Jumat, 11 Mei 2012

VERBATIM TEKNIK MODELING




Pelaku
Dialog
Teknik
Konseli
“Assalammu’alaikum” (sambil mengetuk pintu ruangan BK)

Konselor
“Wa’alaikumsalam” (diucapkan setelah membuka pintu ruangan BK)

Konseli
“Selamat pagi, Bu!” (sambil tersenyum)

Konselor
“Selamat pagi Lala, ayo silahkan masuk (dengan menjabat tangan Lala). Silahkan duduk Lala! Pilih kursi yang menurutmu nyaman untuk duduk.”
Opening
Konseli
“Terima kasih Bu, saya duduk disini saja.”

Konselor
“Baiklah kalau begitu.”
“Habis pelajaran apa tadi La?”
Topik Netral
Konseli
“Tadi habis pelajaran Sosiologi Bu.”

Konselor
“Kemarin kan sekolah kita ini mengadakan berbagai lomba dalam rangka peringatan hari kemerdekaan. Nah kelasmu ikut lomba apa saja?”

Konseli
“Kemarin kelas saya mengikuti lomba menghias kelas dan juga lomba parade band, Bu.”

Konselor
“Wah, pasti seru sekali ya... Kedatangan Lala disini mungkin ada yang akan dibicarakan dengan Ibu.”
Kalimat Jembatan
Konseli
“Iya Bu. Saya ingin meminta nasihat dan solusi dari Ibu.”

Konselor
“Mmm..ya. Alangkah lebih baiknya kalau kita bicarakan bersama agar diperoleh pemecahan yang terbaik. Bagaimana, dapat dimengerti?”
Role Limit
Konseli
“O-oh... Iya Bu. Saya mengerti.”

Konselor
“Silahkan Lala dapat mulai bercerita.”

Konseli
“Gini Bu, saya kurang PD jika harus tampil di depan umum apalagi dalam acara yang besar seperti kemarin Bu. Saya tidak mengikuti lomba satupun. Sebetulnya saya sendiri juga bingung bu dengan apa yang saya alami. Saya merasa diri saya sangat malu dengan teman-teman saya jika saya disuruh berbicara, rasanya canggung sekali. Apakah ini karena saya belum bisa beradaptasi dengan lingkungan sekolah saya ini? Saya merasa diri saya hanya sendirian.”

Konselor
“Merasa hanya sendirian?”
Restatement
Konseli
“Iya Bu. Saya merasa tidak memiliki teman yang sangat akrab sekali dengan saya. Yang bisa saya ajak untuk cerita, curhat, bercanda.”

Konselor
“Apa yang kamu rasakan dan membuat kamu berfikir seperti itu?”
Lead
Konseli
“Saya merasa tidak PD untuk bergaul dengan teman-teman. Jadi saya merasa takut untuk bergaul apalagi ngobrol maupun bercanda bersama dengan teman-teman baru. Saya takut mereka menolak saya. Dulu saya pernah punya pengalaman tidak menyenangkan waktu saya masih SMP. Saat saya berusaha berteman dengan seseorang, dia malah menolak dan mengacuhkan saya, saya kecewa sekali Bu saat itu, Sejak kejadian itu saya jadi merasa minder dan tidak PD saat harus memulai hubungan dengan orang lain atau lingkungan baru.”

Konselor
“Ibu mengerti apa yang kamu rasakan. Yang kamu butuhkan dan inginkan adalah ingin merasa nyaman dan PD dalam bergaul bersama teman- teman?”
Acceptance
Konseli
“Iya Bu. Saya sedih sendirian terus menerus, tetapi ketika saya ingin memulai berkomunikasi dan bercanda dengan mereka saya merasa sangat canggung sekali Bu.”

Konselor
“Iya, Ibu paham perasaanmu. Lala, Setiap orang yang belum mencoba tidak akan tahu bagaimana hasilnya. Jika kamu berani untuk memulai menyapa atau memulai pembicaraan dengan mereka, tidak mustahil nanti mereka akan merespon dengan baik. Dan mungkin sebenarnya mereka ingin sekali berteman akrab dengan kamu. Perasaan trauma karena ditolak oleh temanmu itu adalah masa lalu, siapa tahu peristiwa yang kamu hadapi tidak sama seperti peristiwa yang kamu alami dulu. Sehingga perasaan takut dan kecewa itu tidak perlu kamu rasakan sampai sekarang, jadi kamu bisa lebih percaya diri dan tidak takut lagi berteman dengan orang-orang yang baru.”
Factual Prediction,
Prediction Reassurance.

Konseli
“Iya Bu, Saya mengerti apa yang Ibu maksudkan. Tapi saya masih sangat sulit mengubah perasaan saya. Saya sulit memulai pembicaraan dengan teman atau merespon ajakan mereka, saya bingung harus memulai dengan sikap bagaimana, dimulai darimana, dan dengan perkataan seperti apa”

Konselor
“Baiklah, karena kamu merasa kesulitan dengan hanya memikirkan atau membayangkan solusi permasalahanmu, kita akan memainkan permainan peran. Hal ini dapat membantu kamu untuk memahami dengan lebih mudah bagaimana untuk dapat bertingkah laku dengan tepat dalam bergaul dengan teman-temanmu. Pemeranan tingkah laku ini dapat diperankan oleh saya sendiri, atau kamu ingin salah seorang temanmu di kelas untuk bermain peran bersama kita.”

Konseli
“Mmm... saya akan pilih seorang teman saja di kelas Bu,..…”

Konselor
“Baiklah, kalau kamu ingin bantuan seorang teman untuk bermain peran bersama kita tidak apa-apa. Ibu tekankan disini adalah bagaimana kamu dapat memahami dan mengambil pelajaran untuk mencontoh setiap perilaku positif yang akan ditunjukkan oleh model kita nanti”

Konseli
“Iya Bu, saya rasa saya sudah tahu siapa yang bisa membantu saya, Ani saja Bu, dia teman sebangku saya.”

Konselor
“Oke... Untuk sementara ini dari pembicaraan kita dapat disimpulkan bahwa kita telah membahas masalah kamu yaitu tidak percaya diri. Lalu kamu merasa kesulitan dengan hanya memikirkan atau membayangkan solusi permasalahanmu, sehingga kita akan memainkan permainan peran.”
“Berhubung bel akan berbunyi sebentar lagi, maka marilah kita akhiri pertemuan kali ini. Ibu menunggu kedatanganmu bersama Ani ya La...”
Summary Bagian,
Termination.
Konseli
“Iya Bu. Terima kasih ya Bu. Besok saya akan menemui Ibu bersama Ani. Baiklah Bu saya pamit dulu, Assalamu’alaikum”

Konselor
“Iya La. Wa’alaikumsalam.”





Keesokan harinya

Konseli
“Assallamu’alaikum”(datang bersama Ani ke ruangan BK, mengetuk pintu dan juga memberikan salam )

Konselor
“Wa’alaikumsalam, mari silahkan masuk”(sambil menjabat tangan mereka dengan bergantian sambil mempersilahkan duduk) silahkan pilih tempat duduk ditempat yang kalian suka dan kalian rasa nyaman”
Opening
Konseli
“Iya Bu, saya duduk di sini saja Bu.”(Ani mengikuti Lala dibelakangnya)

Konselor
“Hallo Ani, bagaimana perasaanmu saat menuju ke ruangan ini?.”
Topik Netral
Teman Konseli (Ani)
“Saya deg-degan Bu,, heee...”

Konselor
“Apakah kamu sudah diberi tahu kenapa kamu diajak kesini oleh Lala?”

Teman Konseli (Ani)
“Sudah Bu, Lala sudah memberitahukan saya kok. Saya ikhlas untuk membantunya berubah ke arah yang lebih baik lagi.”

Konseli (Lala)
“Terima kasih ya Ani.”

Konselor
“Alhamdulillah ya, sesama teman alangkah baiknya saling membantu dan memudahkan seperti ini. Dengan kedatangan Ani ini, selanjutnya kita akan memerankan skenario ini. Lala membutuhkan contoh dari Ani untuk memerankan peran sebagai Lala dulu. Ibu akan menjadi temanmu yang mencoba ingin berteman dan bergaul denganmu, dan nanti silahkan Ani merespon Ibu ya?!”


(menyalurkan demonstrasi model tersebut dalam urutan skenario)

Konselor
“Kita mulai ya Ani. Sekarang kamu menjadi Lala. Siap?”

Teman Konseli (Ani)
“Iya Bu.. Saya siap.”




Konselor (sebagai teman)
“Selamat pagi La, kenapa kamu sendirian di kelas? Kenapa
tidak bergabung dengan teman-teman di kantin?”

Ani (sebagai Lala)
“Aku…Aku tidak. Tidak ada apa-apa kok,”(Ani tetap duduk)


Konselor (sebagai teman)
“Hei, pasti menyenangkan bergabung dengan teman-teman di kantin. Kita bisa saling bercerita, tertawa, akan semakin mengenal dan menyayangi. Ayo, kutemani kamu kesana,”

Ani (sebagai Lala)
“Mmm…Baiklah aku ikut denganmu. Tapi nanti temani aku ya? Aku belum begitu dekat dengan teman-teman,”

Konselor (sebagai teman)
“Ooo, dengan senang hati Lala,” (tersenyum)





Konselor
“Oke.. Terimakasih Ani. Kamu boleh duduk.”
(duduk) “Nah Lala, apa yang bisa kamu amati, pahami, dan simpulkan dari contoh adegan tadi?”

Konseli
“Mmm... Ternyata sebenarnya tidak begitu menakutkan untuk memulai bergaul dengan mereka, Bu. Mungkin sebenarnya mereka juga mengharapkan saya untuk bersama mereka seperti tadi. Berarti…tidak semua orang menunjukkan respon yang sama seperti pengalaman yang saya alami dulu yang tidak mengenakkan?”

Konselor
“Iya, kita tidak akan tahu apa yang akan terjadi kalau kita tidak mencobanya terlebih dahulu. Banyak hal-hal positif dan menyenangkan yang bisa kamu dapatkan bersama teman-temanmu yang baru.”

Konseli
“Ehmm…”(mengangguk-ngangguk)

Konselor
“OK. Setelah kamu mengamati Ani memainkan peranmu tadi, sekarang kamu berani kan untuk memainkan peranmu sendiri? Menunjukkan sikap-sikap dan tingkah laku yang lebih positif, seperti Ani tadi,”

Konseli
“Iya Bu, InsyaAllah saya bisa.”

Konselor
“Ya sudah, ayo kita ulangi peranan itu tadi. Kamu perankan sebagi dirimu sendiri. Jika ditengah adegan ini kamu merasakan perasaan cemas atau kesulitan merespon, maka kamu boleh diam dulu, jangan mengucapkan apa-apa untuk menetralisir perasaan itu, ok?”

Konseli
“Baik Bu,”





(adegan diulangi dengan konseli memainkan perannya sendiri)

Konselor (sebagai teman)
“Selamat pagi Lala, kenapa kamu sendirian disini? Kenapa tidak bergabung dengan teman-teman di kantin?”

Konseli
(Terdiam sejenak, lalu berkata)”Aku…Aku tidak ingin,”

Konselor (sebagai teman)
“Hei, pasti menyenangkan bergabung dengan teman-teman. Kita bisa saling bercerita, tertawa, kita akan semakin mengenal dan menyayangi. Ayo, kutemani kamu kesana,”

Konseli
“Ehmm…Baiklah aku ikut dengan mu. Tapi nanti temani aku ya? Aku belum begitu dekat dengan teman-teman.”

Konselor (sebagai teman)
“O, dengan senang hati Lala,”(tersenyum).




Konselor
”Nah itu kamu bisa melakukannya, bagaimana perasaanmu saat kita bermain tadi?”

Konseli
“Saya agak takut memulainya Bu, tapi setelah saya coba, tidak seburuk yang saya bayangkan”

Konselor
“Dengan kata lain perasaan takutmu untuk memulai hubungan dengan orang lain sudah agak berkurang?”
Clarification
Konseli
“Iya Bu. Setelah menemukan hal yang positif, perasaan takut saya jadi berkurang,”

Konselor
“Ya, sekarang yang perlu kamu lakukan coba kamu terapkan tingkah laku tadi dengan teman-temanmu nanti di kelas,”

Konseli
“Iya Bu, saya akan berusaha untuk mencobanya Bu”

Konselor
“Baiklah, sebagai kesimpulan akhir dari pembicaraan kita, dapat Ibu kemukakan bahwa Lala mempunyai masalah yaitu tidak percaya diri dalam bergaul dengan teman. Setelah kita melakukan permainan peran tadi, Lala akan berusaha menerapkan tingkah laku tadi dengan teman-temanmu nanti di kelas.”
“Ibu rasa cukup pertemuan hari ini, Ibu juga sebentar lagi ada rapat. Kalian bisa kembali ke kelas, Ibu tunggu perkembangannya dari kamu La. Untuk Ani, terima kasih sudah membantu”
Summary Keseluruhan,
Termination.
Teman Konseli (Ani)
“Iya Bu, sama-sama,” (tersenyum)


Konseli
“Terima kasih Bu atas bantuannya, saya akan segera memberi kabar pada Ibu, terima kasih Bu,”

Konselor
“Sama-sama. Jika kalian ada yang ingin dibicarakan atau mungkin sekedar curhat, kalian bisa menemui Ibu.”

Konseli
”Terima kasih Bu, kami mohon diri.
Assalamulaikum…” (sambil berdiri, berjabat tangan lalu berjalan menuju pintu keluar ruangan BK)

Konselor
“Iya, sama-sama, Wa’alaikumsalam”


Littlre snake pin