MEMORIES: YAUCHI HIRUMA part 1
Aku memutuskan untuk mencoba ke Yauchi, soalnya bagiku euka
sepertinya sedang menikmati masa-masa bahagianya. Aku mendekati Yauchi,
dan menepuk bahunya.
“hai, Yauchi kan?” sapaku sok kenal.
Yauchi menoleh kearahku sejenak, lalu kembali melihat ke arah minumannya.
‘Wow, dia ga peduli sama sekali,’ pikirku.
Aku sedang berpikir untuk menyapa dia lagi, begitu dia berkata, “Ada perlu apa, Tezuka?”
Aku menoleh kembali.
“Ah, ga apa-apa, aku cuma khawatir aja melihat kok kamu sepertinya sedang ada masalah,” ujarku.
“Aku ga ada masalah apa-apa, cuma…”
“Cuma?”
“Ah, bukan apa-apa kok,” ujar Yauchi.
“Owh, kalau kau butuh temen bicara, aku juga usahakan bantu kok,” ujarku.
“Thanks,” jawab Yauchi
“Udalah, Yau, kita minum lagi,” ujar cowok yang dipanggil Megalau itu.
Aku menatap segelas susu hangat yang disiapkan Hotaru untukku. Saat
aku menyentuh Yauchi, aku masih merasakan kilasan kenangan yang cepat,
tapi yang paling aku rasakan adalah emosi yang berasal dari diri Yauchi.
Perasaan sedih dan kehilangan. Walau aku ga yakin dari kenangan yang
mana perasaan itu datang.
Aku memejamkan mata dan mencoba santai dan membayangkan ruangan yang
sebelumnya aku buat. Tempat dimana terdapat rak-rak buku berisi kenangan
yang aku rasakan.
Ada sebuah buku tambahan yang bergambarkan wajah Yauchi. Aku membuka buku itu dan gambaran kenangan mengelilingku.
Mulai dari saat ia pertama datang hingga saat ini. Saat memperhatikan
kenangan itu, aku akhirnya bisa merasakan dari kenangan apa emosi
yauchi menjadi sangat kuat. Aku menutup buku itu dan membuka mata.
“mendingan yang berlalu ga usah diingat, Yauchi,” ujarku.
Yauchi hanya menghela nafas. Ia tidak merespon kata-kataku.
“Dia sudah melupakanmu, lebih baik kau teruskan hidupmu,” ujarku lagi.
“Aku juga tau itu, Tezu,” balasnya. “Tapi aku sayang banget ma dia,”
“kau sudah hampir 6 bulan disini, sementara dia ada diluar sana, mana
mungkin dia masih mengingatmu, apalagi kamu dah sering nulis email dan
ga ada balasan,” ujarku lalu meminum seteguk susu hangat.
“Wah, hota, kamu kok tau sih selera aku, ga terlalu manis,” pujiku.
“Itu salah satu kelebihanku loh,” ujar Hotaru
Yauchi menoleh kearahku dan mengerutkan keningnya. “ Darimana kamu tau kalo..” ia tidak meneruskan perkataannya.
“lagian juga percuma kalo kamu merasa iri dengan yang lain dan
mengasihani dirimu sendiri,” ujarku kemudian, “ Masa, dirimu yang disini
bisa kalah oleh dirimu yang asli, kau kan bisa mandiri, hidup terpisah
dari orang tua, siap menghadapi semuanya seorang diri.”
Yauchi hanya terdiam mendengar kata-kataku.
“Kamu ga tau semuanya, Tezu,” ujarnya lirih
“Aku tau yang jelas kamu kesepian, makanya kau mencari tempat berbagi,” aku menatap minumanku.
“Bukan hanya tempat berbagi, dia itu semuanya bagiku.. Membuatku
mampu bertahan… Dia sendiri yang bilang kalo dia akan menungguku, akan
setia menungguku, tapi apa yang terjadi sekarang….” Suara Yauchi makin
lirih
“Kenapa harus berpegang pada masa lalu? Bukannya kamu punya banyak hal yang bisa kamu dapat dengan hidup dimasa kini?” ujarku
Yauchi tersenyum sedih. “Dulu juga kamu bilang begitu,”
Aku terdiam. Jadi yauchi juga kenal aku yang dulu. Dia pasti punya
kenangan tentang aku yang dulu, tentang apa saja yang aku lakukan.
“Jadi kurasa, dulu dan sekarang pun kau tetap saja berpegang pada
masa lalu. Sepertinya semua yang aku katakan padamu, ga berguna sama
sekali,” ujarku
“Kamu ga ngerti Tezu, kalau aku melepaskan dia, aku ga punya lagi
alasan untuk tetap berjuang, mungkin saja…. walau Cuma satu persen
kemungkinan, tapi mungkin saja dia disana masih menungguku,” Yauchi
nampak menerawang.
“Walaupun dia sudah bilang tidak usah menghubungi lagi?” aku kembali meminum minumanku.
“Kenapa kamu harus mengatakan itu?! Aku ga ngerti darimana kamu tau
ato siapa yang memberitaumu, tapi semua itu adalah urusan pribadiku, apa
hakmu mencampuri hidupku?!” Yauchi mulai terlihat kesal.
“Kalian sendiri yang bilang kalo kita semua teman, memang tidak boleh
kalo aku membantu seorang teman?” ujarku sedikit tersinggung.
“Aku ga butuh bantuanmu! Kalo aku mau curhat sudah ada PelaCur
disini, bukan kamu yang Cuma orang asing bagiku!” yauchi bangkit dari
duduknya dengan kesal.
“Aku belum selesai denganmu, Yauchi Hiruma!” Aku menjentikkan jari
dan tiba-tiba kami berada di sebuah ruangan berwarna kemerahan, dengan
sebuah panggung besar yang tertutup tirai dengan deretan bangku nyaman.
“Apa-apaan ini?” Tanya Yauchi.
Belum sempat aku berbicara, aku mendengar suara yang sangat familiar.
“Dunia ini adalah dunia impian kita, yang tercipta dari pikiran kita
sendiri, aku dah berkali-kali bilang itu padamu kan Yauchi?” Aku melihat
diriku yang lain telah duduk di salah satu bangku.
“Kenapa bisa ada dua Tezu disini?” tanyanya dengan muka bingung.
“Aku juga sama bingungnya,” ujarku sambil meliat sekeliling. Ternyata
ga ada orang lain selain kami bertiga. Apa mungkin kami telah berada di
area lain dari Ruang Utama?
“Kau sendiri yang bilang padaku, Yau, katamu kau bakal menjaga
teman-teman yang lain, kau ga akan tenggelam dalam kesedihanmu. Tapi
ternyata malah sama saja,” ujar diriku yang lain.
“Justru kami yang kecewa ma kamu, Tezu, maksudku kalian berdua, kamu
eh kalian itu seenaknya sendiri, pergi begitu saja tanpa sebab,
meninggalkan kami semua dalam kebingungan, butuh waktu sebulan penuh
untuk kami bisa bersatu lagi. Tapi semua udah beda sejak kamu.. eh
maksudku kalian pergi..,” jawab Yauchi
“Ah… alasan itu, alibimu ditolak,” ujar diriku yang lain.
“lagipula aku rasa aku ga begitu dibutuhkan disini,” ujarku.
“Nah dia benar, ga mungkin aku dibutuhkan seperti itu,” balas diriku
yang lain. “Dan darimana asalnya pemikiran anehmu untuk iri ma orang
lain yang punya pasangan, semua bakal indah pada waktunya, Yau,”
“kalau Cuma kesepian, aku rasa banyak yang juga ngerasa sama kok,
hanya saja mereka semua menahan semua rasa itu jauh di dalam hati
mereka, kalian kan bisa saling berbagi, ga harus dengan menjalin
hubungan khusus kan?” ujarku.
Yauchi menggaruk kepalanya, “Aku diceramahin oleh dua Tezu,” ujarnya kemudian.
“lagian buat apa sih ikutan galau, kaya dirimu punya banyak waktu
senggang aja, kalo mau, mending kamu teliti tuh semua yang pernah aku
data, daripada kamu mikir yang gak-gak,” ujar diriku yang lain.
“Aku kan masih normal Tezu, aku juga butuh cinta, dan dicintai.
Sementara yang lain gampang banget dapat pasangan, aku doang yang
jomblo,” ujar Yauchi
“kamu aja? Mifu? dia juga jomblo,” ujar diriku yang lain
“Yah, jangan Mifu dong, kan ga tau dia itu cewe ato cowo,” tolak Yauchi.
“Ah ya kau benar juga,” diriku yang lain tampak berpikir. “Nah, Baka Hyde kan cowo, dia juga jomblo, tapi dia ga protes tuh.”
Yauchi terdiam
“Untuk masalah tampang, justru harusnya dia gampang dapetin pasangan,
karena dia jauh lebih cakep dari kamu, tapi ga juga. Ada lagi, Ucun
juga jomblo, padahal dia koki terkenal, kurang apa lagi? Jangan bilang
kalo Cuma kamu doang yang ga beruntung, semua ada waktunya,”
Yauchi masih terdiam.
“Makanya pikiran aneh-aneh itu jangan dimasukin dalam otak kamu, yang
ada kamu malah mikir yang gak-gak dan melupakan tugas kamu yang lain,
apa jadinya kalo kamu lagi galau begini trus kita diserang???” omel
diriku yang lain.
“Apa… Apa mungkin aku bisa mendapatkan cinta seperti mereka?” yauchi kembali lirih.
“pasti,” diriku yang lain menepuk bahu yauchi, “semua sudah
diciptakan berpasangan, termasuk aku dan kamu juga. Banyak yang butuh
dirimu Yauchi, jadi jangan biarkan perasaan negatifmu membuat kamu jadi
kehilangan perhatian yang begitu besar dari sekelilingmu,”
Bahu Yauchi bergetar, nampaknya ia berusaha menahan semua perasaan sedih yang ia rasakan.
“hey, hey, cowo jangan nangis dong,” ujar diriku yang lain sambil tertawa.
“Jangan ngeledek deh, sapa juga yang nangis,” suara yauchi terdengar bergetar.
Diriku yang lain hanya tertawa mendengarnya. Aku sedikit merasa iri
melihat ini. Aku selama ini cuek dan ga peduli ma hal lain, yang aku
pikirkan hanya betapa membosankannya hidupku dan ga ada yang peduli
padaku, padahal mungkin saja seperti yang dikatakan diriku yang lain,
bahwa aku selama ini membuat diriku sendiri kehilangan perhatian yang
besar dari sekelilingku. Perhatian dari keluarga dan teman-temanku.
“Loh, kok kamu jadi ikutan nangis?” tanya diriku yang lain kepadaku.
Aku langsung menghapus air mata yang menetes dipipiku. “gak kok,” kilahku.
“Lalu kenapa kamu eh kalian bisa menjadi dua?” tanya Yauchi setelah ia kembali tenang.
“panjang ceritanya, aku ada sedikit masalah, tapi kami tetep satu kok, hanya kadang-kadang suka begini,” jawab diriku yang lain.
“Maksudnya?” Yauchi tampak kebingungan.
“Ah sudahlah, ga usah dipikirkan, yang jelas aku punya hadiah
untukmu,” Diriku yang lain bertepuk tangan tiga kali. Tirai panggung
lalu terbuka dan masuklah barisan cewe-cewe cantik dengan mengenakan
bikini dan berpose di depan panggung.
Aku mengenali beberapa diantaranya, ada Euka, Jheea, Hikari Dheean,
Dhe, Sugar bahkan Nigi dan Nana, aku juga melihat Gya, Shinigami chan
dan Fuunay serta beberapa gadis yang lain, Aku nyaris ga bisa
mempercayai pandanganku sendiri.
Mereka serentak lalu berkata, “Hallo Yauchi,” dengan nada suara menggoda.
“I… ini…” Yauchi nampak berbinar-binar.
“hanya kali ini saja loh, aku kabulkan keinginan terdalammu, ga bakal
ada yang kedua kali,” ujar diriku yang lain. Ia lalu melangkah ke
arahku
Para gadis itu turun dari panggung dan menghampiri Yauchi.
“Waaah…” yauchi terlihat senang. “Tezu..” panggil yauchi, Ia menoleh
ke arahku dan aku merasa diriku yang lain sempat tersenyum, sebelum
akhirnya ia menghilang dan masuk kedalam diriku.
Aku merasakan sekelilingku menjadi gelap, dan saat aku membuka mata,
aku kembali berada di ruang utama, tepatnya aku sepertinya tertidur di
meja bar.
“Aku pikir kamu kenapa tadi,” Hotaru terlihat lega begitu melihat aku terbangun.
“memangnya aku kenapa?” tanyaku bingung
“tadi kamu tiba-tiba aja ga sadarkan diri, untung aku sempat menyingkarkan gelas susunya,” ujar Hotaru.
jadi hal yang tadi rupanya hanya sekadar mimpi.
“IH!!” aku mendengar seseorang berseru. Aku menoleh ke arah suara itu.
tenyata si Megalau sedang berusaha mengangkat Yauchi dari lantai.
“Kenapa sih meg?” tanya Hotaru
“Yauchi ngiler… mimpi apa sih dia?” jawabnya.
Mimpi? Jangan-jangan…
Aku tersenyum geli.
Hotaru melihat ke arahku lalu berkata,” ya udah, biarkan aja dia
dilantai kalo ngiler, paling besok pagi dia kebangun diinjek-injek
orang.”
“Wah, Hota sadis,” ujarku sambil tertawa kecil.
Hotaru tersenyum,” sepertinya pelan-pelan, kamu udah kembali ke dirimu yang dulu,” ujarnya
“mungkin saja,” ujarku sambil tersenyum penuh arti
Closing BGM : Holler – Spice Girl