A. Definisi anak SD
Usia secara jelas mendefinisikan karakteristik yang memisahkan anak-anak dari orang dewasa. Namun, mendefinisikan anak-anak dari segi usia dapat menjadi permasalahan besar karena penggunaan definisi yang berbeda oleh beragam negara dan lembaga internasional. Department of Child and Adolescent Health and Development, mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 20 tahun. Sedangkan The Convention on the Rights of the Child mendefinisikan anak-anak sebagai orang yang berusia di bawah 18 tahun. WHO (2003), mendefinisikan anak-anak antara usia 0–14 tahun karena di usia inilah risiko cenderung menjadi besar.
Masa perkembangan anak dibagi oleh banyak ahli dalam beberapa periode dengan tujuan untuk mendapatkan wawasan yang jelas tentang definisi dan perkembangan anak. Hal ini disebabkan karena pada saat-saat perkembangan tertentu anak-anak secara umum memperlihatkan ciri-ciri dan tingkah laku karakteristik yang hampir sama. Menurut Kartono (1995), periode perkembangan anak terdiri dari masa bayi usia 0-1 tahun (periode vital), masa kanak-kanak usia 1-5 tahun (periode estatis), masa anak-anak sekolah dasar usia 6-12 tahun (periode intelektual) dan periode pueral usia 12-14 tahun (pra-pubertas atau puber awal).
Menurut pembagian periode perkembangannya, anak SD adalah anak yang berada pada rentangan usia 6-12 tahun yang berada pada periode intelektual yang mulai memasuki dunia sekolah dasar/SD sehingga periode ini disebut juga “usia sekolah” dan perkembangan utama pada masa ini adalah sosialisasi sehingga disebut juga “usia kelompok”. Pada masa ini, prestasi menjadi tema yang lebih sentral pada anak dan pengendalian diri mereka mulai meningkat (Hurlock, 1995; Santrock, 2002).
B. Karakteristik perkembangan anak SD
Anak yang berada di kelas awal SD adalah anak yang berada pada rentangan usia dini. Masa usia dini ini merupakan masa perkembangan anak yang pendek tetapi merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupannya. Oleh karena itu, pada masa ini seluruh potensi yang dimiliki anak perlu didorong sehingga akan berkembang secara optimal.
a. Perkembangan fisik
Perkembangan fisik peserta didik usia SD/ MI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan, perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot dan lemak. Perkembangan fisik anak dipengaruhi oleh faktor keturunan dalam keluarga, jenis kelamin, gizi dan kesehatan, status sosial ekonomi, gangguan emosional, dll. Pertumbuhan dan perkembangan fisik tubuh ini secara langsung akan menentukan keterampilan bergerak anak, dan secara tidak langsung akan mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan memandang orang lain, serta mempengaruhi cara anak melakukan penyesuaian dengan dirinya sendiri maupun orang lain. Terdapat perbedaan dalam pertambahan tinggi dan berat, namun umumnya mengikuti pola/ aturan/ hukum arah perkembangan. Perkembangan proporsi dan bentuk tubuh anak dapat dikelompokkan menjadi bentuk tubuh yang cenderung menjadi gemuk (endomorf), kekar (mesomorf), atau kurus (ektomorf). Selanjutnya pada peserta didik di kelas V dan VI (masa puber/ 11-13 tahun) terjadi perubahan fisik yang sangat pesat disebabkan oleh kematangan kelenjar dan hormon yang berkaitan dengan pertumbuhan seksual. Perubahan ini mengakibatkan anak mengalami ketidakseimbangan, menarik diri, bersikap negatif, kurang percaya diri, perubahan minat dan aktivitas, nah dari sini pendidik harus lebih cermat dan memberikan perhatian lebih yang artinya pendidik harus lebih banyak melakukan pendekatan supaya anak didik terarah dan dapat memperoleh apa yang anak didik cita -citakan.
Perkembangan keterampilan motorik berarti perkembangan pengendalian gerakan fisik melalui kegiatan syaraf dan otot yang terkoordinasi. Pada peserta didik usia SD/ MI keterampilan motorik meliputi keterampilan tangan dan kaki. Dalam perkembangan keterampilan motorik dapat menimbulkan masalah apabila terjadi keterlambatan penguasaan keterampilan gerak yang mengakibatkan anak mengalami kesulitan/ hambatan dalam penyesuaian pribadi dan sosialnya.
Selain perkembangan fisik dan motorik, Hurlock (1991) mengemukakan ada empat keterampilan dasar yang perlu dikuasai anak SD/ MI pada masa anak akhir yaitu: keterampilan menolong diri sendiri, keterampilan menolong orang lain (sosial), keterampilan bermain, dan keterampilan bersekolah (skolastik).
b. Perkembangan kognitif
Seiring dengan masuknya anak ke sekolah dasar, maka kemampuan kognitifnya turut mengalami perkembangan yang pesat, karena dengan masuk sekolah, berarti dunia dan minat anak bertambah luas, dan dengan meluasnya minat maka bertambah pula pengertian tentang manusia dan objek-objek yang sebelumnya kurang berarti bagi anak.
Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari panca indera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Hanya saja, apa yang dipikirkan oleh anak masih terbatas pada hal-hal yang ada hubungannya dengan sesuatu yang konkret, suatu realitas secara fisik, benda-benda yang benar-benar nyata. Sebaliknya, benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang tidak ada hubungannya secara jelas dan konkrit dengan realitas, masih sulit dipikirkan oleh anak.
Dalam keadaan normal, pada periode ini pikiran anak berkembang secara berangsur – angsur. Jika pada periode sebelumnya, daya pikir anak masih bersifat imajinatif dan egosentris, maka pada periode ini daya pikir anak sudah berkembang ke arah yang lebih konkrit, rasional dan objektif. Daya ingatnya menjadi sangat kuat, sehingga anak benar-benar berada pada stadium belajar.
Menurut teori Piaget, pemikiran anak – anak usia sekolah dasar disebut pemikiran Operasional Konkrit (Concret Operational Thought), artinya aktivitas mental yang difokuskan pada objek – objek peristiwa nyata atau konkrit. Dalam upaya memahami alam sekitarnya, mereka tidak lagi terlalu mengandalkan informasi yang bersumber dari pancaindera, karena ia mulai mempunyai kemampuan untuk membedakan apa yang tampak oleh mata dengan kenyataan sesungguhnya. Dalam masa ini, anak telah mengembangkan 3 macam proses yang disebut dengan operasi – operasi, yaitu :
1) Negasi (Negation), yaitu pada masa konkrit operasional, anak memahami hubungan – hubungan antara benda atau keadaan yag satu dengan benda atau keadaan yang lain.
2) Hubungan Timbal Balik (Resiprok), yaitu anak telah mengetahui hubungan sebab-akibat dalam suatu keadaan.
3) Identitas, yaitu anak sudah mampu mengenal satu persatu deretan benda-benda yang ada.
Operasi yang terjadi dalam diri anak memungkinkan pula untuk mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Jadi, pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkanya dapat berfikir untuk melakukan suatu tindakan, tanpa ia sendiri bertindak secara nyata.
c. Perkembangan sosial
Sikap anak-anak terhadap orang lain dalam bergaul sebagian besar akan sangat tergantung pada pengalaman belajarnya selama tahun-tahun awal kehidupan, yang merupakan masa pembentukan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya. Maka ada empat faktor yang mempengaruhinya:
1) Pertama, kesempatan yang penuh untuk bersosialisasi adalah penting bagi anak-anak, karena ia tidak dapat belajar hidup bersosialisasi jika kesempatan tidak dioptimalkan. Tahun demi tahun mereka semakin membutuhkan ksempatan untuk bergaul dengan banyak orang, jadi tidak hanya dengan anak yang umur dan tingkat perkembangannya sama, tetapi juga dengan orang dewasa yang umur dan lingkungannya yang berbeda.
2) Kedua, dalam keadaan bersama, anak tidak hanya harus mampu berkomunikasi dalam kata-kata yang dapat dimengerti orang lain, tetapi juga harus mampu berbicara tentang topik yang dapat dipahami dan dapat menceritakannya secara menarik kepada orang lain. Perkembangan bicara merupakan hal yang terpenting bagi perkembangan sosialisasi anak.
3) Ketiga, anak akan belajar bersosialisasi jika mereka mempunyai motivasi untuk melakukannya. Motivasi ini sangat bergantung pada tingkat kepuasaan yang diberikan kelompok sosialnya kepada anak. Jika mereka memperoleh kesenangan melalui hubungan dengan orang lain, mereka akan mengulangi hubungan tersebut.
4) Keempat, metode belajar yang efektif dengan bimbingan yang tepat adalah penting. Dengan metode coba ralat, anak akan mempelajari beberapa perilaku yang penting bagi perilaku sosialnya.
Akhir masa anak-anak (Late childhood) berlangsung pada usia 6 tahun hingga tiba saatnya individu menjadi matang secara seksual. Pada masa awal dan masa akhir anak-anak ditandai oleh kondisi yang sangat mempengaruhi perkembangan sosial anak.
Permulaan masa akhir anak-anak ditandai dengan masuknya anak ke kelas satu Sekolah Dasar. Bagi sebagian besar anak, hal ini merupakan perubahan besar dalam pola kehidupannya, juga bagi yang pernah mengalami situasi Pra Sekolah. Sementara untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan dan harapan bagi sebagian anak terasa sulit, karena kebanyakan anak berada dalam keadaan tidak seimbang; anak mengalami gangguan emosional, sehingga sulit untuk dapat bekerja sama. Oleh karena itu, masuk kelas satu merupakan peristiwa penting yang sangat menentukan bagi perkembangan sosialnya sehingga dapat mengakibatkan perubahan dalam sikap, prilaku dan nilai bagi anak.
Tibanya akhir masa anak-anak sulit untuk diketahui secara tepat kapan periode ini berakhir, karena kematangan seksual sebagai kriteria yang digunakan untuk memisahkan masa anak-anak dan pubertas timbulnya tidak selalu sama pada setiap anak. Salah satu penyebabnya adalah karena perbedaan kematangan seksual. Biasanya anak laki-laki mengalami masa anak-anak lebih lama dibandigkan anak perempuan. Secara umum anak perempuan masa akhir anak-anak berlangsung antara usia 6 – 13 tahun berarti rentang waktunya sekitar 7 tahun. Sedangkan bagi anak laki-laki berlangsung antara 6 – 16 tahun, berarti rentang waktu sekitar 8 tahun.
1) Sosialisasi Dengan Anggota Keluarga
Ketika seseorang memasuki usia akhir masa anak-anak maka biasanya para orang tua mulai memberikam waktunya yang lebih sedikit. Menurut suatu investivigasi tentang banyaknya waktu yang digunakan orang tua bersama anak, maka waktu yang dihabiskan oleh orang tua untuk mengasuh, mengajar, berbicara dan bermain dengan anak-anak yang telah memasuki masa akhir kurang dari setengah waktu yang dihabiskan ketika anak masih lebih kecil (Hill & Stafford, 1980). Pada umumnya anak-anak pada masa akhir, lebih diarahkan dalam mengerjakan tugas-tugas sederhana secara sendiri. Misalnya pekerjaan-pekerjaan membersihkan kamar, membersihkan dapur, dll. Selain dengan adanya kegiatan-kegiatan seperti itu menyebabkan interaksi dengan orang tua menjadi berkurang.
Perubahan-perubahan pada kehidupan orang tua seperti, kedua orang tua yang bekerja, perceraian, single parent, sangat mempengaruhi hakekat interaksi orang tua dengan anak pada masa akhir anak-anak. Ketika tuntutan pengasuhan mulai berkurang biasanya para ibu akan lebih memilih kembali karir atau memulai suatu kegiatan baru. Hal ini menyebabkan waktu yang harusnya lebih diberikan untuk membimbing dan mengasuh anak malah digunakan untuk kegiatan pengembangan karir khususnya bagi para ibu.
2) Sosialisasi Di Sekolah
Akhir masa anak-anak sering disebut sebagai ”usia berkelompok”, (gang) karena pada masa ini ditandai dengan adanya minat terhadap aktivitas teman-teman dan meningkatnya keinginan yang kuat untuk diterima sebagai anggota kelompok di sekolahnya. Ia merasa tidak puas bila tidak bersama teman-temannya. Anak tidak lagi puas bermain sendiri di rumah atau dengan saudara kandung atau melakukan kegiatan dengan angota keluarga. Anak ingin bermain bersama teman-teman sekolahnya dan akan merasa kesepian serta tidak puas bila tidak bersama teman-temannya tersebut.
Sosialisasi anak di sekolah pada umumnya terjadi atas dasar interest dan aktvitas bersama. Hubungan persahabatan dan hubungan peer group di sekolah bersifat timbal balik dan biasanya diantara sesama anggota kelompok ada saling pengertian, saling membantu, saling percaya dan saling menghargai serta menerima satu sama lain.
3) Sosialisasi Dengan Teman Sebaya
Selama masa pertengahan dan akhir, biasanya anak lebih banyak meluangkan waktunya dalam berinterkasi dengan teman sebaya. Dalam suatu investivigasi, diketahui bahwa waktu yang digunakan untuk anak-anak berinteraksi dengan teman sebayanya sebanyak 40 persen pertahun (Baker & Wright, 1951). Episode bersama teman sebaya berjumlah 299 hari sekolah.
Apa yang dilakukan bersama teman-temannya? dalam suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui tentang bagaimana aktivitas anak, diketahui bahwa umumnya anak-anak masa akhir melakukan kegiatan olahraga, jalan-jalan, permainan dan sosialisasi yang merupakan kegiatan yang paling sering dilakukan. Pada saat mereka melakukan kegiatan biasanya anggota kelompok terdiri dari teman yang sama jenis kelaminya daripada diantara anak-anak yang berbeda jenis kelaminnya.
Pada masa akhir anak-anak mereka telah menjalin persahabatan dengan teman sebaya dan mulai memasuki usia gang, yaitu usaha yang pada saat itu kesadaran sosial berkembang pesat dan telah menjadi pribadi sosial yang merupakan salah salah satu tugas perkembangan yang utama dalam periode ini.
Gang pada masa kanak-kanak merupakan suatu kelompok yang spontan dan tidak mempunyai tujuan yang diterima secara sosial. Gang merupakan usaha anak untuk menciptakan suatu masyarakat yang sesuai bagi pemenuhan kebutuhan mereka. Gang memberikan pembebasan dari pengawasan orang dewasa. Dalam hal ini ada beberapa ciri gang pada masa akhir anak-anak, yaitu:
• Gang merupakan kelompok bermain
• Anggota gang terdiri dari jenis kelamin yang sama
• Pada mulanya terdiri dari tiga atau empat anggota, tetapi jumlah ini meningkat dengan bertambah besarnya anak dan bertambahnya minat pada olahraga.
• Gang anak laki-laki lebih sering terlibat dalam perilaku sosial buruk daripada anak perempuan.
• Kegiatan gang yang populer meliputi permainan dan olahraga, pergi ke bioskop dan berkumpul untuk bicara atau makan bersama.
• Gang mempunyai pusat tempat pertemuan, biasanya yang jauh dari pengawasan orang-orang dewasa.
• Sebagian besar kelompok mempunyai tanda keanggotaan; misalnya anggota kelompok memakai pakaian yang sama.
• Pemimpin gang mewakili ideal kelompok dan hampir dalam segala hal lebih unggul daripada anggota-anggota yang lain.
4) Efek dari Keanggotaan Kelompok
Keanggotaan kelompok dapat menimbulkan akibat yang kurang baik pada anak-anak, diantaranya adalah:
• Menjadi anggota geng seringkali menimbulkan pertentangan dengan orang tua dan penolakan terhadap standar orang tua, sehingga akan memperlemah ikatan emosional antara kedua pihak.
• Permusuhan antara anak laki-laki dan anak perempuan semakin meluas. Hal ini disebabkan karena anak perempuan mencapai masa puber lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Sehingga anak perempuan akan tampil lebih dewasa dibanding anak laki-laki.
• Kecenderungan anak yang lebih tua untuk mengembangkan prasangka terhadap anak yang berbeda sehingga sering terjadi prasangka dan diskriminasi berdasarkan pada perbedaan rasial, agama dan sosial ekonomi.
• Seringkali bersikap kejam terhadap anak-anak yang tidak dianggap sebagai anggota geng. Banyaknya rahasia yang ada diantara anggota geng dimaksudkan untuk menjauhkan anak yang tidak disenangi.
d. Perkembangan emosi
Perkembangan Emosi Menginjak usia sekolah anak mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterima di masyarakat. Oleh karena itu dia mulai belajar untuk mengendalikan dan mengontrol emosinya. Emosi-emosi yang secara umum dialami pada tahap perkembangan usia sekolah ini adalah marah, takut, cemburu, iri hati, kasih sayang, rasa ingin tahu, dan kegembiraan.
Pola perkembangan emosi diantaranya:
1) menunjukkan dan menamakan perasaan
2) memiliki kontrol emosi yang lebih baik
3) memperlihatkan konsentrasi rendah bila berpisah dengan orang tua
4) menunjukan selera humor
5) belajar benar dan salah
6) mengembangkan hati nurani (empati)
7) memperlihatkan reaksi dengan orang lain
8) sensitif dengan tertawaan dan kritik
9) menunjukkan kekhawatiran berlebih : perang, kehilangan orang tua
10) memperlihatkan ketekunan
11) menunjukkan empati : merasakan apa yang dirasakan orang lain
e. Perkembangan Motorik
Perkembangan motorik pada usia ini menjadi lebih halus dan lebih terkoordinasi dibandingkan dengan masa bayi. Anak–anak terlihat lebih cepat dalam berlari dan pandai meloncat serta mampu menjaga keseimbangan badannya. Untuk memperhalus ketrampilan –ketrampilan motorik, anak-anak terus melakukan berbagai aktivitas fisik yang terkadang bersifat informal dalam bentuk permainan. Disamping itu, anak–anak juga melibatkan diri dalam aktivitas permainan olahraga yang bersifat formal, seperti senam, berenang, dll.
f. Perkembangan Memori
Selama periode ini, memori jangka pendek anak telah berkembang dengan baik. Akan tetapi, memori jangka panjang tidak terjadi banyak peningkatan dengan disertai adanya keterbatasan – keterbatasan. Untuk mengurangi keterbatasan tersebut, anak berusaha menggunakan strategi memori (memory strategy), yaitu merupakan perilaku disengaja yang digunakan untuk meningkatkan memori. Matlin (1994) menyebutkan 4 macam strategi memori yang penting, yaitu :
1) Rehearsal (Pengulangan) : Suatu strategi meningkatkan memori dengan cara mengulang berkali-kali informasi yang telah disampaikan.
2) Organization (Organisasi) : Pengelompokan dan pengkategorian sesuatu yang digunakan untuk meningkatkan memori. Seperti, anak SD sering mengingat nama-nama teman sekelasnya menurut susunan dimana mereka duduk dalam satu kelas.
3) Imagery (Perbandingan) : Membandingkan sesuatu dengan tipe dari karakteristik pembayangan dari seseorang.
4) Retrieval (Pemunculan Kembali) : Proses mengeluarkan atau mengangkat informasi dari tempat penyimpanan. Ketika suatu isyarat yang mungkin dapat membantu memunculkan kembali sebuah meori, mereka akan menggunakannya secara spontan.
Selain strategi-strategi memori diatas, terdapat hal lain yang mempengaruhi memori anak, seperti tingkat usia, sifat anak (termasuk sikap, kesehatan dan motivasi), serta pengetahuan yang diperoleh anak sebelumnya.
g. Perkembangan Pemikiran Kritis
Perkembangan Pemikiran Kritis yaitu pemahaman atau refleksi terhadap permasalahan secara mendalam, mempertahankan pikiran agar tetap terbuka, tidak mempercayai begitu saja informasi-informasi yang datang dari berbagai sumber serta mampu befikir secara reflektif dan evaluatif.
h. Perkembangan Kreativitas
Dalam tahap ini, anak-anak mempunyai kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Perkembangan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan, terutama lingkungan sekolah.
i. Perkembangan Bahasa
Selama masa anak-anak awal, perkembangan bahasa terus berlanjut. Perbendaharaan kosa kata dan cara menggunakan kalimat bertambah kompleks. Perkembangan ini terlihat dalam cara berfikir tentang kata-kata, struktur kalimat dan secara bertahap anak akan mulai menggunakan kalimat yang lebih singkat dan padat, serta dapat menerapkan berbagai aturan tata bahasa secara tepat.
C. Tugas perkembangan anak SD
Tugas perkembangan adalah kemampuan yang harus dikuasai oleh individu sesuai dengan tahap perkembangannya yang sedang dijalaninya. Tugas perkembangan disebut juga sebagai harapan sosial, yaitu ekspektasi /harapan masyarakat pada individu untuk menampilkan tingkah laku tertentu /menguasai keterampilan tertentu yang pada umumnya dikuasai oleh anak seusianya. Kegagalan dalam menyelesaikan tugas-tugas perkembangan menyebabkan pola-pola perilaku yang tidak matang sehingga sulit diterima oleh teman-temannya yang telah menguasai tugas-tugas perkembangan tersebut.
Berikut adalah tugas perkembangan periode anak akhir:
1) mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk bermain
2) belajar menyesuaikan diri dengan teman seusianya
3) mulai mengembangkan peran sosial laki-laki dan perempuan dengan tepat
4) mengembangkan keterampilan-keterampilan dasar untuk menulis, membaca, dan berhitung
5) mengembangkan pengertian-pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari-hari
6) mengembangkan hati nurani, pengetian moral dan tata nilai
7) mengembangkan sikap terhadap kelompok sosial dan lembaga
8) mencapai kebebasan pribadi