Review
jurnal berdasarkan hasil penelitian Yosefini Rasyanti Munthe,Fakultas
Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta dengan judul
Hubungan Kesulitan Penyesuaian diri dan Deprese Mahasiswa Internasional.
1. Pendahuluan
Dalam
menempuh pendidikan di luar negeri pastilah membawa beberapa perubahan dalam
kehidupan mahasiswa. Akan ada suatu bentuk kejutan budaya (culture shock).
Istilah culture shock sendiri adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
keadaan emosi negative yang dialami oleh pelancong sebagai akibat dari hilangnya tanda-tanda dan symbol-simbol
interaksi sosial (bock, 1970;Hoff 1979; Redden;1975).
Depresi
adalah salah satu masalah yang dialami oleh mahasiswa internasional yang dapat mempengaruhi tingkat emosi dan
kemampuan mahasiswa dalam menyesuaikan diri pada lingkungan barunya. Arti dari
depresi sendiri adalah suatu konsepsi yang dapat diterapkan pada suatu rentang
keadaan emosi , baik normal maupun abnormal. Perasaan sedih atau kesal adalah
hal yang normal dalam spectrum emosi manusia. Suatu periode kesdihan yang
pendek sebagai respon terhadap munculnya hal-hal yang menyebabkan stresss
adalah normal. Namun, apabila mood depresi terus berlangsung dalam waktu yang
panjang maka akan menimbulkan berbagai kesulitan pada diri sendiri.
Stress
biasanya terjadi apabila tubuh selalu berada dalam keadaan siaga penuh, bahkan saat sumber penyebab
stress teleah hilang atau berlalu. Strukgeon (1979) menytakan bahwa ada tiga
aspek stress yang biasanya selalu mendahului terjadinya kasus depresi :
1. Adanya
suatu periode stress yang berkepanjangan yang membuat tubuh beraksi secara
negative
2. Adanya
suatu persaan kewalahan sebagai akibat dari besarnya tekanan dan banyaknya
tugas yang harus dilakukan; dan
3. Adanya
suatu perasaan tidak berdaya yang membuat seseorang merasa tidak memilki
control terhadap nasibnya.
Dalam
adaptasi menuru Selye 91974) mengatakan bahwa secara umum ada tiga tahapan
dalam beradaptasi, yaitu (1) alarm stage, dimana seseorang bersiap-siap untuk melawan
atau melarikan diri dari ancaman; (2) resistance stage’ dan (3) stage of
exhaustion, dimana depresi cenderung terjadi sebagai akibat dari stress yang
dialami secara tersu menerus.
Ada
beebrapa faktor juga diduga memilik potensi sebagai penyebab stress yang dapat
mempengaruhi penyesuaian diri mahasiswa internasional. Faktor-faktor tersebut
antara lain : kemampuan berbahasa Inggris, kemampuan akademis, konsi keuangan,
kontak sosial, dan beberapa variable demografis seperti lama tinggal di Negara
tempat belajar, jenis kelamin, usia dan pendidikan, serta status perkawinan.
Kemampuan berbahsa Inggris
Kemampuan
berbahasa inggris sangat diperlukan apabila berada di Negara orang lain. Untuk
dapat menyesuaikan diri dengan baik, mahasiswa internasisal harus mampu untuk
menguasai bahasa inggris formal dan bahasa inggris percakapan. Bahasa inggris formal diperlukan untuk studi
di Universitas, sedangkan bahasa inggris percakapan ialah untuk beradaptasi
dengan lingkungan sekitar.
Kemampuan Akademis
Tuntutan dari akademis tidak hanya dialami oleh
mahasiswa internasional tetapi juga mahasiswa dalam negeri. Tetapi mahasiswa
internasional yang datang memiliki tuntutan diri yang besar untuk sukse secara
akademis . apabila mahasiswa internasional tidak dapat mencapai harapan dalam
sukses akademis diperkirakan akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri.
Kondisi Keuangan
Kebanyakan
mahasiswa internasional memiliki sumber keuangan dari Negara asalnya. Mahasiswa
yang mengalami kesulitan keuangan, meraka lebih sulit memecahkan masalahnya
daripada mahasiswa local. Dengan demikian jelas bahwa kondisi keuangan yang
buruk berhubungan dengan kesulitan dalam menyesuaikan diri.
Kontak Sosial
Kontak
sosial dengan masyarakat sekitar adalah penting dalam upaya untuk penyesuai diri
dengan lingkungan baru. Furham dan Alibhai (1985) juga menyatakan bahwa
mahasiswa internasional yang memiliki hubungan baik dengan tuan rumahnya
mengalami sukses dalam bidang pendidikan mapun non-pendidikan selama di manca
negara.
Adapun
church 91982) menyatakan bahwa kontak dengan mahasiswa dari daerah asal akan
meberikan lingkungan yang mendukung yang berfunsi sebgai lingkungan pengganti
rumah, mengembalikan perasaan memiliki dan meningkatkan kepercayaan diri
mahsiswa internasional.
Lama Tinggal di Amerika
Lysgaard
(1955), yang memeperkenalkan teori kurva-U menyatakan bahwa ada hubungan
kurvalinear antara tignkat penyesuaian diri dan lamanya tinggal di ngegara
tempat studi. Saat kedatangan dan awal dari waktu tinggal ditandai oleh adanya
perasaan gembiran dan optimism. Waktu mahasiswa semakin terlibat dalam hubungan
sosial dan mulai mengalami frustrasi dalam mencapai tujuannya, ia berubah
menjadi orang yang bingung , deprsei , dan pandang negative terhadap kebudayaan
setempat.
Jenis Kelamin
Sejauh
ini beberapa penilitan telah memberikan hasil yang saling bertentangan mengenai
hubungan penyesuain diri dengan jenis kelamin. Church (1982) mengatakan bahwa
wanita memiliki kesehatan mental yang lbih buruk dibandingakan pria, sementara
Owie (1982) menyatakan tidak ada hubungan antara jenis kelamin dan kesehatan
mental seseorang.
Usia dan Tingkat Pendidikan
Hasil-hasil
penelitan para ahli juga saling bertentangan dalam hal membahas hubungan antara
usia dan tingkat pendidikan dengan kemapuan menyesuaikan diri. Levit.dkk(1983)
melaporkan bahwa mahsiswa muda dan mahasiswa tingkat undergraduate akan lebih
mudah untuk menyesuiakan diri dengan kebudayaan setempat dibandingkan dengan
rekan meraka yang lebih tua atau mahasiswa tingkat graduate. Sementara Chruch
91982) menyatakan bahwa mahasiswa tingkat graduate secara akademis dan personal
lebih mendapatkan kepuasan dari kunjungan mereka di manca ngera.
Status Perkawinan
Ada
bukti bahwa tinggal bersama suami/istri akan mengurangi kesulitan dalam
menyesuaikan diri. Klineberg dan Hull (1979) menemukan bahwa mahasiswa tyang
telah menikah dan tinggal bersama psangannya lebih siap dan lebih mudah untuk
menyesuaikan diri daripada mahasiswa yang masih single atau tinggal sendiri.
Berdasarkan
uraian di atas jelas bahwa studi diluar negeri mebutuhkan proses penyesuaian
diri yang khusus.beeberapa stressor anatara lain adalah kemampuan berbahasa
inggris, kemampuan akademis, kondisi keuangan, dan kontak sosial. Variable
demografis antara lain jenis kelamin,
usia dan tingkat pendidikan, status perkawinan, dan lama tinggal di suatu
daerah.
Perbedaan
dalam system pendidikan di Amerika dan di Indonesia memiliki peranan pencetus
munculnya kesulitan akademis yang dialami mahasiswa. Beberapa perbedaan itu
antara lain mencakup : perbedaan dalam cara pengajaran, di Amerikan menekankan
pada diskusi dikelas, kompetisi yang ketat dan menuntut kemandirian. Sedangkan
di Indonesia menekankan pada norma dimana guru adalah pembicara sedangkan
peserta didik adalah yang mendengarkan dan mengingat.