BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya juga mengalami perkembangan. Karena masuk dunia sekolah, dunia dan minat anak bertambah luas dan dengan meluasnya pengetahuan dan minat anak maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek –objek yang sbelumnya tidak dimengerti oleh anak. Anak –anak memiliki ketertarikan terhadap bacaan –bacaan yang mengisahkan tentang tokoh pahlawan sebagai tokoh identitas diri. Anak menyukai cerita –cerita mengenai tokoh –tokoh yang lucu dan menarik. Anak -anak juga menyukai dongeng baik yang disampaikan dengan lisan maupun lewat tulisan.
Dalam proses pekembangannya dongen senantiasa mengaktifkan aspek –aspek intelektual, kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, fantasi dan imajinasi kepada para pendengarnya. Melalui dongeng ini, kita dapat menyampaikan suatu pesan kepada anak dengan cara yang tidak membuat anak merasa dinasihati atau digurui.
Metode tentunya sangat sesuai jika digunakan konselor untuk membantu siswa memahami permasalahannya atau digunakan sebagai metode dalam memberikan layanan kepada anak sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan dongeng?
2. Bagaimanakah cara menyampaikan pesan melalui dongeng?
3. Teknik –teknik apa saja yang dapat digunakan dalam menyampaikan dongeng?
4. Apakah manfaat dongeng bagi anak –anak?
5. Persiapan –persiapan apa yang diperlukan ketika mendongeng?
6. Dapatkan metode dongeng digunakan sebagai salah satu teknik memberikan layanan BK kepada siswa SD?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dongeng
2. Mengetahui cara menyampaikan pesan melalui dongeng
3. Mengetahui teknik –teknik yang dapat digunakan dalam menyampaikan dongeng
4. Mengetahui manfaat dongeng bagi anak –anak
5. Mengetahui persiapan –persiapan ang diperlukan ketika mendongeng
6. Mengetahui kegunaan metode dongeng sebagai slaah satu cara memberikan layanan BK kepada siswa SD
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dongeng
Menurut wikipedia dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Sebuah cerita merupakan refleksi kehidupan nyata, sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi pendengar dan pembacanya, termasuk anak-anak. Alur dan tutur cerita memberikan sentuhan emosi yang luar biasa dalam kesehariaan anak, sehingga cerita memberikan banyak manfaat bagi perkembangan kepribadian anak.
Kata dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur sepuh, tutr tinular). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun cerita belum tentu dongeng”
Berdongeng menuntut si pendongeng untuk mengerahkan segala ekspresinys, baik melalui suara, gerak tubuh, maupun alat peraga berupa gambar atau boneka. Akibatnya membuat anak tanpa sadar belajar berekspresi. Strategi pembelajaran melalui dongeng menekankan pada kreativitas seni penyaji dalam menyampaikan pesan –pesan pendidikan.
B. Cara menyampaikan pesan melalui dongeng
Mendongeng yang baik adalah memberikan dongengan dengan memperhatikan kandungan pesan yang akan disampaikan serta mampu menyampaikan pesan yang dikandung dalam dongeng tersebut tanpa membuat anak kebingungan. Beberapa teknik memberikan muatan/pesan moral pada dongeng kita :
1. Pesan moral cukup diselipkan dalam dongeng yang kita bawakan, bisa di awal cerita, ditengah cerita atau di akhir cerita
2. Dongeng yang kita bawakan memang sudah bernafaskan nilai-nilai keagamaan misalnya kisah Nabi/Rasul, kisah sahabat nabi dan sebagainya
3. Pesan moral itu kita tonjolkan melalui dialog para tokoh dalam cerita (usahakan dialog yang kita bawakan benar-benar hidup dengan membedakan suara karakter tokoh yang ada, juga intonasi yang baik)
4. Pesan moral dalam bentuk kesimpulan yang kita ambil sendiri.
5. Pesan moral dapat diambil dengan mengajak anak-anak menyimpulkan nilai-nilai / pesan moral apa saja dari dongeng yang telah selesai kita bawakan.
Agar cerita atau dongeng yang dismpaikan dapat dicerna dan diserap anak, maka sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang : (1) kehidupan anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat, (2) binatang, seperti binatang ternak, binatang hidup di air, dll, (3) tanaman, seperti aneka bunga, tanaman pertanian, dll, (4) peristiwa dalam masyarakat, seperti pasar malam, musim panen, idul fitri, dll, (5) profesi masyarakat, seperti polisi, petani, nelayan, dll, dan (6) tema-tema lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
C. Teknik –teknik mendongeng
Menurut Moeslichatoen (2004), terdapat beberapa macam teknik yang dapat digunakan mendongeng:
a. Membaca langsung dari buku
Teknik ini sangat efektif apabila konselor memiliki buku dongeng yang menarik dan cocok untuk dibacakan kepasa anak. Indicator bahwa dongeng dapat dipahami anak antara lain pesan –pesan yang disampaikan dapat ditangkap anak, anak memahami perbuatan itu salah benar, serta kejadian yang didongengkan mengisahkan sesuatu yang lucu atau menarik
b. Mendongeng dengan menggunakan ilustrasi dari gambar
Teknik ini efektif bila dongeng yang disampaikan disuguhkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak. Menceritakan dongeng tanpa ilustrasai gambar dimaksudkan untuk memperjelas pesan –pesan yang dituturkan serta mengikat perhatian anak pada alur cerita.
c. Menceritakan dongeng secara langsung
Merupakan cara tradisional untuk menceritakan suatu kisah lama
d. Mendongeng dengan menggunakan papan flannel
Konselor dapat menggunakan papan flannel dengan melapisi seluas papan dengan kain flannel yang berwarna netral. Gambar tokoh –tokoh yang mewakili perwatakan dalam dongeng digunting polanya pada kertas yang belakangnya dilapisi dengan sesuatu yang bisa digunakan untuk menmpelkan kertas pada papan
e. Mendongeng dengan menggunakan media boneka
Metode ini biasanya tergantung pada usia dan pengalaman anak
f. Dramatisasi suatu dongeng
Konselor dalam mendongeng memainkan perwatakan tokoh –tokoh dalam suatu dongeng yang disukai anak –anak dan merupakan daya tarik yang bersifat ubniversal.
D. Manfaat dongeng bagi anak –anak
Manfaat dongeng bagi anak –anak:
1. Anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya,Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
2. Melatih daya konsentrasi,
3. Menambah perbendaharaan kata,
4. Menciptakan suasana yang akrab antara guru dan murid
5. Melatih daya tangkap,
6. Mengembangkan aspek kognitif, afektif adan konatif anak
7. Mengembangkan kemampuan berbicara anak
8. Media terapi bagi anak –anak bermasalah
9. Mengembangkan perasaan sosial dan daya sosialisasi anak,
10. Mengembangkan emosi anak,
11. Berlatih mendengarkan,
12. Mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif,
13. Menambah pengetahuan
14. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai dengan tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
15. Menumbuhkan minat baca anak
16. Merupakan cara paling baik untuk mendidik tanpa kekerasan, menanamkan nilai moral dan etika juga kebenaran, serta melatih kedisiplinan. Bercerita atau mendongeng merupakan cara yang efektif untuk memberikan sentuhan manusiawi (human touch) dan menumbuhkan sportivitas anak. Anak lebih bisa memahami hal yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru melalui cerita yang kita ungkapkan. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar, serta memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain.
E. Persiapan –persiapan yang diperlukan ketika mendongeng
Sebelum bercerita, konselor harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-ana. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
1. Pemilihan Tema dan judul yang tepat Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya. Sedangkan ketika usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya.
Hal –hal yang perlu dipersiapkan oleh konselor terkait dengan materi adalah :
a. Konselor harus menguasai bahan cerita
b. Konselor harus mampu memahami alur cerita
c. Menemukan bagian –bagian cerita yang memerlukan penekanan /memberikan kesan utama
d. Memastikan tidak ada kata –kata yang tidak dipahami siswa (jika ada, jelaskan terlebih dahulu sebelum bercerita)
2. Waktu Penyajian
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut;
a.Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
b.Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris
3. Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
F. Kegunaan metode dongeng sebagai salah satu cara memberikan layanan BK kepada siswa
Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan yang diperlukan oleh siswa SD. Salah satu yang menjadi daya tarik siswa usia SD adalah dongeng. Konselor dapat menggunakan media dongeng sebagai salah satu cara untuk memberikan layanan kepada siswa SD, sesuai dengan manfaat –manfaat yang telah disebutkan di atas. Ada beberapa hal perlu diperhatikan oleh seorang konselor ketika menggunakan media dongeng, yaitu konselor harus berprinsip bahwa siswa adalah individu yang mandiri sehingga ketika konselor menggunakan media dongeng ia harus mampu memancing siswa dengan pertanyaan –pertanyaan yang mampu merangsang siswa senantiasa berpikir dan mencari jawaban. Anak diajak untuk tidak serta merta menerima begitu saja jawaban penjelasan tentang dongeng.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Nia. 2009. Manfaat Cerita Bagi Kepribadian Anak. Diunduh : http://niahidayati.net/manfaat-cerita-bagi-kepribadian-anak.html (22/11/2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama
Kak Kus. 2011. Teknik Dongeng Media Penyampai Pesan. Diunduh : http://kerajaandongeng.wordpress.com/2011/03/11/dongengcerita-sebagai-pendidikan-imajinasifantasi/(22/11/2011)
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak –kanak. Jakarta : Rineka Cipta
Teknik Bercerita Untuk Anak Usia Dini Kak Bimo Master Dongeng Indonesia diundih :http://badkomergangsan.wordpress.com/(22/11/2011)
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya juga mengalami perkembangan. Karena masuk dunia sekolah, dunia dan minat anak bertambah luas dan dengan meluasnya pengetahuan dan minat anak maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek –objek yang sbelumnya tidak dimengerti oleh anak. Anak –anak memiliki ketertarikan terhadap bacaan –bacaan yang mengisahkan tentang tokoh pahlawan sebagai tokoh identitas diri. Anak menyukai cerita –cerita mengenai tokoh –tokoh yang lucu dan menarik. Anak -anak juga menyukai dongeng baik yang disampaikan dengan lisan maupun lewat tulisan.
Dalam proses pekembangannya dongen senantiasa mengaktifkan aspek –aspek intelektual, kepekaan, kehalusan budi, emosi, seni, fantasi dan imajinasi kepada para pendengarnya. Melalui dongeng ini, kita dapat menyampaikan suatu pesan kepada anak dengan cara yang tidak membuat anak merasa dinasihati atau digurui.
Metode tentunya sangat sesuai jika digunakan konselor untuk membantu siswa memahami permasalahannya atau digunakan sebagai metode dalam memberikan layanan kepada anak sekolah dasar.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan dongeng?
2. Bagaimanakah cara menyampaikan pesan melalui dongeng?
3. Teknik –teknik apa saja yang dapat digunakan dalam menyampaikan dongeng?
4. Apakah manfaat dongeng bagi anak –anak?
5. Persiapan –persiapan apa yang diperlukan ketika mendongeng?
6. Dapatkan metode dongeng digunakan sebagai salah satu teknik memberikan layanan BK kepada siswa SD?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dongeng
2. Mengetahui cara menyampaikan pesan melalui dongeng
3. Mengetahui teknik –teknik yang dapat digunakan dalam menyampaikan dongeng
4. Mengetahui manfaat dongeng bagi anak –anak
5. Mengetahui persiapan –persiapan ang diperlukan ketika mendongeng
6. Mengetahui kegunaan metode dongeng sebagai slaah satu cara memberikan layanan BK kepada siswa SD
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Dongeng
Menurut wikipedia dongeng merupakan suatu kisah yang diangkat dari pemikiran fiktif dan kisah nyata, menjadi suatu alur perjalanan hidup dengan pesan moral yang mengandung makna hidup dan cara berinteraksi dengan makhluk lainnya. Dongeng juga merupakan dunia hayalan dan imajinasi dari pemikiran seseorang yang kemudian diceritakan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Terkadang kisah dongeng bisa membawa pendengarnya terhanyut ke dalam dunia fantasi, tergantung cara penyampaian dongeng tersebut dan pesan moral yang disampaikan. Sebuah cerita merupakan refleksi kehidupan nyata, sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi pendengar dan pembacanya, termasuk anak-anak. Alur dan tutur cerita memberikan sentuhan emosi yang luar biasa dalam kesehariaan anak, sehingga cerita memberikan banyak manfaat bagi perkembangan kepribadian anak.
Kata dongeng berarti cerita rekaan/tidak nyata/fiksi, seperti: fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa-dewi, peri, roh halus), ephos (cerita besar; Mahabharata, Ramayana, saur sepuh, tutr tinular). Jadi kesimpulannya adalah “Dongeng adalah cerita, namun cerita belum tentu dongeng”
Berdongeng menuntut si pendongeng untuk mengerahkan segala ekspresinys, baik melalui suara, gerak tubuh, maupun alat peraga berupa gambar atau boneka. Akibatnya membuat anak tanpa sadar belajar berekspresi. Strategi pembelajaran melalui dongeng menekankan pada kreativitas seni penyaji dalam menyampaikan pesan –pesan pendidikan.
B. Cara menyampaikan pesan melalui dongeng
Mendongeng yang baik adalah memberikan dongengan dengan memperhatikan kandungan pesan yang akan disampaikan serta mampu menyampaikan pesan yang dikandung dalam dongeng tersebut tanpa membuat anak kebingungan. Beberapa teknik memberikan muatan/pesan moral pada dongeng kita :
1. Pesan moral cukup diselipkan dalam dongeng yang kita bawakan, bisa di awal cerita, ditengah cerita atau di akhir cerita
2. Dongeng yang kita bawakan memang sudah bernafaskan nilai-nilai keagamaan misalnya kisah Nabi/Rasul, kisah sahabat nabi dan sebagainya
3. Pesan moral itu kita tonjolkan melalui dialog para tokoh dalam cerita (usahakan dialog yang kita bawakan benar-benar hidup dengan membedakan suara karakter tokoh yang ada, juga intonasi yang baik)
4. Pesan moral dalam bentuk kesimpulan yang kita ambil sendiri.
5. Pesan moral dapat diambil dengan mengajak anak-anak menyimpulkan nilai-nilai / pesan moral apa saja dari dongeng yang telah selesai kita bawakan.
Agar cerita atau dongeng yang dismpaikan dapat dicerna dan diserap anak, maka sebaiknya tema-tema yang diangkat adalah tema-tema yang berkaitan erat dengan kehidupan anak-anak atau yang disukai oleh anak-anak. Misalnya tema tentang : (1) kehidupan anak dalam keluarga, sekolah atau masyarakat, (2) binatang, seperti binatang ternak, binatang hidup di air, dll, (3) tanaman, seperti aneka bunga, tanaman pertanian, dll, (4) peristiwa dalam masyarakat, seperti pasar malam, musim panen, idul fitri, dll, (5) profesi masyarakat, seperti polisi, petani, nelayan, dll, dan (6) tema-tema lain yang sesuai dengan situasi dan kondisi.
C. Teknik –teknik mendongeng
Menurut Moeslichatoen (2004), terdapat beberapa macam teknik yang dapat digunakan mendongeng:
a. Membaca langsung dari buku
Teknik ini sangat efektif apabila konselor memiliki buku dongeng yang menarik dan cocok untuk dibacakan kepasa anak. Indicator bahwa dongeng dapat dipahami anak antara lain pesan –pesan yang disampaikan dapat ditangkap anak, anak memahami perbuatan itu salah benar, serta kejadian yang didongengkan mengisahkan sesuatu yang lucu atau menarik
b. Mendongeng dengan menggunakan ilustrasi dari gambar
Teknik ini efektif bila dongeng yang disampaikan disuguhkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak. Menceritakan dongeng tanpa ilustrasai gambar dimaksudkan untuk memperjelas pesan –pesan yang dituturkan serta mengikat perhatian anak pada alur cerita.
c. Menceritakan dongeng secara langsung
Merupakan cara tradisional untuk menceritakan suatu kisah lama
d. Mendongeng dengan menggunakan papan flannel
Konselor dapat menggunakan papan flannel dengan melapisi seluas papan dengan kain flannel yang berwarna netral. Gambar tokoh –tokoh yang mewakili perwatakan dalam dongeng digunting polanya pada kertas yang belakangnya dilapisi dengan sesuatu yang bisa digunakan untuk menmpelkan kertas pada papan
e. Mendongeng dengan menggunakan media boneka
Metode ini biasanya tergantung pada usia dan pengalaman anak
f. Dramatisasi suatu dongeng
Konselor dalam mendongeng memainkan perwatakan tokoh –tokoh dalam suatu dongeng yang disukai anak –anak dan merupakan daya tarik yang bersifat ubniversal.
D. Manfaat dongeng bagi anak –anak
Manfaat dongeng bagi anak –anak:
1. Anak dapat mengasah daya pikir dan imajinasinya,Anak dapat membentuk visualisasinya sendiri dari cerita yang didengarkan. Ia dapat membayangkan seperti apa tokoh-tokoh maupun situasi yang muncul dari dongeng tersebut. Lama-kelamaan anak dapat melatih kreativitas dengan cara ini.
2. Melatih daya konsentrasi,
3. Menambah perbendaharaan kata,
4. Menciptakan suasana yang akrab antara guru dan murid
5. Melatih daya tangkap,
6. Mengembangkan aspek kognitif, afektif adan konatif anak
7. Mengembangkan kemampuan berbicara anak
8. Media terapi bagi anak –anak bermasalah
9. Mengembangkan perasaan sosial dan daya sosialisasi anak,
10. Mengembangkan emosi anak,
11. Berlatih mendengarkan,
12. Mengenal nilai-nilai yang positif dan negatif,
13. Menambah pengetahuan
14. Cerita atau dongeng merupakan media yang efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika kepada anak, bahkan untuk menumbuhkan rasa empati. Misalnya nilai-nilai kejujuran, rendah hati, kesetiakawanan, kerja keras, maupun tentang berbagai kebiasaan sehari-hari seprti pentingnya makan sayur dan menggosok gigi. Anak juga diharapkan dapat lebih mudah menyerap berbagai nilai dengan tidak bersikap memerintah atau menggurui, sebaliknya para tokoh cerita dalam dongeng tersebutlah yang diharapkan menjadi contoh atau teladan bagi anak.
15. Menumbuhkan minat baca anak
16. Merupakan cara paling baik untuk mendidik tanpa kekerasan, menanamkan nilai moral dan etika juga kebenaran, serta melatih kedisiplinan. Bercerita atau mendongeng merupakan cara yang efektif untuk memberikan sentuhan manusiawi (human touch) dan menumbuhkan sportivitas anak. Anak lebih bisa memahami hal yang perlu ditiru dan yang tidak boleh ditiru melalui cerita yang kita ungkapkan. Hal ini akan membantu mereka dalam mengidentifikasikan diri dengan lingkungan sekitar, serta memudahkan mereka menilai dan memposisikan diri di tengah-tengah orang lain.
E. Persiapan –persiapan yang diperlukan ketika mendongeng
Sebelum bercerita, konselor harus memahami terlebih dahulu tentang cerita apa yang hendak disampaikannya, tentu saja disesuaikan dengan karakteristik anak-ana. Agar dapat bercerita dengan tepat, pendidik harus mempertimbangkan materi ceritanya. Pemilihan cerita antara lain ditentukan oleh :
1. Pemilihan Tema dan judul yang tepat Seorang pakar psikologi pendidikan bernama Charles Buhler mengatakan bahwa anak hidup dalam alam khayal. Anak-anak menyukai hal-hal yang fantastis, aneh, yang membuat imajinasinya “menari-nari”. Bagi anak-anak, hal-hal yang menarik, berbeda pada setiap tingkat usia. Pada usia 4-8 tahun, anak-anak menyukai dongeng jenaka, tokoh pahlawan/hero dan kisah tentang kecerdikan, seperti; Perjalanan ke planet Biru, Robot pintar, Anak yang rakus dan sebagainya. Sedangkan ketika usia 8-12 tahun, anak-anak menyukai dongeng petualangan fantastis rasional (sage), seperti: Persahabatan si Pintar dan si Pikun, Karni Juara menyanyi dan sebagainya.
Hal –hal yang perlu dipersiapkan oleh konselor terkait dengan materi adalah :
a. Konselor harus menguasai bahan cerita
b. Konselor harus mampu memahami alur cerita
c. Menemukan bagian –bagian cerita yang memerlukan penekanan /memberikan kesan utama
d. Memastikan tidak ada kata –kata yang tidak dipahami siswa (jika ada, jelaskan terlebih dahulu sebelum bercerita)
2. Waktu Penyajian
Dengan mempertimbangkan daya pikir, kemampuan bahasa, rentang konsentrasi dan daya tangkap anak, maka para ahli dongeng menyimpulkan sebagai berikut;
a.Usia 4-8 tahun, waktu cerita hingga 10 -15 menit
b.Usia 8-12 tahun, waktu cerita hingga 25 menit
Namun tidak menutup kemungkinan waktu bercerita menjadi lebih panjang, apabila tingkat konsentrasi dan daya tangkap anak dirangsang oleh penampilan pencerita yang sangat baik, atraktif, komunikatif dan humoris
3. Suasana (situasi dan kondisi)
Suasana disesuaikan dengan acara/peristiwa yang sedang atau akan berlangsung, seperti acara kegiatan keagamaan, hari besar nasional, ulang tahun, pisah sambut anak didik, peluncuran produk, pengenalan profesi, program sosial dan lain-lain, akan berbeda jenis dan materi ceritanya. Pendidik dituntut untuk memperkaya diri dengan materi cerita yang disesuaikan dengan suasana. Jadi selaras materi cerita dengan acara yang diselenggarakan, bukan satu atau beberapa cerita untuk segala suasana.
F. Kegunaan metode dongeng sebagai salah satu cara memberikan layanan BK kepada siswa
Layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu layanan yang diperlukan oleh siswa SD. Salah satu yang menjadi daya tarik siswa usia SD adalah dongeng. Konselor dapat menggunakan media dongeng sebagai salah satu cara untuk memberikan layanan kepada siswa SD, sesuai dengan manfaat –manfaat yang telah disebutkan di atas. Ada beberapa hal perlu diperhatikan oleh seorang konselor ketika menggunakan media dongeng, yaitu konselor harus berprinsip bahwa siswa adalah individu yang mandiri sehingga ketika konselor menggunakan media dongeng ia harus mampu memancing siswa dengan pertanyaan –pertanyaan yang mampu merangsang siswa senantiasa berpikir dan mencari jawaban. Anak diajak untuk tidak serta merta menerima begitu saja jawaban penjelasan tentang dongeng.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayati, Nia. 2009. Manfaat Cerita Bagi Kepribadian Anak. Diunduh : http://niahidayati.net/manfaat-cerita-bagi-kepribadian-anak.html (22/11/2011)
http://id.wikipedia.org/wiki/Halaman_Utama
Kak Kus. 2011. Teknik Dongeng Media Penyampai Pesan. Diunduh : http://kerajaandongeng.wordpress.com/2011/03/11/dongengcerita-sebagai-pendidikan-imajinasifantasi/(22/11/2011)
Moeslichatoen. 2004. Metode Pengajaran di Taman Kanak –kanak. Jakarta : Rineka Cipta
Teknik Bercerita Untuk Anak Usia Dini Kak Bimo Master Dongeng Indonesia diundih :http://badkomergangsan.wordpress.com/(22/11/2011)