A.
Konsep
Shalahuddin
dalam Pratiwi Wijayanti (2010) memberikan konsep tentang anak jalanan adalah
individu yang berumur dibawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh
waktunya dijalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau
guna mempertahankan hidupnya. Sedangkan menurut Pusdatin Departemen Sosial RI
adalah anak yang berusia antara 5 tahun sampai dengan 21 tahun yang
menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran
di jalanan maupun di tempat umum.
Dra.
Soetji Andari dkk (2006: 5) anak jalanan ada yang masih memiliki keluarga
(ikatan keluarga), namun ada juga yang sudah terpisah dengan keluarga, dan
sebagian besar waktunay dihabsikan di jalanan. Anak jalanan dapat dibagi
menjadi tiga golongan, yaitu: mereka yang selama 24 jam hidupnya memang di
jalan, mereka yang bekerja di jalan namun masih mempunyai rumah dan keluarga,
dan merek ayang rentan turun ke jalan karena orang tuanya sudah terlebih dahulu
turun ke jalan.
a. Faktor
Penyebab
Yayasan
Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dalam Dra. Soetji Andari dkk (2006: 7)
menyebutkan ada tiga hal yang menyebabkan munculnya fenomena anak jalanan,
yaitu:
1. Tingkat
mikro (immediate causes), yaitu
faktor yang berhubungan dengan situasi anak dan keluarga sehingga menjadi anak
jalanan. Artinya penyebab anak menjadi anak jalanan sebagai akibat dari gesekan
atau perselisihan antara anak dengan keluarga (keluarga broken home), atau
keluarga miskin yang tidan dapat mendidikan dan merawat anak dengan baik
sehingga tidak memiliki tempat tinggal.
2. Tingkat
meso (underlyng causes), yaitu
faktor-faktor yang ada di masyarakat tempat anak tinggal dan keluarga berada. Anak
yang berada dalam lingkungan yang kondusif menjadi anak jalanan misalnya tempat
yang kumuh, berada di dekat jalan raya dan memiliki kebutuhan yang banyak.
3. Tingkat
makro (basic causes), yaitu faktor
yang berhubungan dengan struktur makro dari masyarakat seperti ekonomi, politik
dan kebudayaan. Artinya bahwa keberadaan anak pada situasi negara yang misalnya
sedang dilanda krisis ekonomi sehingga rakyat menjadi miskin, PHK dimana-mana
yang mengakibatkan banyak pengangguran, dan akhirnya mengakibatkan peningkatan
jumlah anak jalanan.
Selain itu, keberadaan anak jalanan di dorong pula
oleh kondisi ekonomi keluarga seperti mencari pekerjaan, terlantar,
ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, kondisi psikologis
seperti ditolak orangtua, salah perawatan atau kekerasan di rumah, kesulitan
berhubungan dengan keluarga atau tetangga, bertualang dan lari dari kewajiban
keluarga (Tata Sudrajat dalam Soetji Andari dkk 2006).
b. Faktor
penghambat pengentasan Anak Jalanan menurut Dra. Soetji Andari dkk (2006: 34)
meliputi :
1.
Mobilitas anak yang tinggi
2.
Image negatif masyarakat terhadap
anak jalanan
3.
Mentalitas anak jalanan yang tidak mau berubah
4.
Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap anak jalanan
5.
Kurang tersedianya lapangan pekerjaan
6.
Upah yang rendah dibandingkan dengan bekerja di jalanan, sehingga mengurangi
minat anak untuk alih pekerjaan
7.
Kurannya perjuangan anak untuk mendapatkan pekerjaan
c.
Tujuan Treatment
Secara umum treatment bertujuan untuk mengubah
tingkah laku anak jalanan menjadi lebih adaptif dan mampu mengaktualisasikan
diri secara tepat dengan memodifikasi lingkungan. Untuk lebih detailnya berikut
tujuan treatment anak jalanan di Kota Semarang:
1.
Memfungsikan individu dalam kehidupan sehari-hari.
2.
Memperoleh kesempatan untuk meraih prestasi,gelar, derajat dalam kehidupannya.
3.
Melatih kemandirian anak jalanan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
4.
Untuk memperbaiki kualitas hidup anak jalanan.
B.
Analisis
Karakteristik anak jalanan hasil dari LPPM
Universitas Semarang tahun 2008 menggambarkan data sebagai berikut :
No
|
Aspek
|
No
|
Aspek
|
1
|
Komposisi
jenis kelamin
-
laki-laki 74,51%
-
perempuan 25,49%
|
8
|
Frekuensi
ke jalan
-
setiap hari 80,30%
-
tidak setiap hari 19,7%
|
2
|
Komposisi
agama
-
muslim 93,14%
-
non muslim 6,86%
|
9
|
Alamat
Rumah
-
Semarang 98,04%
-
Luar Semarang 1,96%
|
3
|
Komposisi
umur
-
termuda 6 tahun
-
tertua 21 tahun
-
rerata 12 tahun
|
10
|
Status
kependidikan
-
bersekolah 60,79%
-
tidak bersekolah 39,21%
|
4
|
Tempat
kelahiran
-
Semarang 69,61%
-
Luar Semarang 19,61%
-
Tidak tahu 16,73%
|
11
|
Lokasi
sekolah
-
Semarang 95%
-
Luar Semarang 5%
|
5
|
Pekerjaan
-
Pengamen 60,78%
-
Lainnya (peminta-minta, tukang
parkir, pemulung dll) 39,21%
|
12
|
Sumber
biaya sekolah
-
orangtua 57,5%
-
swasta 30%
-
orangtua dan sendiri 2,5%
-
sendiri 2,5 %
|
6
|
Rat-rata
di jalan 6 jam/hari
|
13
|
Pengalaman beasiswa
-
dapat beasiswa 72,5%
-
belum dapat beasiswa 27,5%
|
7
|
Rata-rata
penghasilan 19.690/hari
|
|
|
Dalam penelitian
yang dilakukan oleh Pratiwi Wijayanti (2010) menyebutkan tentang aspirasi hidup
anak jalanan yang berupa aspirasi pendidikan dan pekerjaan, serta
harapan-harapan yang pada intinya menginginkan kehidupan yang lebih baik
daripada kehidupan di jalanan. Aspirasi tersebut berupa aspirasi jangka
pendek/panjang dan aspirasi realistis/ideal yang dipengaruhi oleh situasional
dan personal anak jalanan tersebut.
Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan oleh LPPM USM memperlihatkan bahwa kondisi anak
jalanan yang ada di Kota Semarang cukup beragam dan aspek satu dengan yang lain
saling mempengaruhi. Sesuai dengan jalur konselor dibidang pendidikan maka
fokus konselor pada upaya pemecahan masalah yaitu terkait pendidikan dan
bermain anak jalanan. Kami mengambil aspek pendidikan karena telah dibekali
dengan wawasan kependidikan baik didalam maupun diluar sekolah. Sedangkan
alasan untuk mengambil aspek bermain karena hal itu merupakan hak anak yang
harus diberikan sesederhana apapun bentuknya sebagai kebutuhan yang akan
mempengaruhi pemenuhan tugas perkembangan anak selanjutnya.
C.
Upaya Pemecahan
a. Area
Esensi Konseling Rehabilitasi Anak Jalanan
1.
Keterampilan Sosial yaitu melatih individu untuk memiliki kemampuan
interpersonal. Keterampilan ini konselor coba belajarkan pada anak jalanan pada
saat mereka di istirahat dengan cara mengobrol dan bertukar pengalaman dan
pikiran
2.
Keterampilan Pengelolaan yaitu melatih individu untuk terampil mengelola gejala
penyebab malasuai sosial dan tekanan sosial (melatih individu untuk lebih
toleran dan mengurangi penderitaan). Anak jalanan yang ada di Semarang memiliki
aspirasi masing-masing yang adakalanya berbeda satu dengan yang lain. Konselor
seyogyanya dapat membelajarkan anak jalanan untuk mampu mengelola pengalaman
yang mereka miliki sebagai bekal pertimbangan untuk hidup ke depannya. Konselor
mengajarkan anak jalanan sopan santun, taat aturan lalu lintas, berkomunikasi
dengan orang banyak dsb.
b. Langkah-langkah
pemecahan kasus anak jalanan di Kota Semarang :
1.
Intake (pengasupan) adalah memahami permasalahan dan potensi sasaran yaitu anak
jalanan.
a). Sasaran
subyek : anak jalanan
b). Metode
: berkumpul dengan anak jalanan ketika mereka sedang bekerja, istirahat,di
rumah dan di sekolah.
c). Pihak
Terkait : anak jalanan, orang tua, pejabat setingkat RT
d). Target
: mengetahui aktivitas keseharian anak jalanan
2.Diagnosis
a). Sasaran
subyek : anak jalanan
b). Metode
: menyusun kebutuhan anak jalanan terutama terkait pendidikannya dan kebutuhan
bermain dengan sesamanya.
c). Pihak
Terkait : pekerja sosial dan tim
d). Maksud
: untuk mengetahui gambaran kebutuhan anak jalanan
e). Target
: membuat list kebutuhan
3.
Prognosis
a). Sasaran
subyek : anak jalanan
b). Metode
: analisis list kebutuhan anak jalanan
c). Pihak
Terkait : konselor dan tim
d). Maksud
: untuk mengetahui kemungkinan yang terjadi jika kebutuhan yang dimiliki anak
jalanan tidak terpenuhi.
4.Rencana
Tindakan
a). Sasaran
subyek : anak jalanan
b). Metode
: analisis diagnosis dan prognosis
c). Pihak
Terkait : konselor dan tim
d). Maksud
: untuk membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada treatment sehingga
konselor memiliki bekal untuk memberikan treatment. Rencana tindakan yang akan
dilakukan pada sesi treatment yaitu:
Anak Jalanan
|
Orangtua
|
RT
|
-
membantu belajar di sela jam
istirahat
-
mengajak anak untuk mengaji
setelah maghrib
-
memotivasi anak di akhir mengaji
|
- memberi
pemahaman kepada orangtua ttg pentingnya waktu belajar dan bermain bagi anak
|
-
memberi pemahaman bahwa RT
memiliki peran untuk membantu anak jalanan tetap mendapatkan hak layaknya
anak pada umumnya
|
e). Target
: ada rencana kegiatan yang akan dilakukan konselor bersama dengan anak
jalanan.
5.Treatment
(perlakuan)
a). Sasaran
subyek : anak jalanan, orangtua anak jalanan, pejabat setingkat RT
b). Metode
:
c). Pihak
Terkait : anak jalanan, orangtua anak jalanan, pejabat setingkat RT, konselor
dan tim
d). Maksud
: untuk memberikan perlakuan terhadap anak jalanan terutama di bidang
pendidikan dan kebutuhan bermain anak
e). Target
: anak jalanan mengikuti atau dapat berpartisipasi dalam rangkaian edukasi dan
permainan bersama konselor dan tim.
6.
Evaluasi
a). Sasaran
subyek : konselor dan tim
b). Metode
: diskusi, wawancara, checklist keberhasilan
c). Pihak
Terkait : konselor, tim,orangtua anak jalanan, pejabat setingkat RT
d). Maksud
: untuk mengetahui keberhasilan treatment
e). Target
: evaluasi segera dan jangka pendek terlaksana
7.
Terminasi
Konselor dan tim
mengakhiri rangkaian pemecahan masalah anak jalanan di Kota Semarang yang
menitikberatkan pada bidang pendidikan dan bermain anak dengan tukar pendapat,
pemberian motivasi dan kenang-kenangan.
DAFTAR
PUSTAKA
Andari, Soetji. dkk. 2006. Pengkajian Berbagai Tindak Kekerasan dan Upaya Perlindungan Anak
Jalanan (pdf format). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan
Kesejahteraan Sosial: Yogyakarta.
Tim Peneliti USM. 2008. Studi Karakteristik Anak Jalanan dalam Upaya Penyusunan Program
Penanggulangannya; Kajian Empirik di Kota Semarang (pdf format). Lembaga
Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat USM: Semarang.
Wijayanti, Pratiwi. 2010. Aspirasi Hidup Anak Jalanan Semarang; Sebuah Studi Kualitatif dengan
Pendekatan Deskriptif di Daerah Siranda, Semarang. Fakultas Psikologi Undip
: Semarang.