Sejarah Filsafat Yunani selama ini, ada hal yang sangat bermanfaat
dalam diri saya. Hal itu berasal dari salah satu filsuf yang amat terkenal dan
banyak dipermasalahkan filsuf lainnya, yaitu sokrates. Hampir semua aspek dalam
diri sokrates yang bisa saya ambil manfaatnya. Dimulai dari jalan kehidupannya,
kepribadiannya, sampai ke ajarannya. Tetapi, dalam tulisan ini saya harus
membatasi ruang lingkup bahasan saya, yaitu ketiga ajaran sokrates. Dan ketiga
ajaran itu melingkupi masalah sosial manusia, maka dari itu, tulisan ini juga
hanya membatasi diri dalam masalah kehidupan sosial manusia.
Pertama
ialah dialektika dan maieutike tekhne. Dua hal itu tak bisa dipisahkan.
Sokrates memilih filsafat sebagai dialog karena dia percaya bahwa filsafat
ialah suatu pendekatan terhadap kebenaran yang tidak lain ialah saling mengisi
dan membagi kebenaran antara satu orang dengan yang lainnya. Apalagi dialektika
itu digunakan untuk maieutike tekhne, yaitu seni kebidanan. Sokrates meyakini
bahwa tiap manusia memiliki kebenaran dalam jiwanya, dan hanya diperlukan untuk
membidaninya agar kebenaran itu lahir dari jiwanya. Dialektika dan maieutike
tekhne ialah suatu bentuk pembelajaran yang sangat efektif yang telah
diciptakan oleh sokrates. Tetapi sayangnya pendidikan pada zaman ini telah
menomorduakan kedua hal itu. Pendidikan sekarang malah memprioritaskan suatu
pembelajaran sistematis yang membuat peserta didik menjadi pasif. Seperti teori
yang dikatakan oleh tokoh pendidikan yaitu Paulo Freire, ialah teori gaya bank.
Murid hanya diam menerima informasi dari guru. Ruang lingkup belajar mereka
dibatasi oleh tembok tembok kelas, padahal ilmu berasal dari realita di luar
sana.
Padahal,
apabila pembelajaran melalui dialektika, peserta didik dan juga guru akan aktif
dalam mencari pengetahuan. Apalagi bila ditambahi dengan maieutike tekhne, maka
peserta didik akan merasakan dan mengetahui bagaimana proses munculnya suatu
pengetahuan atau epistemologi akan pengetahuan itu sendiri. Tentu hal itu
mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan pembelajaran yang pasif.
Filsafat
sebagai dialog harus terus digunakan, karena apabila filsafat terus digunakan
secara sistematis maka filsafat akan semakin terlihat sebagai ilmu pengetahuan
itu sendiri. Padahal filsafat ialah dasar dari ilmu pengetahuan. Maka dari itu,
apabila filsafat sebagai dialog sudah mulai terjauhi, maka filsafat akan terasa
diasingkan dari sosial masyarakat, karena yang terlihat dari filsafat hanyalah
seperti ilmu pengetahuan yang rumit, sistematis dan konsepsional, sehingga akan
melupakan bahwa filsafat bisa juga berupa dialog kehidupan sehari hari, seperti
keadaan dewasa saat ini.
Yang
kedua ialah arete. Arete ialah keutamaan untuk menuju sebuah kebahagiaan yang
objektif (eudaimonia). Untuk menuju kebahagiaan yang objektif tersebut, tiap
manusia haruslah memiliki keutamaannya sendiri-sendiri. Keutamaan itu ialah
suatu etika “yang baik” ditambah dengan sikap profesionalisme terhadap
bidangnya masing masing. Dan arete tersebut berbentuk suatu pengetahuan yang
bisa didapatkan dengan dialektika dan maieutike tekhne yang tadi.
Tiap
manusia haruslah mempunyai arete. Contohnya, seorang dokter. Dokter harus
memiliki keprofesionalannya lewat pengetahuan yang ia miliki, dia harus lulus
menempuh pendidikan yang tinggi untuk memenuhi syarat menjadi dokter yang
profesional. Dan juga etika yang baik. Walaupun dokter tersebut sudah
profesional dalam bidangnya, tapi dia tetap harus menjaga ilmunya untuk sesuatu
yang baik. Bukan untuk membuat racun mematikan untuk manusia, untuk melakukan
aborsi, atau lain sebagainya. Semua orang harus mempunyai arete, dari dokter
sampai ke tukang pandai besi pun harus mempunyai arete.
Tetapi
sayangnya, arete pada masa kini telah ditentukan dengan tertulis dan bersifat
ideologis yang disebut kode etik. Kode etik sudah ditentukan dan dipantenkan
oleh sekelompok orang, dan mengharuskan orang lain untuk menaati kode etik
tersebut. Sehingga tidak lain kode etik tersebut seakan akan menjadi doktrin
terhadap etika profesi, dan bahkan seperti peraturan yang harus ditaati. Dan
itulah yang membuat kode etik berbeda bukan lagi sebagai keutamaan yang arete
maksudkan. Seharusnya, keutamaan tersebut muncul dari diri sendiri seperti
kebenaran yang dibidani dengan maieutike tekhne, juga keluar seiring dengan
pemahaman akan pengetahuan yang ada. Tetapi arete ini akan lebih sempurna
apabila manusia sudah mengetahui akan tujuan kehidupannya, yaitu eudaimonia.
Sokrates
meyakini bahwa, manusia pastilah memiliki kebahagiaan yang bersifat objektif,
bukan subjektif yang berbeda berdasarkan tiap orang. Karena manusia pada
dasarnya ialah mahluk sosial, yang selalu terkait dengan yang lainnya. Begitu
juga kebahagiaan, tak mungkin berdiri sendiri, pasti ada suatu kebahagiaan yang
sama untuk tujuan semua orang. Dan kebahagiaan itu disebut dengan eudaimonia.
Tapi
sayangnya, orang orang zaman sekarang sudah tak tahu menahu soal eudaimonia
tersebut. Tak ada yang ingin mencari tahu, menemukan dan memahami tentang
eudaimonia. Akibatnya, semua orang merasa hidup sendiri sendiri. Kebahagian
mereka ialah kebahagiaan keluarga masing masing, institusi masing masing,
bahkan perut masing masing. Akibatnya, dengan banyaknya tujuan tersebut,
membuat orang orang merasa bersaing satu sama lain, tak saling membantu, bahkan
bertengkar dan perang. Mungkin bila semua orang mengetahui tentang eudaimonia
tersebut, pastilah dunia akan berjalan dengan tenang dan damai. Karena seakan
akan tujuan kehidupan manusia sudah sama terbentuk dalam satu visi.
BAB
III
PENUTUP
Filsafat
adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara
kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan
melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan
mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan
argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari
proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika.
Untuk
studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa. Logika merupakan
sebuah ilmu yang sama-sama dipelajari dalam matematika dan filsafat. Hal itu
membuat filasafat menjadi sebuah ilmu yang pada sisi-sisi tertentu berciri
eksak di samping nuansa khas filsafat, yaitu spekulasi, keraguan, rasa
penasaran dan ketertarikan. Filsafat juga bisa berarti perjalanan menuju
sesuatu yang paling dalam, sesuatu yang biasanya tidak tersentuh oleh disiplin
ilmu lain dengan sikap skeptis yang mempertanyakan segala hal,salah satu tokoh
filsafat yang terkenal ialah sokrates yang menjadi pembeda ilmu filsafat saat
ini dan dulu.
Sokrates
seorang yang sederhana dan tabiatnya verjalan disekeliling kota, mempelajari
tingkah laku manusia dari berbagai segi hidupnya. Socrates tidak pernah
menuliskan filosofinya. Jika diperhatikan malaha ia tidak mengajarkan filosofi
melainkan hidup berfilosofi. Socrates mencari pengertian yaitu bentuk yang
tetap daripada sesuatunya.
Bertens
(1975; 85-92) menjelaskan ajaran Socrates sebagai berikut ini. Ajaran ini
ditujukan untuk menentang ajaran relatifisme sophis. Ia ingin menegakkan sains
dengan agama. Ada perbedaan yang sangat penting antara sophis dan Socrates;
Socrates tidak menyetujui relatifisme kaum sophis. Orang sophis beranggapan
bahwa semua pengetahuan adalah relatif kebenarannya tidak ada pengetahuan yang
bersifat umum.
Socrates
adalah filosof yang menjadi sekat pembeda dari filosof lain sehingga dikenal
istilah pra Sokrates. Pra Sokrates tidak bertolak ukur pada zaman atau masa
hidup para filosof tetapi dilihat dari segi pemikiran filsafat mereka yang
tidak dipengaruhi oleh Sokrates.
Filsafat
Pra Sokrates hanya membahas tentang Obyek alam, sedangkan Sokrates disamping
membahas alam juga membahas manusia, jiwa, dan yang lainya.
Sokrates
terkenal dengan filsafat kebenaran objektifnya, meskipun masih banyak bahasan
yang lain seperti persahabatan menurut Sokrates, hakekat cinta, dan perkawinan
menurut Sokrates dan kebanyakan falsafahnya diceritakan oleh para muridnya
terutama Plato. Karena dia tidak pernah menulis falsafahnya sendiri.
Peran
Sokrates dalam pengembangan Filsafat sangat dominan dan berpengaruh besar pada
pemikiran para filosof-filosof sesudahnya seperti Plato, Aristoteles,
Antisthenes. Aristippus, dan Filosof lainya,maka dari itu ilmu-ilmu sokrates
masih sangat di pakai oleh filsuf-filsuf masa kini, ilmu filsafat Sokrates
menjadi dasar pemikiran-pemikiran dari ilmu filsafat modern masa kini.
SARAN
Penulis
berharap makalah ini akan berguna bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada
khususnya,terutama untuk memenuhi tugas akhir semester. Walau bagaimanapun
penulis masih mengharapkan kritik serta saran atas ketidak sempurnaan makalah
ini.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
· Hatta Mohammad,Alam PikiranYunani,Jakarta:1986
· Drs.Ahmad Syadali,Ma.
Drs.Mudzakir,Filsafat Umum,Setia Budi,
Bandung:1997
· Dr.Harun Hadiwijaya,Sari Sejarah Islam,kanisius,Yogyakarta:1980
·
Rakhmat, Ioanes. Sokrates dalam Tetralogi Plato: Sebuah Pengantar dan Terjemahan
Teks. Gramedia. 2009. Jakarta.
·
Yenne, Bill. 100 Pria Pengukir Sejarah Dunia (hal 32-33). Alih bahasa: Didik Djunaedi.
PT. Pustaka Delapratasa, 2002, Jakarta.
[1] Tentang filsafat hokum yunani lihat:
Mr. Soetiksno, Filsafat yunani , I,hlm. 9-18; 48-52
D.scheltens/Bakri Siregar, Pengantar , Hlm. 18-20
Theo Huijbers, Lintasan, hlm. 18-31
Roscoe
pound menulis: Saya menduga bahwa sumbangan yang kekal dari filsafat hokum
Yunani akan ditentukan dalam perbedaan antara hokum dan kaidah-kaidah hukum. (pengantar filsafat hokum, ed. 3,Jakarta
1982, hlm. 8)