Jumat, 11 Mei 2012

TEKNIK KONSELING EMPTY CHAIR


A.   Asumsi Dasar
Secara tersirat, tujuan konseling Gestalt adalah mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas aspek-aspek kepribadian yang dicoba dibuang atau diingkari. Konselor yang menggunakan prinsip Gestalt, menaruh perhatian yang sangat besar dalam fungsi kepribadian. Utamanya dalam pemisahan ‘top dog’ dan ‘under dog.
Top dog itu adil, otoriter, menuntut, berlaku sebagai majikan, dan manipulatif. Sedangkan under dog memanipulasi dengan memainkan peran sebagai korban, defensif, membela diri, tak berdaya, lemah, dan tak berkekuasaan. Top dog yang tiran menuntut seseorang untuk begini begitu sesuai dengan keinginannya. Sedangkan under dog terpaksa menurutinya karena tidak memiliki kekuatan yang seharusnya bisa digunakan untuk menolak.
Konflik antara dua sisi kepribadian yang berlawanan itu akan berakar pada mekanisme introyeksi yang melibatkan aspek-aspek dari orang lain, misalnya saja orangtua atau teman, ke dalam sistem ego individu.
Pengambilan nilai-nilai dan sifat-sifat orang lain itu memang perlu dan diharapkan, misalnya saja sebagai contoh yang baik. Akan tetapi ada bahayanya apabila seseorang menerima seluruh nilai orang lain secara tidak kritis, yakni menyebabkan seseorang itu sulit untuk menjadi pribadi yang otonom. Adalah suatu hal yang esensial bahwa orang menyadari introyeksinya, terutama introyeksi yang beracun yang dapat meracuni sistem dan menghambat integrasi kepribadian.
Empty chair merupakan salah satu teknik konseling Gestalt yang paling sering digunakan dalam proses konseling. Teknik ini digunakan sehingga cara memperkuat apa yang ada di pinggir kesadaran konseli, mengeksplorasikan polaritas, proyeksi-proyeksi, dan introyeksi dalam diri konseli. Serta menyelesaikan urusan-urusan yang sebelumnya belum selesai dalam kehidupan konseli (unfinished business).
Empty chair ini mempunyai asuumsi dasar :
1.      Individu itu dapat mengatasi masalahnya sendiri dan memiliki kesanggupan untuk memikul tanggung jawab pribadi.
2.     Kesadaran dan totalitas adalah bagian penting dari diri, agar ia mengetahui keseimbangannya kemudian mencari dan menemukan apa yang diperlukan untuk memenuhi totalitas tersebut, individu harus menyadari dirinya sendiri
3.     Manusia dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.
4.     Setiap individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu koordinasi semua bagian tersebut.
5.     Manusia aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan tingkah lakunya.
6.     Setiap individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya integritas atau keutuhan pribadi
B.   Pengertian Empty Chair
Empty chair merupakan salah satu teknik dari terapi gestalt yang dikembangkan oleh tokoh Frederick Fritz Perls. Empty chair merupakan teknik permainan peran di mana konseli memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain dengan menggunakan kursi sebagai medianya.
Empty chair adalah suatu cara untuk mengajak konseli agar menginternalisasikan introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi diletakkan di tengah ruangan. Konselor meminta konseli untuk duduk di salah satu kursi dan berperan sebagai top dog, kemudian pindah ke kursi yang lainnya sebagai under dog. Top dog itu sifatnya sebagai otoriter, menuntut, berlaku sebagai majikan, berkuasa dan otoriter. Sedangkan peran under dog sendiri adalah sebagai korban, defensive, tak berdaya, lemah dan tak berkuasa.
C.   Tujuan Empty Chair
Tujuan utama dari empty chair ini adalah untuk menyelesaikan konflik yang ada pada pribadi inidividu yang menggangggu totalitas kepribadiannya. Di samping itu ada tujuan lain dari teknik ini, diantaranya :
1.      Supaya terjadi katarsis dalam diri konseli.
2.     Mengungkapkan perasaan yang terpendam.
3.     Memperlancar komunikasi.
4.     Membantu konseli mencapai kesadaran yang lebih penuh dan menginternalisasi konflik yang ada pada dirinya.
5.     Mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas aspek yang coba dibuang atau diingkari.
6.     Mengakhiri konflik-konflik dengan jalan memutuskan urusan-urusan yang tidak selesai yang berasal dari masa lampau konseli.
7.     Mencegah konseli memisahkan perasaannya, dengan cara membantu konseli menyadari bahwa perasaan adalah bagian diri yang sangat nyata.
8.     Membantu konseli mengenali introyeksi-introyeksi parental yang tidak menyenangkan bagi konseli, yang sebelumnya mungkin diabaikan, tidak disadari sepenuhnya, dan tidak dianggap ada.
9.     Teknik empty chair dengan menggunakan permainan dialog antara dua kecenderungan yang berlawanan memiliki tujuan untuk meningkatkan taraf intregasi polaritas-polaritas dan konflik-konflik yang ada pada diri seseorang ke taraf yang lebih tinggi.
10.   Menggerakkan para konseli ke arah sungguh-sungguh mengalami peran-peran yang mereka mainkan untuk seterusnya, yang acapkali akan menghasilkan penemuan kembali aspek-aspek diri yang otonom.
11.   Memahami dan memiliki kembali kualitas-kualitas diri konseli yang selama ini terasing atau disangkalnya, dan tidak ingin dialaminya. Menyelesaikan konflik yang berasal dari urusan-urusan yang tak selesai di masa lampau.
D.   Karakteristik Empty Chair
Empty chair sebagai salah satu teknik dari pendekatan Gestalt ini mempunyai karakteristik sebagai berikut :
1.      Orientasi pada afektif dan tindakan.
2.     Menekankan pada kesadaran disini dan sekarang.
3.     Penekanan proses daripada isi.
4.     Menuntut keaktifan konseli dalam mengekspresikan perasaannya.
5.     Fokus pada permainan dialog konseli yang menggambarkan dirinya dan tuntutan dari orang lain yang penting dalam hidupnya.
6.     Pemusatan pada tanggung jawab konseli.
7.     Diselesaikan dengan aspek ‘what’ and ‘how’ (apa dan bagaimana).
8.     Kebanyakan digunakan untuk menyelesaikan masalah unfinished business (urusan-urusan yang belum selesai).
9.     Digunakan untuk menyelesaikan intropeksi yang masih tertunda dan belum bisa diselesaikan
10.   Berusaha untuk meningkatkan kesadaran individu secara penuh dengan mengajak individu mengalami kembali apa yang sebelumnya tidak ingin dialami atau diingkari.
11.   Konseli diperbolehkan berekspresi seperti apapun terhadap kursi kosong yang diumpamakan sebagai kekuatan top dog dan under dog yang menjadi sumber masalah dalam kehidupannya.
12.   Boleh mengungkapkan kata-kata kasar asalkan bisa membantu konseli untuk meningkatkan kesadarannya.
E.   Prinsip Empty Chair
1.      Mengutamakan permaianan dialog yang diperankan oleh konseli sendiri.
2.     Memerlukan kecakapan konselor sebagai frustator.
3.     Mengungkap konflik antara top dog dan under dog.
4.     Mensyaratkan konsentrasi.
5.     Mengungkapkan unfinished bussines.
6.     Memerlukan kecakapan konselor untuk menjadi frustator.
7.     Keseluruhan peran dimainkan oleh koseli sendiri (top dog dan under dog).
8.     Teknik ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang mengalami konflik internal dan untuk menyelesaikan factor-faktor internal tersebut, seperti: kurang percaya diri mengakibatkan rasa tertekan, minder.
9.     Perhatian terfokus pada pemisahan fungsi kepribadian dari individu antara top dog dan under dog.
F.   Manfaat Empty Chair
Beberapa manfaat yang diperoleh dalam penggunaan Empthy chair ini adalah:
1.      Membantu konseli agar mengerti perasaan dari sisi dirinya yang mungkin diingkari.
2.     Untuk memahami unfinished bussines yang selama ini membebani dan menghambat kehidupan konseli secara sehat.
3.     Menyelesaikan introyeksi yang tertunda.
4.     Membantu konseli mengungkapkan perasaan-perasaan yang bertentangan dengan dirinya secara penuh.
5.     Konseli dapat memperoleh pencapaian kesadaran, yaitu agar konseli menyadari apa yang sedang dikerjakan, bagaimana mengerjakan, dan pada saat yang sama belajar menerima dan menghargai dirinya.
6.     Konseli dapat memperoleh integrasi pribadi, bahwa klien datang pada konselor sebagai pribadi yang mengalami perpecahan kepribadian, sehingga pribadinya tidak utuh. Sehingga, konselor bertugas membantu klien agar mampu memberikan perhatian dan daya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya secara layak.
7.     Konseli dapat memperoleh pencapaian tanggung jawab, terhadap tindakan-tindakan, putusan-putusan, dan reaksi-reaksinya.
8.     Konseli dapat memperoleh kematangan, yaitu membantu klien untuk tumbuh sehingga ia beralih dari kebergantungan terhadap orang lain menjadi independen.
9.     Membantu konseli untuk menyadari pengalaman-pengalaman yang semula tidak ingin diakuinya.
10.   Menyelesaikan unfinished business yang selama ini membebani dan memperberat kehidupan konseli.
G.   Relevansi Empty Chair
Teknik ini relevan digunakan pada unfinished bussines di masa lalunya. Teknik ini juga sesuai untuk mengatasi hubungan social dalam lingkungan dari individu, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah atau dalam lingkungan masyarakat, yang mencakup juga perasaan perasaan yang tidak terungkapkan seperti dendam, marah, benci, sakit hati, rasa berdosa, rasa terabaikan dan sebagainya.
Teknik empty chair ini juga cocok untuk digunakan dalam mengatasi hal-hal sebagai berikut:
1.      Unfinished business (urusan-urusan yang tak selesai), bisa diselesaikan dengan menggunakan teknik empty chair melalui beberapa cara :
a.     Identifikasikan situasi yang tak selesai, mungkin saja situasi ini diketahui setelah konselor melakukan eksplorasi mendalam dan mempertajam masalah konseli.
b.     Menyelidiki ingatan konseli tentang situasi kejadian asli atau terutamanya di masa lalu konseli yang dirasakannya tidak selesai.
c.     Menemukan di mana letak energi yang paling kuat kemunculannya, sebagai contoh energy emosional.
d.     Mendorong konseli untuk mampu memunculkan perasaan-perasaan, pikiran-pikiran, senasi-sensasi fisik, dan kepercayaannya di alam kesadaran penuh konseli.
e.     Mengidentifikasi interupsi-interupsi atau modifikasi kontak apa saja yang muncul dari konseli.
2.     Penggunaan introyeksi-introyeksi yang berlebihan dalam diri konseli, yaitu suatu mekanisme yang begitu saja menerima apa yang dikatakan oleh orang lain tanpa kritik.
3.     Konflik antara top dog dan under dog, dimana top dog dan under dog tersebut merupakan dua kekuatan yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lain.
H.   Kendala Empty Chair
Beberapa kendala yang bisa menghambat proses penggunaan Empthy chair ini diantaranya:
1.      Konseli kurang mampu melibatkan emosinya saat konseling.
2.     Konseli tidak jujur mengungkapkan perasaannya.
3.     Lemahnya konsentrasi.
4.     Minimnya kemampuan konselor yang berperan sebagai frustator.
5.     Ketidaksiapan konseli untuk mengekspresikan sikap, perasaan, dan pikirannnya secara terbuka.
6.     Teknik ini memerlukan campur tangan konselor untuk menjadi frustator, untuk mendorong konseli supaya lebih bisa mengungkapkan sikap, perasaan, dan pikirannya agar masalah konseli bisa diselesaikan dengan teknik ini. Sehingga, konselor yang kurang mampu menjadi frustator yang baik, juga akan menghambat keberhasilan teknik empty chair.
I.    Langkah-langkah Empty Chair
1.      Konseli diminta untuk mengidentifikasi kekurangan dan kelebihan yang ada pada diri konseli.
2.     Konselor memberitahukan bagaimana aturan main dalam Empthy chair ini.
3.     Konseli diminta agar ia benar benar bisa berperan sebagai top dog dan under dog.
4.     Jika konseli mengalami kesulitan dalam memainkan peran, maka konselor harus membantu koseli untuk menemukan perannya kembali.
5.     Setelah permaianan peran berhasil dilaksanakan, konseli diminta untuk mendiagnosis perasaan perasaan yang dialaminya.
6.     Mengevaluasi seberapa efektif akan keberhasilan dalam pengungkapan perasaan konseli.
J.   Aplikasi Terbatas
Empty chair, sebagai sebuah teknik eksperimentasi sesuai dengan namanya menggunakan kursi kosong sebagai sarana untuk memperkuat proses eksperimentasi.
Ketika konseli mengekspresikan konfliknya dengan orang lain melalui teknik ini, konseli diarahkan oleh konselor untuk berbicara pada orang lain yang dibayangkannya untuk duduk di sebuah kursi kosong di samping atau di seberang konseli.
Hal ini akan membantu konseli untuk mengalami dan mengerti perasaan itu dengan lebih penuh. Hal ini juga bisa menstimulasi pikiran, cara pandang, emosi, dan tingkah laku konseli.
Sebagai contoh, konselor bisa berkata “Bayangkan Ayahmu berada di kursi ini, kira-kira sejauh 3 kaki, pandanglah beliau, dan sekarang, bicaralah pada beliau tentang apa yang kamu rasakan ketika dia tidak setia pada Ibumu. ”Konselor mendorong konseli untuk mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata, bahkan melalui cacian pun diperbolehkan, yang paling penting adalah konseli dapat menyadari pengalaman-pengalaman yang selama ini tidak diakuinya.
Contoh aplikasi dalam layanan konseling individual
1.    Jenis layanan: Konseling Individu
2.    Fungsi layanan: Perbaikan
3.    Sumber/media: Ruang Konseling
4.    Waktu: 2 x pertemuan
5.    Gambaran kasus:
Identitas konseli:
a.    Nama: Ardha Bayu
b.    Kelas: XI IPA 2
c.    Jenis kelamin: Laki-laki
d.    Agama: Islam
e.    Karakter dan situasi masalah konseli:
Arda adalah seorang siswa yang baru saja mengikuti program penjurusan sebelum dia masuk ke kelas XI. Dan seperti yang diinginkan oleh kebanyakan orangtua, IPA adalah pilihan yang favorit bagi mereka. Mungkin dengan masuk IPA, banyak yang bisa dibanggakan. Banyak hitungannya, banyak melahirkan dokter yang kaya raya, dan bukan jurusan terbuang. Nah, begitu pula dengan pilihan Ayah Arda. Beliau juga menginginkan Arda untuk masuk IPA, bahkan lebih tepatnya memaksa. Padahal Arda tidak ingin masuk ke jurusan IPA. Arda inginmasuk ke jurusan IPS yang lebih sesuai dengan jiwanya. Namun dia tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu karena takut diusir dari rumah. Nah, inilah yang mengganggu Arda, sehingga baru masuk saja Arda sudha merasa sangat tidak nyaman dengan jurusannya yang baru. Apalagi berhubungan dengan sekolah Arda yang tidak menerapkan minggu percobaan untuk program penjurusan.
6.    Urutan penerapan teknik
a.    Konseling pertama:
1)    Konseli datang pada konselor dengan sendirinya.
2)   Konseli menceritakan keadaan dirinya.
3)   Konselor membantu identifikasi apa yang diinginkan oleh konseli.
4)   Konselor membantu konseli memahami nilai-nilai dirinya.
5)   Konselor membantu konseli memahami pertentangan nilai yang ada pada dirinya, antara nilai yang berperan sebagai top dog, dan nilai yang berperan sebagai under dog.
6)   Konselor membantu konseli menggunakan teknik empty chair supaya konseli bisa mengambil keputusan akan apa yang mau dilakukannya sehubungan dengan konflik nilai yang ada pada dirinya.
7)   Konseli mengambil keputusan nilai mana yang dimenangkannya dalam dirinya sendiri.
b.    Konseling kedua
1)    Konselor membantu konseli mengalami apa yang sebelumnya dia ingkari dalam teknik empty chair.
2)   Konselor membantu konseli bagaimana cara menolak kekuatan top dog yang membuat konseli menjadi pribadi yang tertekan.
3)   Konselor membantu konseli untuk mengambil keputusan.
7.    Kompetensi:
a.    Konseli dapat memperoleh pencapaian kesadaran, yaitu agar konseli menyadari apa yang sedang dikerjakan, bagaimana mengerjakan, dan pada saat yang sama belajar menerima dan menghargai dirinya.
b.    Konseli dapat memperoleh integrasi pribadi, bahwa klien datang pada konselor sebagai pribadi yang mengalami perpecahan kepribadian, sehingga pribadinya tidak utuh. Sehingga, konselor bertugas membantu klien agar mampu memberikan perhatian dan daya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya secara layak.
c.    Konseli dapat memperoleh pencapaian tanggung jawab, terhadap tindakan-tindakan, putusan-putusan, dan reaksi-reaksinya.
d.    Konseli dapat memperoleh kematangan, yaitu membantu klien untuk tumbuh sehingga ia beralih dari kebergantungan terhadap orang lain menjadi independent
K.     Verbatim Konseling
Subyek
Dialog
Tahap/teknik
Konseli
Tok… Tok… Tok… (mengetuk pintu ruang konseling)

Konselor
Ya, silahkan masuk (menghentikan aktivitas menulis dan bersikap attending)
Penyambutan
Konseli
... (membuka pintu dan memandang konselor sebelum masuk ke dalam ruangan)

Konselor
Oh Arda! Ayo masuk Nak, jangan berdiri saja di situ. Coba kesini…

Konseli
... (mengangguk dan berjalan masuk ke ruangan)

Konselor
... (berdiri dan menyambut kedatangan Arda dengan senyum hangat) Nah, coba, Arda ingin duduk di mana? Pilih saja tempat duduk yang kamu suka.

Konseli
Di sini saja Pak (sambil memilih salah satu tempat duduk yang paling nyaman menurutnya).

Konselor
Baiklah.. (ikut duduk di kursi sebelah konseli).
Seminggu liburan tidak terasa juga ya? Sekarang semester baru sudah dimulai lagi. Anak-anak baru sudah mulai masuk sekolah dengan kegiatan inti, kakak-kakakmu yang kelas XII juga sudah mulai sibuk dengan persiapan Ujian Akhir Nasional mereka yang syarat kelulusannya lebih rumit dibandingkan dengan tahun lalu. Kamu dan teman-temanmu yang duduk di kelas XI pun sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan kalian yang baru ya? Teman baru, guru baru, materi-materi yang lebih spesifik, tahun ini kamu jadi masuk IPA kan Nak?
Opening. Topik netral
Konseli
Iya Pak… (sambil menunduk lesu)

Konselor
Di tahun ajaran ini, masih tetap setia dengan ekskul basket? Bapak dengar, prestasi kamu di bidang basket benar-benar mengagumkan ya? Sampai secara aklamasi kamu terpilih menjadi kapten basket tim junior kita?

Konseli
Ah, Bapak bisa saja! Hanya tim basket junior kok, bukan tim basket inti. Dan saya rasa semua orang juga bisa menjadi kapten tim basket junior, bukan hanya saya. Apalagi kan memilihnya secara aklamasi. Kebetulan saja, kakak-kakak kelas dan pelatih basket kita memilih saya. Padahal kalau mau memilih yang lain juga banyak kok…

Konselor
Meskipun kamu bilang hanya kebetulan, tapi Bapak rasa keterampilan kamu dalam bidang basket itu bisa membuat kamu menjadi orang yang sukses lho nantinya. Jadi, kalau kamu tidak hanya memandang prestasi kamu sebagai suatu kebetulan, melainkan kamu memang mempunyai keinginan untuk menjadi yang terbaik dalam bidang basket, Bapak rasa itu bukan sesuatu yang buruk. Kamu bisa menjadi pemain basket yang ahli nantinya.
Reassurance, predictive
Konseli
Terimakasih Pak, mungkin saya akan berusaha.

Konselor
Jangan mungkin! Kamu harus berusaha! Kembangkan apa yang kamu bisa lakukan sesuai dengan porsi yang tepat.

Konseli
Baiklah Pak, semoga saya bisa.

Konselor
Nah, begitu akan lebih baik untuk kamu. O ya, sejak tadi kita sudah membicarakan mengenai liburan, dan juga prestasi kamu dalam bidang basket. Selanjutnya, apakah mungkin ada hal lain yang ingin kamu bicarakan pada Bapak sehubungan dengan kedatangan kamu kesini? Kalau memang ada, bicarakanlah.
Opening, transisi pembicaraan
Konseli
Terus terang saja memang ada yang ingin saya bicarakan dengan Bapak. Untuk itu saya datang kemari menemui Bapak.

Konselor
Nah, bicaralah Nak… Bapak akan mendengarkan kamu, mendengarkan cerita kamu, dan pada akhirnya nanti akan membantu kamu supaya kamu bisa menemukan solusi sendiri atas masalah yang mungkin kamu hadapi saat ini.
Sudah tugas Bapak untuk membantu siswa-siswa di sini menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya.
Role limit
Konseli
Hhhh…. (menghela nafas panjang)

Konselor
... (Diam, membiarkan konseli berpikir sejenak)
Silent
Konseli
Saya ada masalah dengan Bapak saya Pak…

Konselor
Hm…
Acceptance
Konseli
Sebenarnya masuk ke jurusan IPA kali ini bukanlah keinginan saya Pak…

Konselor
Bukan keinginan kamu?
Restatement
Konseli
Ya. Sungguh itu bukan keinginan saya sendiri. Saya justru ingin masuk jurusan IPS, yang menurut saya lebih sesuai dengan kemampuan dan jiwa saya. Saya tidak terlalu suka dengan pelajaran-pelajaran eksak yang akan saya temui di jurusan IPA, meskipun selama ini nilai-nilai saya selalu bagus. Saya justru lebih suka dengan ilmu sosial, yang menurut saya lebih nyata, dan lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Konselor
... (mengangguk-angguk)
Acceptance
Konseli
Tapi Bapak saya memaksa saya untuk masuk ke jurusan IPA. Kata Beliau, jurusan IPA adalah yang terbaik, memiliki prestise yang lebih tinggi ketimbang jurusan IPS yang biasanya berisi anak-anak buangan. Sudah begitu, kata Bapak, anak IPS nakal-nakal pula. Jadilah saat ini saya terdampar di jurusan yang tidak sesuai dengan minat saya, sebenarnya.

Konselor
Nah, nah, nah, kalau memang menurut kamu itu tidak sesuai dengan jiwa dan kemampuan kamu, mengapa kamu tetap menuruti permintaan Bapak untuk masuk ke jurusan IPA?
Lead khusus
Konseli
Selama ini saya tidak pernah bisa menolak keinginan Bapak saya, Pak. Bapak saya punya sifat yang keras sekali. Kalau keinginan Beliau tidak bisa terkabul, contohnya saja saat Kakak saya menolak menikah dengan laki-laki yang dijodohkan oleh Ayah saya, Bapak tidak segan-segan untuk mengusir Kakak saya dari rumah. Saya tidak bisa menolak keinginan Ayah saya meskipun saya ingin.

Konselor
Dari cerita kamu tadi, rasa-rasanya sekarang ini kamu sedang jengkel dengan diri kamu sendiri.
Reflection of feeling
Konseli
Bagaimana saya tidak jengkel dengan diri saya sendiri Pak? Saya ini laki-laki. Yang saya tahu, laki-laki itu punya keberanian. Punya kharisma. Punya otoritas. Tapi mana keberanian, kharisma, dan otoritas saya? Saya hanya berani tunduk di bawah ketiak Bapak saya.
Oke, kalau hanya masuk ke jurusan IPA, mungkin saya masih bisa menerima. Tapi Bapak sudah menargetkan saat kuliah nanti, saya harus bisa diterima di ITB, dengan jurusan yang sudah Beliau tetapkan pula. Padahal, saya sekarang ini masih duduk di kelas XI. Pelajaran di jurusan IPA itupun apa, saya belum bisa mengerti sepenuhnya. Saya bosan dengan kehidupan yang seperti ini.

Konselor
Arda, jika saya mengalami apa yang kamu alami, saya pun pasti akan merasakan hal yang sama seperti yang kamu rasakan saat ini. Lalu…
Sharing of experience
Konseli
Saya datang kemari, untuk minta pertolongan pada Bapak… Saya ingin berubah.

Konselor
Berubah?
Restatement
Konseli
Saya ingin sekali saja bisa mengatakan tidak pada Bapak saya. Saya ingin mengaspirasikan apa yang sebenarnya saya inginkan, tapi saya juga tidak ingin membuat beliau marah.
Di bangku sekolah, saya sudah harus memenuhi apapun yang diinginkan beliau, saat kuliah nanti, saya tidak ingin menyia-nyiakan diri saya lagi. Saya ingin kuliah sesuai dengan minat dan kemampuan saya. Karena di mana saya kuliah, akan berpengaruh terhadap kehidupan saya selanjutnya.

Konselor
Secara singkatnya, kamu tidak mau begitu saja mengiyakan perintah Bapak kamu, kamu ingin mencoba menjadi diri kamu sendiri, tapi tidak ingin menerima resiko negative dari Bapak kamu.
Clarification
Konseli
Sekarang coba Bapak pikir, saya selalu mengikuti keinginan Bapak saya, tanpa memperhatikan keinginan saya sendiri. Apa saya ini boneka? Saya bukan boneka Pak… Saya manusia, yang punya perasaan dan keinginan.

Konselor
Baiklah, yang menjadi sumber masalah di sini adalah, menurut kamu, Bapakmu senantiasa memaksakan apa yang beliau inginkan untuk kamu laksanakan, tidak peduli apakah kamu suka, mau atau tidak melaksanakannya. Dan sampai saat ini kamu tidak bisa mengatakan tidak pada Bapakmu, karena takut pengalaman yang terjadi pada Kakakmu, akan terulang sekali lagi?
Clarification
Konseli
Iya Pak.

Konselor
Menurut kamu, selama ini kamu diperlakukan semena-mena oleh Bapakmu, sehingga kamu tidak bisa mengeluarkan pendapat kamu, tidak bisa memutuskan sedikit hal saja tanpa dibayang-bayangi oleh Bapakmu.
Clarification
Konseli
Benar Pak.

Konselor
Jika demikian, mari coba kita kaji lebih mendalam, apa sebenarnya yang menyebabkan kamu tidak berani mengeluarkan pendapat kamu dengan terus terang dan apa adanya.

Konseli
Sudah saya katakan kan Pak, kalau saya takut dengan Bapak saya. Saya takut diusir dari rumah seperti Kakak…

Konselor
Sudah pernahkah kamu mencoba untuk menolak keinginan Bapak kamu sekali saja?
Lead khusus
Konseli
Ibu saya selalu mengatakan ‘jangan nak, kasihan Bapak…’ yang akhirnya membuat saya tidak bisa menolak lagi Pak…. Saya terpaksa harus mengikuti keinginan Bapak saya.

Konselor
Kamu setuju dengan apa yang dilakukan Ibumu?

Konseli
Saya ingin sekali tidak setuju, tapi bagaimana lagi? Saya tidak berani mencoba melawan Pak…

Konselor
Nah, kalau kamu tidak mencoba, maka selamanya kamu akan seperti ini. Selalu harus mengikuti apa kemauan Bapak kamu. Tidak punya otoritas atas diri kamu sendiri, tidak punya kesempatan untuk mandiri, dan terus saja dibayang-bayangi oleh Bapak kamu.

Konseli
Jadi sebenarnya saya harus melawan Pak?

Konselor
Hari ini saya akan mengajari kamu, bagaimana caranya supaya kamu bisa menjadi diri kamu sendiri, melawan otoritas Bapak kamu, dan tidak selamanya tunduk di hadapan beliau.
Kita akan coba permainan dialog, atau yang lebih dikenal dengan sebutan empty chair.

Konseli
Empty chair? Kursi kosong?

Konselor
Benar. (Konselor mengambil dua kursi yang ada di ruangan, diletakkan berhadapan).
Kali ini kamu akan bermain peran dengan dua kursi ini sebagai medianya. Teknik ini sendiri akan kita laksanakan 2 kali. Yang pertama adalah teknik untuk mengetahui apa yang sebenarnya kamu inginkan sehubungan dengan pertentangan nilai antara kamu dan Bapakmu. Dalam pelaksanaan yang pertama ini, kamu tidak perlu menggunakan dua kursi. Satu kursi saja cukup untuk melaksanakan teknik yang pertama. Kali ini, kamu harus membayangkan, pertentangan batin yang kamu alami saat ini sehubungan dengan Bapakmu.
Bisa dimengerti?

Konseli
Mmm… Saya masih bingung dengan apa yang mesti saya lakukan Pak…

Konselor
Baik. Begini… Saat ini kamu merasakan dua hal yang saling bertentangan dalam pikiran kamu. Yaitu, pikiran ingin melawan otoritas Bapakmu, dan pikiran akan ketakutan untuk melawan beliau, padahal kamu ingin. Benar?

Konseli
Mengangguk-anggukkan kepala setuju.

Konselor
Nah, yang akan kamu lakukan sekarang adalah, katakan apapun yang ada dalam pikiran kamu saat ini sehubungan dengan pertentangan tersebut. Anggap saja, pikiran yang menyuruh kamu melawan adalah posisi under dog kamu, sedangkan pikiran yang menyuruh kamu menuruti kata Bapakmu adalah posisi top dog mu. Dari sini, kita akan tahu, pikiran mana yang akan kamu menangkan, dan dari sini pula kita akan mengambil tindakan ke depan. Bagaimana? Mengerti?

Konseli
Ya Pak… Saya mengerti.

Konselor
Baik, siapkan diri kamu sebelum kita benar-benar mulai. Jika sudah siap, katakana siap!

Konseli
Saya siap Pak…

Konselor
Baiklah, sekarang pikirkan apa yang sebenarnya kamu inginkan saat ini sehubungan dengan keinginan-keinginan Bapakmu!

Konseli
Mmm… Saya ingin mengatakan tidak pada Bapak saya…

Konselor
Hanya itu yang kamu pikirkan?

Konseli
Tapi saya juga tahu itu tidak mungkin.

Konselor
Kata siapa tidak mungkin?

Konseli
Mana mungkin saya bisa melawan Bapak? Bapak selalu bilang, tugas seorang anak adalah berbakti kepada orangtuanya. Dan salah satu wujud keberbaktian itu adalah dengan menuruti seluruh keinginan orangtuanya. Saya pikir itu benar… (top dog).

Konselor
Ya… Itu memang benar. Tapi benarkah menuruti semua keinginan orangtua itu namanya berbakti? Kamu mau, jadi kerbau yang dicocok hidungnya terus menerus?

Konseli
Tentu saja tidak mau seperti itu. Saya pun ingin melawan…
(under dog).
Tapi tentu saja saya tidak berani. Tiap hari saya dikasih makan oleh Bapak, disekolahkan sampai saya bisa duduk di bangku SMA seperti sekarang. Punya ilmu, masa saya harus melawan…( top dog).
Tapi mungkin kalau hanya melawan sekali saja, saya tidak akan berdosa.. ( under dog).
Namun, kalau saya tidak dosa, saya pasti tetap akan diusir dari rumah karena tidak mau menuruti perintah Bapak… ( top dog)
Ah! Diusir kan juga masih ada rumah nenek yang bisa saya singgahi. Lagian saya kan anak laki-laki. Masa takut dengan ancaman macam itu? Saya harus melakukan perubahan! Jangan sampai Bapak bersikap seperti ini terus. Kapan saya bisa maju kalau hanya begini terus? (under dog).

Konselor
Tidak ada satupun harapan bagi orang yang takut berusaha. Dan kamu pun demikian! Selamanya kamu akan tetap menjadi bebek, mengikuti kemana saja Bapak mu menggiringmu!

Konseli
Tidak mau! Saya harus bisa menjadi diri saya sendiri, dan sukses dengan pilihan saya!

Konselor
Bagus! Cukup dulu Arya… Nah, dari sini kita tahu bahwa sebenarnya kamu percaya pada dirimu, kamu mengatakan bahwa kamu bisa. Dan kita bisa ambil kesimpulan, bahwa kamu memang benar-benar harus bisa melawan otoritas Bapakmu, kan?

Konseli
Betul Pak, hanya saya tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan itu semua pada Bapak….

Konselor
Nah, di sinilah kita akan melaksanakan teknik empty chair yang kedua, yang mana kamu akan menjalankan peranmu dan peran Bapakmu dengan bantuan dua buah kursi. Anggap saja, kursi yang ada di sebelah kanan Bapak, adalah kursi top dog, kursi tempat peran untuk Bapakmu. Sedangkan kursi yang di sebelah kiri ini, sebagai kursi under dog, yaitu kamu sendiri.
Kamu harus berperan berganti-ganti menjadi diri kamu sendiri dan menjadi Bapak kamu sesuai dengan instruksi saya. Dengan metode ini, Bapak berpengalaman untuk membantu siswa menyelesaikan konflik dirinya sehubungan dengan masalah-masalah yang tidak bisa selesai di waktu lalu. Kamu pun juga akan belajar untuk mengatakan tidak, melalui teknik ini. Bagaimana, kamu bersedia untuk mencoba?

Konseli
Tentu saja mau Pak!
Konselor Baik, persiapkan diri kamu dari sekarang. Atur pernafasan sebaik mungkin, usahakan untuk rileks, dan silahkan duduk di kursi under dog sini.
Konseli (mengikuti apa yang dikatakan konselor sampai dia benar-benar siap).

Konselor
Siap?

Konseli
... (menggangguk-angguk)

Konselor
Bayangkan ini adalah ruangan rumah kamu yang biasanya menjadi tempat favorit Bapakmu. Dan kamu sedang duduk di kursi itu, siap untuk mendapatkan wejangan yang berisi instruksi dari Bapak kamu. Bayangkan, saat ini Beliau sedang berada di mana, dengan baju apa, dengan dandanan yang seperti apa, dan melakukan apa.

Konseli
 (menghela nafas panjang). Bapak saya memakai kaos dalam buntung tanpa lengan warna putih, dengan celana pendek berwarna biru, sambil menyulut rokoknya di kursi goyang kesayangannya.

Konselor
Nah, bagus. Sekarang, coba kamu pindah ke kursi top dog, dan katakanlah apa yang Bapak kamu katakana sebagai wejangan untukmu.

Konseli
 (pindah ke kursi top dog) Kamu ini sebagai anak Bapak, harus menjadi kebanggan Bapak. Bapak hanya punya kamu sebagai anak laki-laki Bapak. Maka, kamu tidak boleh mempermalukan Bapak. Lulus SMA nanti, kamu harus diterima di ITB. Dengan jalur PMDK akan lebih baik lagi. Supaya teman-teman Bapak ini berdecak-decak kagum melihat kamu.

Konselor
Lanjutkan dengan kursi under dog mu.

Konseli
 (pindah ke kursi under dog). Tapi syarat masuk ITB kan susah Pak…

Konselor
Katakan kata-kata Bapakmu yang lebih keras lagi.

Konseli
 (pindah ke kursi top dog). Justru karena susah itu yang Bapak harapkan bisa kamu tempuh. Kalau teman-teman kamu yang lain nggak bisa masuk ke sana, dan ternyata kamu bisa, otomatis kan kamu bisa jadi unggulan to?

Konselor
Lanjutkan dengan kursi under dog mu, dan lakukan terus itu sampai kamu bisa mengatakan tidak.

Konseli
(pindah ke kursi under dog). Iya Pak… Tapi kan masuk ke ITB bukan semudah membalikkan telapak tangan. Lagipula saya tidak ingin masuk ke sana kok.
(pindah ke kursi top dog). Apa?!
(pindah ke kursi under dog). Saya ingin masuk Universitas Airlangga saja Pak… Lebih dekat dengan sini
(pindah ke kursi top dog). Bapak tidak mau tahu. Pokoknya Bapak ingin kamu masuk ke sana.
(pindah ke kursi under dog). Bapak pikir saya siapa? Saya bukan robot Pak… Saya bisa menentukan apa yang harus saya jalani sendirian, tanpa perintah dari Bapak.
(pindah ke kursi top dog). Ooo, kamu mau jadi anak durhaka rupanya ya? Mahal-mahal sekolah, bisanya hanya seperti ini. Melawan pada Bapaknya.
(pindah ke kursi under dog). Saya bukan melawan Pak… Saya hanya ingin sekali saja menjadi diri saya sendiri. Saya tidak mau menjalani hidup saya dengan terpaksa.
(pindah ke kursi top dog). Terpaksa kata kamu? Menuruti keinginan orangtua itu terpaksa?
(pindah ke kursi under dog). Ya. Selama ini pernahkah Bapak memberikan ruang gerak untuk saya berpikir dan menentukan nasib saya sendirian? Pernahkan Bapak mengizinkan saya untuk melakukan apa yang saya inginkan?
(pindah ke kursi top dog). Ya itu semua kan demi kebaikan kamu. Kamu ini anak ingusan! Apa yang kamu tahu tentang kehidupan? Nggak ada to? Bapak ini lebih pinter daripada kamu!
(pindah ke kursi under dog). Kalau Bapak memang lebih pinter, tentunya Bapak tidak akan memaksakan kehendak Bapak untuk saya. Bapak mestinya memberikan semacam kebebasan untuk saya berpendapat dan memilih jalan hidup saya sendiri.
(pindah ke kursi top dog). Ooo kamu ini memang sekarang sudah keblinger ya?!
(pindah ke kursi under dog). Bukan keblinger Pak… Saya ini justru terpenjara. Terpaksa mengikuti keinginan Bapak. Saya yang sekolah, Bapak yang senang. Saya yang juara, Bapak yang bangga. Saya memperoleh penghargaan, Bapak yang bisa mengunggul-unggulkannya di depan teman-teman Bapak. Sedang saya sendiri tidak pernah merasakan hal semacam itu. Kalau saya tidak mengambil tindakan seperti ini, lama-lama saya hanya tinggal kentut!
(pindah ke kursi top dog). Maksud kamu apa?
(pindah ke kursi under dog). Saya tidak mau lagi mengikuti keinginan Bapak yang serba semaunya Bapak. Saya ingin menjadi diri saya sendiri. Biarlah untuk sementara Bapak katakan saya anak durhaka. Tapi saya akan buktikan, kalau saya bisa menjadi diri saya sendiri. Kalau saya bisa berjaya dengan pilihan saya. Dan saya tetap bisa membuat Bapak bangga dengan pilihan saya.
(pindah ke kursi top dog). Kamu mau mengikuti jejak Kakak kamu, keluar dari rumah ini?
(pindah ke kursi under dog). Saya tidak takut dengan ancaman itu. Sekali lagi saya akan menentukan pilihan saya sendiri. Dengan atau tanpa persetujuan Bapak. Saya akan tetap menjadi yang terbaik.

Konselor
Cukup!

Konseli
(menghela nafas panjang-panjang dan mengerjap-ngerjapkan matanya). Ternyata saya bisa!

Konselor
Nah, kamu sendiri bisa menyimpulkan kan? Kalau kamu mau mencoba, maka kamu pasti bisa melakukannya. Namun, Bapak tekankan di sini, jangan secepat itu mengambil kesimpulan tentang kuliah kamu. Perjalanan untuk menuju ke sana masih jauh. Mungkin nanti kamu akan jadi suka dengan pilihan Bapak kamu. Latihan di sini tadi, adalah latihan untuk membuat kamu lebih tegas dalam segala hal, bukan hanya masalah kuliah. Kamu harus menjadi diri kamu yang otonom, dan tidak bergantung orang lain.
Summary
Konseli
Terimakasih Pak…

Konselor
Baiklah, sepertinya, konseling harus kita akhiri dulu, karena Bapak ada janji dengan temanmu yang lain. Ingat pesan Bapak! Jadilah dirimu sendiri!
Terminasi
Konseli
Sekali lagi, terimakasih Pak…




Daftar pustaka
Hana. 2009. Empty chair. Online http://hanacounseling.blogspot.com/2009/12/empty-chair.html [accessed at 30/11/2011]
Lutfifauzan. 2009. Pembahasan teknik “empty chair” dari konseling gestaalt. Online http://lutfifauzan.wordpress.com/page/2/  [accessed at 30/11/2011]
Parjiyana. 2010. Kursi kosong. Online http://alirsyadpwt.com/content/kursi-kosong [accessed at 30/11/2011]

Littlre snake pin