MY POWER IS… part 1
Opening BGM : Show me the Meaning of Being Lonely - BSB
Aku memutuskan untuk tetap berbaring di klinik, selain menghindari
perhatian Nigi yang berlebih kalau aku memutuskan untuk keluar, aku juga
merasa lebih nyaman disini. Sugar sudah memeriksaku, dan mengatakan
kalau aku tidak mengalami masalah kesehatan apapun selain sedikit
kelelahan. Tapi begitu melihat aku ga mau bangkit dari tempat tidurku,
ia langsung menyarankan untuk aku lebih lama beristirahat diklinik dan
berhasil mengusir Nigi keluar klinik.
Dari tempat aku berbaring, aku bisa melihat ranjang Silvergin,
Dirinya masih diselimuti kubah yang berisi aliran energy, dan Nchex Rage
yang masih setia menunggunya sambil kini mendengarkan lagu melalui
earsetnya. Tadinya aku ingin bertanya padanya soal sikap Silvergin
padaku, tapi setelah tadi aku mendengar semua di ruang pertemuan, aku
merasa tidak ingin lagi mengetahui siapa diriku.
Aku mulai menyesal mengikuti ini semua, mungkin akan terasa lebih
baik kalo aku tidak peduli akan email itu dan tetap seperti biasa,
hingga aku ga perlu mengalami semua ini. Aku masih bisa bersama
keluargaku, masih hidup normal, bukan di tempat ini, tempat dimana aku
ga bisa keluar, tempat aneh dimana aku merasa asing.
Air mataku mulai menetes dan segera aku menghapusnya, aku ga mau
terlihat lemah. Setidaknya aku harus terlihat kuat dihadapan mereka
semua.
“Kamu ga apa-apa, Tezuka?” tanya Sugar. Ia baru saja selesai memeriksa keadaan Silvergin lagi.
“Tidak apa-apa, aku mungkin hanya lelah,” Jawabku.
“Ya sudah, kau boleh istirahat disini sampai kau merasa kuat,” Sugar lalu menuju meja kerjanya.
Aku menutup mataku dengan sebelah tanganku. Aku berusaha sekuat
mungkin untuk tenang, dan tidak memikirkan semua hal yang baru aku
dengar. Kepalaku masih terasa sangat pusing, namun dari kejauhan
samar-samar aku mendengar sebuah alunan melodi yang merdu, dan aku
merasa sangat rileks, tak berapa lama aku kemudian tertidur.
Aku membuka mata, dan sepertinya aku berada disebuah ruangan yang serba putih.
‘Mungkin aku bermimpi’ batinku.
Aku berjalan menyusuri ruangan yang serba putih itu. Lantainya,
dindingnya semua serba putih. Dan tidak ada satupun jendela atau pintu
diruangan itu. Aku terus berjalan hingga akhirnya aku melihat sebuah
pintu kayu berwarna kecoklatan.
Sebenarnya aku sedikit ragu-ragu waktu ingin membuka pintu itu, tapi
aku kemudian berpikir, toh ini hanya sebuah mimpi, apa ruginya.
Aku lalu membuka pintu itu dan sebuah sinar terang menyilaukan
mataku, sehingga aku harus menggunakan tanganku untuk menghalangi sinar
itu. Saat aku bisa melihat dengan lebih jelas, aku bisa melihat seorang
gadis tengah duduk dikursi dengan kedua matanya tertutup sebuah kain
putih. Yang lebih mengherankan adalah gadis itu mengenakan jubah yang
sama dengan gadis yang ada dalam bayanganku. Dan setelah aku perhatikan
lagi lebih jelas, gadis itu…. sepertinya adalah aku sendiri…
Aku segera berlari menuju tempat gadis itu duduk, aku mendekatinya,
ia sepertinya tengah menggumamkan sesuatu dan berulang terus menerus.
“sudah cukup… aku tidak ingin melakukan lagi… hentikan…”
“Hey!!” aku mengguncang bahu gadis itu. Tapi ia sepertinya tidak
merespon apa-apa dan terus menerus menggumamkan kalimat yang sama.
“Kamu siapa?!” suaraku terdengar sangat kencang diruangan itu, tapi
lagi-lagi gadis itu tidak merespon apa-apa dan tetap bergumam hal yang
sama.
Aku lalu mencoba membuka kain yang menutup matanya, tapi sekuat apappun aku mencobanya, kain itu tetap tidak dapat terbuka.
“Percuma kau lakukan itu,” aku mendengar suara yang sangat kukenal.
Aku menoleh, dan aku melihat sosok gadis yang sama tengah berdiri di depan gadis yang tengah terikat ini.
Sosok aku yang lain lagi.
“Apa maksudmu percuma?” ujarku
“Bagian dirimu yang itu, ga akan mau melihat kenyataan yang ada, ia
tidak berani menghadapainya dan terus berupaya menutupi semua,” Gadis
itu mendekatiku.
“Bagaimana kau bisa ingin membuka ikatan itu padahal dirimu sendiri tidak menginginkannya,” lanjutnya.
Saat kami berhadapan, aku benar-benar seperti berhadapan dengan cermin. Wajahnya, Rambutnya, semuanya sangat mirip denganku.
“Aku ga ngerti semua perkataanmu,” ujarku.
“lagi-lagi kau menyangkal kan? Jauh didalam hatimu, kau tidak ingin
mengingat semuanya, selalu aku yang membereskan semuanya, aku yang
menangani semua, sementara kalian berdua bersembunyi dalam ketakutan
kalian,” Gadis itu menatap tajam ke arahku, “Aku lelah harus terus
membereskan kekacauan kalian, terutama kekacauan dia!” Gadis itu
mendorong gadis yang terikat di bangku sampai terjatuh.
Namun gadis yang terikat itu seolah tidak peduli dan terus saja bergumam hal yang sama.
“Hey,” protesku. “apa-apaan sih kamu?”
Aku membantu mendirikan kembali kursi yang ditempati gadis yang terikat.
“Masih saja dengan sifat baik hatimu itu, kurasa,” ia tersenyum sinis.
“Kalian itu sebenarnya siapa?” tanyaku.
“Siapa?? Kamu masih bertanya kami ini siapa? Memang otakmu sudah
bebal yah, jadi ga bisa menyimpulkan hal semudah ini?” Ia mendorong
keningku.
“Heeeeyyy! aku tau kalian memang mirip denganku, tapi mungkin saja kan dalam dunia ini ada dua char yang sama,” balasku.
“Setelah yang kamu dengar semua di ruang pertemuan tadi, kamu masih
saja beranggapan seperti itu?” gadis itu menggelengkan kepalanya. “Atau
mungkin bagimu itu penjelasan yang paling masuk akal?”
“Aku……….. ga tau…” ujarku ragu-ragu.
“kau sudah tau jawabannya, trus buat apa ditanyakan lagi? Supaya lebih pasti?”
“Mungkin..”
Gadis itu menghela nafas. “Aku ga mau ikut permainan bodoh ini, yang
pasti kamu sudah tau siapa kami. Sekarang yang jadi masalah adalah apa
kau sudah siap mengetahui kehadiran kami?”
“Aku ga inget semua yang pernah terjadi disini, mereka bilang aku sudah pernah ada disini,” ujarku lirih.
“salahkan semua pada sibodoh satu itu, dia gampang banget trauma dan
langsung menutup diri, padahal pada awalnya dia juga yang membuat semua
ini terjadi,” gadis itu menatap tajam kepada gadis yang sedang terikat
di kursi.
“Dia.. maksudmu… ??” aku menjadi bingung.
“Sudahlah, yang penting sekarang kau sudah tau keberadaan kami
berdua. Pada saat-saat tertentu memang biasanya kami berdua yang
menangani tapi sejak si bodoh satu itu jadi membatu begitu, aku ga bisa
menangani semuanya sendiri. Sekarang aku tanya padamu, kamu mau
membantuku tidak?”
“membantu?”
“Jangan Cuma bisanya mengulang kata-kata deh, aku bisa jadi emosi nih.. Mau ato Tidak itu saja?!”
“Aku..”
“kamu mau keluar dari sini kan?”
“Ya..”
“Kalau begitu kamu harus membantuku,”
“membantumu…?”
“Ahh, kalian berdua benar-benar membuatku kesal!” Gadis itu nampak
marah, persis seperti biasa aku marah saat aku gagal menyelesaikan quest
di game online atau aku gagal dalam kuliah.
“Aku beneran ga ngerti,”
“Denger, aku mau kau mengingat semuanya oke, termasuk ingatan si
bodoh ini, dia pasti punya catatan akan semuanya, kuncinya semua ada
dalam ingatan si bodoh ini, kalau kau bisa membukanya, kau bisa
menemukan segalanya. Untuk itu kau harus bisa mencari tau tentang
dirinya, semakin kau bisa menerima dia, semakin kau tau tentang semua
yang ingin kau tau,” jelas gadis itu.
“Semuanya? termasuk cara keluar dari tempat ini?”
“Semuanya. termasuk janji kepada Silvergin, dan orang –orang itu bisa keluar dari tempat ini juga,”
“kau tidak bohong kan?”
“Ya ampun! Kau pasti tau lah kalo aku bohong. Lagian aku sudah cape
ngurusin masalah ini, tubuhmu juga pasti akan lelah kalo terus-terusan
begini.”
“Tubuhku??” Sebelum gadis itu kembali protes akan kebiasaanku
mengulang kata, aku buru-buru menambahkan, “ Tapi bagaimana caranya aku
bisa mengetahui ingatanku yang hilang?”
“Penyelidikan yang kau buat dengan Kyu tidak akan banyak membantu,”
‘Dia bisa tau penyelidikanku?’ batinku
“Ya tentu saja aku tau, sudahlah berhentilah mengajukan pertanyaan
bodoh seperti itu. Ada hal-hal yang dia sembunyikan dariku, dan itu
hanya ada didalam ingatan para teman-temannya, Hal-hal yang mereka
sembunyikan dan hanya bisa dilihat olehmu,”
“Tapi bagaimana caranya?”
“Aku akan memberitaukan padamu pengetahuan akan semua itu. Tapi hanya
sebagian, pada saatnya nanti akan kuberikan spenuhnya, setelah aku
merasa kau siap dan tidak membutuhkan aku lagi. Bila saat itu tiba, kau
bisa bertanya langsung padanya,” gadis itu menatap ke arah gadis yang
tengah terikat di kursi.
Berada dalam sebuah ruangan dengan dua orang diriku terasa
benar-benar janggal. Gadis yang mirip aku itu lalu memegang kedua
tanganku.
“Ini akan terasa menakutkan pada awalnya. Tapi aku minta kau jangan
takut, kalau kau butuh bantuan, kau bisa datang kemari dan bertanya
padaku,” ujarnya.
aku lalu merasa seperti sebuah bayangan gadis itu masuk kedalam
diriku, saat itu aku melihat sekelebatan peristiwa, sangat banyak dan
begitu cepat seperti sebuah film yang diputar dengan kecepatan sangat
cepat, aku merasakan luapan emosi yang meledak-ledak, kemarahan,
kekesalan dan sebuah perasaan hangat… seperti kerinduan akan seseorang.
Lalu semua mendadak gelap.
Aku terbangun di klinik dengan tubuh penuh keringat.
Closing BGM : Red Moon - Kalafina