Dalam proses konseling dengan menggunakan pendekatan rasional emotif behavior terdapat beberapa langkah yang dikerjakan oleh konselor, yaitu:
1. Tahap 1
Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irasional. Proses ini membantu konseli memahami bagaimana dan mengapa bisa menjadi irasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka memiliki potensi untuk mengubah hal tersebut.
2. Tahap 2
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa perasaan dan pemikiran negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik dalam konseling rasional emotif behavior untuk membantu konseli mengembangkan pemikiran rasional.
3. Tahap 3
Tahap akhir ini, konseli dibantu untuk secara terus-menerus mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikiran irasional.
Secara khusus terdapat beberapa langkah intervensi konseling dengan pendekatan rasional emotif behavior, yaitu:
1. Bekerja sama dengan konseli:
a. Membangun hubungan dengan konseli yang dapat dicapai dengan mengembangkan empati, kehangatan, dan penghargaan.
b. Memperhatikan tentang “secondary disturbances” atau hal yang mengganggu konseli yang mendorong konseli mencari bantuan.
c. Memperlihatkan kepada konseli tentang kemungkinan perubahan yang bisa dicapai dan kemampuan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan konseling.
2. Melakukan assesmen terhadap masalah, orang, dan situasi :
a. Mulai dengan mengidentifikasi pandangan-pandangan tentang apa yang menurut konseli salah.
b. Memperhatikan bagaimana perasaan konseli mengalami masalah tersebut.
c. Melaksanakan assessmen secara umumdengan mengidentifikasi latar belakang personal dan sosial, kedalaman masalah, hubungan dengan kepribadian individu, dan sebab-sebab non-fisik seperti: kondisi fisik, lingkungan, atau penyalahgunaan obat
3. Mempersiapkan konseli untuk terapi:
a. Mengklarifikasi dan menyutujui tujuan konseling dan motivasi konseli untuk berubah.
b. Mendiskusikan pendekatan yang akan digunakan dan implikasinya.
4. Mengimplementasikan program penanganan:
a. Menganalisis episode spesifik dimana inti masalah tersebut terjadi, menemukan keyakinan-keyakinan yang terlibat dalam masalah, dan mengembangkan homework.
b. Mengembangkan tugas-tugas tingkah laku untuk mengurangi ketakutan atau memodifikasi tingkah laku.
c. Menggunakan teknik-teknik tambahan yang diperlukan.
5. Mengevaluasi kemajuan
Pada menjelang akhir intervensi, konselor memastikan apakah konseli mencapai perubahan yang signifikan dalam berpikir atau perubahan tersebut disebabkan oleh faktor lain.
6. Mempersiapkan konseli untuk mengakhiri konseling
Mempersiapkan konseling untuk mengakhiri proses konseling dengan menguatkan kembali hasil yang sudah dicapai. Selain itu mempersiapkan konseli untuk dapat menerima kemungkinan adanya kemunduran dari hasil yang sudah dicapai atau kemungkinan mengalami masalah di kemudian hari.
Proses konseling dalam pendekatan realitas bertumpu pada dua unsur utama, yaitu penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif dan beberapa prosedur yang menjadi pedoman untuk mendorong terjadinya perubahan pada konseli. Secara praktis langkah-langkah
1. Tahap 1
Proses dimana konseli diperlihatkan dan disadarkan bahwa mereka tidak logis dan irasional. Proses ini membantu konseli memahami bagaimana dan mengapa bisa menjadi irasional. Pada tahap ini konseli diajarkan bahwa mereka memiliki potensi untuk mengubah hal tersebut.
2. Tahap 2
Pada tahap ini konseli dibantu untuk yakin bahwa perasaan dan pemikiran negatif tersebut dapat ditantang dan diubah. Pada tahap ini konseli mengeksplorasi ide-ide untuk menentukan tujuan-tujuan rasional. Konselor juga mendebat pikiran irasional konseli dengan menggunakan pertanyaan untuk menantang validitas ide tentang diri, orang lain, dan lingkungan sekitar. Pada tahap ini konselor menggunakan teknik-teknik dalam konseling rasional emotif behavior untuk membantu konseli mengembangkan pemikiran rasional.
3. Tahap 3
Tahap akhir ini, konseli dibantu untuk secara terus-menerus mengembangkan pikiran rasional serta mengembangkan filosofi hidup yang rasional sehingga konseli tidak terjebak pada masalah yang disebabkan oleh pemikiran irasional.
Secara khusus terdapat beberapa langkah intervensi konseling dengan pendekatan rasional emotif behavior, yaitu:
1. Bekerja sama dengan konseli:
a. Membangun hubungan dengan konseli yang dapat dicapai dengan mengembangkan empati, kehangatan, dan penghargaan.
b. Memperhatikan tentang “secondary disturbances” atau hal yang mengganggu konseli yang mendorong konseli mencari bantuan.
c. Memperlihatkan kepada konseli tentang kemungkinan perubahan yang bisa dicapai dan kemampuan konselor untuk membantu konseli mencapai tujuan konseling.
2. Melakukan assesmen terhadap masalah, orang, dan situasi :
a. Mulai dengan mengidentifikasi pandangan-pandangan tentang apa yang menurut konseli salah.
b. Memperhatikan bagaimana perasaan konseli mengalami masalah tersebut.
c. Melaksanakan assessmen secara umumdengan mengidentifikasi latar belakang personal dan sosial, kedalaman masalah, hubungan dengan kepribadian individu, dan sebab-sebab non-fisik seperti: kondisi fisik, lingkungan, atau penyalahgunaan obat
3. Mempersiapkan konseli untuk terapi:
a. Mengklarifikasi dan menyutujui tujuan konseling dan motivasi konseli untuk berubah.
b. Mendiskusikan pendekatan yang akan digunakan dan implikasinya.
4. Mengimplementasikan program penanganan:
a. Menganalisis episode spesifik dimana inti masalah tersebut terjadi, menemukan keyakinan-keyakinan yang terlibat dalam masalah, dan mengembangkan homework.
b. Mengembangkan tugas-tugas tingkah laku untuk mengurangi ketakutan atau memodifikasi tingkah laku.
c. Menggunakan teknik-teknik tambahan yang diperlukan.
5. Mengevaluasi kemajuan
Pada menjelang akhir intervensi, konselor memastikan apakah konseli mencapai perubahan yang signifikan dalam berpikir atau perubahan tersebut disebabkan oleh faktor lain.
6. Mempersiapkan konseli untuk mengakhiri konseling
Mempersiapkan konseling untuk mengakhiri proses konseling dengan menguatkan kembali hasil yang sudah dicapai. Selain itu mempersiapkan konseli untuk dapat menerima kemungkinan adanya kemunduran dari hasil yang sudah dicapai atau kemungkinan mengalami masalah di kemudian hari.
Proses konseling dalam pendekatan realitas bertumpu pada dua unsur utama, yaitu penciptaan kondisi lingkungan yang kondusif dan beberapa prosedur yang menjadi pedoman untuk mendorong terjadinya perubahan pada konseli. Secara praktis langkah-langkah