MY POWER IS… part 2
Opening BGM : Toki wo Tomete - Tohoshinki
Aku terbangun di klinik dengan tubuh penuh keringat, walau aku yakin aku tidak mengalami mimpi buruk. Nafasku tersengal-sengal.
Sugar lalu menghampiriku.
“Tezuka, kamu ga apa-apa?” tanyanya. Ia menyentuh keningku untuk memeriksa keadaanku.
Tapi begitu tangannya menyentuh keningku, aku seperti melihat semua
kenangan Sugar melintas dalam pikiranku. Semuanya dari awal ia datang
sampai saat ini, semua kenangan sedih, senang, dan semua emosi yang ia
rasakan, semuanya kembali aku rasakan.
Karena kaget aku ga sengaja menepis tangan Sugar.
“Ada apa?” ia terlihat terkejut.
“Maaf … Aku…. Aku tidak apa-apa kok,” ujarku. Aku bangkit dari tidurku.
Aku melihat kalau silvergin sudah tidak berada di klinik lagi. Sepertinya ia sudah kembali sadar.
“Aku…. Aku rasa aku sudah cukup sehat . terima kasih,” aku lalu
berdiri dan keluar dari klinik meninggalkan Sugar yang hanya terdiam
melihatku.
Begitu aku keluar klinik, aku masih bisa melihat kilasan kenangan
Sugar dalam kepalaku. Kenangan itu terus melintas dan membuat kepalaku
pusing. Sekuat tenaga aku mencoba menghilangkan perasaan itu tapi emosi
itu terus ada dan tak pernah mereda.
Ruang utama sudah berubah menjadi bar. Dan beberapa orang sudah mulai berdatangan untuk sekadar ngobrol-ngobrol.
Ga begitu jauh dari meja bar tempat Hotaru bekerja, ada sebuah
panggung kecil tempat seorang pemuda sedang bernyanyi sambil memainkan
gitar. Sepertinya aku belum pernah melihatnya.
Aku tidak memedulikan panggilan Nigi yang dapat kudengar walau
tertimpa suara yang lain. aku tidak membutuhkan sentuhan lain lagi yang
hanya akan membuat aku merasa makin ketakutan.
Aku terus berjalan ke arah ruangan tidur sambil terus memegangi
kepalaku. Aku nyaris saja menginjak ekor anjing putih, yang aku lihat
tadi siang. Ia dipanggil Naru kalo ga salah.
“Oops, maaf, Naru, aku ga liat kamu,” ujarku. Untung saja tidak terinjak.
Naru menggonggong pelan seakan mengatakan ‘tidak apa-apa’
ia lalu berjalan mendekatiku
“Jangan… jangan sekarang, oke… Aku sedang tidak ingin bermain,” ujarku sambil menjauh darinya.
Naru menghentikan langkahnya dan menggonggong lirih.
Aku meneruskan langkahku ke arah ruang tidur dan bertabrakan dengan Seiryu yang baru saja keluar dari lorong.
“Maaf,” ujarku.
“Tejuh? Ga apa-apa?” tanyanya.
“Ga apa- apa kok, aku Cuma mau istirahat aja,” ujarku.
“Aku antar deh,” Seiryu mencoba memegang tanganku dan langsung aku tepis.
“Jangan!” seruku
“Eh.. maksudku, ga usah, beneran, aku bisa sendiri,” lanjutku kemudian.
“Ya sudah, terserah,” Seiryu lalu berjalan meninggalkanku.
Suara-suara terus bergema dikepalaku dan hal itu membuatku merasa
sangat pusing. Sambil memegangi dinding aku terus berjalan menuju kamar
tidurku.
Saat akhirnya aku tiba dikamarku, aku merasa sedikit lega, dengan begini ga akan ada lagi yang menggangguku.
Aku langsung merebahkan diri di tempat tidur tanpa memedulikan
apapun. aku merasa lebih tenang, sepertinya suara-suara tadi sudah mulai
mereda.
“Ya ampun, sepertinya dia ga peduli akan kehadiran kita, nih,” aku mendengar suara seorang cowo.
Aku langsung bangkit dari tidurku dan melihat mereka. Dua orang cowo sedang berada dalam kamarku.
Aku mengenali mereka, salah satunya adalah NChex Rage dan yang satu
lagi adalah cowo yang menolongku tadi siang, yang mengenakan sayap
berwarna hitam. Namun sayap itu sekarang sudah tidak ada. Seperti halnya
Kangaji yang sayapnya berubah menjadi sebuah tato, mungkin cwo ini juga
begitu.
“Ngapain kalian ada di sini?” tanyaku
“Malah dia yang bertanya tuh Rage,” cowo itu berkata pada Nchex yang sedang duduk di kursi dekat meja belajarku.
“Ya jelaslah, ini kamarku, kamar cewe, kalian dua cowo malah datang bertamu begitu saja,” protesku
Cowo itu menghampiri aku dan mendorong keningku.
“Belagu sekarang, dulu juga kami selalu main ke kamarmu,” ujarnya
“Hey!” aku protes tapi lalu teringat sesuatu.
“Kau baru aja nyentuh aku kan?” tanyaku
“Hah? Ya lah mang kamu pikir sapa?” balasnya
“Aneh..” ujarku
“Aku yang menetralkan pengaruh kekuatanmu,” ujar Nchex
“Maksudnya?”
“Kami sudah diberitau kalo kamu pasti akan kesulitan dalam menguasai kekuatan barumu ini, makanya kami datang kesini.”
“Diberitau oleh siapa?”
“Ya oleh kamu sendiri lah,” cowo yang satunya menjawab.
“End chan, dia bertanya padaku loh,” nada suara Nchex memang tidak berbeda tapi bisa dipastikan kalo dia agak tersinggung.
“Ah maaf, maaf,” cwo itu meminta maaf ke Nchex
“Apa maksudnya aku sendiri yang memberitau kalian?”
“Bagian dirimu yang lain, sudah mengantisipasi kalo ini akan terjadi,
jadi jauh-jauh hari dia sudah menghubungi kami agar dapat membantumu,”
ujar Nchex.
“Dan maksudmu dengan penetralan itu?”
“Aku membuat sebuah kekkai, yang aku rubah untuk dapat menetralkan
kekuatanmu. Tadi pasti kau merasa agak tenang kan? tapi kalau mantra
kekkai ini aku cabut pasti, sakit yang kamu rasakan akan kembali lagi,
jadi sebelum kamu dapat menguasainya dengan baik, maka aku ga akan
mencabut mantra ini,” jelas Nchex
“Lalu, apa maksudnya aku harus diam dikamar selamanya?”
“Ya ga lah, dasar bodoh. Makanya aku juga diminta datang, karena aku
yang harus ngajarin kamu gimana caranya mengontrol kekuatanmu,” cowo itu
berkata padaku.
“Dia akan menjadi kelinci percobaan atas kekuatanmu,” ujar Nchex.
“Wah, jangan bilang gitu dong,” protes cowo itu. “Tapi ada benarnya
juga, kalo aku ga ngajarin kamu, bisa-bisa aku diteror melulu sama dia,”
ujarnya kemudian.
“Nah, kalian berdua silakan berlatih, sementara aku mau membaca ini,”
Nchex tampak sedang membaca sesuatu di PC ku yang entah darimana bisa
ada dimeja belajar.
Aku lalu melihat lebih dekat dan menyadari sesuatu,”hey, itu kan manga scan Yaoi ku,” ujarku.
“lalu? aku ga melihat ada tulisan dilarang baca disini,” ujar Nchex.
“Tapi…”
“BIND!” ujar Nchex
Dan tubuhku terdorong ke sisi tempat tidur, aku jatuh terduduk diatas
tempat tidur dengan kedua tangan seperti terikat kebelakang oleh
sesuatu yang tidak terlihat. Aku mencoba melepaskan diri tapi tubuhku
seperti terpaku di ujung tempat tidur.
“End chan, dia milikmu sekarang,” ujar Nchex.
“Oke..,” cowo itu tersenyum tapi kemudian dia tersadar sesuatu,” wah, itu bisa bermakna negative loh, Rage,” ujarnya kemudian.
Tapi Nchex tidak menjawab dan terus membaca.
Aku masih berupaya melepaskan diri. “memangnya aku harus belajar ya?” ujarku sambil mencoba menggerakan badanku.
“harus sih, kecuali kamu mau disini selamanya,” ujar cowo itu. Ia lalu mendekatiku dan memegang kepalaku.
“Jangan!! aku ga mau lagi!” seruku.
“Tenang, jangan meronta,” ujarnya.
Lagi-lagi aku merasakan kenangan-kenangan cowo itu terlintas cepat dipikiranku.
“Wow, tenang, pelan-pelan aja, jangan buru-buru,” ujarnya
“Aku ga tau cara mengontrolnya,” protesku.
“Anggap saja kenangan itu adalah sebuah makanan, kau tau kana pa yang terjadi kalau kau makan terlalu cepat?”
“Keselek?”
Cwo itu tertawa, “Ya, anggap aja pengalamanmu tadi itu seperti orang keselek, sekarang coba kau bayangkan sendiri.”
Aku memejamkan mata. ‘anggap sebagai makanan, anggap sebagai makanan’
batinku berulang-ulang. Dan aku bisa merasakan kenangan itu kini
semakin pelan hingga aku bisa melihatnya dengan jelas.
“Bagus, ini sudah lebih baik. Selanjutnya anggap kau sedang menonton
semua kenangan itu, kau bisa menaikan volume atau menurunkan volumenya.
Nah emosi yang kau rasakan adalah volume itu. Bayangkan kau ada disana
melihat kenangan itu, dan turunkan volumenya sampai ke titik dimana kau
merasa nyaman,” bimbingnya
Aku mengikuti permintaannya dan merasa seperti aku sedang melihat
gambar dalam slide, aku terus mencoba dan aku lalu tidak merasakan lagi
luapan emosi yang meledak-ledak, memang masih terasa tapi tidak terlalu
jelas.
dalam salah satu kenangan itu, aku melihat kalau cowo itu tengah
mengenalkan dirinya padaku. Aku merasa ingin sekali melihatnya, aku
mengulurkan tangan menyentuh gambar itu dan tiba-tiba aku berada
disebuah ruangan besar. Seperti sebuah gedung besar dengan sebuah bola
berwarna kehijauan berada ditengahnya.
“Lalu? kau mau ikut denganku?” aku mendengar diriku sendiri berkata.
“Aku sudah bosan bermain ini, aku selalu saja jadi pemenang, kalau
kau memang punya permainan yang lebih menarik, aku mau ikut,” ujarnya.
Cowo itu mengenakan sebuah pakaian unik yang sepertinya terbuat dari logam dan membawa sebuah pedang.
“Aku ga punya permainan yang menarik, tapi aku sedang mencari jalan keluar dari sini,” ujar diriku yang lain.
“Jalan keluar? memang kau ga betah disini?” tanyanya.
“Aku sudah bosan dengan dunia ini, terlalu indah dan ga mungkin jadi nyata.”
“kau mau kembali ke dunia nyata yang membosankan?”
“Membosankan? Justru di dunia nyata banyak yang menyenangkan, ga akan
mungkin ada hari yang sama. Orang yang bilang dunia nyata membosankan
hanya orang lemah dan bermental pengecut.”
“jadi kau tetap mau keluar?”
“Pasti. Aku pasti bisa menemukan jalannya, aku hanya perlu tau
rahasia yang dia pegang saja,” diriku yang lain menatap cowo itu, “kalau
kau mau ikut, aku rasa aku bisa menemukan kekuatan mu yang lain,”
ujarku.
“Baiklah, aku mau liat bagaimana usahamu,” cowo itu akhirnya setuju.
“Oke, sekarang kita harus keluar dari sini,” diriku yang lain lalu melihat ke sebuah alat seperti iphone dan tampak puas.
“portal datanya akan terbuka sebentar lagi, oh ya namaku Tezuka Ayumu, kamu siapa?”
“Aku… kau boleh memanggilku endhog,” ujar cowo itu.
Diriku yang lain tersenyum geli.
“kenapa? Lucu ya?” tanya cowo itu.
“Tidak, tamago kun ya?” ujar diriku
“yah, kau bisa memanggilku begitu,” ia lalu tertawa.
Aku merasa tubuhku tertarik perlahan dan aku membuka mata, aku melihat kalau cowo itu.. eh maksudku Endhog tersenyum puas.
CLOSING BGM : ONGAKu - Kalafina