A. Asumsi Dasar
Secara tersirat,
tujuan konseling Gestalt adalah mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan
atas aspek-aspek kepribadian yang dicoba dibuang atau diingkari. Konselor yang
menggunakan prinsip Gestalt, menaruh perhatian yang sangat besar dalam fungsi
kepribadian. Utamanya dalam pemisahan ‘top dog’ dan ‘under dog’.
Top dog itu adil,
otoriter, menuntut, berlaku sebagai majikan, dan manipulatif. Sedangkan under
dog memanipulasi dengan memainkan peran sebagai korban, defensif, membela diri,
tak berdaya, lemah, dan tak berkekuasaan. Top dog yang tiran menuntut seseorang
untuk begini begitu sesuai dengan keinginannya. Sedangkan under dog terpaksa
menurutinya karena tidak memiliki kekuatan yang seharusnya bisa digunakan untuk
menolak.
Konflik antara dua
sisi kepribadian yang berlawanan itu akan berakar pada mekanisme introyeksi
yang melibatkan aspek-aspek dari orang lain, misalnya saja orangtua atau teman,
ke dalam sistem ego individu.
Pengambilan
nilai-nilai dan sifat-sifat orang lain itu memang perlu dan diharapkan,
misalnya saja sebagai contoh yang baik. Akan tetapi ada bahayanya apabila
seseorang menerima seluruh nilai orang lain secara tidak kritis, yakni
menyebabkan seseorang itu sulit untuk menjadi pribadi yang otonom. Adalah suatu
hal yang esensial bahwa orang menyadari introyeksinya, terutama introyeksi yang
beracun yang dapat meracuni sistem dan menghambat integrasi kepribadian.
Empty chair
merupakan salah satu teknik konseling Gestalt yang paling sering digunakan
dalam proses konseling. Teknik ini digunakan sehingga cara memperkuat apa yang
ada di pinggir kesadaran konseli, mengeksplorasikan polaritas,
proyeksi-proyeksi, dan introyeksi dalam diri konseli. Serta menyelesaikan
urusan-urusan yang sebelumnya belum selesai dalam kehidupan konseli (unfinished
business).
Empty chair ini mempunyai asuumsi dasar :
1.
Individu itu dapat mengatasi masalahnya sendiri dan
memiliki kesanggupan untuk memikul tanggung jawab pribadi.
2.
Kesadaran dan totalitas adalah bagian penting dari
diri, agar ia mengetahui keseimbangannya kemudian mencari dan menemukan apa
yang diperlukan untuk memenuhi totalitas tersebut, individu harus menyadari
dirinya sendiri
3.
Manusia
dalam kehidupannya selalu aktif sebagai suatu keseluruhan.
4.
Setiap
individu bukan semata-mata merupakan penjumlahan dari bagian-bagian organ-organ
seperti hati, jantung, otak, dan sebagainya, melainkan merupakan suatu
koordinasi semua bagian tersebut.
5.
Manusia
aktif terdorong kearah keseluruhan dan integrasi pemikiran, perasaan, dan
tingkah lakunya.
6.
Setiap
individu memiliki kemampuan untuk menerima tanggung jawab pribadi, memiliki
dorongan untuk mengembangkan kesadaran yang akan mengarahkan menuju terbentuknya
integritas atau keutuhan pribadi
B. Pengertian Empty Chair
Empty chair merupakan salah satu teknik dari terapi gestalt yang
dikembangkan oleh tokoh Frederick Fritz Perls. Empty chair merupakan teknik
permainan peran di mana konseli memerankan dirinya sendiri dan peran orang lain
dengan menggunakan kursi sebagai medianya.
Empty chair adalah suatu cara untuk mengajak konseli agar
menginternalisasikan introyeksinya. Dalam teknik ini dua kursi diletakkan di
tengah ruangan. Konselor meminta konseli untuk duduk di salah satu kursi dan
berperan sebagai top dog, kemudian pindah ke kursi yang lainnya sebagai under
dog. Top dog itu sifatnya sebagai otoriter, menuntut, berlaku sebagai majikan,
berkuasa dan otoriter. Sedangkan peran under dog sendiri adalah sebagai korban,
defensive, tak berdaya, lemah dan tak berkuasa.
C. Tujuan Empty Chair
Tujuan utama dari empty chair ini adalah untuk menyelesaikan konflik yang
ada pada pribadi inidividu yang menggangggu totalitas kepribadiannya. Di
samping itu ada tujuan lain dari teknik ini, diantaranya :
1.
Supaya terjadi katarsis dalam diri konseli.
2.
Mengungkapkan perasaan yang terpendam.
3.
Memperlancar komunikasi.
4.
Membantu konseli mencapai kesadaran yang lebih penuh
dan menginternalisasi konflik yang ada pada dirinya.
5.
Mengusahakan fungsi yang terpadu dan penerimaan atas
aspek yang coba dibuang atau diingkari.
6.
Mengakhiri konflik-konflik dengan jalan memutuskan
urusan-urusan yang tidak selesai yang berasal dari masa lampau konseli.
7.
Mencegah konseli memisahkan perasaannya, dengan cara
membantu konseli menyadari bahwa perasaan adalah bagian diri yang sangat nyata.
8.
Membantu konseli mengenali introyeksi-introyeksi
parental yang tidak menyenangkan bagi konseli, yang sebelumnya mungkin
diabaikan, tidak disadari sepenuhnya, dan tidak dianggap ada.
9.
Teknik empty chair dengan menggunakan permainan dialog
antara dua kecenderungan yang berlawanan memiliki tujuan untuk meningkatkan
taraf intregasi polaritas-polaritas dan konflik-konflik yang ada pada diri
seseorang ke taraf yang lebih tinggi.
10.
Menggerakkan para konseli ke arah sungguh-sungguh
mengalami peran-peran yang mereka mainkan untuk seterusnya, yang acapkali akan
menghasilkan penemuan kembali aspek-aspek diri yang otonom.
11.
Memahami dan memiliki kembali kualitas-kualitas diri
konseli yang selama ini terasing atau disangkalnya, dan tidak ingin dialaminya.
Menyelesaikan konflik yang berasal dari urusan-urusan yang tak selesai di masa
lampau.
D. Karakteristik Empty Chair
Empty chair sebagai salah satu teknik dari pendekatan Gestalt ini mempunyai
karakteristik sebagai berikut :
1.
Orientasi pada afektif dan tindakan.
2.
Menekankan pada kesadaran disini dan sekarang.
3.
Penekanan proses daripada isi.
4.
Menuntut keaktifan konseli dalam mengekspresikan
perasaannya.
5.
Fokus pada permainan dialog konseli yang menggambarkan
dirinya dan tuntutan dari orang lain yang penting dalam hidupnya.
6.
Pemusatan pada tanggung jawab konseli.
7.
Diselesaikan dengan aspek ‘what’ and ‘how’ (apa dan
bagaimana).
8.
Kebanyakan digunakan untuk menyelesaikan masalah
unfinished business (urusan-urusan yang belum selesai).
9.
Digunakan untuk menyelesaikan intropeksi yang masih
tertunda dan belum bisa diselesaikan
10.
Berusaha untuk meningkatkan kesadaran individu secara
penuh dengan mengajak individu mengalami kembali apa yang sebelumnya tidak
ingin dialami atau diingkari.
11.
Konseli diperbolehkan berekspresi seperti apapun
terhadap kursi kosong yang diumpamakan sebagai kekuatan top dog dan under dog
yang menjadi sumber masalah dalam kehidupannya.
12.
Boleh
mengungkapkan kata-kata kasar asalkan bisa membantu konseli untuk meningkatkan
kesadarannya.
E. Prinsip Empty Chair
1.
Mengutamakan permaianan dialog yang diperankan oleh
konseli sendiri.
2.
Memerlukan kecakapan konselor sebagai frustator.
3.
Mengungkap konflik antara top dog dan under dog.
4.
Mensyaratkan konsentrasi.
5.
Mengungkapkan
unfinished bussines.
6.
Memerlukan
kecakapan konselor untuk menjadi frustator.
7.
Keseluruhan
peran dimainkan oleh koseli sendiri (top dog dan under dog).
8.
Teknik
ini biasanya digunakan oleh orang-orang yang mengalami konflik internal dan
untuk menyelesaikan factor-faktor internal tersebut, seperti: kurang percaya
diri mengakibatkan rasa tertekan, minder.
9.
Perhatian
terfokus pada pemisahan fungsi kepribadian dari individu antara top dog dan
under dog.
F. Manfaat Empty Chair
Beberapa manfaat yang diperoleh dalam penggunaan Empthy chair ini adalah:
1.
Membantu konseli agar mengerti perasaan dari sisi
dirinya yang mungkin diingkari.
2.
Untuk memahami unfinished bussines yang selama ini
membebani dan menghambat kehidupan konseli secara sehat.
3.
Menyelesaikan introyeksi yang tertunda.
4.
Membantu konseli mengungkapkan perasaan-perasaan yang
bertentangan dengan dirinya secara penuh.
5.
Konseli dapat memperoleh pencapaian kesadaran, yaitu
agar konseli menyadari apa yang sedang dikerjakan, bagaimana mengerjakan, dan
pada saat yang sama belajar menerima dan menghargai dirinya.
6.
Konseli dapat memperoleh integrasi pribadi, bahwa
klien datang pada konselor sebagai pribadi yang mengalami perpecahan
kepribadian, sehingga pribadinya tidak utuh. Sehingga, konselor bertugas
membantu klien agar mampu memberikan perhatian dan daya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya secara layak.
7.
Konseli dapat memperoleh pencapaian tanggung jawab,
terhadap tindakan-tindakan, putusan-putusan, dan reaksi-reaksinya.
8.
Konseli dapat memperoleh kematangan, yaitu membantu
klien untuk tumbuh sehingga ia beralih dari kebergantungan terhadap orang lain
menjadi independen.
9.
Membantu
konseli untuk menyadari pengalaman-pengalaman yang semula tidak ingin diakuinya.
10.
Menyelesaikan
unfinished business yang selama ini membebani dan memperberat kehidupan
konseli.
G. Relevansi Empty Chair
Teknik ini relevan digunakan pada unfinished bussines di masa lalunya.
Teknik ini juga sesuai untuk mengatasi hubungan social dalam lingkungan dari
individu, baik dalam lingkungan keluarga, sekolah atau dalam lingkungan
masyarakat, yang mencakup juga perasaan perasaan yang tidak terungkapkan
seperti dendam, marah, benci, sakit hati, rasa berdosa, rasa terabaikan dan
sebagainya.
Teknik empty chair
ini juga cocok untuk digunakan dalam
mengatasi hal-hal sebagai berikut:
1.
Unfinished
business (urusan-urusan yang tak selesai),
bisa diselesaikan dengan menggunakan teknik empty chair melalui beberapa cara :
a.
Identifikasikan
situasi yang tak selesai, mungkin saja situasi ini diketahui setelah konselor
melakukan eksplorasi mendalam dan mempertajam masalah konseli.
b.
Menyelidiki
ingatan konseli tentang situasi kejadian asli atau terutamanya di masa lalu
konseli yang dirasakannya tidak selesai.
c.
Menemukan
di mana letak energi yang paling kuat kemunculannya, sebagai contoh energy
emosional.
d.
Mendorong
konseli untuk mampu memunculkan perasaan-perasaan, pikiran-pikiran,
senasi-sensasi fisik, dan kepercayaannya di alam kesadaran penuh konseli.
e.
Mengidentifikasi
interupsi-interupsi atau modifikasi kontak apa saja yang muncul dari konseli.
2.
Penggunaan
introyeksi-introyeksi yang berlebihan dalam diri konseli, yaitu suatu mekanisme
yang begitu saja menerima apa yang dikatakan oleh orang lain tanpa kritik.
3.
Konflik
antara top dog dan under dog, dimana top dog dan under dog tersebut merupakan
dua kekuatan yang saling bertentangan antara yang satu dengan yang lain.
H. Kendala Empty Chair
Beberapa kendala yang bisa menghambat proses penggunaan Empthy chair ini
diantaranya:
1.
Konseli kurang mampu melibatkan emosinya saat
konseling.
2.
Konseli tidak jujur mengungkapkan perasaannya.
3.
Lemahnya konsentrasi.
4.
Minimnya kemampuan konselor yang berperan sebagai
frustator.
5.
Ketidaksiapan
konseli untuk mengekspresikan sikap, perasaan, dan pikirannnya secara terbuka.
6.
Teknik
ini memerlukan campur tangan konselor untuk menjadi frustator, untuk mendorong
konseli supaya lebih bisa mengungkapkan sikap, perasaan, dan pikirannya agar
masalah konseli bisa diselesaikan dengan teknik ini. Sehingga, konselor yang
kurang mampu menjadi frustator yang baik, juga akan menghambat keberhasilan
teknik empty chair.
I. Langkah-langkah Empty Chair
1.
Konseli diminta untuk mengidentifikasi kekurangan dan
kelebihan yang ada pada diri konseli.
2.
Konselor memberitahukan bagaimana aturan main dalam
Empthy chair ini.
3.
Konseli diminta agar ia benar benar bisa berperan
sebagai top dog dan under dog.
4.
Jika konseli mengalami kesulitan dalam memainkan
peran, maka konselor harus membantu koseli untuk menemukan perannya kembali.
5.
Setelah permaianan peran berhasil dilaksanakan,
konseli diminta untuk mendiagnosis perasaan perasaan yang dialaminya.
6.
Mengevaluasi seberapa efektif akan keberhasilan dalam
pengungkapan perasaan konseli.
J. Aplikasi Terbatas
Empty chair, sebagai
sebuah teknik eksperimentasi sesuai dengan namanya menggunakan kursi kosong
sebagai sarana untuk memperkuat proses eksperimentasi.
Ketika konseli mengekspresikan konfliknya dengan orang lain melalui teknik ini, konseli diarahkan oleh konselor untuk berbicara pada orang lain yang dibayangkannya untuk duduk di sebuah kursi kosong di samping atau di seberang konseli. Hal ini akan membantu konseli untuk mengalami dan mengerti perasaan itu dengan lebih penuh. Hal ini juga bisa menstimulasi pikiran, cara pandang, emosi, dan tingkah laku konseli.
Ketika konseli mengekspresikan konfliknya dengan orang lain melalui teknik ini, konseli diarahkan oleh konselor untuk berbicara pada orang lain yang dibayangkannya untuk duduk di sebuah kursi kosong di samping atau di seberang konseli. Hal ini akan membantu konseli untuk mengalami dan mengerti perasaan itu dengan lebih penuh. Hal ini juga bisa menstimulasi pikiran, cara pandang, emosi, dan tingkah laku konseli.
Sebagai contoh,
konselor bisa berkata “Bayangkan Ayahmu berada di kursi ini, kira-kira sejauh 3
kaki, pandanglah beliau, dan sekarang, bicaralah pada beliau tentang apa yang
kamu rasakan ketika dia tidak setia pada Ibumu. ”Konselor mendorong konseli
untuk mengungkapkan perasaannya melalui kata-kata, bahkan melalui cacian pun
diperbolehkan, yang paling penting adalah konseli dapat menyadari
pengalaman-pengalaman yang selama ini tidak diakuinya.
Contoh aplikasi dalam
layanan konseling individual
1. Jenis layanan: Konseling
Individu
2. Fungsi layanan: Perbaikan
3. Sumber/media: Ruang Konseling
4. Waktu: 2 x pertemuan
5. Gambaran kasus:
Identitas konseli:
a. Nama: Ardha Bayu
b. Kelas: XI IPA 2
c. Jenis kelamin: Laki-laki
d. Agama: Islam
e. Karakter dan situasi masalah
konseli:
Arda adalah seorang
siswa yang baru saja mengikuti program penjurusan sebelum dia masuk ke kelas
XI. Dan seperti yang diinginkan oleh kebanyakan orangtua, IPA adalah pilihan
yang favorit bagi mereka. Mungkin dengan masuk IPA, banyak yang bisa dibanggakan.
Banyak hitungannya, banyak melahirkan dokter yang kaya raya, dan bukan jurusan
terbuang. Nah, begitu pula dengan pilihan Ayah Arda. Beliau juga menginginkan
Arda untuk masuk IPA, bahkan lebih tepatnya memaksa. Padahal Arda tidak ingin
masuk ke jurusan IPA. Arda inginmasuk ke jurusan IPS yang lebih sesuai dengan
jiwanya. Namun dia tidak memiliki keberanian untuk melakukan itu karena takut
diusir dari rumah. Nah, inilah yang mengganggu Arda, sehingga baru masuk saja
Arda sudha merasa sangat tidak nyaman dengan jurusannya yang baru. Apalagi
berhubungan dengan sekolah Arda yang tidak menerapkan minggu percobaan untuk
program penjurusan.
6. Urutan penerapan teknik
a. Konseling pertama:
1) Konseli datang pada konselor
dengan sendirinya.
2) Konseli menceritakan keadaan
dirinya.
3) Konselor membantu identifikasi
apa yang diinginkan oleh konseli.
4) Konselor membantu konseli
memahami nilai-nilai dirinya.
5) Konselor membantu konseli
memahami pertentangan nilai yang ada pada dirinya, antara nilai yang berperan sebagai
top dog, dan nilai yang berperan sebagai under dog.
6) Konselor membantu konseli
menggunakan teknik empty chair supaya konseli bisa mengambil keputusan akan apa
yang mau dilakukannya sehubungan dengan konflik nilai yang ada pada dirinya.
7) Konseli mengambil keputusan
nilai mana yang dimenangkannya dalam dirinya sendiri.
b. Konseling kedua
1) Konselor membantu konseli
mengalami apa yang sebelumnya dia ingkari dalam teknik empty chair.
2) Konselor membantu konseli
bagaimana cara menolak kekuatan top dog yang membuat konseli menjadi pribadi
yang tertekan.
3) Konselor membantu konseli untuk
mengambil keputusan.
7. Kompetensi:
a. Konseli dapat memperoleh
pencapaian kesadaran, yaitu agar konseli menyadari apa yang sedang dikerjakan,
bagaimana mengerjakan, dan pada saat yang sama belajar menerima dan menghargai
dirinya.
b. Konseli dapat memperoleh
integrasi pribadi, bahwa klien datang pada konselor sebagai pribadi yang
mengalami perpecahan kepribadian, sehingga pribadinya tidak utuh. Sehingga, konselor
bertugas membantu klien agar mampu memberikan perhatian dan daya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya secara layak.
c. Konseli dapat memperoleh
pencapaian tanggung jawab, terhadap tindakan-tindakan, putusan-putusan, dan
reaksi-reaksinya.
d. Konseli dapat memperoleh
kematangan, yaitu membantu klien untuk tumbuh sehingga ia beralih dari
kebergantungan terhadap orang lain menjadi independent
K. Verbatim Konseling
Subyek
|
Dialog
|
Tahap/teknik
|
Konseli
|
Tok… Tok… Tok… (mengetuk pintu ruang
konseling)
|
|
Konselor
|
Ya, silahkan masuk (menghentikan
aktivitas menulis dan bersikap attending)
|
Penyambutan
|
Konseli
|
... (membuka
pintu dan memandang konselor sebelum masuk ke dalam ruangan)
|
|
Konselor
|
Oh Arda! Ayo masuk Nak, jangan berdiri
saja di situ. Coba kesini…
|
|
Konseli
|
... (mengangguk
dan berjalan masuk ke ruangan)
|
|
Konselor
|
... (berdiri
dan menyambut kedatangan Arda dengan senyum hangat) Nah, coba, Arda ingin duduk di
mana? Pilih saja tempat duduk yang kamu suka.
|
|
Konseli
|
Di sini saja Pak (sambil memilih salah
satu tempat duduk yang paling nyaman menurutnya).
|
|
Konselor
|
Baiklah.. (ikut duduk di kursi sebelah konseli).
Seminggu liburan tidak terasa juga ya?
Sekarang semester baru sudah dimulai lagi. Anak-anak baru sudah mulai masuk
sekolah dengan kegiatan inti, kakak-kakakmu yang kelas XII juga sudah mulai
sibuk dengan persiapan Ujian Akhir Nasional mereka yang syarat kelulusannya
lebih rumit dibandingkan dengan tahun lalu. Kamu dan teman-temanmu yang duduk
di kelas XI pun sudah mulai beradaptasi dengan lingkungan kalian yang baru
ya? Teman baru, guru baru, materi-materi yang lebih spesifik, tahun ini kamu
jadi masuk IPA kan Nak?
|
Opening. Topik netral
|
Konseli
|
Iya Pak… (sambil menunduk lesu)
|
|
Konselor
|
Di tahun ajaran ini, masih tetap setia
dengan ekskul basket? Bapak dengar, prestasi kamu di bidang basket
benar-benar mengagumkan ya? Sampai secara aklamasi kamu terpilih menjadi
kapten basket tim junior kita?
|
|
Konseli
|
Ah, Bapak bisa saja! Hanya tim basket
junior kok, bukan tim basket inti. Dan saya rasa semua orang juga bisa
menjadi kapten tim basket junior, bukan hanya saya. Apalagi kan memilihnya
secara aklamasi. Kebetulan saja, kakak-kakak kelas dan pelatih basket kita
memilih saya. Padahal kalau mau memilih yang lain juga banyak kok…
|
|
Konselor
|
Meskipun kamu bilang hanya kebetulan,
tapi Bapak rasa keterampilan kamu dalam bidang basket itu bisa membuat kamu
menjadi orang yang sukses lho nantinya. Jadi, kalau kamu tidak hanya
memandang prestasi kamu sebagai suatu kebetulan, melainkan kamu memang
mempunyai keinginan untuk menjadi yang terbaik dalam bidang basket, Bapak
rasa itu bukan sesuatu yang buruk. Kamu bisa menjadi pemain basket yang ahli
nantinya.
|
Reassurance, predictive
|
Konseli
|
Terimakasih Pak, mungkin saya akan
berusaha.
|
|
Konselor
|
Jangan mungkin! Kamu harus berusaha!
Kembangkan apa yang kamu bisa lakukan sesuai dengan porsi yang tepat.
|
|
Konseli
|
Baiklah Pak, semoga saya bisa.
|
|
Konselor
|
Nah, begitu akan lebih baik untuk kamu. O
ya, sejak tadi kita sudah membicarakan mengenai liburan, dan juga prestasi
kamu dalam bidang basket. Selanjutnya, apakah mungkin ada hal lain yang ingin
kamu bicarakan pada Bapak sehubungan dengan kedatangan kamu kesini? Kalau
memang ada, bicarakanlah.
|
Opening, transisi pembicaraan
|
Konseli
|
Terus terang saja memang ada yang ingin
saya bicarakan dengan Bapak. Untuk itu saya datang kemari menemui Bapak.
|
|
Konselor
|
Nah, bicaralah Nak… Bapak akan
mendengarkan kamu, mendengarkan cerita kamu, dan pada akhirnya nanti akan
membantu kamu supaya kamu bisa menemukan solusi sendiri atas masalah yang
mungkin kamu hadapi saat ini.
Sudah tugas Bapak untuk membantu
siswa-siswa di sini menemukan solusi atas masalah yang dihadapinya.
|
Role limit
|
Konseli
|
Hhhh…. (menghela nafas panjang)
|
|
Konselor
|
... (Diam,
membiarkan konseli berpikir sejenak)
|
Silent
|
Konseli
|
Saya ada masalah dengan Bapak saya Pak…
|
|
Konselor
|
Hm…
|
Acceptance
|
Konseli
|
Sebenarnya masuk ke jurusan IPA kali ini
bukanlah keinginan saya Pak…
|
|
Konselor
|
Bukan keinginan kamu?
|
Restatement
|
Konseli
|
Ya. Sungguh itu bukan keinginan saya
sendiri. Saya justru ingin masuk jurusan IPS, yang menurut saya lebih sesuai
dengan kemampuan dan jiwa saya. Saya tidak terlalu suka dengan pelajaran-pelajaran
eksak yang akan saya temui di jurusan IPA, meskipun selama ini nilai-nilai
saya selalu bagus. Saya justru lebih suka dengan ilmu sosial, yang menurut
saya lebih nyata, dan lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari.
|
|
Konselor
|
...
(mengangguk-angguk)
|
Acceptance
|
Konseli
|
Tapi Bapak saya memaksa saya untuk masuk
ke jurusan IPA. Kata Beliau, jurusan IPA adalah yang terbaik, memiliki
prestise yang lebih tinggi ketimbang jurusan IPS yang biasanya berisi
anak-anak buangan. Sudah begitu, kata Bapak, anak IPS nakal-nakal pula.
Jadilah saat ini saya terdampar di jurusan yang tidak sesuai dengan minat
saya, sebenarnya.
|
|
Konselor
|
Nah, nah, nah, kalau memang menurut kamu
itu tidak sesuai dengan jiwa dan kemampuan kamu, mengapa kamu tetap menuruti
permintaan Bapak untuk masuk ke jurusan IPA?
|
Lead khusus
|
Konseli
|
Selama ini saya tidak pernah bisa menolak
keinginan Bapak saya, Pak. Bapak saya punya sifat yang keras sekali. Kalau
keinginan Beliau tidak bisa terkabul, contohnya saja saat Kakak saya menolak
menikah dengan laki-laki yang dijodohkan oleh Ayah saya, Bapak tidak
segan-segan untuk mengusir Kakak saya dari rumah. Saya tidak bisa menolak
keinginan Ayah saya meskipun saya ingin.
|
|
Konselor
|
Dari cerita kamu tadi, rasa-rasanya
sekarang ini kamu sedang jengkel dengan diri kamu sendiri.
|
Reflection of feeling
|
Konseli
|
Bagaimana saya tidak jengkel dengan diri
saya sendiri Pak? Saya ini laki-laki. Yang saya tahu, laki-laki itu punya
keberanian. Punya kharisma. Punya otoritas. Tapi mana keberanian, kharisma,
dan otoritas saya? Saya hanya berani tunduk di bawah ketiak Bapak saya.
Oke, kalau hanya masuk ke jurusan IPA,
mungkin saya masih bisa menerima. Tapi Bapak sudah menargetkan saat kuliah
nanti, saya harus bisa diterima di ITB, dengan jurusan yang sudah Beliau
tetapkan pula. Padahal, saya sekarang ini masih duduk di kelas XI. Pelajaran
di jurusan IPA itupun apa, saya belum bisa mengerti sepenuhnya. Saya bosan
dengan kehidupan yang seperti ini.
|
|
Konselor
|
Arda, jika saya mengalami apa yang kamu
alami, saya pun pasti akan merasakan hal yang sama seperti yang kamu rasakan
saat ini. Lalu…
|
Sharing of experience
|
Konseli
|
Saya datang kemari, untuk minta
pertolongan pada Bapak… Saya ingin berubah.
|
|
Konselor
|
Berubah?
|
Restatement
|
Konseli
|
Saya ingin sekali saja bisa mengatakan
tidak pada Bapak saya. Saya ingin mengaspirasikan apa yang sebenarnya saya
inginkan, tapi saya juga tidak ingin membuat beliau marah.
Di bangku sekolah, saya sudah harus
memenuhi apapun yang diinginkan beliau, saat kuliah nanti, saya tidak ingin
menyia-nyiakan diri saya lagi. Saya ingin kuliah sesuai dengan minat dan
kemampuan saya. Karena di mana saya kuliah, akan berpengaruh terhadap
kehidupan saya selanjutnya.
|
|
Konselor
|
Secara singkatnya, kamu tidak mau begitu
saja mengiyakan perintah Bapak kamu, kamu ingin mencoba menjadi diri kamu
sendiri, tapi tidak ingin menerima resiko negative dari Bapak kamu.
|
Clarification
|
Konseli
|
Sekarang coba Bapak pikir, saya selalu
mengikuti keinginan Bapak saya, tanpa memperhatikan keinginan saya sendiri.
Apa saya ini boneka? Saya
bukan boneka Pak… Saya manusia, yang punya perasaan dan keinginan.
|
|
Konselor
|
Baiklah, yang menjadi sumber masalah di
sini adalah, menurut kamu, Bapakmu senantiasa memaksakan apa yang beliau
inginkan untuk kamu laksanakan, tidak peduli apakah kamu suka, mau atau tidak
melaksanakannya. Dan sampai saat ini kamu tidak bisa mengatakan tidak pada
Bapakmu, karena takut pengalaman yang terjadi pada Kakakmu, akan terulang
sekali lagi?
|
Clarification
|
Konseli
|
Iya Pak.
|
|
Konselor
|
Menurut kamu, selama ini kamu
diperlakukan semena-mena oleh Bapakmu, sehingga kamu tidak bisa mengeluarkan
pendapat kamu, tidak bisa memutuskan sedikit hal saja tanpa dibayang-bayangi
oleh Bapakmu.
|
Clarification
|
Konseli
|
Benar Pak.
|
|
Konselor
|
Jika demikian, mari coba kita kaji lebih
mendalam, apa sebenarnya yang menyebabkan kamu tidak berani mengeluarkan
pendapat kamu dengan terus terang dan apa adanya.
|
|
Konseli
|
Sudah saya katakan kan Pak, kalau saya
takut dengan Bapak saya. Saya takut diusir dari rumah seperti Kakak…
|
|
Konselor
|
Sudah pernahkah kamu mencoba untuk
menolak keinginan Bapak kamu sekali saja?
|
Lead khusus
|
Konseli
|
Ibu saya selalu mengatakan ‘jangan nak,
kasihan Bapak…’ yang akhirnya membuat saya tidak bisa menolak lagi Pak…. Saya
terpaksa harus mengikuti keinginan Bapak saya.
|
|
Konselor
|
Kamu setuju dengan apa yang dilakukan
Ibumu?
|
|
Konseli
|
Saya ingin sekali tidak setuju, tapi
bagaimana lagi? Saya tidak berani mencoba melawan Pak…
|
|
Konselor
|
Nah, kalau kamu tidak mencoba, maka
selamanya kamu akan seperti ini. Selalu harus mengikuti apa kemauan Bapak
kamu. Tidak punya otoritas atas diri kamu sendiri, tidak punya kesempatan
untuk mandiri, dan terus saja dibayang-bayangi oleh Bapak kamu.
|
|
Konseli
|
Jadi sebenarnya saya harus melawan Pak?
|
|
Konselor
|
Hari ini saya akan mengajari kamu,
bagaimana caranya supaya kamu bisa menjadi diri kamu sendiri, melawan
otoritas Bapak kamu, dan tidak selamanya tunduk di hadapan beliau.
Kita akan coba permainan dialog, atau yang
lebih dikenal dengan sebutan empty chair.
|
|
Konseli
|
Empty chair? Kursi kosong?
|
|
Konselor
|
Benar. (Konselor mengambil dua kursi yang
ada di ruangan, diletakkan berhadapan).
Kali ini kamu akan bermain peran dengan
dua kursi ini sebagai medianya. Teknik ini sendiri akan kita laksanakan 2
kali. Yang pertama adalah teknik untuk mengetahui apa yang sebenarnya kamu
inginkan sehubungan dengan pertentangan nilai antara kamu dan Bapakmu. Dalam
pelaksanaan yang pertama ini, kamu tidak perlu menggunakan dua kursi. Satu
kursi saja cukup untuk melaksanakan teknik yang pertama. Kali ini, kamu harus
membayangkan, pertentangan batin yang kamu alami saat ini sehubungan dengan
Bapakmu.
Bisa dimengerti?
|
|
Konseli
|
Mmm… Saya masih bingung dengan apa yang
mesti saya lakukan Pak…
|
|
Konselor
|
Baik. Begini… Saat ini kamu merasakan dua
hal yang saling bertentangan dalam pikiran kamu. Yaitu, pikiran ingin melawan
otoritas Bapakmu, dan pikiran akan ketakutan untuk melawan beliau, padahal
kamu ingin. Benar?
|
|
Konseli
|
Mengangguk-anggukkan kepala setuju.
|
|
Konselor
|
Nah, yang akan kamu lakukan sekarang
adalah, katakan apapun yang ada dalam pikiran kamu saat ini sehubungan dengan
pertentangan tersebut. Anggap saja, pikiran yang menyuruh kamu melawan adalah
posisi under dog kamu, sedangkan pikiran yang menyuruh kamu menuruti kata
Bapakmu adalah posisi top dog mu. Dari sini, kita akan tahu, pikiran mana
yang akan kamu menangkan, dan dari sini pula kita akan mengambil tindakan ke
depan. Bagaimana? Mengerti?
|
|
Konseli
|
Ya Pak… Saya mengerti.
|
|
Konselor
|
Baik, siapkan diri kamu sebelum kita
benar-benar mulai. Jika sudah siap, katakana siap!
|
|
Konseli
|
Saya siap Pak…
|
|
Konselor
|
Baiklah, sekarang pikirkan apa yang
sebenarnya kamu inginkan saat ini sehubungan dengan keinginan-keinginan
Bapakmu!
|
|
Konseli
|
Mmm… Saya ingin mengatakan tidak pada
Bapak saya…
|
|
Konselor
|
Hanya
itu yang kamu pikirkan?
|
|
Konseli
|
Tapi
saya juga tahu itu tidak mungkin.
|
|
Konselor
|
Kata
siapa tidak mungkin?
|
|
Konseli
|
Mana
mungkin saya bisa melawan Bapak? Bapak selalu bilang, tugas seorang anak
adalah berbakti kepada orangtuanya. Dan salah satu wujud keberbaktian itu
adalah dengan menuruti seluruh keinginan orangtuanya. Saya pikir itu benar…
(top dog).
|
|
Konselor
|
Ya…
Itu memang benar. Tapi benarkah menuruti semua keinginan orangtua itu namanya
berbakti? Kamu mau, jadi kerbau yang dicocok hidungnya terus menerus?
|
|
Konseli
|
Tentu saja tidak mau seperti itu. Saya
pun ingin melawan…
(under dog).
Tapi tentu saja saya tidak berani. Tiap
hari saya dikasih makan oleh Bapak, disekolahkan sampai saya bisa duduk di
bangku SMA seperti sekarang. Punya ilmu, masa saya harus melawan…( top dog).
Tapi mungkin kalau hanya melawan sekali
saja, saya tidak akan berdosa.. ( under dog).
Namun, kalau saya tidak dosa, saya pasti
tetap akan diusir dari rumah karena tidak mau menuruti perintah Bapak… ( top dog)
Ah! Diusir kan juga masih ada rumah nenek
yang bisa saya singgahi. Lagian saya kan anak laki-laki. Masa takut dengan
ancaman macam itu? Saya harus melakukan perubahan! Jangan sampai Bapak
bersikap seperti ini terus. Kapan saya bisa maju kalau hanya begini terus?
(under dog).
|
|
Konselor
|
Tidak
ada satupun harapan bagi orang yang takut berusaha. Dan kamu pun demikian!
Selamanya kamu akan tetap menjadi bebek, mengikuti kemana saja Bapak mu
menggiringmu!
|
|
Konseli
|
Tidak
mau! Saya harus bisa menjadi diri saya sendiri, dan sukses dengan pilihan
saya!
|
|
Konselor
|
Bagus!
Cukup dulu Arya… Nah, dari sini kita tahu bahwa sebenarnya kamu percaya pada
dirimu, kamu mengatakan bahwa kamu bisa. Dan kita bisa ambil kesimpulan,
bahwa kamu memang benar-benar harus bisa melawan otoritas Bapakmu, kan?
|
|
Konseli
|
Betul
Pak, hanya saya tidak tahu bagaimana harus mengungkapkan itu semua pada
Bapak….
|
|
Konselor
|
Nah, di sinilah kita akan melaksanakan
teknik empty chair yang kedua, yang mana kamu akan menjalankan peranmu dan
peran Bapakmu dengan bantuan dua buah kursi. Anggap saja, kursi yang ada di
sebelah kanan Bapak, adalah kursi top dog, kursi tempat peran untuk Bapakmu.
Sedangkan kursi yang di sebelah kiri ini, sebagai kursi under dog, yaitu kamu
sendiri.
Kamu harus berperan berganti-ganti
menjadi diri kamu sendiri dan menjadi Bapak kamu sesuai dengan instruksi
saya. Dengan metode ini, Bapak berpengalaman untuk membantu siswa
menyelesaikan konflik dirinya sehubungan dengan masalah-masalah yang tidak
bisa selesai di waktu lalu. Kamu pun juga akan belajar untuk mengatakan
tidak, melalui teknik ini. Bagaimana, kamu bersedia untuk mencoba?
|
|
Konseli
|
Tentu saja mau Pak!
Konselor Baik, persiapkan diri kamu dari
sekarang. Atur pernafasan sebaik mungkin, usahakan untuk rileks, dan silahkan
duduk di kursi under dog sini.
Konseli (mengikuti apa yang dikatakan
konselor sampai dia benar-benar siap).
|
|
Konselor
|
Siap?
|
|
Konseli
|
...
(menggangguk-angguk)
|
|
Konselor
|
Bayangkan
ini adalah ruangan rumah kamu yang biasanya menjadi tempat favorit Bapakmu.
Dan kamu sedang duduk di kursi itu, siap untuk mendapatkan wejangan yang
berisi instruksi dari Bapak kamu. Bayangkan, saat ini Beliau sedang berada di
mana, dengan baju apa, dengan dandanan yang seperti apa, dan melakukan apa.
|
|
Konseli
|
(menghela nafas panjang). Bapak saya memakai
kaos dalam buntung tanpa lengan warna putih, dengan celana pendek berwarna
biru, sambil menyulut rokoknya di kursi goyang kesayangannya.
|
|
Konselor
|
Nah,
bagus. Sekarang, coba kamu pindah ke kursi top dog, dan katakanlah apa yang
Bapak kamu katakana sebagai wejangan untukmu.
|
|
Konseli
|
(pindah ke kursi top dog) Kamu ini sebagai
anak Bapak, harus menjadi kebanggan Bapak. Bapak hanya punya kamu sebagai
anak laki-laki Bapak. Maka, kamu tidak boleh mempermalukan Bapak. Lulus SMA
nanti, kamu harus diterima di ITB. Dengan jalur PMDK akan lebih baik lagi.
Supaya teman-teman Bapak ini berdecak-decak kagum melihat kamu.
|
|
Konselor
|
Lanjutkan
dengan kursi under dog mu.
|
|
Konseli
|
(pindah ke kursi under dog). Tapi syarat
masuk ITB kan susah Pak…
|
|
Konselor
|
Katakan
kata-kata Bapakmu yang lebih keras lagi.
|
|
Konseli
|
(pindah ke kursi top dog). Justru karena
susah itu yang Bapak harapkan bisa kamu tempuh. Kalau teman-teman kamu yang
lain nggak bisa masuk ke sana, dan ternyata kamu bisa, otomatis kan kamu bisa
jadi unggulan to?
|
|
Konselor
|
Lanjutkan
dengan kursi under dog mu, dan lakukan terus itu sampai kamu bisa mengatakan
tidak.
|
|
Konseli
|
(pindah ke kursi under dog). Iya Pak…
Tapi kan masuk ke ITB bukan semudah membalikkan telapak tangan. Lagipula saya
tidak ingin masuk ke sana kok.
(pindah ke kursi top dog). Apa?!
(pindah ke kursi under dog). Saya ingin
masuk Universitas Airlangga saja Pak… Lebih dekat dengan sini
(pindah ke kursi top dog). Bapak tidak
mau tahu. Pokoknya Bapak ingin kamu masuk ke sana.
(pindah ke kursi under dog). Bapak pikir
saya siapa? Saya bukan robot Pak… Saya bisa menentukan apa yang harus saya
jalani sendirian, tanpa perintah dari Bapak.
(pindah ke kursi top dog). Ooo, kamu mau
jadi anak durhaka rupanya ya? Mahal-mahal sekolah, bisanya hanya seperti ini.
Melawan pada Bapaknya.
(pindah ke kursi under dog). Saya bukan
melawan Pak… Saya hanya ingin sekali saja menjadi diri saya sendiri. Saya
tidak mau menjalani hidup saya dengan terpaksa.
(pindah ke kursi top dog). Terpaksa kata
kamu? Menuruti keinginan orangtua itu terpaksa?
(pindah ke kursi under dog). Ya. Selama
ini pernahkah Bapak memberikan ruang gerak untuk saya berpikir dan menentukan
nasib saya sendirian? Pernahkan Bapak mengizinkan saya untuk melakukan apa
yang saya inginkan?
(pindah ke kursi top dog). Ya itu semua
kan demi kebaikan kamu. Kamu ini anak ingusan! Apa yang kamu tahu tentang
kehidupan? Nggak ada to? Bapak ini lebih pinter daripada kamu!
(pindah ke kursi under dog). Kalau Bapak
memang lebih pinter, tentunya Bapak tidak akan memaksakan kehendak Bapak
untuk saya. Bapak mestinya memberikan semacam kebebasan untuk saya
berpendapat dan memilih jalan hidup saya sendiri.
(pindah ke kursi top dog). Ooo kamu ini
memang sekarang sudah keblinger ya?!
(pindah ke kursi under dog). Bukan
keblinger Pak… Saya ini justru terpenjara. Terpaksa mengikuti keinginan
Bapak. Saya yang sekolah, Bapak yang senang. Saya yang juara, Bapak yang
bangga. Saya memperoleh penghargaan, Bapak yang bisa mengunggul-unggulkannya
di depan teman-teman Bapak. Sedang saya sendiri tidak pernah merasakan hal
semacam itu. Kalau saya tidak mengambil tindakan seperti ini, lama-lama saya
hanya tinggal kentut!
(pindah ke kursi top dog). Maksud kamu
apa?
(pindah ke kursi under dog). Saya tidak
mau lagi mengikuti keinginan Bapak yang serba semaunya Bapak. Saya ingin
menjadi diri saya sendiri. Biarlah untuk sementara Bapak katakan saya anak
durhaka. Tapi saya akan buktikan, kalau saya bisa menjadi diri saya sendiri.
Kalau saya bisa berjaya dengan pilihan saya. Dan saya tetap bisa membuat Bapak
bangga dengan pilihan saya.
(pindah ke kursi top dog). Kamu mau
mengikuti jejak Kakak kamu, keluar dari rumah ini?
(pindah ke kursi under dog). Saya tidak
takut dengan ancaman itu. Sekali lagi saya akan menentukan pilihan saya
sendiri. Dengan atau tanpa persetujuan Bapak. Saya akan tetap menjadi yang
terbaik.
|
|
Konselor
|
Cukup!
|
|
Konseli
|
(menghela
nafas panjang-panjang dan mengerjap-ngerjapkan matanya). Ternyata saya bisa!
|
|
Konselor
|
Nah,
kamu sendiri bisa menyimpulkan kan? Kalau kamu mau mencoba, maka kamu pasti
bisa melakukannya. Namun, Bapak tekankan di sini, jangan secepat itu
mengambil kesimpulan tentang kuliah kamu. Perjalanan untuk menuju ke sana
masih jauh. Mungkin nanti kamu akan jadi suka dengan pilihan Bapak kamu.
Latihan di sini tadi, adalah latihan untuk membuat kamu lebih tegas dalam
segala hal, bukan hanya masalah kuliah. Kamu harus menjadi diri kamu yang
otonom, dan tidak bergantung orang lain.
|
Summary
|
Konseli
|
Terimakasih
Pak…
|
|
Konselor
|
Baiklah,
sepertinya, konseling harus kita akhiri dulu, karena Bapak ada janji dengan
temanmu yang lain. Ingat pesan Bapak! Jadilah dirimu sendiri!
|
Terminasi
|
Konseli
|
Sekali
lagi, terimakasih Pak…
|
Daftar pustaka
Hana.
2009. Empty chair. Online http://hanacounseling.blogspot.com/2009/12/empty-chair.html
[accessed at 30/11/2011]
Lutfifauzan.
2009. Pembahasan teknik “empty chair” dari konseling gestaalt. Online http://lutfifauzan.wordpress.com/page/2/ [accessed at 30/11/2011]
Parjiyana.
2010. Kursi kosong. Online http://alirsyadpwt.com/content/kursi-kosong
[accessed at 30/11/2011]