Jumat, 22 Juni 2012

KASUS SOSIAL ANAK JALANAN DI KOTA SEMARANG



A.    Konsep
Shalahuddin dalam Pratiwi Wijayanti (2010) memberikan konsep tentang anak jalanan adalah individu yang berumur dibawah 18 tahun yang menghabiskan sebagian atau seluruh waktunya dijalanan dengan melakukan kegiatan-kegiatan guna mendapatkan uang atau guna mempertahankan hidupnya. Sedangkan menurut Pusdatin Departemen Sosial RI adalah anak yang berusia antara 5 tahun sampai dengan 21 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari nafkah dan atau berkeliaran di jalanan maupun di tempat umum.
Dra. Soetji Andari dkk (2006: 5) anak jalanan ada yang masih memiliki keluarga (ikatan keluarga), namun ada juga yang sudah terpisah dengan keluarga, dan sebagian besar waktunay dihabsikan di jalanan. Anak jalanan dapat dibagi menjadi tiga golongan, yaitu: mereka yang selama 24 jam hidupnya memang di jalan, mereka yang bekerja di jalan namun masih mempunyai rumah dan keluarga, dan merek ayang rentan turun ke jalan karena orang tuanya sudah terlebih dahulu turun ke jalan.
a.      Faktor Penyebab
Yayasan Kesejahteraan Anak Indonesia (YKAI) dalam Dra. Soetji Andari dkk (2006: 7) menyebutkan ada tiga hal yang menyebabkan munculnya fenomena anak jalanan, yaitu:
1.     Tingkat mikro (immediate causes), yaitu faktor yang berhubungan dengan situasi anak dan keluarga sehingga menjadi anak jalanan. Artinya penyebab anak menjadi anak jalanan sebagai akibat dari gesekan atau perselisihan antara anak dengan keluarga (keluarga broken home), atau keluarga miskin yang tidan dapat mendidikan dan merawat anak dengan baik sehingga tidak memiliki tempat tinggal.
2.     Tingkat meso (underlyng causes), yaitu faktor-faktor yang ada di masyarakat tempat anak tinggal dan keluarga berada. Anak yang berada dalam lingkungan yang kondusif menjadi anak jalanan misalnya tempat yang kumuh, berada di dekat jalan raya dan memiliki kebutuhan yang banyak.
3.     Tingkat makro (basic causes), yaitu faktor yang berhubungan dengan struktur makro dari masyarakat seperti ekonomi, politik dan kebudayaan. Artinya bahwa keberadaan anak pada situasi negara yang misalnya sedang dilanda krisis ekonomi sehingga rakyat menjadi miskin, PHK dimana-mana yang mengakibatkan banyak pengangguran, dan akhirnya mengakibatkan peningkatan jumlah anak jalanan.
Selain itu, keberadaan anak jalanan di dorong pula oleh kondisi ekonomi keluarga seperti mencari pekerjaan, terlantar, ketidakmampuan orang tua menyediakan kebutuhan dasar, kondisi psikologis seperti ditolak orangtua, salah perawatan atau kekerasan di rumah, kesulitan berhubungan dengan keluarga atau tetangga, bertualang dan lari dari kewajiban keluarga (Tata Sudrajat dalam Soetji Andari dkk 2006).
b.     Faktor penghambat pengentasan Anak Jalanan menurut Dra. Soetji Andari dkk (2006: 34) meliputi :
1. Mobilitas anak yang tinggi
2. Image negatif masyarakat terhadap anak jalanan
3. Mentalitas anak jalanan yang tidak mau berubah
4. Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap anak jalanan
5. Kurang tersedianya lapangan pekerjaan
6. Upah yang rendah dibandingkan dengan bekerja di jalanan, sehingga mengurangi minat anak untuk alih pekerjaan
7. Kurannya perjuangan anak untuk mendapatkan pekerjaan
c.      Tujuan Treatment
Secara umum treatment bertujuan untuk mengubah tingkah laku anak jalanan menjadi lebih adaptif dan mampu mengaktualisasikan diri secara tepat dengan memodifikasi lingkungan. Untuk lebih detailnya berikut tujuan treatment anak jalanan di Kota Semarang:
1. Memfungsikan individu dalam kehidupan sehari-hari.
2. Memperoleh kesempatan untuk meraih prestasi,gelar, derajat dalam kehidupannya.
3. Melatih kemandirian anak jalanan dalam memenuhi kebutuhan hidup.
4. Untuk memperbaiki kualitas hidup anak jalanan.
B.    Analisis
Karakteristik anak jalanan hasil dari LPPM Universitas Semarang tahun 2008 menggambarkan data sebagai berikut :

No
Aspek
No
Aspek
1
Komposisi jenis kelamin
-        laki-laki 74,51%
-        perempuan 25,49%

8
Frekuensi ke jalan
-        setiap hari 80,30%
-        tidak setiap hari 19,7%
2
Komposisi agama
-        muslim 93,14%
-        non muslim 6,86%
9
Alamat Rumah
-        Semarang 98,04%
-        Luar Semarang 1,96%
3
Komposisi umur
-        termuda 6 tahun
-        tertua 21 tahun
-        rerata 12 tahun
10
Status kependidikan
-        bersekolah 60,79%
-        tidak bersekolah 39,21%
4
Tempat kelahiran
-        Semarang 69,61%
-        Luar Semarang 19,61%
-        Tidak tahu 16,73%
11
Lokasi sekolah
-        Semarang 95%
-        Luar Semarang  5%
5
Pekerjaan
-        Pengamen 60,78%
-        Lainnya (peminta-minta, tukang parkir, pemulung dll) 39,21%
12
Sumber biaya sekolah
-        orangtua 57,5%
-        swasta 30%
-        orangtua dan sendiri 2,5%
-        sendiri 2,5 %
6
Rat-rata di jalan 6 jam/hari
13
 Pengalaman beasiswa
-        dapat beasiswa 72,5%
-        belum dapat beasiswa 27,5%
7
Rata-rata penghasilan 19.690/hari



Dalam penelitian yang dilakukan oleh Pratiwi Wijayanti (2010) menyebutkan tentang aspirasi hidup anak jalanan yang berupa aspirasi pendidikan dan pekerjaan, serta harapan-harapan yang pada intinya menginginkan kehidupan yang lebih baik daripada kehidupan di jalanan. Aspirasi tersebut berupa aspirasi jangka pendek/panjang dan aspirasi realistis/ideal yang dipengaruhi oleh situasional dan personal anak jalanan tersebut.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh LPPM USM memperlihatkan bahwa kondisi anak jalanan yang ada di Kota Semarang cukup beragam dan aspek satu dengan yang lain saling mempengaruhi. Sesuai dengan jalur konselor dibidang pendidikan maka fokus konselor pada upaya pemecahan masalah yaitu terkait pendidikan dan bermain anak jalanan. Kami mengambil aspek pendidikan karena telah dibekali dengan wawasan kependidikan baik didalam maupun diluar sekolah. Sedangkan alasan untuk mengambil aspek bermain karena hal itu merupakan hak anak yang harus diberikan sesederhana apapun bentuknya sebagai kebutuhan yang akan mempengaruhi pemenuhan tugas perkembangan anak selanjutnya.
C.    Upaya Pemecahan
a.      Area Esensi Konseling Rehabilitasi Anak Jalanan
1. Keterampilan Sosial yaitu melatih individu untuk memiliki kemampuan interpersonal. Keterampilan ini konselor coba belajarkan pada anak jalanan pada saat mereka di istirahat dengan cara mengobrol dan bertukar pengalaman dan pikiran
2. Keterampilan Pengelolaan yaitu melatih individu untuk terampil mengelola gejala penyebab malasuai sosial dan tekanan sosial (melatih individu untuk lebih toleran dan mengurangi penderitaan). Anak jalanan yang ada di Semarang memiliki aspirasi masing-masing yang adakalanya berbeda satu dengan yang lain. Konselor seyogyanya dapat membelajarkan anak jalanan untuk mampu mengelola pengalaman yang mereka miliki sebagai bekal pertimbangan untuk hidup ke depannya. Konselor mengajarkan anak jalanan sopan santun, taat aturan lalu lintas, berkomunikasi dengan orang banyak dsb.
b.     Langkah-langkah pemecahan kasus anak jalanan di Kota Semarang :
1. Intake (pengasupan) adalah memahami permasalahan dan potensi sasaran yaitu anak jalanan.
a).   Sasaran subyek : anak jalanan
b).   Metode : berkumpul dengan anak jalanan ketika mereka sedang bekerja, istirahat,di rumah dan di sekolah.
c).   Pihak Terkait : anak jalanan, orang tua, pejabat setingkat RT
d).   Target : mengetahui aktivitas keseharian anak jalanan
2.Diagnosis
a).   Sasaran subyek : anak jalanan
b).   Metode : menyusun kebutuhan anak jalanan terutama terkait pendidikannya dan kebutuhan bermain dengan sesamanya.
c).   Pihak Terkait : pekerja sosial dan tim
d).   Maksud : untuk mengetahui gambaran kebutuhan anak jalanan
e).   Target : membuat list kebutuhan
3. Prognosis
a).   Sasaran subyek : anak jalanan
b).   Metode : analisis list kebutuhan anak jalanan
c).   Pihak Terkait : konselor dan tim
d).   Maksud : untuk mengetahui kemungkinan yang terjadi jika kebutuhan yang dimiliki anak jalanan tidak terpenuhi.
4.Rencana Tindakan
a).   Sasaran subyek : anak jalanan
b).   Metode : analisis diagnosis dan prognosis
c).   Pihak Terkait : konselor dan tim
d).   Maksud : untuk membuat rencana tindakan yang akan dilakukan pada treatment sehingga konselor memiliki bekal untuk memberikan treatment. Rencana tindakan yang akan dilakukan pada sesi treatment yaitu:
Anak Jalanan
Orangtua
RT
-        membantu belajar di sela jam istirahat
-        mengajak anak untuk mengaji setelah maghrib
-        memotivasi anak di akhir mengaji
-      memberi pemahaman kepada orangtua ttg pentingnya waktu belajar dan bermain bagi anak

-        memberi pemahaman bahwa RT memiliki peran untuk membantu anak jalanan tetap mendapatkan hak layaknya anak pada umumnya

e).   Target : ada rencana kegiatan yang akan dilakukan konselor bersama dengan anak jalanan.
5.Treatment (perlakuan)
a).   Sasaran subyek : anak jalanan, orangtua anak jalanan, pejabat setingkat RT
b).   Metode :
c).   Pihak Terkait : anak jalanan, orangtua anak jalanan, pejabat setingkat RT, konselor dan tim
d).   Maksud : untuk memberikan perlakuan terhadap anak jalanan terutama di bidang pendidikan dan kebutuhan bermain anak
e).   Target : anak jalanan mengikuti atau dapat berpartisipasi dalam rangkaian edukasi dan permainan bersama konselor dan tim.
6. Evaluasi
a).   Sasaran subyek : konselor dan tim
b).   Metode : diskusi, wawancara, checklist keberhasilan
c).   Pihak Terkait : konselor, tim,orangtua anak jalanan, pejabat setingkat RT
d).   Maksud : untuk mengetahui keberhasilan treatment
e).   Target : evaluasi segera dan jangka pendek terlaksana
7. Terminasi
Konselor dan tim mengakhiri rangkaian pemecahan masalah anak jalanan di Kota Semarang yang menitikberatkan pada bidang pendidikan dan bermain anak dengan tukar pendapat, pemberian motivasi dan kenang-kenangan.


DAFTAR PUSTAKA
Andari, Soetji. dkk. 2006. Pengkajian Berbagai Tindak Kekerasan dan Upaya Perlindungan Anak Jalanan (pdf format). Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesejahteraan Sosial: Yogyakarta.
Tim Peneliti USM. 2008. Studi Karakteristik Anak Jalanan dalam Upaya Penyusunan Program Penanggulangannya; Kajian Empirik di Kota Semarang (pdf format). Lembaga Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat USM: Semarang.
Wijayanti, Pratiwi. 2010. Aspirasi Hidup Anak Jalanan Semarang; Sebuah Studi Kualitatif dengan Pendekatan Deskriptif di Daerah Siranda, Semarang. Fakultas Psikologi Undip : Semarang.

Littlre snake pin