Rabu, 18 Januari 2012

MASALAH SOCIAL ANAK SD



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Anak sekolah dasar adalah anak-anak dengan usia sekitar 6-12 tahun. Pada usia itu, anak sedang mulai beranjak untuk belajar mengenal lingkungan dan bergaul dengan orang-orang yang berada di sekitarnya. Keterampilan bergaul dengan masa bahagia pada waktu kanak-kanak mempunyai hubungan yang sangat erat. Kemauan anak untuk menyeuaikan diri dengn lingkungan, penerimaan lingkungan serta berbagai pengalaman yang bersifat positif selama anak melakukan berbagai aktivitas social merupakan modal dasar yang amat penting bagi anak untuk mencapai kehidupan yang sukses dan menyenangkan pada waktu yang akan dating atau meningkat dewasa.
Orang tua sangat dianjurkan selain memberikan bimbingan juga harus mengajarkan kepada anak bagaimana cara bergaul di masayarakat dengan tepat. Selain member kepercayaan kepada dan kesempatan kepada anak, orang tua juga diharapkan dapat member penguatan melalui pemberian ganjaran atau hadiah pada saat anak berperilaku positif. Sebaliknya orang tua juga berkewajiban member hukuman kepada anak apabila anak bertingkah laku negative atau melakukan berbagai kesalahan. Dengan adanya tindakan yang konkret dan pasti dari orang tua tersebut anak akan dapat berkembang dengan baik, yang pada gilirannya akan menjadi mahluk social yang ebrtanggung jawab dan sehat serta bermanfaat bagi masyarakat, bangsa dan Negara.

B.    Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1.    Apa yang dimaksud dengan masalah dan cirri-cirinya?
2.    Bagaimana perkembangan social anak usia sekolah dasar?
3.    Masalah social apa saja yang timbul?
4.    Apa saja yang menjadi factor penyebabnya?
5.    Bagaimana materi bimbingan yang diberikan terkait dengan bidang social?

BAB II
PERMASALAHAN SOSIAL ANAK SEKOLAH DASAR

A.    Pengertian
“Pada hakikatnya masalah secara umum menunjuk pada adanya kesenjangan antara keadaan sekarang (pencapaian) dengan tujuan” (sugiharto & mulawarman,2007:8). Menurut Sugiharto & Mulawarman (2007:8). beberapa factor -factor yang menyebabkan munculnya masalah adalah sebagai berikut:
a.    Masalah muncul sebagai perilaku yang tidak dikehendaki oleh individu itu maupun lingkungannya
b.    Masalah muncul sebab proses belajar yang salah
c.    Masalah muncul karenan adanya kesenjangan antara harapan dan kenyataan
Adapun ciri-ciri Masalah :
a.    Adanya kesenjangan antara harapan (das sollen) dan kenyataan (das sein)
b.    Kesenjangan makin besar, masalah makin berat, makin memerlukan penanganan serius, adekuat dan profesional
c.    Tiap kesenjangan yg bermasalah dpt dipersipsikan yg berbeda-beda
d.    Masalah menimbulkan berbagai pertanyaan dasar yg perlu dijawab
e.    Masalah dapat bersifat individual/kelompok, serta menuntut pemecahannya

B.    Perkembangan Social Anak Usia Sekolah Dasar dan Masalah Social Anak SD
Menurut Hurlock (1980:155-156), akhir masa anak –anak sering disebut sebagai usia berkelompok karena ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman –teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk dapat diterima sebagai anggota kelompok dan merasa tidak puas bila tidak bersama –sama dengan temannya. Anak tidak lagi puas bermain-main sendiri di rumah atau dengan saudara -saudara kandungnya atau melakukan kegiatan dengan keluarganya. Anak ingin bersama teman –temannya dan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama dengan teman –temannya.
Dua atau tiga teman tidak lah cukup baginya. Anak ingin bersama kelompoknya karena hanya dengan demikian terdapat cukup teman untuk bermain dan berolahraga. Sejak anak masuk sekolah sampai usia puber keinginan untuk diterima kelompok menjadi semakin kuat. Hal ini berlaku bagi laki –laki maupun perempuan.
Anak –anak usia sekolah dasar juga berkelompok dan membentu semacam geng. Namun geng yang dibentuk anak –anak berbeda dengan geng remaja, perbedaannya yaitu:
a.    Tujuan utama geng anak –anak adalah memperoleh kesenangan
b.    Geng anak –anak  terdiri dari anak –anak yang popular dengan teman –teman sebaya
c.    Geng anak –anak kebanyakan beranggotakan satu jenis kelamin
d.    Geng anak –anak terdiri dari anak –anak yang memiliki usia dan tingkat perkembangan yang sama
Adapun  cirri –ciri geng anak –anak:
a.    Geng merupakan kelompok bermain
b.    Untuk menjadi anggota, anak harus diajak
c.    Anggota geng terdiri dari jenis kelamin yang sama
d.    Pada mulanya geng terdiri dari tiga atau empat anggota , tetapi jumlah ini dapat meningkat
e.    Geng anak laki –laki sering terlibat dalam perilaku social buruk daripada anak perempuan
f.    Geng memiliki pusat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan orang dewasa
g.    Sebagian besar kelompok memiliki tanda keanggotaan, misalnya anggota kelompok memakai baju yang sama
h.    Pemimpin kelompok mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada anggota lainnya
Ciri yang peling menonjol dari geng anak –anak adalah bahwa geng anak –anak merupakan kelompok social yang dibentuk oleh anak –anak sendiri, dengan tujuan utama memperoleh kesenangan bukan mengacau atau membuat perilaku tidak social lainnya.
Efek keanggoataan kelompok
a.    Menjadi anggota seringkali menjadi pertentangan dengan orangtua dan penolakan terhadap standar orang tua
b.    Perrmusuhan antara anak laki-laki dan perempuan semakin meningkat
c.    Kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda
d.    Cara anak memperlakukan anak –anak lain di luar kelompoknya

 “Pada masa pertengahan dan akhir –akhir, anak mulai mengembangkan suatu penilaian terhadap orang lain dengan berbagai cara” (Desmita, 2008:185). Pemilihan teman terjadi pada masa anak –anak. Pemilihan tersebut memberikan peluang apakah anak dipilih temannya sehingga menjadi anak popular atau diabaikan oleh teman –temannya sehingga menjadi anak yang tidak populer. Anak yang populer adalah anak yang ramah, suka bergaul, bersahabat, sangat peka secara social dan mudah bekerja sama dengan orang lain, selain itu anak yang populer adalah anak –anak yang dapat menjalin interaksi social dengan mudah, memahami situasi social, memiliki ketrampilan tinggi dalam hubungan antar pribadi dan cenderung bertindak kooperatif, prososial seta selaras dengan norma –norma kelompok (Desmita, 2008:186). Jadi anak yang populer cenderung tidak memiliki masalah dalam proses sosialisasi mereka dan interaksi mereka dengan orang –orang disekitarnya.
Berkebalikan dengan anak  yang populer, anak non populer cenderung mengalami masalah dalam perkembangan sosialisasinya. Dalam Desmita (2008:187), anak tidak populer dapat dibedakan menjadi dua, yaitu anak –anak ditolak (rejected children) dan anak –anak diabaikan (neglected children). Anak -anak diabaikan adalah anak yang menerima sedikit perhatian dari teman –teman sebaya mereka, tetapi bukan berarti mereka tidak disenangi oleh teman –teman sebayanya. Sedangkan anak yang ditolak adalah mereka yang idak disukai oleh teman –temannya dan cenderung bersifat mengganggu, egois dan mempunyai sedikit sifat positif.
Anak –anak yang ditolak kemungkinan untuk memperlihatkan perilaku agresif, hiperaktif, kurang perhatian atau ketidakdewasaan, sehingga sering bermasalah dalam perilaku dan akademis sekolah (Putallaz & Waserman, 1990). Akan tetapi tidak semua anak yang ditolak bersifat agresif. Meskipun perilaku agresif impulsive dan mengganggumereka sseing menjadi penyebab mengapa mereka mengalami penolakan, namun kira –kira 10-20% anak –anak yang ditolak adalah anak –anak pemalu (Sandtrock,1996).

C.    Jenis –jenis masalah
Dari uraian di atas dapat di rangkum beberapa masalah anak dalam aspek social adalah:
a.    Dilihat dari akibat keanggotaan geng:
1.    Menjadi anggota seringkali menjadi pertentangan dengan orangtua dan penolakan terhadap standar orang tua
2.    Permusuhan antara anak laki-laki dan perempuan semakin meningkat
3.    Kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda
4.    Cara anak memperlakukan anak –anak lain di luar kelompoknya
b.    Dilihat dari penolakan oleh teman sebaya, anak bermasalah social adalah:
1.    Anak yang diabaikan
2.    Anak yang ditolak

D.    Faktor penyebab
Beberapa factor yang menjadi penyebab anak mengalami masalah social:
a.    Factor keluarga
•    Pola asuh orangtua yang otoriter atau permisif (Hurlock, 1980:158)
•    Urutan posisi anak dalam keluarga (Hurlock, 1980:158), anak bungsu cenderung diterima oleh kelompok sebaya sebab anak bungsu belajar menyesuaikan diri dengan lebih banyak saudara.
•    Perlakuan dalam keluarga oleh anggota keluarga lain
b.    Factor pengaruh teman sebaya
•    Perlakuan yang kurang baik dari teman sebaya
•    Penolakan dari teman sebaya membuat anak kurang mempunyai kesempatan belajar bersifat social (Hurlock, 1980:176)
c.    Factor sekolah
Factor dari sekolah yang paling menonjol adalah factor dari guru. Guru merupakan seseorang yang diidealkan oleh siswanya. Guru yang mempu menciptakan suatu sense of industry bukan inferiority bagi murid –muridnya akan mengurangi masalah social anak, seperti menghargai kemampuan –kemampuan khusus murid dan mengetahui bagaimana menciptakan suatu setting dimana anak –anak merasa positif terhadap dirinya sendiri (Desmita, 2008:188)

E.    Materi Bimbingan Social Jenjang Sekolah Dasar
Beberapa materi bidang social yang dapat diberikan oleh guru BK kepada siswa SD (Prayino, 2001:77-78):
a.    Pengembangan kemampuan berkomunikasi baik melalui ragam lisan maupun tulisan secara efektif
b.    Pengembangan kemampuan bertingkah laku dan berhubungan social, baik di rumah, sekolah maupun di masyarakat dengan menjunjung tonggi tatakrama, sopan santun serta nilai –nilai agama, adat, peraturan dan kebiasaan yang berlaku
c.    Pengembangan hubungan yang dinamis dan harmonis serta produktif dengan teman sebaya
d.    Pengenalan dan pemahaman peraturan dan tuntutan sekolah, rumah, lingkungan serta kesadaran untuk melaksanakannya

BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Masalah adalah ketidaksesuaian antara kenyataan dan harapan. Masalah social yang umumnya terjadi pada anak usia sekolah dasar adalah masalah dengan teman sebaya (geng) dan penyesuaian diri terhadap lingkungan dan suasana yang baru. Masalah itu disebabkan oleh beberapa factor, antara lain: (1) factor keluarga; (2) factor teman sebaya dan; (3) factor sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Amti, Erman & Marjohan.1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta:DEPDIKBUD
Desmita. 2008. Psikologi Perkembangan. Bandung :Rosdakarya
Hurlock, Elisabeth B. 1980. Psikologi Perkembangan. Jakarta :Erlangga
Prayitno. 2001. Panduan Kegiatan Pengawasan BK di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta

Littlre snake pin