BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Berkait dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi masalah. Diagnosa untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi masalahmerupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah yang digolongkan kedalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian. Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masalah belajar?
2. Apa factor-faktor yang menyebabkan anak mengalammi kesulitan belajar?
3. Bagaimana peran guru Bimbingan dan Konseling dalam menangani masalah kesulitan belajar?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan masalah belajar
2. Mengetahui Apa factor-faktor yang menyebabkan anak mengalammi kesulitan belajar
3. Mengetahui peran guru Bimbingan dan Konseling dalam menangani masalah kesulitan belajar.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi
Masalah belajar adalah kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Beberapa masalah anak sekolah dasar yang dapat dijumpai adalah:
1. Keterlambatan akademik
Yaitu murid-murid yang tampaknya memiliki intelegensi normal tetapi tidak daapt memanfaatkannya secara baik.
2. Lambat belajar
Yaitu murid-murid yang tampak memiliki kemamapuan yang kurang memadai. Mereka memiliki IQ sekitar 70-90 sehingga perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bantuan khusus.
3. Penempatan kelas
Yaitu mmurid-murid yang umur, kemampuan, ukuran, dan minat-minat social yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya.
4. Kurang motif dalam belajar
Yaitu murid-murid yang kurang semangat dalam belajar. Mereka tampak jera dan malas.
5. Sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar
Yaitu murid-murid yang kegiatan atau perbuatan belajarnya berlawanan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya. Seperti suka menunda-nunda tugas, belajar pada saat ujian saja.
6. Kehadiran di sekolah
Yaitu murid-murid yang tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.
7. Learning Disorder atau kekacauan belajar
Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
8. Learning Disfunction
Merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
9. Under Achiever
Mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
10. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar
Mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
B. Factor-faktor yang menyebabkan permasalahan belajar anak Sekolah Dasar
1. Factor intern (factor dari dalam diri manusia itu sendiri), yang meliputi:
a. Factor fisiologi
1) Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik, sehingga syaraf sensorik dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak.
2) Kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikkiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang, syaraf otak tidak mampu bekerja secara optimalmemproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui inderanya.
b. Factor psikologi
1) Intelegensi
Anak yang memilikki IQ yang rendah (70-90) akanmemilikki kesulitan belajar.
2) Minat
Ridak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan dapat menimbulkan permasalahan belajar, ia akan menemui kesuiltan dalam belajar. Ketidak minatan anak dalam belajar dapat dimungikinkan karena tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan. Karena itu pelajaran yang masuk tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timmbul kesulitan.
3) Motivasi
Motivasi sebagai factor inner, berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar.mereka yng motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiaanya tidak tertuju apda pelajaran, suka mengganggu.
2. Factor ekstern (factor dari luar manusia), meliputi:
a. Factor-faktor non-sosial
1) Factor keluarga
Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan menimbulkan permasalahan dalam belajar. Orang tua yang kejam dan otoriter akan menimbulkan mental yang tidak sehat pada anak. Hal ini berakibat anak tidak tentram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman sebayanya hingga lupa belajar.
Orang tua yang selalu memanjakan anak, tidak mau anaknya susah payah belajar, menderita, akibatnya anak tidak punya kemampuan dan kemauan, bahkan sangat bergantung pada orang tua hingga prestasinya menurun.
b. Factor-faktor social.
1) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang memadai dapat menimbulkan masalah-masalah seperti:
• Kurangnya alat-alat belajar
• Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua
• Tidak mempunyai tempat belaajr yang baik
2) Sekolah
a) Guru
Guru dapat menjadi factor apabila:
• Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.
• Hubungan guru dan murid kurang baik, hal ini bermula pada sifat guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti; kasar, suka marah, suka mengejek, sinis, sombong
• Guru menuntut standar pelajaran diatas kemamouan siswa.
b) Factor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran menjadi kurang baik. Terutama pelajaan yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan permasalahan dalam belajar.
c) Kondisi gedung
Terutama ditujukan pada ruang kelas/ruangan tempat belajar anak.
Ruangan ahrus memenuhi syarat kesehatan seperti:
• Ruangan harus berjjendela, ventilasi cukup, sehingga udara segar daapt masuk
• Dinding harus bersih, tidak terlihat kotor
• Lantai tidak becek, licin atau kotor
• Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian (pasar, bengkel, pabrik).
d) Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik misalnya:
• Bahan-bahannya terlalu tinggi
• Pembagian baahn tidak seimbang
C. Peran guru bimbingan dan konseling untuk menangani masalah belajar
1. Diagnostik mengatasi kesulitan belajar
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya.
Menghadapi masalah itu, ada kecendrungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat.
Langkah langkah diagnosis kesullitan belajar tersebut adalah :
a. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
b. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
c. Tes diagnostic
Pada konteks ini, penulis akan mencoba menyoroti tes diagnostik kesulitan belajar yang kurang sekali diperhatikan sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa. Jika kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut. Tes dignostik kesulitan belajar sendiri dilakukan melalui pengujian dan studi bersama terhadap gejala dan fakta tentang sesuatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahn-kesalahan yang esensial. Tes dignostik kesulitan belajar juga tidak hanya menyangkut soal aspek belajar dalam arti sempit yakni masalah penguasaan materi pelajaran semata, melainkan melibatkan seluruh aspek pribadi yang menyangkut perilaku siswa.
Tujuan tes diagnostik untuk menemukan sumber kesulitan belajar dan merumuskan rencana tindakan remidial. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembinbing peka terhadap siswa tersebut. Guru atau pembimbing harus mau meluangkan waktu guna memerhatikan keadaan siswa bila timbul gejala-gejala kesulitan belajar.
Agar memudahkan pelaksanaan tes diagnostik, maka guru perlu mengumpulkan data tentang anak secara lengkap, sehingga penanganan kasus akan menjadi lebih mudah dan terarah.
2. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
1) Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
2) Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
3) Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
4) Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
5) Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
c. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
d. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
a. Factor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar meliputi factor intern dan factor ekstern
b. Peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani masalah belajar siswa adalah mengadakan diagnosis kesulitan belajar dan bimbingan belajar.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo.2004. Psikologi Belajar.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Amti, Erman dan Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta.Depdikbud.
Suryaman, Babam. 2011. Masalah psikologi belajar-kesulitan belajar dan cara mengatasinya.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia pendidikan mengartikan diagnosis kesulitan belajar sebagai segala usaha yang dilakukan untuk memahami dan menetapkan jenis dan sifat kesulitan belajar. Juga mempelajari faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan belajar serta cara menetapkan dan kemungkinan mengatasinya, baik secara kuratif (penyembuhan) maupun secara preventif (pencegahan) berdasarkan data dan informasi yang seobyektif mungkin.
Dengan demikian, semua kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk menemukan kesulitan belajar termasuk kegiatan diagnosa. Perlunya diadakan diagnosis belajar karena berbagai hal. Pertama, setiap siswa hendaknya mendapat kesempatan dan pelayanan untuk berkembang secara maksimal, kedua; adanya perbedaan kemampuan, kecerdasan, bakat, minat dan latar belakang lingkungan masing-masing siswa. Ketiga, sistem pengajaran di sekolah seharusnya memberi kesempatan pada siswa untuk maju sesuai dengan kemampuannya. Dan, keempat, untuk menghadapi permasalahan yang dihadapi oleh siswa, hendaknya guru beserta BP lebih intensif dalam menangani siswa dengan menambah pengetahuan, sikap yang terbuka dan mengasah ketrampilan dalam mengidentifikasi kesulitan belajar siswa.
Berkait dengan kegiatan diagnosis, secara garis besar dapat diklasifikasikan ragam diagnosis ada dua macam, yaitu diagnosis untuk mengerti masalah dan diagnosis yang mengklasifikasi masalah. Diagnosa untuk mengerti masalah merupakan usaha untuk dapat lebih banyak mengerti masalah secara menyeluruh. Sedangkan diagnosis yang mengklasifikasi masalahmerupakan pengelompokan masalah sesuai ragam dan sifatnya. Ada masalah yang digolongkan kedalam masalah yang bersifat vokasional, pendidikan, keuangan, kesehatan, keluarga dan kepribadian. Kesulitan belajar merupakan problem yang nyaris dialami oleh semua siswa. Kesulitan belajar dapat diartikan suatu kondisi dalam suatu proses belajar yang ditandai adanya hambatan-hambatan tertentu untuk menggapai hasil belajar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan masalah belajar?
2. Apa factor-faktor yang menyebabkan anak mengalammi kesulitan belajar?
3. Bagaimana peran guru Bimbingan dan Konseling dalam menangani masalah kesulitan belajar?
C. Tujuan
1. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan masalah belajar
2. Mengetahui Apa factor-faktor yang menyebabkan anak mengalammi kesulitan belajar
3. Mengetahui peran guru Bimbingan dan Konseling dalam menangani masalah kesulitan belajar.
BAB 2
PEMBAHASAN
A. Definisi
Masalah belajar adalah kondisi tertentu yang dialami oleh seseorang murid dan menghambat kelancaran proses belajarnya. Kondisi tertentu itu dapat berkenaan dengan keadaan dirinya yaitu berupa kelemahan-kelemahan yang dimilikinya dan dapat juga berkenaan dengan lingkungan yang tidak menguntungkan bagi dirinya.
Beberapa masalah anak sekolah dasar yang dapat dijumpai adalah:
1. Keterlambatan akademik
Yaitu murid-murid yang tampaknya memiliki intelegensi normal tetapi tidak daapt memanfaatkannya secara baik.
2. Lambat belajar
Yaitu murid-murid yang tampak memiliki kemamapuan yang kurang memadai. Mereka memiliki IQ sekitar 70-90 sehingga perlu dipertimbangkan untuk mendapatkan bantuan khusus.
3. Penempatan kelas
Yaitu mmurid-murid yang umur, kemampuan, ukuran, dan minat-minat social yang terlalu besar atau terlalu kecil untuk kelas yang ditempatinya.
4. Kurang motif dalam belajar
Yaitu murid-murid yang kurang semangat dalam belajar. Mereka tampak jera dan malas.
5. Sikap dan kebiasaan buruk dalam belajar
Yaitu murid-murid yang kegiatan atau perbuatan belajarnya berlawanan atau tidak sesuai dengan yang seharusnya. Seperti suka menunda-nunda tugas, belajar pada saat ujian saja.
6. Kehadiran di sekolah
Yaitu murid-murid yang tidak hadir atau menderita sakit dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga kehilangan sebagian besar kegiatan belajarnya.
7. Learning Disorder atau kekacauan belajar
Adalah keadaan dimana proses belajar seseorang terganggu karena timbulnya respons yang bertentangan. Pada dasarnya, yang mengalami kekacauan belajar, potensi dasarnya tidak dirugikan, akan tetapi belajarnya terganggu atau terhambat oleh adanya respons-respons yang bertentangan, sehingga hasil belajar yang dicapainya lebih rendah dari potensi yang dimilikinya. Contoh : siswa yang sudah terbiasa dengan olah raga keras seperti karate, tinju dan sejenisnya, mungkin akan mengalami kesulitan dalam belajar menari yang menuntut gerakan lemah-gemulai.
8. Learning Disfunction
Merupakan gejala dimana proses belajar yang dilakukan siswa tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya siswa tersebut tidak menunjukkan adanya subnormalitas mental, gangguan alat dria, atau gangguan psikologis lainnya. Contoh : siswa yang yang memiliki postur tubuh yang tinggi atletis dan sangat cocok menjadi atlet bola volley, namun karena tidak pernah dilatih bermain bola volley, maka dia tidak dapat menguasai permainan volley dengan baik.
9. Under Achiever
Mengacu kepada siswa yang sesungguhnya memiliki tingkat potensi intelektual yang tergolong di atas normal, tetapi prestasi belajarnya tergolong rendah. Contoh : siswa yang telah dites kecerdasannya dan menunjukkan tingkat kecerdasan tergolong sangat unggul (IQ = 130 – 140), namun prestasi belajarnya biasa-biasa saja atau malah sangat rendah.
10. Learning Disabilities atau ketidakmampuan belajar
Mengacu pada gejala dimana siswa tidak mampu belajar atau menghindari belajar, sehingga hasil belajar di bawah potensi intelektualnya.
Bila diamati, ada sejumlah siswa yang mendapat kesulitan dalam mencapai hasil belajar secara tuntas dengan variasi dua kelompok besar. Kelompok pertama merupakan sekelompok siswa yang belum mencapai tingkat ketuntasan, akan tetapi sudah hampir mencapainya. Siswa tersebut mendapat kesulitan dalam menetapkan penguasaan bagian-bagian yang sulit dari seluruh bahan yang harus dipelajari.
B. Factor-faktor yang menyebabkan permasalahan belajar anak Sekolah Dasar
1. Factor intern (factor dari dalam diri manusia itu sendiri), yang meliputi:
a. Factor fisiologi
1) Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik, sehingga syaraf sensorik dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak.
2) Kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang kurang semangat, pikkiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan respon pelajaran berkurang, syaraf otak tidak mampu bekerja secara optimalmemproses, mengelola, menginterpretasi dan mengorganisasi bahan pelajaran melalui inderanya.
b. Factor psikologi
1) Intelegensi
Anak yang memilikki IQ yang rendah (70-90) akanmemilikki kesulitan belajar.
2) Minat
Ridak adanya minat seseorang anak terhadap suatu pelajaran akan dapat menimbulkan permasalahan belajar, ia akan menemui kesuiltan dalam belajar. Ketidak minatan anak dalam belajar dapat dimungikinkan karena tidak sesuai dengan bakatnya, tidak sesuai dengan kebutuhan, tidak sesuai dengan kecakapan. Karena itu pelajaran yang masuk tidak pernah terjadi proses dalam otak, akibatnya timmbul kesulitan.
3) Motivasi
Motivasi sebagai factor inner, berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar.mereka yng motivasinya lemah, tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiaanya tidak tertuju apda pelajaran, suka mengganggu.
2. Factor ekstern (factor dari luar manusia), meliputi:
a. Factor-faktor non-sosial
1) Factor keluarga
Orang tua yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya, mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak-anaknya akan menimbulkan permasalahan dalam belajar. Orang tua yang kejam dan otoriter akan menimbulkan mental yang tidak sehat pada anak. Hal ini berakibat anak tidak tentram, tidak senang di rumah, ia pergi mencari teman sebayanya hingga lupa belajar.
Orang tua yang selalu memanjakan anak, tidak mau anaknya susah payah belajar, menderita, akibatnya anak tidak punya kemampuan dan kemauan, bahkan sangat bergantung pada orang tua hingga prestasinya menurun.
b. Factor-faktor social.
1) Keadaan ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang memadai dapat menimbulkan masalah-masalah seperti:
• Kurangnya alat-alat belajar
• Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua
• Tidak mempunyai tempat belaajr yang baik
2) Sekolah
a) Guru
Guru dapat menjadi factor apabila:
• Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan atau dalam mata pelajaran yang dipegangnya.
• Hubungan guru dan murid kurang baik, hal ini bermula pada sifat guru yang tidak disenangi oleh murid-muridnya, seperti; kasar, suka marah, suka mengejek, sinis, sombong
• Guru menuntut standar pelajaran diatas kemamouan siswa.
b) Factor alat
Alat pelajaran yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran menjadi kurang baik. Terutama pelajaan yang bersifat praktikum, kurangnya alat laboratorium akan banyak menimbulkan permasalahan dalam belajar.
c) Kondisi gedung
Terutama ditujukan pada ruang kelas/ruangan tempat belajar anak.
Ruangan ahrus memenuhi syarat kesehatan seperti:
• Ruangan harus berjjendela, ventilasi cukup, sehingga udara segar daapt masuk
• Dinding harus bersih, tidak terlihat kotor
• Lantai tidak becek, licin atau kotor
• Keadaan gedung yang jauh dari tempat keramaian (pasar, bengkel, pabrik).
d) Kurikulum
Kurikulum yang kurang baik misalnya:
• Bahan-bahannya terlalu tinggi
• Pembagian baahn tidak seimbang
C. Peran guru bimbingan dan konseling untuk menangani masalah belajar
1. Diagnostik mengatasi kesulitan belajar
Belajar pada dasarnya merupakan proses usaha aktif seseorang untuk memperoleh sesuatu, sehingga terbentuk perilaku baru menuju arah yang lebih baik. Kenyataannya, para pelajar seringkali tidak mampu mencapai tujuan belajarnya atau tidak memperoleh perubahan tingkah laku sebagai mana yang diharapkan. Hal itu menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan belajar yang merupakan hambatan dalam mencapai hasil belajar. Sementara itu, setiap siswa dalam mencapai sukses belajar, mempunyai kemampuan yang berbeda-beda. Ada siswa yang dapat mencapainya tanpa kesulitan, akan tetapi banyak pula siswa mengalami kesulitan, sehingga menimbulkan masalah bagi perkembangan pribadinya.
Menghadapi masalah itu, ada kecendrungan tidak semua siswa mampu memecahkannya sendiri. Seseorang mungkin tidak mengetahui cara yang baik untuk memecahkan masalah sendiri. Ia tidak tahu apa sebenarnya masalah yang dihadapi. Ada pula seseorang yang tampak seolah tidak mempunyai masalah, padahal masalah yang dihadapinya cukup berat.
Langkah langkah diagnosis kesullitan belajar tersebut adalah :
a. Diagnosis
Diagnosis merupakan upaya untuk menemukan faktor-faktor penyebab atau yang melatarbelakangi timbulnya masalah siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar faktor-faktor yang penyebab kegagalan belajar siswa, bisa dilihat dari segi input, proses, ataupun out put belajarnya. W.H. Burton membagi ke dalam dua bagian faktor – faktor yang mungkin dapat menimbulkan kesulitan atau kegagalan belajar siswa, yaitu : (a) faktor internal; faktor yang besumber dari dalam diri siswa itu sendiri, seperti : kondisi jasmani dan kesehatan, kecerdasan, bakat, kepribadian, emosi, sikap serta kondisi-kondisi psikis lainnya; dan (b) faktor eksternal, seperti : lingkungan rumah, lingkungan sekolah termasuk didalamnya faktor guru dan lingkungan sosial dan sejenisnya.
b. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus, dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus – kasus yang dihadapi.
c. Tes diagnostic
Pada konteks ini, penulis akan mencoba menyoroti tes diagnostik kesulitan belajar yang kurang sekali diperhatikan sekolah. Lewat tes itu akan dapat diketahui letak kelemahan seorang siswa. Jika kelemahan sudah ditemukan, maka guru atau pembimbing sebaiknya mengetahui hal-hal apa saja yang harus dilakukan guna menolong siswa tersebut. Tes dignostik kesulitan belajar sendiri dilakukan melalui pengujian dan studi bersama terhadap gejala dan fakta tentang sesuatu hal, untuk menemukan karakteristik atau kesalahn-kesalahan yang esensial. Tes dignostik kesulitan belajar juga tidak hanya menyangkut soal aspek belajar dalam arti sempit yakni masalah penguasaan materi pelajaran semata, melainkan melibatkan seluruh aspek pribadi yang menyangkut perilaku siswa.
Tujuan tes diagnostik untuk menemukan sumber kesulitan belajar dan merumuskan rencana tindakan remidial. Dengan demikian tes diagnostik sangat penting dalam rangka membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar dan dapat diatasi dengan segera apabila guru atau pembinbing peka terhadap siswa tersebut. Guru atau pembimbing harus mau meluangkan waktu guna memerhatikan keadaan siswa bila timbul gejala-gejala kesulitan belajar.
Agar memudahkan pelaksanaan tes diagnostik, maka guru perlu mengumpulkan data tentang anak secara lengkap, sehingga penanganan kasus akan menjadi lebih mudah dan terarah.
2. Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar merupakan upaya guru untuk membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur bimbingan belajar dapat ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut :
a. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan bimbingan belajar, yakni :
1) Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar membutuhkan layanan bimbingan.
2) Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja, misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
3) Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai tindak lanjutnya.
4) Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
5) Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga mengalami kesulitan penyesuaian social
b. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d) personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM). Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h) hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
c. Remedial atau referal (Alih Tangan Kasus)
Jika jenis dan sifat serta sumber permasalahannya masih berkaitan dengan sistem pembelajaran dan masih masih berada dalam kesanggupan dan kemampuan guru atau guru pembimbing, pemberian bantuan bimbingan dapat dilakukan oleh guru atau guru pembimbing itu sendiri. Namun, jika permasalahannya menyangkut aspek-aspek kepribadian yang lebih mendalam dan lebih luas maka selayaknya tugas guru atau guru pembimbing sebatas hanya membuat rekomendasi kepada ahli yang lebih kompeten.
d. Evaluasi dan Follow Up
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
BAB 3
SIMPULAN DAN SARAN
3.1 Simpulan
a. Factor-faktor penyebab timbulnya masalah belajar meliputi factor intern dan factor ekstern
b. Peran guru bimbingan dan konseling dalam menangani masalah belajar siswa adalah mengadakan diagnosis kesulitan belajar dan bimbingan belajar.
Daftar Pustaka
Ahmadi, Abu dan Supriyono, Widodo.2004. Psikologi Belajar.Jakarta: PT Rineka Cipta.
Amti, Erman dan Marjohan. 1992. Bimbingan dan Konseling. Jakarta.Depdikbud.
Suryaman, Babam. 2011. Masalah psikologi belajar-kesulitan belajar dan cara mengatasinya.