Selasa, 15 Januari 2013

PERILAKU AGRESI DI MASYARAKAT



Oleh : Chairul Amriyah

1.    Review Jurnal
Berdasarkan jurnal yang ditulis oleh Chairul Amriyah yang berjudul Perilaku Agresi di Masyarakat menjelaskan bahwa dalam kehidupan masyarakat saat ini, aksi kekerasan telah banyak dilakukan oleh masyarakat baik secara individu maupun missal. Penyebaran info dan berita-berita yang bersisi kekerasan sudah bukan sesuatu yang tabu lagi, karena media masa baik cetak maupun elektronik seperti tidak ada habis-habisnya menyiarkan berita terkait kekerasan, bahkan dibeberapa stasiun televisi juga membuat program tayangan khusus yang menyiarkan berita-berita tentang aksi kekerasan. Aksi kekerasan ini dapat terjadi di mana saja, di sekolah, dl jalan, di kompleks perumahan, di kantor polisi, di gedung DPR, bahkan di dalam kampus sekalipun yang notebanya akan meluluskan para intelektual yang berkualitas, bemoral, dan bermartabat.
Sebagai bangsa Indonesia yang terkenal dengan bangsa yang ramah tanah dan bebudayaan tinggi, wajar apabila kita terheran-heran apabila negara kita ini sudah dipenuhi dengan aksi kekersan. Begitulah kenyataannya tetap menyatakan bahwa kehidupan bangsa Indonesia selalu di hiasi dengan kekerasan, bukan hanya sekarang tetapi sejak zaman dahulu, ingatkah kita pada kisah Ken Arok yang diakhiri dengan pembunuhan. Tengok saja catatan sejarah tentang pembantaian orang cina di Batavia awal tahun 1900an, rentetan anak masa di Situbondo, Peristiwa 12-13 Mei 1998 di Jakarta, kerusakan di Arnbon dan Maluku Utara Tragedi di Monas Bahkan terakhir di depan gedung MPR 24 Juli 2008. Hampir setiap hari kekerasan menghiasi kehidupan kita, sasarannya dapat terjadi dimana saja dari orang terkenal sampai orang tak dikenal.
  
Pembahasan
Kekerasan pada dasarnya dapat dibagi menjadi dua bentuk yaitu kekerasan fisik dan kekerasan verbal. Kekerasan fisik yaitu kekerasan yang dilakukan seperti memukul meninju, menendang, menampar dan lain-lain. Sedangkan kekerasan verbal yaitu kekerasan yang di lakukan dengan cara mengancam, menteror, dan mengintimidasi. Kekerasan pada perempuan juga terjadi pada empat ruang lingkup yaitu ; rumah tangga, ekonomi dan negara. Pada kalangan remaja aksi yang biasa dikenal sebagai tawuran pelajar merupakan hal sudah terlalu sering kita saksikan bahkan cenderung dianggap biasa, pelaku tindakan aksi ini di lakukan oleh siswa-siswi di tingkat SLTP/SMP sampai perguruan tinggi, hal ini sangatlah memperhatikan kita semua. Hal yang   terjadi   pada saat tawuran sebenamya adalah prilaku agresi dari seorang individu atau kelompok agresi itu sendiri. Menurut Murray (dalam Hall dan Lindzey, Psikologi kepribadian, 1993), agresi didefiniskan sebagai suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, berkelahi, melukai, menyerang, membunuh, atau menghukum orang lain secara singkatnya agresi adalah tindakan yang dimaksudkan untuk melukai orang lain atau merusak milik orang lain.
Chairul Amriyah dalam jurnalnya mendeskripsikan beberapa faktor yang menyebabkan perilaku agresi, yaitu:
1. Amarah
      Marah sering kali muncul sebagai aksi terhadap  frustasi, sakit hati dan merasa terancam, pada umumnya frustasi adalah keinginan tidak terpenuhi. Ini merupakan hal yang paling sering menimbulkan kemarahan pada tiap tingkat usia. Amarah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktifitas sistem saraf parasimpatik yang tinggi dan adanya perasaan tidak suka  yang sangat kuat yang biasanya di sebabkan adanya kesalahan yang mungkin nyata-nyata salah atau mungkin juga tidak (Davidoff, psikologi suatu pengantar 1998). Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju, menghancurkan atau melempar suatu dan biasanya timbul pikiran yang kejam bila hal tersbeut disalurkan maka terjadilah agresi.
      Jadi agresi adalah suatu respon terhadap amarah, kekecewaan, sakit fisik, penghinaan, atau ancaman sering memancing amarah akhirnya memancing agresi, ejekan, hinaan, dan ancaman merupakan pancingan yang jitu terhadap amarah.
2. Frustasi
      Frustasi terjadi bila seseorang terhalang oleh sesuatu hal dalam mencapai suatu tujuan, kebutuhan, keinginan, pengharapan, atau tindakan tertantu. Agresi merupakan salah satu cara merespon frustasi. Remaja miskin yang nakal adalah akibat dari frustasi yang berhubungan dengan banyaknya waktu menganggur, keuangan yang pas-pasan dan adanya kebutuhan yang ahrus segera terpenuhi tetapi sulit tercapai, akibatnya mereka menjadi mudah marah dan berperilaku agresi.
3. Proses pendislipinan yang keliru
      Pendidikan dislipin yang otoiter dengan penerapan yang keras terutama dilakukan dengan memberikan hukuman fisik, dapat menimbulkan berbagai pengaruh yang buruk bagi remaja. Pendidikan dislipin seperti itu akan membuat remaja menjadi penakut, tidak ramah dengan orang lain dan membenci orang yang memberi hukuman.
      Kehilangan spontanitas serta inisiatif dan pada akhirnya melampiaskan  kemarahannya dalam bentuk agresi. kepada orang lain. Hubungan dengan  lingkungan sosial berorientasi kepada kekuasaan dan ketakutan, siapa yang lebih berkuasa dapat berbuat sekehendak  hatinya, pola pendisiplinan tersebut dapat  pula   menimbulkan   pemberontakan  terutama bila larangan yang bersangsi  hukuman tidak diimbangi dengan cara  lain yang dapat inemenuhi kebutuhan  yang mendasar. 
4. Belajar Model Peran Kekerasan
      Tidak dapat kita pungkiri bahwa pada saat ini, anak-anak dan remaja banyak belajar mengaksikan adegan kekerasan melalui televisi dan berbagai permainan yang bertema kekerasan.. Acara yang menampilkan kekerasan hampir setiap saat dapat di temui dalam tontonan yang disajikan ditelevisi rnuiai dari film Kartun, sinetron, sampai film laga, selain itu ada  acara TV yang menyajikan acara khusus  perkelahian yang sangat populer di  kalangan remaja seperti Smack Down/UFC (Ultimate Fighting Championship) atau sejenisnya. Walaupun pembawa acara berulang kali mengingatkan penonton untuk tidak mencintoh apa yang mereka saksikan narnun, diyakini bahwa tontonan tersebut berpengaruh terhadap perkembangan jiwa penontonnya.
      Dengan melihat adegan kekerasan tersebut terjadi proses belajar  peran model kekerasan dan hal ini menjadi sangat efektif untuk terciptanya perilaku agresi dalam kehidupan sehari-hari ada kemungkinan efek ini sifatnya menetap.
      Selain model dari yang disaksikan di televise, belajar model juga dapat berlangsung secara langsung dalam kehidupan sehari-hari bila seorang yang sering menyaksikan tawuran di jalan, mereka secara langsung atau dalain kehidupan bila terbiasa dilingkungan rumah.    Menyaksikan peristiwa perkelahian antara orang tua dilingktingan rumah, ayah dan ibu yang sering betengkar, atau peristiwa sejenisnya semua itu dapat memperkuat perilaku agresi yang ternyata sangat efektif bagi dirinya.    Model kekerasan juga sering ditampilkan dalam bentuk mainan yang dijual di toko-toko. Sering orang tua tidak terlalu perduli mainan apa yang diminta dan secara tidak langsung rnemperkuat perilaku agresif anak di rnasa mendatang.
5. Kesenjangan Generasi
      Adanya perbedaan atau jurang pemisah antara generasi anak dengan orang tuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin minimal dengan sering kali tidak komunikatif.
      Kegagalan komunikasi orang tua dan anak diyakini sebagai salah satu penyebab tirnbulnya perilaku agresi pada anak dan orang tua. Permasalahan generation gap ini harus diatasi dengan segera mengingat bahwa selain agresi, masih banyak perrnasalahan lain yang dapat muncul seperti ketergantungan obat terlarang seks bebas, dan lain-lain.
6. Faktor Biologis
      Ada beberapa faktor biologis yang mempengaruhi perilaku agresi, saeperti (a) gen ; (b) sistem otak ; (c) Kimia darah (khususnya hormon seks yang sebagian ditentukan faktor keturunan) juga dapat mempengaruhi perilaku agresi pada wanita yang sedang mengalami masa haid, kadar hormon kewanitaan yaitu estrogen, dan progresteron menurun jumlahnya, akibatnya banyak wanita melaporkan bahwa perasaan mereka mudah tersinggung, gelisah, tegang, dan bermusuhan.
7. Lingkungan
1.  Suhu udara yang panas. Bila diperhatikan secara seksama, tawuran/aksi demonstrasi sering terjadi pada siang hari, di terik panas matahari, tetapi bila musim hujan relatif tidak ada peristiwa tersebut. Hal ini sesuai dengan pandangan bahwa suhu lingkungan yang tinggi memiliki dampak terhadap tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas.
2.  Anonimitas. Suasana pada perkotaan, apalagi di kota-kora besar banyak menyajikan berbagai suara, cahaya dan bermacam informasi, orang secara otornatis cenderung berusaha untuk beradaptasi dengan melakukan penyesuaian diri terhadap rangsangan yang berlebihan tersebut. Terlalu banyak rangsangan indra dan kognitif membuat dunia menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi menjadi sangat impersonal, artinya antara satu orang dengan orang lain tidak lagi saling mengenal atau mengetahui secara baik. Lebih jauh lagi, setiap individu cenderung menjadi anonim (tidak mempunyai identitas diri). Bila seseorang merasa anonim ia cenderung berperilaku semaunya sendiri, kurang bersimpati pada orang lain, karena ia merasa tidak terikat dengan norma yang ada dalam masyarakat di mana ia berada.
3.  Kemiskinan Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku agresi mereka secara alami mengalami penguatan, hal ini tidak kita alami di dalam kehidupan sehari-hari, bila terjadi perkelahian di pemukiman kumuh, misalnya penjudi, pemabuk yang memukuli istrinya karena tidak memberi uang untuk keperluannya, maka pada saat itu anak-anak dengan mudah dapat melihat model agresi. Secara langsung model agresi ini sering kali diadopsi anak sebagai model pertahanan diri dalam mempertahankan hidup. Dalam situasi yang dirasakan sangat kritis bagi pertahanan hidupnya dan ditambah dengan nalar yang belum berkembang optimal, anak .sering dengan gampang bertindak agresi, misalnya dengan cara memukul, berteriak, mendorong hingga terjatuh dan tersingkir.

Penutup
Pada akhirnya, Chairul Amriyah mengungkapkan bahwa kekerasan menjadi bagian dari sisi lain kehidupan, selanjutnya dengan melihat dari beberapa faktor penyebab di atas, selayaknya apa yang kita bisa hindari, sebaiknya kita hindari, apa yang bisa kita lakukan sebaiknya kita perbuat untuk meminimalisir kekerasan yang ada di hadapan kita pada masa-masa ini.
Seperti slogan yang selalu kita baca "Stop Kekerasan". Moral, akhlak, budi pekerti merupakan bagian yang penting dalam kehidupan ini. Kita dapat lebih bertanggung jawab dalam kehidupan diri serta keluarga kita masing-masing sehingga kita tidak melakukan hal-hal yang bertentangan dengan pandangan masyarakat.
Para sosiolog beranggapan bahwa masyarakat sendiri punya peran penting dalam pembentukan moral W.G. Summer seorang sosiolog berpendapat bahwa tingkah laku manusia yang terkendali disebabkan oleh adanya kontrol dari masyarakat itu sendiri yang mempunyai sanksi buat pelanggarnya. Mungkin ada faktor lain yang belum dibahas di sini, namun setidaknya faktor di atas patut kita waspadai dan diberikan perhatian demi terciptanya rasa aman dalarn masyarakat kita, kehidupan tanpa kekerasan adalah ka kita semua, bukankah damai itu indah.

4.    Keterkaitan dengan Konseling Rehabilitasi Sosial
Konseling Rehabilitasi Sosial merupakan proses bantuan yang difokuskan pada pelayanan individu untuk memulihkan individu dari ketidakmampuannya atau mengalami hambatan dalam mencapai kebermakanaan baik bagi dirinya maupun dengan sosialnya, lebih jauh lagi individu diajarkan untuk kembali mandiri dapat hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (Mulawarman, 2011:23). Konselor sebagai helper yang berperan dalam pendidikan psikologis mempunyai peranan penting dalam menghadapi dan membantu individu-individu yang bermasalah untuk memberikan kondisi fasilitatif yang diarahkan untuk membantu menyelesaikan permasalahan individu, serta mengubah perilaku individu dari perilaku yang maladaptive menjadi perilaku yang lebih adaptif.
Agresi adalah perilaku-perilaku yang sangat penting dalam psikologi, khususnya psikologi sosial, karena pengaruhnya sangat besar, baik terhadap individu maupun kelompok. Banyak peristiwa/kejadian, baik dalam skala individu maupun dalam skala kelompok, terjadi karena dilatarbelakangi oleh agresi. Namun sayangnya, agresi seperti yang dingkapkan oleh beberapa ahli adalah perilaku dan tindakan yang cenderung merugikan dan melukai orang lain. Dapat dicontohkan dalam peristiwa pembunuhan besar-besaran terhadap umat Yahudi di masa Hitler misalnya, yang ditahun 1990-an terjadi lagi terhadap kaum Bosnia oleh orang-orang Serbia dan oleh suku Tutsi terhadap orang-orang Hutu di Rwanda dan Burundi. Peta bumi pun berubah karena agresi. Perang dunia II melahirkan banyak Negara baru. Pakistan pecah dari India dan Bangladesh pecah lagi dari Pakistan melalui pertempuran fisik. Demikian pula Republik Irlandia dan kerajaan Inggris Raya dan sekarang Irlandia utara. Kerajaan-kerajaan di Jawa, mulai dari zaman Daha sampai mataram, berkali-kali mengalami perombakan wilayah melalui berbagai pemberontakan.
Sebagai seorang konselor dalam menyikapi agresi haruslah dengan memahami secara penuh perilaku, alasan, dan latar belakang perilaku agresuf itu dilakukan. Karena pada hakikatnya tidak semua perilaku agresi merupakan perilaku yang bertujuan negative. Contohnya, polisi yang melukai penjahat karena menyandera anak kecil, atau juga bisa dokter gigi yang melukai gigi karena ingin menyembuhkan gigi yang saikit. Perilaku agresif itu banyak ragamnya. Yang lebih membuat rumit adalah bahwa satu perilaku yang sama (misalnya, menginjak kaki) dapat dianggap tidak agrwesif (jika terjadi di bus yang penuh sesak), tetapi dapat juga dianggap agresif (jika terjadi di bus lenggang). Dengan demikian, peran kongnisi sangat besar dalam menentukan apakah suatu perbuatan dianggap agresif (jika diberi atribut internal) atau tidak agresif (dalam hal atribusi eksternal). Dengan atribusi internal yang dimaksud adanya niat, intensi, motif, atau kesengajaan untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Dalam atribusi eksternal, perbuatan dilakukan karena desakan situasi, tidak ada pilihan lain, atau tidak sengaja (dokter gigi, misalnya, tidak mempunyai pilihan lain dari mengebor gigig anda untuk mengobati gigi anda).
Sehingga dapat ditaraik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan perbuatan agresif adalah perilaku fisik atau lisan yang disengaja dengan maksud untuk menyakiti atau merugikan orang lain. Konselor juga perlu memahami jenis-jenis agresi agar mamapu membedakan perilaku agresi, seperti yang diungkapkan myers (dalam Sugiyo, 2006:84):
1.         Agresi emosi, yaitu agresi yang berupa kemarahan dan ditandai emosi yang tinggi. Akibat dari agresi ini biasanya fatal dan sangat merugikan orang lain,
2.         Agresi instrumental, agresi ini tidak disertai emosi. Agresi ini hanya sebagai sarana mencapai tujuan lain.
3.         Perilaku melukai dan maksud melukai, perilaku melukai yang tanpa maksud melukai tidak termasuk dalam agresi.
4.         Perilaku agresif antisocial dan prososial, membedakan perilaku agresif ini tidaklah mudah karena mempunyai dua sudut pandang yang berbeda disesuaikan dengan norma sosial yang dipakai.
5.         Perilaku dan perasaan agresif, selain pada perilaku yang tampak, agresi juga dicerminkan pada perasaan-perasaan tersembunyi, seperti perasaan marah, sebal.

Jadi amat penting sebagai konselor untuk memahami makna dari perilaku agresi agar tidak salah dalam mengambil keputusan dan menentukan treatment bagi individu. Sears (dalam Sugiyo, 2006:85) mengungkapkan beberapa cara untuk mengurangi perilaku agresi, yaitu:
1.      Hukuman dan Pembalasan.
      Berdasar teori insentif dimana seseorang berperilaku dengan memeprtimbangkan dampaknya dikemudian hari, oaring akan cenderung menekan perilaku agresifnya untuk menghindari hukuman yang akan diterimanya jika berperilaku agresif. Jadi jelas hukuman akan menekan perilaku agresif, akan tetapi tidak semudah itu karena banyak kasus dimana justru hukuman akan membuat perilaku negative semakin meningkat. Bagi seorang konselorpun seyogyianya tidak dianjurkan untuk melakukan hukuman.
2.      Mengurangi frustasi
      Teknik ini lebih baik dari pemberian hukuman, karena frustasi dianggap sebagai pemicu munculnya perilaku agresi, oleh sebab itu sebaiknya diminimalkan skalanya, bisa dengan menggunakan refraiming dengan membuat pikiran dan perasaan lebih positif.
3.      Hambatan yang Dipelajari
      Hambatan yang dipelajari maksudnya adalah belajar mengendalikan perilaku agresif kitas sendiri, bukan karena takut dihukum atau karena ancaman. Kita harus dapat memilah kapan saat perilaku agresif diijinkan dan kapan harus menekannya. Dapat dilakukan dengan asertif training.
4.      Pengalihan
      Pengalihan diartikan sebagai pemindaan agresi pada sasaran pengganti/diarahkan pada objek yang lain.
5.      Katarsis
      Adalah sebagai bentuk pelepasan energy, maksudnya adalah jika seseorang merasa ingin marah dan ingin melampiaskannya maka tindakan yang dilakukan selanjutnya akan mengurangi intensitas perasaannya.



Littlre snake pin