MEMORIES part 1
Opening BGM : Oblivious - Kalafina
Aku menatap ke arah Endhog yang tersenyum puas.
“Knapa kamu senyum-senyum begitu,” tanyaku
“Gak apa-apa, ternyata kalo dah dikasih tau caranya, kamu langsung bisa nguasai kekuatanmu ya?” ujarnya
“Maksudnya?”
“yang tadi kau lakukan itu, adalah kekuatanmu yang sesungguhnya,”
ujar Endhog. “aku pikir bakal lama ngajarin dia, ternyata cepat
sekali,” lanjutnya
“Sudah selesai?” tanya Nchex.
“Dia udah bisa memakai kekuatannya, tinggal kita liat perkembangannya,” ujar Endhog.
“Kebetulan, aku juga sudah selesai mendownload ini semua. Yuk, pergi,” ajak Nchex.
Ia menjentikkan jarinya. Dan tubuhku kembali terbebas. Perasaan
nyaman yang aku rasakan juga menghilang. Mungkin karena Nchex telah
melepaskan mantra pelindung yang tadi ia buat.
“Sampai nanti yah, Tezu,” pamit mereka. Dan keduanya lalu meninggalkan kamarku.
Aku menghempaskan tubuhku kembali ke tempat tidur. Rasanya seperti aku baru saja berlari puluhan kilo, lemas sekali.
Aku menatap langit-langit kamarku.
Kekuatanku adalah membaca kenangan orang lain, batinku. Kenangan yang
mungkin mereka simpan erat. Apa boleh aku membuka kenangan seperti itu?
batinku.
Tapi kalau hal ini adalah kunci bagi kami semua untuk keluar dari sini, kurasa mau ga mau harus kulakukan.
Aku memejamkan mata, dan mencoba tidak memikirkan semua yang telah
terjadi, ketika membuka mata aku kembali berada dalam lorong serba
putih. Aku rasa aku pasti tertidur lagi.
Aku berjalan, kali ini aku tau tujuanku, pintu kayu di ujung lorong, pintu menuju ruangan dimana ada dua diriku yang lain.
Aku membuka pintu kayu itu dan mendapati dua diriku yang lain. Salah
satunya masih tetap terikat dan tertutup matanya serta masih
menggumamkan kata-kata yang sama. Tapi diriku yang satu lagi kini
terlihat duduk lemas bersandar di dinding ruangan.
Aku menghampiri diriku yang sedang terduduk lemas.
“kau kenapa?” tanyaku sambil berjongkok
“Biasa, kan aku sudah bilang kalo aku memberikan separuh
pengetahuanku, dan itu berarti keberadaanku juga akan perlahan
menghilang,” ujarnya.
“maksudnya?”
“Aku itu kan dirimu, kalau kau sudah bisa menerimaku, maka keberadaanku tidak diperlukan lagi,” ujarnya.
“Tapi kan katamu aku boleh datang ke sini kalau aku butuh bantuanmu,”
“Memang boleh, tapi kelak suatu saat, kau tidak akan membutuhkan aku
lagi,” jawabnya. “Didalam pikiranmu, kau sudah punya kenangan-kenangan
yang pernah aku lakukan, yang perlu kau lakukan Cuma mempunyai keinginan
dan keberanian untuk melihatnya,”
“Kenapa keberanian?”
“karena mungkin apa yang akan kamu lihat akan membuatmu sangat
terluka, dan satu hal lagi, kau harus mulai mengerti tentang dunia ini,”
Aku lalu duduk dihadapannya.
“kalau begitu ajarkan aku,” ujarku
“Dunia ini adalah Virtual reality, dunia dimana keinginan dan impuls
saraf dari otak diterjemahkan dalam data dan divisualisasikan kembali ke
otak kita. Untuk lebih sederhananya, semua yang kita inginkan dapat
diwujudkan asal kita punya akses yang tepat. Kita ini berbeda, karena
yang tau dunia ini secara keseluruhan Cuma kita bertiga, yah lebih
tepatnya si bodoh itu yang tau. Tapi tetap saja, aku tau beberapa
bagian. Aku sudah tidak bisa lagi menggunakan tubuhmu, sudah tidak mau
lagi, makanya aku ceritakan ini semua kepadamu, agar kau bisa
membenarkan semua kesalahan yang kami telah perbuat,” ujarnya panjang
lebar.
“membenarkan kesalahan? maksudmu?”
“nanti kau akan tau, pelajaran pertama adalah membentuk ruang.
Sebenarnya aku yakin kau tau hal ini tapi karena biasanya aku ato si
bodoh itu yang melakukan, jadi sekarang aku minta kau yang melakukan.”
“bagaimana caranya?”
“Pikirkan sebuah ruangan. bayangkan sampai mendetil, Aku minta kau
membayangkan sebuah ruang penyimpanan untuk menyimpan semua kenangan
yang akan kau peroleh. Dan kau harus membayangkan kenangan itu berwujud.
Bisa seperti CD atau hal yang lain. Dan ruangan ini adalah ruangan
untuk menyimpannya. Pertahankan bayangan itu sampai sekuat mungkin,”
Aku memejamkan mata. Pertama-tama aku mencoba mebayangkan menjadi
seperti apa kenangan yang akan kuperoleh. Awalnya aku berpikir sebuah
CD, tapi kemudian aku memikirkan hal yang lain, sebuah buku. Aku sangat
suka buku, Kalau buku enaknya disimpen dimana?
Sebuah ruangan penyimpanan…
Aku lalu membayangkan perpustakaan yang biasa aku kunjungi. Tumpukan
buku yang tersusun dalam rak-rak berwarna cokelat muda. Aku membayangkan
aku menyusuri rak-rak itu, panjang hampir tiada akhir.
“Buka matamu,” aku mendengar suara aku yang lain.
Aku membuka mataku dan melihat sekelilingku. Sepertinya ruangan itu sudah bertambah luas dan…
Aku melihat deretan rak-rak panjang berwarna cokelat muda. Di salah satu rak itu terdapat dua buah buku.
Aku berdiri dan menuju rak tersebut, kedua buku itu mempunyai sampul
depan bergambar wajah Endhog, begitu aku membuka buku itu, kenangan yang
aku lihat menyeruak keluar dan memenuhi sekelilingku dengan
gambar-gambar slide. Aku menutup buku itu dan semua gambar itu
menghilang.
Diriku yang lain yang sedang duduk bersandar tersenyum dan
berkata,”ternyata benar, kau hanya butuh sedikit pengingat, sisanya kau
sudah bisa lakukan sendiri,” ia terdiam sejenak lalu melanjutkan,
“tempat ini adalah sanctuary mu, Tempat dimana tidak ada satu program
pun yang bisa mendeteksimu, makanya aku minta untuk kamu menyimpan semua
kenangan itu disini. kekuatan yang kau punya bisa kau gunakan buat
orang-orang yang membutuhkan, tapi tolong jangan terburu-buru dalam
menceritakan hal yang terlalu pribadi kepada orang lain.”
Aku tersenyum, “ hampir saja aku bertanya, darimana kau tau, tapi aku ingat, kalau kau itu aku.”
“lebih baik kau istirahat, mental dan fisikmu sudah terlalu terbebani
oleh banyak hal. jangan terlalu dipaksa, selama mereka belum tau dan
kenal dirimu, kau masih aman,”
“Mereka siapa?”
“Orang-orang yang tidak mau kalian keluar dari dunia ini,”
“Memangnya ada seperti itu?”
“kau tidak ingat? Orang yang mengatakan akan menyakiti semua yang dekat denganmu?”
“Aku hanya mendengar suaranya saat serangan datang,” jawabku
“Dia adalah orang yang membuat si bodoh itu membatu, nanti kau akan tau,” ujar diriku yang lain. “Sekarang istirahatlah.”
“tapi…”
“pergilah,” diriku yang lain tampak memejamkan mata, sepertinya ia beristirahat.
Aku lalu menuju ke pintu kayu dan membukanya. lalu kegelapan menyergapku.
Selama beberapa menit aku berada dalam kegelapan, aku membuka mata
dan mendapati aku berada diatas tempat tidurku. Aku melemaskan seluruh
badanku.
‘Mana mungkin aku bisa tidur setelah kejadian ini’ batinku.
Aku bangkit dan keluar kamar lalu menuju ke ruang utama.
bar Hotaru masih buka, dan Cuma tinggal beberapa orang di ruangan
itu. Termasuk pemuda yang tadi aku liat bernyanyi dengan diiringi alunan
gitarnya. Dan beberapa orang lagi yang tidak begitu kukenal.
Seorang gadis yang berambut biru pendek dan terlihat tanpa ekspresi,
serta seorang pemuda yang nampaknya sedang sibuk mengetik sesuatu ke
layar hologram yang ada didepannya. Aku memperhatikan sesuatu yang unik
dari layar itu, berbeda dari layar yang lain, dibagian atas layar
hologram itu terdapat logo seperti sebuah lokomotif kereta api.
Lagi-lagi aku melihat Eukaristia yang sedang bercanda dengan seorang
pemuda berambut putih. pemuda itu membisikkan sesuatu ke telinga Euka
dan aku melihat Euka tersenyum senang, dan mereka lalu kembali tertawa
sambil bersulang. Tidak begitu jauh dari tempat Euka dan pemuda itu
duduk ada yauchi yang kembali mendesah dan nampak muram.
Seorang pemuda tampak menghampiri Yauchi dan menepuk punggungnya, pemuda itu mengucapkan sesuatu. Aku lalu mencoba mendengarnya.
“Sepertinya kamu terkena virus galau ya?” tanya pemuda itu.
“Kamu juga kan, Megalau,” jawab Yauchi malas-malasan.
“Kalo begitu, kita harus bersulang bersama,” ujar pemuda itu
“Ogah, uangku terbatas, ga bisa traktir kamu,” jawab Yauchi.
Megalau? Nama yang aneh, batinku.
Aku melangkahkan kaki ke arah bar dan nyaris bertabrakan lagi. kali ini dengan pemuda yang tadi bernyanyi.
“Ah maaf,” ujarku.
“Aku minta maaf juga, aku ga liat,” ujarnya.
Wajahnya nampak imut-imut seperti anak kecil.
“Kau juga penghuni sini?” tanyaku.
“Ya, sepertinya kita belum pernah bertemu,” ujarnya.
“Ah ya, aku baru saja datang kemari,” ujarku
“Owh, anak baru yang katanya sangat berbakat itu ya? Aku beruntung sekali bisa bertemu denganmu langsung,”
“Aku ga seperti itu ah,” ujarku.
“Kenalkan aku Firemane,” ia mengulurkan tangan.
Aku menjabat tangannya, “namaku..”
“tezuka Ayumu,” ia langsung memotong ucapanku,” aku sudah tau kok, banyak yang sering membicarakanmu,” sambungnya.
Saat itu aku kembali dapat merasakan aliran ingatan yang melintas dikepalaku. Aku langsung berkata dalam hati.
‘seperti makanan, pelan-pelan’
aku lalu kembali tersenyum, “mudah-mudahan bukan hal yang buruk,”
“Sepertinya tidak sih,” Firemane tertawa. “Baiklah, aku harus
istirahat, aku besok mendapat tugas keluar, sampai besok ya?” pamitnya.
“Sampai besok,” aku melambaikan tangan saat melihat Firemane melangkah menuju ruangan tidur.
Aku lalu duduk di antara Yauchi yang tengah muram dan Euka yang masih bercanda mesra dengan pemuda berambut putih.
“Malam Hota,” sapaku
“Yow Tezu, tumben kau bangun tengah malam begini, ga bisa tidur?” tanyanya.
“Tengah malam?”
“Sekarang kan sudah jam 1 malam Tezu, memangnya kau tidak pasang jam dikamarmu?” tanyanya.
“Aku ga sempat liat jam,” ujarku sambil cengar cengir. “Dia kenapa?” tanyaku sambil menunjuk Yauchi.
“Ah, biasa dia tengah malam selalu bergalau ria. Ketularan lebay dan
alay mungkin,” balas Hotaru. “kau mau minum apa? Susu hangat mungkin,
biar bisa tidur nyenyak?” tawar Hotaru.
“Terserah rekomendasimu saja deh,” jawabku.
Terlintas dalam pikiranku untuk mencoba menggunakan kekuatanku pada orang-orang ini, tapi siapa yang aku bantu duluan ya?
yauchi yang sedang galau atau malah Euka yang sepertinya tengah bahagia dengan kehadiran pemuda yang ada disampingnya?
Closing BGM : Kanariya – Ayumi Hamasaki