Sabtu, 23 Juni 2012

KONSEP KONSELING REHABILITASI 2



BAB 1
PENDAHULUAN

Proses rehabilitasi sosial adalah upaya yang dilakukan untuk mengembalikan keberfungsian  sosial bagi individu yang mengalami kecacatan fisik maupun psikis. Dalam hal ini, bimbingan dan konseling bekerja dalam lingkup yang mencakup penanganan terhadap individu-individu normal dari segi psikisnya. Maka dapat dikatakan bahwa bimbingan dan konseling  membantu individu-individu normal yang terganggu keberfungsian sosialnya. Fungsi sosial individu dapat terganggu antara lain karena cacat fisik yang menimbulkan kurang percaya diri sehingga menghambat proses berkembangnya individu dalam suatu masyarakat, dan cacat mental/psikis. Untuk beberapa kasus cacat mental/psikis konselor memiliki peran ketika individu tersebut sudah dianggap sembuh oleh ahli yang menanganinya (psikiater, psikolog).
Peran besar konselor dalam proses rehabilitasi sosial adalah mengembalikan kepercayaan diri individu-individu yang dianggap berbeda dari masyarakat pada umumnya. Konselor harus mengupayakan dengan cerdas agar individu-individu yang dianggap berbeda tersebut tidak mudah menyerah ketika menghadapi masyarakat yang belum bisa menerima keadaan mereka. Begitu pula sebaliknya, konselor juga turut mewacanakan dan memberikan pemahaman kepada masyarakat agar bisa menerima keadaan individu yang hendak memulai kembali proses kehidupannya secara individual maupun sosial.
Upaya konselor untuk mengembalikan individu berfungsi secara personal maupun sosial bukanlah permasalahan yang mudah. Konselor berhadapan dengan berbagai macam individu yang mempunyai karakter berbeda dalam menyikapi hal ini. Maka dari itu, konselor memerlukan strategi-strategi konseling yang tepat. Strategi konseling/ bentuk konseling untuk mengatasi masalah sosial ini bukan hanya ditujukan untuk individu yang menyandang cacat, tapi juga ditujukan kepada masyarakat-dimana individu itu akan bergabung dan berinteraksi dengan mereka. Bahkan beberapa pihak menyatakan bahwa sesungguhnya yang perlu mendapatkan pemahaman lebih dalam mengenai proses rehabilitasi adalah masyarakat sekitar yang nantinya akan berinteraksi dengan individu yang memiliki permasalahan sosial. Masyarakat ini dipandang sebagai wadah yang seharusnya bisa menerima keadaan individu tersebut tanpa pamrih sehingga mendukung perkembangan sosial individu yang sedang memasuki proses interaksi sosial.

BAB 2
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Konseling Rehabilitasi
Konseling rehabilitasi adalah suatu proses sistematis yang membantu orang dengan kecacatan fisik, mental, perkembangan, kognitif, dan emosi untuk mencapai tujuan personal, karier, dan hidup mandiri di dalam setting yang seintegrasi mungkin melalui aplikasi dari proses konseling. Proses konseling melibatkan komunikasi, penentuan tujuan, dan pertumbuhan atau perubahan ke arah yang lebih baik melalui self-advocacy, intervensi psikologi, intervensi vokasional, intervensi sosial, dan intervensi behavioral. Untuk itu seorang konselor rehabilitasi perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus serta sikap yang dibutuhkan untuk berkolaborasi dalam hubungan profesional dengan penyandang cacat.

2.2    Pengertian Konselor Rehabilitasi
Konselor rehabilitasi adalah suatu profesi yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap khusus yang diperlukan untuk bekerja sama (berkolaborasi) dalam suatu hubungan profesional dengan orang-orang yang menyandang kecacatan untuk mencapai tujuan personal, sosial, psikologis dan vokasional. Suatu profesi yang membantu orang-orang dengan kecacatan dalam beradaptasi dengan lingkungan, membantu dalam mengakomodasi kebutuhan individu tersebut, dan mengupayakan partisipasi penuh penyandang cacat dalam segala aspek kehidupan masyarakatarakat, terutama dalam pekerjaan.

2.3    Sasaran Konseling Rehabilitasi
1.       Physical disabilities, orang yang mengalami hambatan/kecacatan fisik (tunadaksa) sehingga mengalami gangguan pada koordinasi gerak.
2.       Sensory Disabilities, orang yang mengalami hambatan/kecacatan sensori seperti penglihatan atau pendengaran.
3.       Developmental Disabilities, orang yang mengalami hambatan/kecacatan dalam perkembangannya.
4.       Cognitive Disabilities, orang yang mengalami hambatan/kecacatan pada kognitifnya.
5.       Emotional Disabilites, orang yang mengalami hambatan, gangguan/kecacatan pada emosinya
6.       Cronic Illnes (penderita/mantan penderita penyakit kronis).

2.4    Tujuan Konseling Rehabilitasi
Beberapa tujuan dari konseling rehabilitasi adalah:
1.       Adanya perubahan prilaku pada konseli
2.       Adanya adaptasi dan aktualisasi diri yang optimal
3.       Adanya modifikasi lingkungan
4.       Melatih kemandirian
5.       Recovery dan memperbaiki kualitas hidup

2.5    Peran, fungsi dan Ruang Lingkup Konseling Rehabilitasi
Konselor rehabilitasi harus mampu:
1.       Mengkaji kebutuhan individu,
2.       Mengembangkan program atau rencana untuk memenuhi kebutuhan yang ada,
3.       Menyediakan atau merancang pelayanan, yang mungkin meliputi penempatan kerja dan pelayanan tindak lanjut.
The Virginia Commonwealth University Department of Rehabilitation Counseling:2005 (dalam Tarsidi Didi:2008) menggariskan bahwa peran konselor rehabilitasi mencakup:
1.       Mengevaluasi potensi individu untuk hidup mandiri dan bekerja;
2.       Mengatur pelaksanaan perawatan medis dan psikologis, asesmen vokasional, pelatihan dan penempatan kerja.
3.       Mewawancarai dan mengadvis individu, menggunakan prosedur asesmen, mengevaluasi laporan medis dan psikologis, dan berkonsultasi dengan anggota keluarga,
4.       Berunding dengan dokter, psikolog dan profesional lain tentang jenis-jenis pekerjaan yang dapat dilakukan individu.
5.       Merekomendasikan layanan rehabilitasi yang tepat termasuk pelatihan khusus untuk membantu individu penyandang cacat menjadi lebih mandiri dan lebih siap kerja.
6.       Bekerjasama dengan pengusaha untuk mengidentifikasi dan/atau memodifikasi kesempatan kerja dan jenis pelatihan yang memungkinkan; dan
7.       Bekerjasama dengan individu, organisasi profesi dan kelompok-kelompok advokasi untuk membahas berbagai hambatan lingkungan dan sosial yang menciptakan halangan bagi para penyandang cacat.

2.6    Strategi Klinis dalam Konseling Rehabilitasi Sosial
Beberapa pendekatan klinis dalam konseling rehabilitasi adalah:
1.   Intervensi Psikodinamic
Tujuan penting dari strategi ini yang diaplikasikan untuk orang-orang yang memiliki hambatan:
a)   Eksplorasi arti pribadi (personal meaning) terhadap penyandang cacat. Biasanya memiliki tujuan yang terfokus pada issu mengenai kehilangan, kesedihan, dan menenukan arti hidup dengan hambatan yang dimiliki.
b)   Penerimaan perubahan kesan tubuh, yang bertujuan agar secara bertahap memiliki kesadaran mengenai kesan tubuh sehingga mengurangi rasa penyangkalan atau tidak menerima dan kesadaran atas berkurangnya suatu fungsi yang dimiliki (fisik dan sensori) tetapi tidak pada kapasitas untuk kognitif dan sosial.
c)   Integrasi konsep diri. Sebagai suatu konsekuensi perubahan kesan tubuh, orang yang memiliki hambatan harus secara berangsur-angsur mengintegrasikan hakikat dan posisinya yang tidak berubah lagi dan mulai menyususn kembali konsep diri, yang mencerminkan membangun kembali nilai diri dan suatu keyakinan pada aset dan potensi diri yang masih dimiliki.

2.   Coping Skill Training
Strategi ini mengajarkan personal dan interpersonal coping skill, yang meliputi:
a)   Keterampilan hidup untuk membantu klien menghadapi hari-hari yang berat. Hal ini dipandang sebagai suatu prasyarat kesuksesan beradaptasi, yaitu seringnya melatih keterampilan untuk penguasaan ketegasan, komunikasi interpersonal, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, penyesuaian vokasional.
b)   Mengidentifikasi dan memahami dampak negatif dari keyakinan yang tidak logis. Tujuan utama dari program ini adalah membantu klien agar menjadi sadar dan dapat melawan pikiran-pikiran tidak logis apapun yang berhubungan dengan kepercayaan yang menyamakan penyandang cacat dengan satu status dari ketidakberdayaan, keputusasaan, ketidakmampuan, ketergantungan dan kegagalan.
c)   Ketetapan dengan keterangan medis. Pendekatan ini memberikan pengetahuan yang berguna kepada klien sekitar kondisi mereka. Konsumen diberikan kesempatan untuk mendapatkan keterangan akutar dan relevan sekitar kondisi medis mereka, meliputi: status saaat ini, antisipasi, dan beberapa implikasi sebagai upaya mengurangi rasa bimbang, deprasi, dan penolakan terhadap keadaan dirinya sekarang.

3.   Supportive Group dan Family Treatment
Pendekatan ini menawarkan kesempatan bagi partisipan untuk memperoleh pengertian mendalam ke berbagai dorongan dan sumber kekuatan pribadi. Tiga tujuan utama konseling kelompok ini adalah afektif, kognitif dan tingkah laku:
a)   Tujuan afektif. Secara spesifik bergerak ke arah: memberikan kesempatan bagi partisipan untuk pembersihan emosional; mengijinkan partisipan menerima dukungan emosional; mengurangi kebimbangan dan ketakutan dari ketidakyakinan terhadap masa depan; membantu anggota kelompok untuk menyadari bahwa mereka tidak sendiri; membantu partisipan secara spiritual atas issu yang ada.
b)   Tujuan kognitif. Arahnya adalah merubah kesalahan persepsi partisipan tentang kondisi mereka, seperti meningkatkan pemahaman, pilihan rehabilitasi dan treatmen, dan implikasi terhadap masa depannya. Secara khusus tujuannya adalah: membantu anggota dalam meningkatkan penerimaan diri dan harga diri, membantu anggota menjajal dan mengjadapi kenyataan secara lebih akurat, menyediakan partisipan keterangan terbaru dan menyeluruh, dan meningkatkan pandangan pribadi.
c)   Tujuan behavioral. Berfokus kepada mengurangi tingkah laku nonadaptive partisipan dan menggantinya dengan yang adaptif. Pendekatan ini menekankan pada: membantu anggota kelompok mengatasi keetrgantungan dan penarikan diri dari masyarakatarakat, menyediakan lingkungan yang aman dimana klien secara berangsur-angsur dengan dukungan kelompok berlatih dan mempraktekkan keteampilan yang baru dipelajari, meningkatkan ubungan komunikasi interpersonal meningkatkan daftar perilaku adaptif partisipan.

2.7    Model-Model dalam Konseling Rehabilitasi Sosial
Secara umum model–model dalam rehabilitasi social mencakup hal sebagai berikut :
1.    Rehabilitasi sosial dipandang sebagai segenap upaya ditujukan untuk mengintegrasikan penyandang masalah ke dalam kehidupan masyarakatarakat dengam cara membantunya menyesuaikan diri dengan keluarga, komunitas dan pekerjaan.
2.    Penyandang masalah dapat berintegrasi dengan masyarakat apabila ia memiliki kemampuan fisik, mental dan sosial serta diberikan kesempatan unttuk berperan dan berpartisipasi.
3.    Rehabilitasi sosial merupakan kegiatan pelayanan sosial secara utuh dan terpadu melalui pendekatan fisik, mental, dan sosial agar penyandang masalah dpt melaksanakan fungsi sosialnya secara optimal.
Sedangkan untuk model pelayanan dalam rehabilitasi social adalah sebagai berikut:
1.   Institutional Based Rehabilitation (IBR), suatu sistem pelayanan rehabilitasi sosial dengan menempatkan penyandang masalah dalam suatu institusi tertentu.
2.   Extra-institusional Based Rehabilitation, suatu sistem pelayanan dengan menempatkan penyandang masalah pada keluarga dan masyarakat
3.   Community Based Rehabilitation (CBR), suatu model tindakan yang dilakukan pada tingkatan masyarakat dengan membangkitkan kesadaran masyarakat dengan menggunakan sumber daya dan potensi yang dimilikinya.

Untuk mencapai hal – hal diatas, maka seorang konselor dalam praktik pelaksanaan akan membutuhkan metode intervensi dalam layanan. Adapaun  model – model intervensi dalam konseling dapat menggunakan model – model sebagai berikut:
1.   Behavior Therapy, berisikan penarapan secara sistematis prinsip-prinsip teori belajar untuk tujuan perubahan tingkah laku yg sifatnya menyembuhkan. Unsur-unsur tersebut yaitu:
a)     Inventarisasi permasalahan klien
b)     Penciptaan kontrak
c)     Perincian masalah
d)     Penentuan data
e)     Penguatan
f)      Penentuan tujuan perubahan
g)     Penyembuhan
2.   Reality therapy. Tujuan dari terapi ini yaitu membantu orang untuk menghadapi kenyataan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar dalam cara yang dapat diterima secara sosial. Penyembuhan kenyataan memberikan suatu sarana seseorang dapat belajar hal sebagai berikut:
a)   Menghadapi  kenyataan dan menerima tanggung jawab sehubungan tingkah lakunya.
b)  Tanggung jawab diartikan sebagai kemampuan memenuhi kebutuhan sendiri tanpa mengganggu orang lain.
c)   Membedakan diantara yang benar dan yang salah.

Selain model intervensi diatas konselor juga dapat menggunakan model intervensi yang lain seperti pendekatan person center teraphy, trait factor teraphy ataupun jenis teraphy lain yang dikuasai oleh seorang konselor rehabitasi. Selain pendekatan intervensi, dalam konseling rehabilitasi social juga dapat menggunakan hal – hal berikut:
1.   Activity Group Therapy
Tujuannya yaitu memberikan kepada klien suatu kesempatan untuk mengembangkan dan memperbaiki relasi dengan menciptakan wadah untuk menyalurkan ketegangan, kecemasan, secara spontan melakukan tindakan berdasarkan perasaan-perasaan di hadapan teman-temannya. Lingkungan kelompok ini diatur untuk memberikan kepuasan pengganti, memberikan saluran terhadap agresi, mengembangkan harga diri, menghilangkan hambatan untuk berekspresi, dan membentuk sikap menahan diri di hadapan orang lain.
2.   Group Counseling
Fungsi Konseling kelompok yaitu mendorong para anggota kelompok untuk saling memberikan bantuan untuk pemecahan masalah secara bersama.
3.   Guided Group Interaction.
Merupakan suatu metoda  pengalihan nilai-nilai dan tujuan. Tehnik interaksi kelompok secara terbimbing dilandasi oleh asumsi mengenai fungsi-fungsi kelompok remaja. Kelompok sebaya bertindak (1) sebagai sarana penguat penanaman nilai-nilai sosial yang positif, (2) memaksakan kesamaan norma-norma kelompok, (3) memberikan status dan identifikasi jenis kelamin kepada kelompok.
4.   Play therapy
Play therapy yaitu suatu terapi dengan menggunakan situasi permainan anak-anak sebagai sarana maupun sasaran perubahan tingkah laku. Pekerja sosial dapat menggunakan kegiatan yang sama sekali tidak terarah sampai pada yang terstruktur. Pekerja sosial dapat menggunakan pertemuan-pertemuan permainan untuk tujuan diagnostik guna mengobservasi hal-hal seperti relasi-relasi, lingkup perhatian, minat anak, arah agresi, fantasi, persepsi terhadap diri sendiri.

Dalam konseling rehabilitasi social , Pekerja yang melakukan terapi harus mempunyai kepribadian yang kuat, matang dan kehangatan dalam berelasi sehingga dapat melibatkan diri secara baik dengan klien dan membimbing klien agar dirinya merasa berharga. Pekerja sosialpun harus mampu menolak terhadap tingkah laku klien yang tidak bertanggung jawab.


DAFTAR PUSTAKA

Indri, dkk. 2008. Konseling Rehabilitasi. Online http ://ebookbrowse.com/konseling-rehabilitasi-izman-pdf-d122874214 [accessed 07/05/2012]
Muis,Ichwan. ___. Rehabilitasi Sosial. Online http://ichwanmuis.com/?p=231 [accessed 07/05/12]
Rochman Arif, 2011. Modul Pelayanan dan rehabilitasi Sosial Gelandang dan Pengemis di Panti. Online http://arifrohmansocialworker.blogspot.com/2011/03/modul-pelayanan-dan-rehabilitasi-sosial.html [accessed 07/05/2012]

Littlre snake pin