A.
Asumsi Dasar Psikodrama
Teknik ini dikembangkan oleh JL Moreno pada tahun 1920an s/d 1930an. Moreno
mengungkapkan bahwa permainan drama pada psikodrama ini tanpa naskah dan
bagian-bagian yang tidak diulang adalah suatu katarsis (bentuk
mengekspresikan/meluapkan perasaan) ketika ia melakonkan suatu peran dalam
kehidupan sehari-hari.
Psikodrama yaitu suatu cara mengekplorasi jiwa manusia melalui aksi
dramatik artinya memainkan sebuah peran tetapi tidak bersungguh-sungguh.
B.
Pengertian Psikodrama
Psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar individu yang
bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang dirinya, dapat
menemukan konsep pada dirinya, menyatakan kebutuhannya-kebutuhannya, dan
menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan terhadap dirinya (Gerald Corey).
Drama dalam bahasa Yunani berarti aksi atau melakukan sesuatu dengan
dorongan jiwa. Jadi, psikodrama adalah ilmu yang mengeksplor suatu masalah
dengan metode drama.
Psikodrama adalah metode pembelajaran dengan bermain peran yang bertitik
tolak dari permasalahan – permasalahan psikologis.Psikodrama bisanya digunakan
untuk terapi, yaitu agar siswa memperoleh pemahaman yang lebih baik
tentang dirinya, menemukan konsep diri, menyatakan reaksi terhadap
tekanan–tekanan yang dialaminya
Jadi berdasarkan beberapa pengertian diatas, definisi
psikodrama adalah tehnik bermain peran guna upaya pemecahan masalah psikis yang
dialami oleh individu dan dituangkan dalam bentuk permainan peran dengan
menggunakan metode drama.
C.
Tujuan Psikodrama
Tujuan dari psikodrama ini adalah membantu konseli atau sekelompok konseli untuk mengatasi masalah masalah
pribadi dengan cara menggunakan permainan peran, drama, atau terapi tindakan.
Lewat cara cara itu konseli di
bantu untuk mengungkapkan perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, perasaan
bersalah dan kesedihan.
Psikodrama merupakan permainan peranan yang dimaksudkan agar
individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian lebih baik tentang
dirinya, dapat menemukan konsep pada dirinya, menyatakan
kebutuhannya-kebutuhannya, dan menyatakan reaksinya terhadap tekanan-tekanan
terhadap dirinya (Corey dalam Romlah, 2001:107).
Teknik dramatik, manusia dapat berusaha menciptakan atau
menciptakan kembali suasana fisik dan emosional yang dikehendaki dan yang harus
dipahami adalah bahwa keaktifan dalam psikodrama tidak dimonopoli oleh konselor
atau terapis tetapi juga anak. Untuk memperoleh pengertian yang baik tentang dirinya
sehingga dapat menemukan konsep dirinya, kebutuhan-kebutuhannya dan
reaksi-reaksi terhadap tekanan yang dialaminya
Dengan mendramatisasikan konflik-konflik batinnya, pasien
dapat merasa sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman (insight) baru yang memberinya
kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.
D.
Peran Konselor
dalam Psikodrama
Konselor dalam psikodarama berperan sebagai sutradara yang
memiliki banyak peran. Sutradara berperan sebagai produser, fasilitator,
pengamat, dan seorang analis. Seorang sutradara seyogianya membangun
keterampilannya dalam tiga bidang yang saling tergantung, yaitu:
1.
Pengetahuan tentang metode-metode,
prinsip-prinsip, dan teknik-teknik.
2.
Pemahaman tentang teori kepribadian dan
hubungannya dengan pengembangan pembentukan filosofi hidup.
3.
Pematangan dan perkembangan
kepribadiannya sendiri. Ia juga menambahkan bahwa ilmu pengetahuan yang luas
tentang hidup dan hakikat manusia, seorang sutradara diharapkan memiliki kerja
khusus dalam bidang pokok seperti psikologi umum, proses kelompok, psikologi
humanistik, teori komunikasi, dan komunikasi nonverbal.
Sutradara berfungsi untuk menyelenggarakan tugas-tugas seperti
memimpin pengalaman pemanasan, mendorong pengembangan kepercayaan dan
spontanitas, menetapkan struktur, agar protagonist dapat mengidentifikasi dan
bekerja berdasarkan pokok-pokok pikiran yang signifikan dalam hidup mereka,
melindungi konseli dari terbius oleh orang lain dan membawakan beberapa bentuk
penghentian sesi kelompok. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut dengan benar,
sutradara yang potensial seyogianya sudah mengalami banyak psikodrama dan
mendapatkan supervisi langsung dari sutradara yang lebih berpengalaman. Secara
menyeluruh, sutradara kelompok yang efektif memiliki tiga kualitas, yaitu: 1)
kreativitas, 2) dorongan, dan 3) kharisma. Individu seperti ini akan bekerja
keras untuk kebaikan kelompok dan senantiasa berani mengambil resiko untuk
membantu konseli mencapai tujuan.
E.
Manfaat Psikodrama
Beberapa manfaat
yang dapat diperoleh dari teknik psikodrama diantaranya:
1.
Manfaat katasis atau melepaskan emosi.
2.
Bisa melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain.
3.
Dapat mempertinggi perhatian konseli melalui
adegan-adegan, hal mana tidak selalu terjadi dalam metode ceramah atau diskusi.
4.
Konseli tidak
saja mengerti persoalan sosial psikologis, tetapi mereka juga ikut merasakan
perasaan dan pikiran orang lain bila berhubungan dengan sesama manusia, seperti
halnya penonton film atau sandiwara, yang ikut hanyut dalam suasana film
seperti, ikut menangis pada adegan sedih, rasa marah, emosi, gembira dan lain
sebagainya.
5.
Konseli dapat
menempatkan diri pada tempat orang lain dan memperdalam pengertian mereka
tentang orang lain.
F.
Komponen dalam
Psikodrama
Komponen yang ada
dalam teknik psikodrama diantaranya:
1.
Panggung permainan (Stage):
a.
Tempat untuk beraksi atau tempat sebagai permainan
psikodrama berlangsung.
b. Untuk panggung
permainan hendaknya cukup luas untuk member ruang gerak bagi pemeran dalam
permainan psikodrama.
c.
Tempat tiruan harus merupakan tiruan atau paling tidak
secara simbolis mewakili adegan-adegan yang diuraikan klien.
d. Jika tidak ada
panggung untuk permainan
2. Pemimpin
Psikodrama:
a.
Dalam psikodrama yang menjadi pemimpin kelompok adalah
konselor atau terapis, pemimpin kelompok bisa dikatakan sebagai sutradara.
b.
Peranan pemimpin kelompok ini sebagai fasilitas,
procedure dan pengamat/penganalisis.
c.
Pemimpin kelompok memiliki sifat kreatif, berani dan memiliki
kharisma.
d.
Tugas dari pemimpin kelompok ini adalah membantu
pemegang peran utama, merencanakan pelaksanaan, mengamati dengan cermat
perilaku pemain utama selama psikodrama berlangsung, membantu klien
mengungkapkan perasaan secara bebas dan membuat interpretasi.
3. Pemeran Utama
(Protagonist):
a.
Peran utama (protagonist) disini sebagai subjek utama
dalam pemeran psikodrama.
b.
Peran utama ini memiliki sifat yang spontan dalam
memainkan dramanya.
c.
Tugas dari pemain utama ini adalah memainkan kembali
kegiatan penting yang dialami waktu lampau, sekarang, dan situasi yang
diperkirakan akan terjadi, menentukan kejadian atau masalah yang akan
dimainkan, melakukan peran secara spontan, memilih dan mengejar pemain lain yan
terpilih terhadap peran apa yang dimainkan berdasarkan masalah protagonist.
4. Pemeran
Pembantu (Auxilari egos)
a.
Pemeran pembantu sebagai objek lain atau orang lain
yang berarti dalam permainan tersebut bisa pula disebut sebagai actor.
b.
Fungsi pemeran pembantu untuk menggambarkan
peranan-peranan tertentu yang mempunyai hubungan dekat dengan protagonist dalam
kehidupan sebenarnya.
5. Penonton
(Audience):
a.
Yang menjadi penonton (audience) yaitu anggota-anggota
kelompok yang tidak menjadi pemeran utama atau pemeran pembantu.
b.
Memiliki tugas memberikan dukungan/feedback dan
memberikan bahkan kepada protagonist.
c.
Penonton juga membantu peran utama (protagonist) dalam
memahami akibat perilaku protagonist.
G.
Kelebihan dan Kekurangan Psikodrama
1. Kelebihan
a.
Mengembangkan kreativitas siswa (dengan peran yang
dimainkan siswa dapat berfantasi)
b.
Memupuk kerjasama antara siswa.
c.
Menumbuhkan bakat siswa dalam seni drama.
d.
Siswa lebih memperhatikan pelajaran karena menghayati
sendiri.
e.
Memupuk keberanian berpendapat di depan kelas.
f.
Melatih siswa untuk menganalisa masalah dan mengambil
kesimpulan dalarn waktu singkat.
2. Kekurangan
a.
Adanya kurang kesungguhan para pemain menyebabkan
tujuan tak tercapai.
b.
Pendengar (siswa yang tak berperan) sening
mentertawakan tingkah laku pemain sehingga merusak suasana.
H.
Tahap-tahap atau Langkah-langkah Psikodrama
Langkah-langkah pelaksanaan psikodrama diantaranya:
1.
Tahap persiapan (The warm-up). Tahap persiapan
dilakukan untuk memotivasi anggota kelompok agar mereka siap berpartisipasi
secara aktif dalam permainan, menentukan tujuan permainan, menciptakan perasaan
aman dan saling percaya pada kelompok.
a.
Pemimpin kelompok memberikan uraian singkat mengenai
hakikat dan tujuan psikodrama.
b.
Mewawancarai anggota kelompok tentang
kejadian-kejadian pada saat ini atau lampau.
c.
Meminta anggota kelompok untuk membentuk
kelompok-kelompok kecil dan mendiskusikan kelompok-kelompok yang pernah mereka
alami, yang ingin mereka kemukakan dalam psikodrama.
2.
Tahap pelaksanaan (The action). Tahap
pelaksanaan tediri dari kegiatan dimana pemain utama dan pemain pembantu
memperagakan permainannya. Dengan bantuan pemimpin kelompok dan anggota
kelompok lain pemeran utama memperagakan masalahnya.
a.
Protagonist dan peran pembantu memainkan peranannya
dalam psikodrama.
b.
Lama pelaksanaan tergantung pada penilaian pemimpin
kelompok terhadap tingkat keterlibatan emosional protagonist dan pemain
lainnya.
3.
Tahap diskusi atau tahap berbagi pendapat dan perasaan
(The sharing). Dalam tahap diskusi atau tahap bertukar pendapat dan
kesan, para anggota kelompok diminta untuk memberikan tanggpan dan sumbangan
pikiran terhadap permainan yang dilakukan oleh pemeran utama. Tahap diskusi ini
penting karena merupakan rangkaian proses perubahan perilaku pemeran utama
kearah keseimbangan pribadi.
a.
Pemimpin kelompok meminta para anggota kelompok untuk
memberikan tanggapan dan brainstorm terhadap permainan pemeran protagonis.
b. Pemimpin
kelompok memimpin diskusi dan mendorong sebanyak mungkin anggota kelompok
memberikan balikannya.
c.
Pemimpin kelompok menetralisir balikan yang bersifat
menyerang atau menjatuhkan protagonis.
I.
Teknik-teknik
dalam Psikodrama
Sebenarnya banyak teknik psikodrama, tetapi berikut ini
hanya beberapa teknik utama yang dikemukakan sebagai berikut:
1.
Creative imagery, teknik pemanasan
untuk mengundang peserta psikodrama membayangkan babak dan objek yang
menyenangkan dan netral, ide teknik ini membantu peserta menjadi lebih spontan.
2.
The magic shop, teknik pemanasan yang
berguna bagi protagonist yang ragu tentang nilai mereka dan tujuan.
3.
Sculpting, konseli kelompok menggunakan
metode nonverbal untuk menyusun orang lain dalam kelompok konfigurasi seperti
kelompok orang yang signifikan yang sesuai dengan orang-orang dalam keluarganya
dan sebagainya. Penyusunan ini melibatkan postur tubuh dan membantu konseli
melihat, mengetahui persepsi mereka tentang orang lain yang signifikan dengan
cara yang lebih dinamis.
4.
Teknik berbicara, teknik ini melibatkan
protagonist memberi suatu monolog tentang situasinya.
5.
Monodrama (autodrama), bentuk inti
terapi gestalt. Dalam teknik ini, protagonist memainkan semua bagian tindakan
yang jelas; tidak terdapat ego pembantu yang digunakan.
6.
The double and multiple double
techniques, suatu teknik yang terdiri atas pengambilan peran aktor dari ego
protagonist dan membantu protagonist mengekspresikan perasaan sesungguhnya
secara lebih jelas. Jika protagonist memiliki perasaan ragu, maka teknik multiple
double dapat digunakan.
7.
Role reversals, teknik dimana
protagonist memindahkan peran dengan orang lain pada tahap dan memainkan bagian
orang itu; konseli kelompok berbuat bertentangan dengan apa yang mereka rasakan.
8.
Teknik cermin, protagonist
memperhatikan dari luar tahap sementara seorang ego pembantu mencerminkan
kata-kata, mimik, dan postur protagonist. Teknik ini dipakai pada fase tindakan
untuk membantu protagonist melihat dirinya secara lebih akurat.
Daftar
pustaka:
Wingkel. 2004. Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia
Djumhur & Moh. Surya. 2001. Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah. Bandung:
CV ILMU
Hurlock, E.B. 1980. Psikologi Perkembagan. Jakarta: Erlangga
Himcyoo. 2011. Psikodrama. On
line at http://himcyoo.wordpress.com/2011/05/18/psikodrama/ [accessed
at 21/12/201]
Efa. 2010. Konseling kelompok dan psikodrama. On line at http://efakons.blogspot.com/2010/08/konseling-kelompok-psikodrama.html [accessed at
21/12/201]
Arjanto, Paul. 2011. Rancangan layanan bimbingan dan
konseling. On line at http://paul-arjanto.blogspot.com/2011/01/rancangan-layanan-bimbingan-dan.html [accessed
at 21/12/201]
Miss. 2011. Teknik sosiodrama dan psikodrama. On line at http://misscounseling.blogspot.com/2011/09/tehnik-sosiodrama-dan-psikodrama.html [accessed at 21/12/201]