PERSIAPAN PELATIH
Untuk
pelajaran ini Anda memerlukan:
- Visual
Aid 6-1 : Perbedaan dalam Kesehatan Emosi
- Visual
Aid 6-2: Anak Sehat secara
Emosional
- Visual
Aid 6-3: Kategori-kategori Pengalaman Trauma
- Visual
Aid 6-4: Traumatis Namun Sehat
- Visual
Aid 6-5: Segitiga Kekacauan
- Visual
Aid 6-6: Anak Traumatris dengan
Tanda-tandanya
- Visual
Aid 6-7: Tingkah Laku Anak-anak dengan Tanda-tandanya
- Visual
Aid 6-8: Anak Traumatis Tanpa Tanda-tanda
- Visual
Aid 6-9: Tingkah Laku Anak Traumatis tanpa Tanda-tanda
- Untuk
Pemanasan Pelajaran yang menggunakan segmen video mengenai “Anak-anak
dalam Peperangan” atau siap untuk membicarakan mengenai anak-anak dalam peperangan
(lihat apendik C)
- Untuk
Bahan Diskusi, rencanakan bagaimana
para pelatih akan mengerjakan
bagian bermain peran / role
plays.
Untuk
pertolongan tambahan pelajaran ini, bacalah Pelajaran 9, “Suatu Pendahuluan
Model tanda Stop.” Dalam menyembuhkan Anak-anak Korban Perang
TINJAUAN PELAJARAN
Pemanasan
- Observasi dampak trauma pada anak-anak
Pelajaran
- Perbedaan
dalam Kesehatan Emosi
- Anak
yang Sehat secara Emosional
- Anak Dalam Trauma
- Traumatis
Namun Sehat
- Segitiga
Kekacauan
- Tingkah
Laku anak-anak Traumatis dengan gejala-gejala
- Anak
Traumatis tanpa tanda-tanda
- Tingkah
Laku anak Traumatis Tanpa Gejala-gejala
- Memulihkan anak dari Trauma
Bahan Diskusi
- Mengobservasi dan menterjemahkan reaksi anak-anak terhadap trauma melalui bermain peran / role play
Kegiatan Belajar
- Menaksir dampak pada tingkah laku anak yang “diadopsi.”
Tugas Pembelajaran
Para
pendamping akan belajar menaksir
kesehatan anak-anak secara emosi melalui observasi permaian mereka, interaksi
sosial dan cara mereka mengekspresikan emosi mereka.
PELAJARAN
Pemanasan
Tunjukkan
segmen video “Anak-anak dalam Peperangan” (atau gunakan catatan dalam Apendik C
utnuk mempersiapkan diskusi pendek mengenai anak-anak dalam peperangan.) Mintalah pada peserta mengobservasi tingkah
laku anak-anak dalam video, diskusikan betapa peristiwa traumatis atau
situasi-situasi uyang dapat mengubah tingkah laku normal dari anak-anak. Kalau Anda mempersiapkan pembicaraan yang sudah disiapkan, bukan
video, para peserta /pendamping bisa mendiskusikan bagaimana seorang anak dalam peperangan akan bereaksi terhadap
keadaan yang Anda uraikan.
Pelajaran
Perbedaan Kesehatan Emosi
Alat Peraga 6-1
Langkah pertama dalam merencanakan
intervensi bagi anak-anak dalam krisis,
adalah bisa mengerti tanggapan-tangapan dan kebutuhan secara psikologis dari anak-anak yang
diakibatkan dari trauma yang mereka alami. Karena anak bereaksi berbeda terhadap trauma, kita harus mengerti
perbedaan dalam taraf kesehatan emosional di antara ---
- Anak-anak
sehat pada waktu tidak mengalami trauma
- Anak-anak
yang traumatis namun tetap sehat emosional
- Anak-anak
traumatis yang menunjukkan gejala
adanya persoalan emosional
- Anak-anak yang toidak menunjukkan adanya gejala persoalan emosional
Menemukan seperti apa
anak-anak dalam setiap kelompok ini akan menolong para pendamping mengerti
berbagai dampak pada perpikiran, perasaan, dan tingkah laku anak-anak yang mengalami trauma. Informasi ini merupakan dasar dari pembuatan
rencana untuk intervensi.
Kita harus ingat bahwa sejumlah krisis, konflik, kerisauan,
agresi, dan ketakutan merupakan bgaian perkembangan anak-anak normal. Namun trauma mengubah konteks dan arti semua
ini bagi kesehatan emosional anak-anak.
Anak Yang Sehat Emosional
Alat Peraga 6-2
Titik permulaan mengerti
bagaimana anak-anak berubah dalam cara berpikir dan bertingkah lakunya sewaktu
trauma adalah dengan mengerti seperti apakah seorang anak yang sehat --- sehat
tidak saja dari segi fisik tetapi juga dari segi psikologis dan sosial. Kita perlu mengetahui seberapa sehat anak
berpikir, merasa, mengekspresikan emosinya, dan berinteraksi dengan orang lain.
Pada
anak-anak sehat, kulit depan dari
lingkaran transparan, seperti kaca, memperbolehkan Anda untuk melihat ke dalam pikiran mereka. Anda dapat mengerti
sebagian besar apa yang sedang mereka pikirkan dengan mendengarkan pembicaraan
mereka, dengan mengobservasi reaksi mereka terhadap orang dan situasi dan
dengan mencatat isi permainan mereka.
Anak sehat adalah ---
- Komunikator
yang baik, dapat mengkomunikasikan perasaan mereka yang sesungguhnya dan
pikiran yang murni langsung kepada orang, khususnya kepada mereka yang
dipercaya.
- Merupakan
bagian dari keluarga dengan hubungan yang kuat pada orang tua dan orang
yang yang penting bagi mereka.
- Dimasukkan dalam jaringan hubungan dan sistem keamanan; mereka tahu bahwa masyarakat disiapkan untuk melindungi mereka pada saat orang tua mereka gagal melakukannya. Pengetahuan ini membawa mereka pada rasa aman, keamanan dan kesejahteraan, semua bermanfaat bagi kesehatan emosional mereka.
Rasa dimiliki dan dipercaya memungkinkan anak-anak untuk
mengkomunikasikan perasaan dan pikiran mereka kepada orang lain.
Anak-anak dalam Trauma
Alat perasa 6-3
Apa yang
terjadi pada anak sehat yang menghadapi trauma?
Pertama, kita harus ingat bahwa tidak semua anak-anak bereaksi terhadap
kekerasan dan trauma dengan cara yang sama.
Trauma biasanya terdiri dari beberapa peristiwa, bukan pada suatu
peristiwa saja, yang mempengaruhi anak
dengan cara yang berlainan. Dari sudut
pandang anak, trauma dapat dikategorikan ke dalam tiga kategori seperti yang
ditunjukkan dalam siklus kekerasan.
Kekerasan
Kebanyakan anak-anak dalam
trauma mengalami dan menjadi korban kekerasan. Kekerasan ini diekspresikan
melalui banyak cara – kehidupan jalanan dengan mucikari dan bandar obat-obatan
terlarang, peperangan, pelecehan seksual, dll.
Mungkin kekerasan yang paling buruk bagi anak-anak yaitu pada waktu
mereka dipaksa untuk melakukan kejahatan itu sendiri – sering-sering terhadap orang yang memelihara, keamanan,
kasih dan perhatian terhadap mereka itu sendiri. Pada waktu anak-anak bertumbuh dalam bentangan kekerasan, biasanya hal itu
mengakibatkan kehilangan yang berat atau
perpisahan.
Kehilangan atau perpisahan
Anak-anak bisa kehilangan
orang tua, saudara-saudara, rumah tangga, dan bahkan negaranya, jika mereka
dipaksa untuk lari dari kekerasan.
Resikonya, banyak anak harus tinggal di kamp pengungsi atau sebagai anak
jalanan. Anak-anak juga mungkin juga
kehilangan secara fisik karena kekerasan yang menimpa mereka, seperti
kehilangan bagian tubuhnya, yang menyebankan mereka menjadi timpang seumur
hidup, atau kehilangan kesehatan, karena tertular penyakit yang didapatkan
karena pelecehan seksual. Banyak orang
merasa kehilangan yang paling mendalam adalah kehilangan hak dasar mereka sebagai anak, yang disebabkan
keterbatasan tanggungjawab ,
perlindungan oleh orang dewasa dan kebebasan yang terjamin untuk menjelajahi
dan menemukan dunia mereka. Mungkin
mereka kehilangan semua perasaan yang terbuka akan keingintahuan, anak yang masih lugu.
Eksplotasi (
mengambil kesempatan dalam kesempitan anak-anak dalam keadaan mereka)
Eksplotasi
menjadi kombinasi dari kekerasan dan kehilangan. Anak-anak dapat dieksplotasi
melalui berbagai cara, termasuk dipaksa untuk melayani sebagai tentara anak,
diambil untuk menjadi pekerja anak, atau digunakan sebagai pelacur atau dalam
pornografi.
Pengalaman
kehilangan, kekerasan dan eksplotasi adalah saling berhubungan dan saling
menguatkjan satu dengan yang lainnya, berrotasi dalam lingkaran yang ganas dan
sangat merusak. Pengalaman demikian
mengakibatkan tiga reaksi dasar secara psikologis:
- Ketakutan – khususnya bagi keamanan dan hari depan mereka dan anggota keluarga mereka. Mereka takut bila tak ada orang yang memperhatikan mereka atau menyediakan makanan bagi mereka atau bahwa mereka tak akan bersekolah lagi. Semua yang mereka saksikan dan alami dalam trauma memperbesar ketakutan mereka.
- Protes – terhadap ketidak adilan dan kejahatan yang menimpa mereka. Bahkan anak-anak kecil secara terbatas memiliki rasa keadilan dan kejujuran dan tahu apa yang sedang terjadi terhadap mereka adalah tidak wajar. Ketidakadilan adalah kekurangan pengertian mengenai akibat trauma dalam kemarahan yang membuat frustrasi, yang sangat berdampak kepada kesejahteraan anak.
- Kesedihan – terhadap kehilangan mereka, khususnya pada waktu mereka menyadari bahwa dalam banyak kasus kehilangan tersebut tidak dapat diganti.
Traumatis namun Sehat
Visual Aid: 6-4
Tanggapan
trauma dan emosi ini adalah normal dan merupakan reaksi sehat yang diperlukan
dan mendasar bagi anak-anak semasa
mereka berupaya melalui pengalaman-pengalaman dan kehilangan. Sebagian anak-anak, khususnya yang mempunyai orang dewasa yang
memperhatikan yang dapat menolong mereka menampung perasaan mereka, dan
memantulkan pikiran-pikiran dan
perasaan-perasaan mereka, dapat mengatasi reaksi-reaksi tersebut dan tetap
sehat; sedangkan yang lain tak dapat.
Segitiga Kekacauan
Visual Aid: 6-5
Sebagian anak-anak memiliki permasalan
yang diakibatkan oleh trauma mereka.
Problema –problema ini dapat
dimengerti dengan cara terbaik dalam konteks mereka melalui “Segitiga Kekacauan” yang disajikan
dengan anak-anak dalam krisis, baik
mereka menunjukkan gejala – gejala atau tidak.
Segitiga tersebut mewakili:
- Kekacauan
dalam diri anak
Pengalaman dan perasaan
anak-anak memberitahu mereka bahwa mereka ada dalam situasi yang tak dapat
mereka kendalikan, dan yang mereka tidak mengerti. Bagi mereka, peristiwa
traumatis tidak memiliki makna yang
berarti. Mereka dalam ketakutan yang
terus menerus yang tak dapat mereka
mengerti dan kendalikan.
- Kekacauan
dalam keluarga
Sering sering
keluarga dan rumah tangga tidak bisa lagi berfungsi sebagai struktur yang aman
dan mendukung seperti sebelumnya. Iman dan kepercayaan mereka dalam kemampuan
orang tua untuk memelihara mereka tidak
seperti dulu lagi – menjengkelkan. Ada
ketakutan dan kekuatiran bahwa orang tua sudah tidak bisa mengendalikan
lagi. Peristiwa traumatis ini bukan saja
melukai dasar kepercayaan mereka, tetapi juga keterikatan batin mereka. Terputusnya
kepercayaan dalam keluarga
merintangi kapasitas untuk mempercayai diri mereka sendiri atau orang
lain. Itu sebabnya kapasitas untuk menikmati hidup dan merasa aman hancur.
- Kekacauan
dalam lingkungan dan masyarakat
Dalam keadaan
trauma, anak-anak sering mendapatkan diri mereka tinggal dalam lingkungan yang
janggal, tanpa kebutuhan dasar hidup. Stuktur komunitas di sekeliling mereka
menjadi asing: sekolah, gereja, pasar, tempat rekreasi, dan struktur lainnya yang mewakili pusat
kehidupan komunitas. Tanpa struktur yang sudah biasa bagi mereka, maka
kehidupan anak-anak menjadi kacau.
Seseorang mungkin
menghadapi dua kemungkinan dalam pendekatan kepada anak yang mengalami segitiga kekacauan – anak yang
memiliki gejala-gejala dan yang sama sekali tidak kelihatan gejalanya.
Anak Traumatius dengan gejala-gejala.
Alat Peraga: 6-6
Apabila
faktor peredaan (faktor yang membuat situasi tidak separah atau sesakit itu,
karena ada sistem pendukung yang mengerti keadaan trauma) tidak berfungsi
sebagaimana seharusnya atau tidak bisa mengentaskan trauma, segitiga kekacauan
terbentuk dengan sendirinya dalam diri anak.
Kebingungan ini membatasi tempat yang ada untuk menciptakan informasi
yang datang berkenaan dengan kekerasan, kehilangan, dan eksplotasi. Segitiga kekacauan menghalangi kemampuan anak untuk
mengkomunikasikan perasaan yang sesungguhnya dan menyembunyikan apa yang
sesungguhnya sedang terjadi dalam anak.
Sulit bagi seorang anak untuk
berhubungan dengan ketakutannya, protesnya dan kepedihannya
Kita harus menyadari bahwa tingkah laku (tubuh) dan gejala-gewjala agresif,
kemunduran atau psikosomatis, adalah upayanya untuk menyatakan perasaan
dan kebutuhannya. Kalau pendamping dapat mengerti gejala-gejala ini dengan
benar akan memungkinkan mengerti pengalaman traumatis anak.
Tingkah laku anak-anak dengan gejala-gejala
Visual aid 6-7
Anak-anak
dengn gejala akan bereaksi terhadap kebingungan ini dengan salah satu dari tiga
cara ini:
- Tingkah
laku agresif ( memukul, menendang, menjerit dan memecahkan barang).
- Tanda-tanda
tingkah laku kemunduran (pada umumnya terdapat pada anak-anak yang masih
muda – ngompol, menggelendot, bicara seperti bayi). Tingkah laku anak-anak
mundur kepada waktu dimana mereka dulu merasa aman.
- Gejala-gejala fisik (sakit kepala, sakit perut, dan hilang nafsu makan).
Pada waktu menunjukkan
gejala secara fisik, anak-anak itu sebenarnya tidak sungguh-sungguh sakit
melainkan menunjukkan trauma mereka. Sering-sering
keluhan ini adalah usaha terakhir untuk berkomunikasi, pada waktu saluran lain
buntu. Mereka berupaya untuk
menyampaikan kebutuhan mereka
akan orang yang bisa mengerti
bahwa mereka terluka., sedih, takut dan memprotes. Anak-anak memiliki taraf
toleran tertentu terhadap kesedihan
sebelum tubuh mereka bereaksi.
Kadang-kadang pendamping dan
petugas medis salah mengartikan gejala-gejala tersebut. Contohnya, pada waktu peperangan di
Liberia, tingkah laku agresif karena trauma peperangan, disalahtafsirkan
sebagai problem tingkah laku, karena anak-anak bereaksi di luar norma kultur
yang mengharuskan anak menghormati orang dewasa. Pada waktu mereka dihukum karena dikira bahwa tingkah laku mereka salah, maka
anak-anak mengalami trauma dua kali lipat.
Gejala-gejala ini, bisa menjadi sehat bila para pendamping
mewaspadai perbedaan apa yang sedang terjadi kepada anak-anak. Gejala tersebut bukan saja membuat Anda
waspada pada fakta bahwa ada yang tidak beres, namun juga memberi kesempatan
bagi anak-anak untuk membicarakan perasaan yang sesungguhnya. Dimana ada gejala, disana ada harapan.
Anak traumatis yang tanpa gejala-gejala.
Visual Aid 6-8
Ada banyak problema yang lebih serius mengelilingi anak-anak
yang, karena kehebatan traumanya sampai
tidak menunjukkan gejala trauma sama sekali. Para pendamping harus sangat
waspada untuk mengenali anak-anak ini,
yang amat sangat menderita dan mempunyai
kebutuhan yang paling mendalam akan pertolongan untuk mencegah
dalam jangka panjang atau akibat yang terus menerus dari trauma mereka.
Dengan anak-anak ini, segitiga kekacauan menjadi demikian padatnya sehingga seseorang tidak dapat
mengira apa yang sedang terjadi dalam diri anak. Anak-anak itu telah kehilangan
kemampuan untuk mengkomunikasikan perasaan mereka yang sebenarnya, pikiran,
emosi mereka kepada dunia luar. Jiwa anak itu diam.
Tingkah laku anak-anak tanpa gejala
Visual Aid 6-9
Kita mengetahui bahwa anak-anak semacam itu
telah kehilangan perlindungan keluarga dan jaringan keamanan, sedangkan
anak-anak ini adalah: --
- Lebih
seperti orang dewasa, seorang anak yang matang, dengan
suasana penolakan.
- Lebih
lelah daripada keagresifan
- Lebih
kompeten dari agresif, tanpa
keluhan medis
- Menolak
dengan keras rasa takut apa saja, marah atau derita.
- Merasa diri cukup dengan sikap: “ Oh hidup hanya begitu saja, Saya dapat mengatasinya. Saya dapat mengurusi diri sendiri.”
Anak-anak ini dianggap
tabah dan mengagumkan. Namun kita ketahui dan harus ingat bahwa mereka sudah
mengalami banyak kekerasan, kehilangan dan penganiayaan. Dari segi psikologis,
anak-anak ini menderita trauma yang paling besar dan biasanya lebih memerlukan
pemeliharaan jangka panjang daripada anak-anak yang menunjukkan
gejala-gejala. Untuk bisa mendapat
kesembuhan, para pendamping harus mengusahakan agar anak-anak ini dapat
mengkomunikasikan perasaan dan pikiran mereka yang benar.
Memulihkan anak dari Trauma
Empat pelajaran berikutnya akan menjelaskan unsur-unsur pokok
untuk memulihkan seorang anak dari trauma.
Strategi ini termasuk ---
- Memberi
kesempatan untuk melepaskan secara aman
perasaan-perasaan (berbicara
atau bermain)
- Memberi
anak rasa aman yang dapat memberi kebebasan dari gejala-gejala dan tingkah laku pascatraumatis.
- Menolong
anak pulih dari rasa misteri dan
kendali dalam kehidupan melalui situasi yang tersusun seperti kehidupan
yang rutin dan membuat keputusan.
- Memperbaiki
kesalahfahaman dan mempersalahkan diri.
- Memulihkan
rasa percaya anak dalam dirinya sendiri, bersamaan dengan keyakinan dalam
pengharapan bagi masa depan.
- Memperkecil luka trauma melalui menunjukkan pengertian orang lain akan trauma anak, khususnya bagi mereka yang memberikan perhatian / pemeliharaan.
Waktu Berdiskusi anak-anak yang mengalami trauma
Pilihlah 3 peserta untuk
memerankan, namun main peran tersebut harus tahu mereka sedang memerankan gambaran siapa.
Ketiga anak-anak yang diperankan adalah:
- Seorang
anak yang mengalami trauma namun tetap sehat
- Seorang
anak yang mengalami trauma dan sedang menunjukan gejala-gelaja.
- Seorang anak yang mengalami trauma dan tidak menunjukkan gejala-gejala.
Sementara menonton, kelompok akan menerka kategori anak mana yang sedang diperankan dan
berikan alasan akan pilihan mereka.
Kegiatan Belajar
-
Mintalah
para peserta membagi diri ke dalam kelompok studi kasus mereka.
-
Minta
mereka untuk memeriksa tingkah laku “anak adopsi” untuk menentukan
kalau-kalau anak itu tetap sehat secara emosional melalui
pengalaman krisisnya atau apakah anak
mereka traumatis, dan dengan gejala atau tidak dengan gejala. Sekali lagi, mereka perlu dapat memberilkan
alasan alasan untuk pilihan mereka.
-
Mintalah
kelompok-kelompok memberi umpan balik kepada kelompok besar setelah tugas
selesai.