Pendekatan
dalam Evaluasi (Stecher, Brian M, & W. Alan Davis, 1987)
1. Pendekatan
Experimental
Pendekatan
experimental yaitu evaluasi yang berorientasi pada penggunaan experimental
science dalam program evaluasi. Pendekatan ini berasal dari control eksperimen
yang biasanya dilakukan dalam penelitian akademik.Tujuan evaluator yaitu
memperoleh kesimpulan bersifat umum tentang dampak suatu program tertentu yang
mengontrol sebanyak-banyaknya faktor dan mengisolasi pengaruh program.
Evaluator berusaha menggunakan metode saintifik sebanyak mungkin. Misal:
evaluator menciptakan situasi yang dikontrol , dimana beberapa subjek menerima
perlakuan, sedang yang lainnya tidak, dan membandingkan kedua kelompok untuk
melihat dampak program. Evaluator memakai teknik dasar desain eksperimental
acak, kelompok control, dan analisis longitudinal untuk menarik kesimpulan
tentang dampak perlakuan.
Kelemahan
pendekatan ini adalah tidak dapat melakukan control yang begitu ketat dalam
kenyataannya, sedangkan keuntungannya ialah kemampuannya dalam menarik kesimpulan
yang relative objektif, generalisasi jawaban terhadap pertanyaan program yang
bersangkutan. Evaluator sebagai orang ketiga yang objektif dalam program yang
menjalankan prinsip-prinsip desain penelitian dalam situasi yang diberikan
untuk memperoleh informasi yang tidak diragukan kebenarannya atas dampak
program.
2. Pendekatan
Berorientasi pada Tujuan
Pendekatan
ini memakai tujuan program sebagai criteria untuk menentukan keberhasilan.
Evaluator mencoba mengukur sampai dimana pencapaian tujuan telah dicapai. Model
ini memberi petunjuk pada pengembangan program, menjelaskan hubungan antara
kegiatan khusus yang ditawarkan dan hasil yang akan dicapai.
Evaluator
dalam pendekatan ini membantu klien merumuskan tujuannya dan menjelaskan hubungan
antara tujuan dan kegiatan. Kalau evaluator berbicara tentang tujuan, klien
kebanyakan bicara tentang hasil. Evaluator juga dapat membantu klien
menerangkan rencana penerapan dan melihat proses pencapaian tujuan yang
memperlihatkan kemampuan program menjalankan kegiatan sesuai rencana. Hasil
evaluasi berisi penjelasan tentang status tujuan program.
Kelebihan
pendekatan ini terletak pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan penekanan
pada elemen yang penting dalam program melibatkan individu pada elemen khusus
bagi mereka. Sedangkan, keterbatasannya yakni kemungkinan evaluasi ini melewati
konsekuens yang tak diharapkan.
3. Pendekatan
Berfokus pada Keputusan (The Decision Focused Approach)
Pendekatan
ini menekankan peranan informasi yang sistematik untuk pengelola program dalam
menjalankan tugasnya. Informasi akan sangat berguna jika dapat membantu
pengelola program membuat keputusan. Oleh sebab itu, kegiatan evaluasi harus
direncanakan sesuai kebutuhan untuk keputusan program.
Pengumpulan
data dan laporan dibuat untuk menambah efektifitas pengelola program. Pada
tingkat perencanaan, pembuat program memerlukan informasi tentang masalah dan
kapasitas organisasi. Selama dalam tingkat implementasi administrator
memerlukan informasi tentang proses yang sedang berjalan. Bila program sudah
selesai, keputusan penting akan dibuat berdasar hasil yang dicapai.
Evaluator
memerlukan 2 macam informasi dari klien, yakni:
a. Mengetahui
butir-butir keputusan penting pada tiap periode selama program berjalan.
b. Mengetahui
macam informasi yang mungkin akan berpengaruh untuk tiap keputusan.
Keunggulan
pendekatan ini ialah perhatiannya terhadap kebutuhan pembuat keputusan yang
khusus dan pengaruh yang makin besar pada keputusan program yang relevan.
Keterbatasannya yakni banyak keputusan penting dibuat tidak pada waktu yang
tepat, tapi di waktu yang kurang tepat. Keputusan tidak dibuat berdasar data,
tapi bergantung impresi perorangan, politik, perasaan, kebutuhan pribadi, dll.
Evaluator mungkin dapat memberi pengaruh positif lebih objektif dan rasional.
Evaluator juga perlu berkonsultasi dengan pemegang keputusan.
4. Pendekatan
Berorientasi pada Pemakai (The User Oriented Approach)
Pendekatan
ini menekankan pada perluasan pemakaian informasi. Pemakai informasi yang
potensial adalah tujuan utama. Evaluator menyadari sejumlah elemen yang
cenderung mempengaruhi kegunaan evaluasi. Hal ini termasuk elemen seperti cara
pendekatan dengan klien, kepekaan, faktor kondisi, dan situasi seperti kondisi
yang telah ada, keadaan organisasi dan pengaruh masyarakat, dan situasi dimana
evaluasi dilakukan dan dilaporkan. Elemen paling penting mungkin keterlibatan
pemakai yang potensial selama evaluasi berlangsung. Evaluator menekankan usaha
pada pemakai dan cara pemakaian informasi.
Kelebihannya
adalah perhatiannya terhadap individu yang berurusan dengan program dan
perhatiannya terhadap informasi yang berguna untuk individu tersebut.
Keterbatasannya yakni ketergantungannya terhadap kelompok yang sama. Kelompok
dapat berganti komposisi berkali-kali dan dapat mengganggu kelangsungan atau
kelancaran kegiatan evaluasi. Dalam pendekatan ini, evaluator lebih menaruh
perhatian pada situasi dan hubungan antarpersonel daripada aturan penelitian
atau pada keperluan pengukuran. Evaluator juga berperan bukan sebagai ahli,
tapi rekan yang mencoba menolong untuk hal-hal yang diperlukan organisasi. Patton
menamakan pendekatan ini sebagai “active, reactive, adaptive” dimana evaluator
memberikan ide pada kelompok pemakai, menerima saran mereka, dan
mengadaptasikan evaluasi sesuai kebutuhan klien atau pemakai.
5. Pendekatan
yang Responsif (The Responsive Approach)
Evaluasi
responsive percaya bahwa evaluasi berarti mencari pengertian suatu isu dari
berbagai sudut pandangan dari semua orang yang terlibat, yang berminat, dan berkepentingan
dengan program. Tujuan evaluator yaitu berusaha mengerti urusan program melalui
berbagai sudut pandangan yang berbeda.
Evaluator
juga mengadopsi pendekatan bermacam-macam dalam penelitiannya dan dalam masalah
mencari tahu dinamika organisasi. Evaluasi responsive ditandai ciri penelitian
kualitatif, naturalistic, bukan kuantitatif. Evaluator mengobservasi, merekam,
menampi data, mengecek pengetahuan awal peserta program, dan mencoba membuat
model yang mencerminkan pandangan berbagai kelompok. Elemen penting dalam
pendekatan ini yaitu pengumpulan dan menyintesis data. Data utama pendekatan
ini yakni observasi langsung dan tak langsung, dan bentuk laporan adalah studi
kasus atau gambaran deskriptif. Evaluator bertindak sebagai organisator antropologis,
pencari pengertian realitas melalui perspektif orang program, peserta program,
dan kelompok lain dipengaruhi program tsb.
Kelebihannya
yakni kepekaannya terhadap berbagai titik pandang dan kemampuannya
mengakomodasi pendapat yang ambigis dan tidak fokus. Evaluasi ini juga dapat
mendorong proses perumusan masalah dengan menyediakan informasi yang dapat
menolong orang mengerti isu lebih baik. Keterbatasannya yakni keengganannya
membuat prioritas atau penyederhanaan informasi untuk pemegang keputusan dan
kenyataan yang praktis tidak mungkin menampung semua sudut pandang dari
berbagai kelompok.
Pengaruh
pendekatan ini terhadap pemfokusan evaluasi ialah evaluator menghabiskan banyak
waktu berbicara dengan klien, mengamati kegiatan program, mencoba menyaring
hal-hal yang dipandang penting oleh klien, dan masalah-masalah, konsep-konsep
dan isu-isu dari berbagai sudut pandangan.
6. Goal
Free Evaluation
Alasan
mengemukakan goal free evaluation (evaluasi
bebas tujuan) adalah tujuan pendidikan tak dapat dikatakan sebagai pemberian,
harus dievaluasi. Tujuan juga umumnya hanya formalitas, dan jarang menunjukkan
tujuan sebenarnya dari proyek, atau tujuan berubah. Evaluasi berorientasi
tujuan, evaluator diberitahu tujuan proyek dan karenanya membatasi dalam
persepsinya, tujuan berlaku sebagai penutup mata, yang menyebabkannya melewati
hasil penting yang langsung berhubungan dengan tujuan. Ciri-ciri evaluasi bebas
tujuan, yaitu:
- Evaluator sengaja menghindar untuk mengetahui tujuan program
- Tujuan telah dirumuskan terlebih dahulu tidak dibenarkan menyempitkan fokus evaluasi
- Evaluasi bebas tujuan fokus pada hasil sebenarnya, bukan hasil yang direncanakan
- Hubungan evaluator dan manajer atau dengan karyawan proyek dibuat seminimal mungkin
- Evaluasi menambah kemungkinan ditemukannya dampak yang tak diramalkan
Mungkin
lebih baik evaluasi berorientasi tujuan dan evaluasi bebas tujuan dikawinkan
sehingga akan saling melengkapi.
Sumber:
DR. Farida Yusuf
Tayibnapis, M.Pd.2000. Evaluasi Program. Jakarta:
Rineka Cipta