BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan konseling berdasarkan SK Mendikbud no.025/D/1995, disebutkan sebagai “pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan pada norma-norma yang berlaku”.
Secara umum tujuan penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, serta menerima dirinya secara optimis dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan juga membantu siswa dalam rangka mengenal lingkungan dengan maksud agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi linkungan itu dengan positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan itu meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan alam, dan lingkungan masyarakat sekitar serta lingkungan yang lebih luas yang diharapkan dapat menunjang dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan. Selanjutnya bimbingan membantu siswa dalam rangka merencanakan masa depan dengan tujuan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya/keluarga/masyarakat.
Bidang pelayanan bimbingan dan konseling terbagi menjadi empat, yaitu bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar, dan bidang karier. (a) Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinya secara realistik. (b) Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. (c) Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. Dan (d) Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Berbagai permasalahan yang timbul disekolah tidak terlepas dari keempat bidang pelayanan bimbingan dan konseling. Guru pembimbing di sekolah banyak menghadapi siswa dengan berbagai macam permasalahannya masing-masing. Diantaranya adalah, guru pembimbing di sekolah menghadapi anak-anak yang mengalami kesulitan atau persoalan yang berhubungan dengan pelajaran. Dalam hal ini, anak-anak tersebut mempunyau prestasi belajar yang kurang memuaskan dikarenakan berbagai macam faktor. Para guru pembimbing akan menghadapi persoalan-persoalan yang berhubungan dengan pengajaran. Titik berat masalah adalah menyangkut bimbingan belajar atau bimbingan yang menyangkut pendidikan.
Permasalahan inilah yang melarbelakangi penulis mengadakan observasi dan tes dengan menggunakan berbagai instrument kelapangaan yaitu di kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati agar bisa diketahui lebih jelas detail permasalahan belajar yang dihadapi oleh siswa agar bisa memberikan pelayanan bimbingan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa.
B. Tujuan
Penyusunan laporan praktik bimbingan dan konseling belajar ini adalah sebagai berikut:
1. Memenuhi tugas akhir mata kuliah praktik bimbingan dan konseling belajar.
2. Memberikan pengalaman kepada praktikan guna terjun ke lapangan kelak.
C. Kerangka Kerja
Kerangka kerja yang dilakukan oleh praktikan dalam praktik bimbingan dan konseling belajar adalah sebagai berikut:
1. Pemantapan konsep bimbingan dan konseling belajar.
2. Melakukan pengambilan data ke lapangan yaitu di MTs Al Islam Gunung Pati.
3. Melakukan analisis terhadap data yang sudah diperoleh dari lapangan.
4. Melakukan identifikasi kebutuhan siswa.
5. Membuat rancangan program satuan layanan bimbingan dan konseling belajar berjumlah sembilan layanan.
6. Mencari materi untuk tiap-tiap program satuan layanan yang telah dibuat.
7. Membuat media berupa power point yang akan digunakan dalam satuan layanan. Masing-masing satuan layanan mempunyai media yang berbeda.
8. Melaksanakan praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling belajar bersama mahasiswa satu kelas.
9. Menyusun hasil praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling belajar.
10. Melaporkan hasil praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling belajar.
11. Pertanggungjawaban secara lisan atas hasil praktik bimbingan dan konseling belajar.
D. Tempat dan Waktu
Waktu dan tempat dilaksanakannya pengumpulan data sangat penting dalam penelitian mengingat dibutuhkannya ijin pengumpulan data dari instansi yang bersangkutan. Ada dua kegiatan yang dilakukan pada kegiatan praktik bimbingan dan konseling belajar, yaitu kegiatan pengumpulan data dari lapangan dan kegiatan praktik bimbingan dan konseling belajar di kelas bersama mahasiswa. Pada praktik ini, pengumpulan data dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Rabu, 9 maret 2011, dan Senin, 14 maret 2011
Waktu : pukul 10.40 sampai selesai
Tempat : Ruang kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati
Sedangkan waktu dan tempat pelaksanaan praktek bimbingan dan konseling belajar juga sangat penting mengingat terbatasnya waktu pertemuan dan banyaknya mahasiswa yang akan melaksanakan praktek. Pelaksanaan praktek bimbingan dan konseling belajar dilaksanakan pada:
Hari, tanggal : Sabtu, 2 maret 2011
Waktu : pukul 08.00 sampai selesai
Tempat : Ruang perkuliahan A1-103
BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL BIMBINGAN DAN KONSELING BELAJAR
A. Pengertian
Belajar, pada hakekatnya, adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana,1989 Belajar juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu. Sedangkan menurut Witherington, 1952 menyebutkan bahwa “Belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan atau pemahaman”.
Sebagai suatu profesi, bantuan yang diberikan oleh bimbingan dan konseling harus memiliki kekhasan. Kekhasan bantuan dalam bimbingan dan konseling dapat dicermati dalam bidang bimbingan. Bidang belajar merupakan salah satu dari tiga bidang bantuan bimbingan dan konseling. Bidang bimbingan yang lain adalah bidang pribadi, sosial, dan karier.
Selaras dengan paradigma bimbingan dan konseling, yaitu psikopedagigis dalam bingkai budaya, maka dapat dipahami bahwa bantuan dalam bidang belajar merupakan bantuan perilaku yang sekaligus memiliki sifat pedagogis yang dilandasi nilai budaya. Bimbingan dan konseling dalam bidang belajar diarahkan untuk mengembangkan perilaku, khususnya yang berkaitan dengan belajar, seperti kemampuan menggunakan strategi belajar, mengembangkan kesadaran metakognitif, menumbuhkan sikap positif terhadap mata pelajaran, memotivasi intrinsik siswa, dan sebagainya. Pengembangan perilaku belajar tersebut diarahkan untuk mendukung pencapaian tujuan pendidikan. Bimbingan konseling dalam bidang belajar tidak hanya mengembangkan keterampilan siswa menerapkan strategi belajar semata, tetapi juga mengarahkan penguasaan keterampilan menerapkan strategi belajar kepada sesuatu yang mengandung makna pendidikan seperti memanfaatkan strategi belajar untuk mendukung kesuksesan di masa mendatang dan mengarahjan diri menjadi warga yang bertanggung jawab serta berkontribusi bagi masyarakat dan pembangunan.
Beberapa dekade terakhir, penelitian tentang belajar mengarah pada suatu pemahaman bahwa proses belajar pada hakekatnya suatu hasil dari kesaling terkaitan antara aspek motivasi dan strategi belajar. Motivasi belajar saja tidak mencukupi untuk menjalankan proses belajar, karena tanpa motivasi, tanpa strategi, menjadikan kegiatan belajar tidak efektif dan tidak mengarah pada suatu pencapaian tujuan. Kesalingterkaitan antara asek motivasi dan strategi menjadikan menjadikan kegiatan belajar mengarah pada suatu tujuan yang efektif. Selaras dengan penelitian ini, lapan merekomendasikan bahwa bahwa bimbingan konseling membantu siswa mengembangkan self-motivation dan kecakapan menggunakan berbagai strategi belajar. Melalui pelayanan bimbingan dan konseling diharapkan para siswa memiliki efisiensi diri yang tinggi dalam belajar, mengembangkan tujuan belajar yang berorientasi pada penguasaan kompetensi , mampu merancang kegiatan belajarnya sendiri, memiliki kesadaran metakognitif yang tinggi, terampil mencari bantuan ketika menghadapi kesulitan dalam belajar, terampil menggunakan strategi belajar seperti pengorganisasian pengetahuan, dan sebagainya. Kompetensi-kompetensi tersebut memfasilitasi siswa menjadi self-learner dan pembelajar sepanjang hayat.
Selaras dengan kecenderungan dalam penelitian mengenal belajar, depdiknas juga menegaskan bahwa pelayanan bimbingan dan konseling dalam bidang belajar atau akademik adalah sebagai berikut:
1. Memiliki kesadaran tentang potensi diri dalam aspek belajar, dan memahai berbagai hambatan yang mungkin muncul dalam proses belajar yang mungkin dialaminya.
2. Memiliki sikap dan kebiasaan belajar yang positif, seperti kebiasaan membaca buku, disiplin dalam belajar, mempunyai perhatian terhadap semua mata pelajaran, dan aktif mengikuti semua kegiatan belajar yang diprogramkan.
3. Memiliki motif yang tinggi untuk belajar sepanjang hayat.
4. Memiliki keterampilan atau teknik belajar yang efektif, seperti keterampilan membaca buku, menggunakan kamus, mencatat pelajaran, dan mempersiapkan diri menghadapi ujian.
5. Memiliki keterampilan diri untuk menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan , sepeti membuat jadwal belajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan diri dalam memperdalam pelajaran tertentu, dan berusaha memperoleh informasi tentang berbagai hal dalam rangka mengembangkan wawasan yang lebih luas.
6. Memiliki kesiapan mental dan kemampuan untuk menghadapi ujian.
Implikasi bagi bimbingan konseling adalah bahwa kegiatan bimbingan konseling dalam bidang belajar diarahkan untuk mengembangkan selt-motivation dan keterampilan menggunakan strategi belajar. Berbagai layanan dalam bimbingan konseling dalam bidang belajar diarahkan untuk mengembangkan efikasi diri, atribusi usaha, orientasi tujuan, komitmen belajar, kebermaknaan dalam belajar, internal locus of control, keterampilan menggunakan strategi belajar, dan sebagainya.
Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan dan konseling bidang belajar maka diperlukan akat pendukung guna memperoleh data agar perancangan dan pelaksanaan program bimbingan dan konseling bidanh belajar sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh siswa dan layanan yang diberikan menjadi efektif serta bermakna.
B. Bimbingan dan Konseling Belajar di SMP/MTs
Arah pelayanan konseling dalam mencapai visi dan misi bimbingan dan konseling didasarkan pada pemenuhan tugas-tugas perkembangan peserta didik SMP/MTs, yaitu:
1. Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
3. Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
4. Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan yang lebih luas.
5. Mengenal kemampuan, bakat, dan minat serta arah kecenderungan karir dan apresiasi seni.
6. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karir serta berperan dalam kehidupan di masyarakat.
7. Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.
8. Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan warga negara.
Pada siswa SMP, cara kerja kegiatan belajar mengajar yang dilakukan ketika waktu duduk di bangku sekolah dasar tentu sangat berbeda sekali dengan cara kerja kegiatan belajar mengajar pada tingkat SMP. Pada tingkat SD, siswa masih dianggap sebagai anak-anak dan pembelajaran juga dilakukan dengan metode yang sesuai dengan anak-anak. Namun ketika memasuki bangku SMP, siswaa sudah tidak lagi dianggap sebagai anak-anak, karena secara biologis dan mental mereka sudah mencapai tingkatan yang lebih tinggi dari sekedar anak-anak, yaitu mereka sudah mulai dianggap lebih dewasa sebagai remaja.
Khusus pada pelayanan bimbingan dan konseling belajar, layanan di fokuskan pada point nomor enam tugas perkembangan siswa, dapat dirinci sebagai berikut:
1. cara pengadaptasian siswa tentang cara-cara belajar.
2. pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif, efisien, serta produktif, baik ketika mencariinformasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengerjakan tugas, mengembangkan keterampilan, dan menjalani program penilaian.
3. Pemantapan sistem belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun secara berkelompok.
4. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosiala, dan budaya yang ada di lingkungan sekitar, dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan pengembangan diri.
C. Bimbingan dan Konseling Belajar di SMA/MA
Arah pelayanan konseling dalam mencapai visi dan misi bimbingan dan konseling didasarkan pada pemenuhan tugas-tugas perkembangan peserta didik SMA/MA, yaitu:
1. Mencapai kematangan dalam beriman dan bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2. Mencapai kematangan dalam hubungan teman sebaya, serta kematangan dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
3. Mencapai kematangan pertumbuhan fisik yang sehat.
4. Mengembangkan penguasaan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas.
5. Mencapai kematangan dalam pilihan karir.
6. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual dan ekonomi.
7. Mencapai kematangan gambaran dan sikap tentang kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
8. Mengembangkan kemampuan komunikasi sosial dan intelektual, serta apresiasi seni.
9. Mencapai kematangan dalam sistem etika dan nilai.
Pada siswa SMA, cara belajar yang dilakukan di tingkatan sebelumnya, yaitu di SMP, tidak jauh berbeda pada saat berada di bangku SMA. Sehingga pengadaptasian terhadap cara pembelajaran yang berbeda pun sudah tidak dilakukan. Pada tingkatan ini, siswa lebih dituntut untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang elah dicapainya, sesuai dengan point nomor empat yang dapat dirinci sebagai berikut:
1. pemantapan sikap dan kebiasaan belajar yang efektif, efisien, serta produktif, baik ketika mencariinformasi dari berbagai sumber belajar, bersikap terhadap guru dan nara sumber lainnya, mengerjakan tugas, mengembangkan keterampilan, dan menjalani program penilaian.
2. Pemantapan sistem belajar dan berlatih, baik secara mandiri maupun secara berkelompok.
3. Pemantapan pemahaman dan pemanfaatan kondisi fisik, sosiala, dan budaya yang ada di lingkungan sekitar, dan masyarakat untuk pengembangan pengetahuan dan keterampilan dan pengembangan diri.
4. Orientasi belajar di perguruan tinggi
5. Pemantapan penguasaan materi program belajar di sekolah sesuai dengan perkembangan ilmu, teknologi, dan kesenian.
D. Keterampilan dan Sikap Konselor/Praktikan
Sikap tidak dapat dilihat bentuknya secara langsung, sedangkan keterampilan dapat tampak wujudnya dalam perbuatan seseorang. Sikap dasar seorang konselor meliputi:
1. Penerimaan, yaitu penerimaan konselor terhadap keunikan pribadi orang lain.
2. Pemahaman, yaitu kesadaran konselor untuk memahamitingkah laki, pikiran, dan perasaan orang lain.
3. Kesejatian dan keterbukaan, yaitu keselarasan antara apa yang dipikirkan dengan apa yang diucapkan. Konselor juga harus jujur dengan semua hal yang menyangkut hubungan konselor dengan konselinya.
Sedangkan keterampilan konselor meliputi:
1. Kompetensi intelektual, keterampilan komunikasi yang baik oleh konselor dapat membantu proses pemberian layanan kepada siswa.
2. Kelincahan karsa-cipta, yaitu konselor tidak kaku, tanggap terhadap perubahan-perubahan sikap, persepsi, dan ekspektasi.
3. Pengembangan keakraban, yaitu konselor betanggung jawab menciptakan, memantapkan, dan melanggengkan suasana akrab agar erjadi hubungan keterbukaan.
Dalam kode etik bimbingan dan konselign niilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dimiliki seorang praktikan/konselor pada saat memberi layanan kepada siswa adalah:
1. Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor harus terus menerus berusaha menguasai dirinya. Ia harus mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri yang dapat mempengaruhi hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu layanan profesional serta merugikan klien.
2. Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercayajujur, tertib, dan hormat.
3. Konselor harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam Kode Etik ini.
4. Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja yang setinggi mungkin. Untuk itu ia harus tampil menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar kaidah-kaidah ilmiah.
BAB III
PRA PRAKTIK BIMBINGAN DAN KONSELING BELAJAR
A. Persiapan Konselor/Praktikan
a. Persiapan Akademik
Persiapan akademik adalah persiapan secara akademik yang dilakukan oleh praktikan sebelum melaksanakan praktek bimbingan dan konseling belajar agar mendapatkan pemahaman total tentang konsep bimbingan dan konseling belajar. Yang termasuk dalam persiapan akademik diantaranya:
1) Mempelajari konsep tentang makna dari bimbingan dan konseling belajar dari perkuliahan maupun secara mandiri.
2) Mempelajari keterampilan dan sikap apa saja yan perlu dimiliki oleh praktikan ketika melaksanakan praktek bimbingan dan konseling belajar.
3) Menyiapkan dan mempelajari materi untuk satuan layanan bimbingan dan konseling belajar yang telah dibuat.
b. Persiapan Fisik
Persiapan fisik adalah persiapan yang dilakukan secara fisik atau jasmaniah oleh seorang praktikan sebelum melaksanakan praktek bimbingan dan konseling belajar yang berguna untuk menunjang kelayakan dan kesopanan praktikan. Yang termasuk dalam persiapan fisik diantaranya:
1) Menjaga kesehatan badan dengan berolahraga agar ketika melaksanakan praktik menjadi lancar.
2) Menjaga pola makan sehari-hari.
3) Memakai pakaian formal yang layak untuk tampil praktik di kelas.
c. Persiapan Mental
Persiapan mental adalah persiapan yang dilakukan secara mental yang dilakukan oleh seorang praktikan guna menunjang ketenangan dan kejernihan pikiran ketika melaksanakan praktik bimbingan dan konseling belajar. Yang termasuk dalam persiapan mental diantaranya:
1) Berdoa agar perasaan dan pikiran menjadi tenang.
2) Percaya pada kemampuan diri sendiri.
B. Identifikasi Kebutuhan dan Permasalahan Belajar (sesuai hasil instrumen yang dipakai/diolah)
Pengumpulan data adalah langkah awal dalam sebuah penelitian. Pengumpulan data bisa dilakukan dengan mendatangi langsung lapangan yang akan diteliti maupun bisa juga dilakukan dengan cara kajian pustaka dengan mempelajari literatur-literatur maupun arsip-arsip yang sudah ada untuk diteliti lebih lanjut.
Pada penelitian guna menunjang kegiatan praktek bimbingan dan konseling belajar ini, pengumpulan data dilakukan secara langsung, yaitu dengan mendatangi lapangan penelitian yang bertempat di MTs Al Islam Gunung Pati. Dengan datang langsung ke lapangan, akan lebih banyak data yang dikumpulkan, baik data yang dikumpulkan melalui instrument maupun data yang terkumpul berdasarkan pengamatan. Bagaimana ekspresi objek penelitian juga akan secara langsung dihadapi sehingga akan memudahkan jalannya pengumpulan data, karena bagaimana yang tertulis diwajah observee yang diamati secara langsung dengan data yang dihasilkan oleh instrument yang dikerjakan oleh observee berbeda atau tidaknya akan menunjukkan seberapa serius observee dalam bekerja sama sekaligus menunjukkan seberapa besar eksistensi observee.
1. Instrument
Instrument adalah alat yang digunakan seseorang guna membantu kegiatan penelitiannya, utamanya observasi untuk memperoleh data dari lapangan. Dalam mengumpulkan data dari lapangan digunakan beberapa instrument, yaitu daftar cek masalah (DCM), sosiometri, dan inventori tugas perkembangan (ITP). Dengan menggunakan tiga instrument terssebut akan dicari data-data siswa tentang berbagai permasalahan yang mungkin mengganggu kegiatan belajar siswa kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati sehingga berpengaruh pada prestasi belajar yang diraih siswa tersebut.
a. DCM
DCM adalah bentuk instrument psikometrik yang paling sederhana yang berisi kata-kata, kalimat, atau pertanyaan yang berisi pikiran-pikiran atau kegiatan-kegiatan individu yang menjadi focus perhatian atau yang sedang diamati. Dengan DCM memungkinkan pengamat meneliti seseorang secara sistematis dan obyektif dan merekan hasil observasu tersebut secara cepat. DCM memiliki beberapa fungsi dan kegunaan, diantaranya adalah :
1) Membantu individu menyatakan masalah yang pernah ada atau dihadapi.
2) Mensistematisasi masalah yang dihadapi individu atau kelompok.
3) Memudahkan analisis dan penagmbilan keputusan dalam penyusunan program.
4) Memberi kemudahan bagi konselor dalam menetapkan individu yg perlu mendapat perhatian khusus.
b. ITP
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat perklembangan peserta didik adalah ITP (Inventori Tugas Perkembangan). Dengan alat ITP, pembimbing dapat memahami tingkat perkembangan individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan dan membantu peserta didik yang bermasalah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.
Berdasarkan hasil pengukuran ini, dapat disusun program bimbingan yang memungkinkan peserta didik berkembang secara wajar, utuh dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
ITP mengukur tingkat perkembangan sebelas aspek, yaitu: (1) landasan hidup religius, (2) landasaan perilaku etis, (3) kematangan emosional, (4) kematangan intelektual, (5) kesadaran tanggung jawab, (6) peran sosial sebagai pria atau wanita, (7) penerimaan diri dan pengembangannya, (8) kemandirian perilaku ekonomi, (9) wawasan dan persiapan karir, (10) kematangan hubungan dengan teman sebaya, dan (11) persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga.
ITP berbentuk angket yang terdiri atas kumpulan pernyataan yang harus dipilih oleh siswa. Setiap soal (kumpulan butir pernyataan) terdiri atas empat butir pernyataan yang mengukur satu sub aspek.
Tingkat perkembangan siswa dapat dilihat dari skor yang diperoleh pada setiap aspek. Besar skor yang diperoleh menunjukkan tingkat perkembangan siswa.
c. Sosiometri
Sosiometri didefinisikan sebagai teknik utnuk memetakan relasi daya tarik dan daya tolak antar anggota dalam suatu kelompok. daftar pertanyaan yang dipergunakan untuk mendapatkan data dengan teknik sosiometri dinamakan “angket sosiometri”.
Sosiometri digunakan untuk mengumpulkan data tentang dinamika kelompok dan mengetahui popularitas seseorang dalam kelompoknya, serta menyelidiki kesukaran seseorang terhadap teman sekelompoknya, baik dalam pekerjaan, sekolah, maupun teman bermain.
Agar data mudah dibaca, biasanya data disajikan dalam bentuk tabel, dan tabel dari data sosiometri disebut matrik sosiometri. penyajian angket dalam bentuk ini tak dapat melihat mengenai “saling hubungan” antara anggota kelompok, anak kelompok, dan sebagainya.
Bentuk metrik dapat dibuat menjadi sosiogram, dengan sosiogram dapat diketahui dengan mudah mengenai:
1) status sosiometri dari tiap objek
2) besar jumlah pemilih untuk tiap objek
3) arah pilihan dari dan terhadap individu tertentu
4) kualitas arah pilihan
5) intensitas pilihan
6) ada dan tidaknya pusat pilihan
7) ada tidaknya isolasi
8) kecenderungan terbentuknya anak kelompok
selain menggunakan instrumen berupa ITP, DCM, dan sosiometri, dalam penelitian kali ini juga digunakan leger mid semester gasal siswa kelas VII Mta Al Islam Gunung Pati guna menganalisis hasil prestasi yang telah dicapai oleh siswa. Dengan leger ini akan diketahui siswa mana saja yang nilai prestasinya berada diatas rata-rata dan siswa mana saja yang nilai prestasinya berada dibawah rata-rata. Setelah diketahui data tersebut, kemudian akan digunakan ITP, DCM, dan sosiometri sebagai pembanding dan mengetahui masalah-masalah apa saja yang kiranya berpengaruh pada nilai prestasi siswa. Setelah diketahui permasalahan yang paling menonjol, maka akan dibuat rancangan program pelayanan bimbingan dan konseling belajar sesuai kebutuhan siswa yang akan berguna untuk membimbing siswa agar permasalahannya dapat atasi.
2. Analisi Data
Setelah data dari lapangan diperoleh, langkah selanjutnya adalah menganalisis dengan seksama data terssebut. Analisis adalah proses penyusunan data agar mudah ditafsirkan. Menyusun data berarti mengolongkannya dalam thema, kategori, atau pola-pola tertentu. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna pada analisis data yang sudah dilakukan, menjelaskan pola atau konsep, mencari hubungan berbagai konsep, dan sebagainya. Interpretasi menggambarkan perspektif peneliti, bukan kebenaran.
Berdasarkan data hasil yang diperoleh dari lapangan, setelah dianalisis ( table analisis terlampir ) dapat diketahui beberapa fakta atau kesimpulan yaitu :
a. Leger mid-test semester gasal kelas XI PJ
Leger adalah kumpulan nilai-nilai siswa dari semua mata pelajaran. Dalam penelitian ini yang digunakan adalah leger hasil mid-test kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati. Dalam leger ini termuat nilai-nilai siswa satu kelas dari semua mata pelajaran beserta rata-rata nilai per siswa, rata-rata nilai per kelas, rata-rata nilai per mata pelajaran, dan rata-rata nilai mata pelajaran.
Dari 28 siswa, berdasarkan grafik leger mid-test (leger dan grafik terlampir) nilai rata-rata kelasnya adalah 74. Berdasarkan rata-rata kelas tersebut, maka dapat diketahui terdapat 11 siswa yang mempunyai nilai rata-rata dibawah standar rata-rata kelas. Masing-masing adalah:
NO | NAMA | NILAI |
1 | Angie Oktavianing K | 71 |
2 | Arfan Alifian | 72 |
3 | Arif Fahrudin | 73 |
4 | Cita Ninda Noviana | 73 |
5 | Ilyas Yusnanto | 73 |
6 | Indah Natalia | 73 |
7 | M Hasan Muiz Abdai | 73 |
8 | Prista Meisy Syahputri | 72 |
9 | Rizky Nur Hidayati | 72 |
10 | Uswatun Qoriyah | 72 |
11 | Yanda Romadhon | 69 |
Tabel 3.1 daftar siswa dibawah rata-rata kelas
Dapat diketahui juga 6 orang siswa yang nilainya tepat sama dengan nilai rata-rata kelasnya. Diantaranya sebagai berikut:
NO | NAMA | NILAI |
1 | Andika Richi Kurniawan | 74 |
2 | Anisa Rizki Utami | 74 |
3 | Arifin | 74 |
4 | Azzayd Elkhairy | 74 |
5 | Ida Afriyanti | 74 |
6 | Mei Puji Lestari | 74 |
7 | Yusril Ikhsa Mahendra | 74 |
Tabel 3.2 daftar siswa tepat pada rata-rata kelas
Sedangkan sisanya adalah siswa-siswa yang memiliki nilai rata-rata diatas rata-rata kelas, meliputi:
NO | NAMA | NILAI |
1 | Achmad Salis | 76 |
2 | Afi Ma'sum | 76 |
3 | Andar Rizky Nawang S | 76 |
4 | Bagus Aprilianto | 76 |
5 | Bilal Abdillah Robbani | 75 |
6 | Evans Davavena | 76 |
7 | Mahmudah | 76 |
8 | Maulana Setyo Aji | 75 |
9 | Riana Wulandari | 78 |
10 | Ulfah Ayu Ningrum | 76 |
Tabel 3.3 daftar siswa diatas rata-rata kelas
Jadi berdasarkan leger mid-test kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati, dapat disimpulkan bahwa terdapat 11 siswa mendapat nilai dibawah rata-rata kelas, 7 siswa mendapat nilai tepat sama dengan rata-rata kelasnya, dan sisanya, 10 siswa mendapat nilai diatas rata-rata kelas. Dapat di ketahui pula bahwa siswa yang memiliki nilai rata-rata paling rendah dibanding yang lainnya adalah Beni Yandha Romadhon dengan nilai rata-rata 69, sedangkan siswa yang memiliki nilai rata-rata paling tinggi dibanding siswa yang lainnya adalah Riana Wulandari dengan nilai rata-rata 78.
b. ITP (Inventori Tugas Perkembangan)
Analisis kelompok dilakukan berdasarkan hasil pengolahan ATP per aspek permasalahan. Dengan rata-rata tingkat perkembangan (TP) aspek 3,48 skor, dapat di peroleh aspek mana saja dari kelas VII yang berada dibawah rata-rata TP maupun yang berada di atas rata-rata TP tersebut. Apabila skor rata-rata per aspek berada di bawah garis rata-rata TP aspek, maka dapat disimpulkan bahwa aspek perkembangan tersebut masih belum sepenuhnya dicapai oleh siswa. Sebaliknya, apabila skor rata-rata per aspek berada di atas garis rata-rata TP aspek, maka dapat disimpulkan bahwa aspek perkembangan tersebut sudah berhasil dicapai oleh siswa.
Aspek pertama adalah aspek landasan hidup religius. Dengan skor 3,54 aspek ini berada di atas garis rata-rata TP aspek, dengan demikian siswa kelas VII sudah mampu mengembangkan tugas perkembangan kehidupan religiusnya, mengingat bahwa siswa-siswa ini bersekolah di sekolah agama yang setiap hari menjunjung tinggi nilai keagamaan dalam kegiatan belajar mengajar, ekstrakurikuler, dan kegiatan yang lainnya.
Aspek yang kedua adalah aspek landasan perilaku etis. Dengan skor 3,30 aspek ini berada di bawah garis rata-rata TP aspek, dengan demikian siswa kelas VII belum mampu mengembangkan tugas perkembangan berperilaku etis dimanapun ia berada.
Aspek ketiga adalah aspek kematangan emosional. Dengan skor 3,17 aspek ini berada di bawah garis rata-rata TP aspek dan sekaligus merupakan skor terendah dari beberapa aspek perkembangan yang lainnya, dengan demikian siswa kelas VII masih belum mampu mengembangkan tugas perkembangan kematangan emosionalnya.
Aspek yang keempat adalah aspek kematangan intelektual. Dengan skor 4,03 aspek ini berada diatas garis rata-rata TP aspek dan merupakan skor tertinggi dari beberapa aspek yang lainnya, dengan demikian siswa kelas VII sudah mampu mengembangkan tugas perkembangan kematangan intelektualnya dalam menghadapi berbagai persoalan, terutama dalam kegiatan belajar mengajar.
Aspek yang kelima adalah aspek kesadaran tanggung jawab. Dengan skor 3,47 aspek ini berada dibawah garis rata-rata TP aspek, dengan demikian siswa kelas VII belum mampu mengembangkan tugas perkembangan sadar akan tanggung jawab yang dipikulnya dalam beberapa persoalan.
Aspek yang keenam adalah aspek peran sosial sebagai pria atau wanita. Dengan skor 3,26 aspek ini berada di bawah garis rata-rata TP aspek, dengan demikian siswa kelas VII belum mampu mengembangkan tugas perkembangan berperan sebagai dirinya laki-laki ataupun dirinya sebagai perempuan dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat. Mereka belum mampu mengerti bahwa laki-laki dan perempuan memiliki perannya masing-masing dalam kehidupan sosial.
Aspek yang ketujuh adalah aspek penerimaan diri dan pengembangannya. Dengan skor 3,69 aspek ini berada diatas garis rata-rata TP aspek, dengan demikian siswa kelas VII sudah mampu mengembangkan tugas perkembangan menerima dirinya apa adanya tanpa ada bermacam keluhan serta telah mampu mengembangkan kepribadian diri dengan baik .
Aspek kedelapan adalah aspek kemandirian perilaku ekonomis. Dengan skor 3,47 aspek ini berada di bawah garis rata-rata TP aspek, dengan demikian siswa kelas VII masih belum mampu mengembangkan tugas perkembangan hidup mandiri secara ekonomis. Dengan gaya hidup anak muda jaman sekarang yang sangat mengedepankan norma “gaul” dan “keren” tidak menutup kemungkinan bagaimana kurangnya siswa dalam mengembangkan hidup hemat dalam kehidupan sehari-hari.
Aspek yang kesembilan adalah aspek wawasan dan persiapan karier. Dengan skor 3,54 aspek ini berada diatas garis rata-rata TP aspek, dengan demikian siswa kelas VII sudah mampu mengembangkan tugas perkembangan yang mempunyai wawasan dan kesiapannya dalam terjun ke dunia kerja, karier, atau mungkin mempersiapkan dirinya secara matang untuk menuju ke sekolah yang lebih tinggi, dalam hal ini adalah sekolah menengah atas.
Aspek kesepuluh adalah aspek kematangan hubungan dengan teman sebaya. Dengan skor 3,36 aspek ini berada di bawah garis rata-rata TP aspek, dengan demikian siswa kelas VII masih belum mampu mengembangkan tugas perkembangan berhubungan dengan teman sebaya mereka secara matang. Mereka belum mengerti benar arti penting berhubungan dengan teman yan sebaya dengan dirinya.
Dari hasil analisis kelompok, dapat juga diperoleh butir mana saja yang merupakan 8 butir tertinggi dan 8 butir terendah dari 50 butir yang disebarkan kepada responden. Butir tertinggi ini mempunyai makna bahwa 8 butir tersebutlah yang mempunyai skor rata-rata tingkat perkembangan per butir tertinggi diatas rata-rata tingkat perkembangan butir yang telah dicapai oleh siswa. Sedangkan 8 butir terendah mempunyai skor yang paling rendah dibawah rata-rata tingkat perkembangan butir diantara butir-butir lainnya. Delapan butir terendah ini mempunyai makna bahwa siswa paling kurang mencapai perkembangannya pada 8 butir tersebut.
Butir tertinggi kelompok masing-masing yaitu diurutan pertama adalah aspek ke-4 aspek kematangan intelektual butir ke-3 dengan skor TP per butir 4,29. Urutan ke-2 aspek peran sosial sebagai pria atau wanita butir ke-3 dengan skor TP per butir 4,11. Urutan ke-3 aspek kematangan intelektual butir ke-2 dengan skor TP per butir 4,00. Urutan ke-4 aspek kematangan intelektual butir ke-4 dengan skor TP per butir 4,00. Urutan ke-5 aspek kemandirian perilaku ekonomis butir ke-4 dengan skor TP per butir 3,89. Urutan ke-6 aspek landasan hidup religius butir ke-2 dengan skor TP per butir 3,89. Urutan ke-7 aspek kemandirian perilaku ekonomis butir pertama dengan skor TP per butir 3,86. Sedangkan urutan terakhir ke-8 aspek landasan perilaku etis butir ke-4 dengan skor TP per butir 3,86.
Butir terendah kelompok masing-masing diurutan pertama adalah aspek kematangan emosional butir pertama dengan skor TP per butir 2,54. Urutan ke-2 aspek peran sosial sebagai wanita atau pria butir pertama dengan skor TP per butir 2,61. Urutan ke-3 aspek kematangan hubungan dengan teman sebaya butir ke-3 dengan skor TP per butir 2,82. Urutan ke-4 aspek peran sosial sebagai pria atau wanita butir ke-2 dengan skor TP per butir 2,82. Urutan ke-5 aspek landasan hidup religius butir pertama dengan skor TP per butir 2,86. Urutan ke-6 aspek kemandirian perilaku ekonomis butir ke-2 dengan skor TP per butir 2,86. Urutan ke-7 aspek landasan perilaku etis butir ke-3 dengan skor TP per butir 2,96. Sedangkan urutan terakhir ke-8 aspek kematangan hubungan dengan teman sebaya butir ke-2 dengan skor TP per butir 3,07.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati paling kurang dalam perilaku kematangan emosional dan paling lebih dalam kematangan intelektual. Sedangkan rata-rata butir tertinggi pada aspek kematangan intelektual butir ke-3 dan rata-rata butir terendah pada aspek kematangan emosional butir pertama.
Sedangkan berdasarkan analisis individual (profil terlampir) dapat diketahui beberapa siswa yang mempunyai rata-rata tingkat perkembangan dibawah rata-rata diantaranya:
NO | NAMA | RATA-RATA |
1 | Afi Ma'sum | 3.28 |
2 | Arifin | 3.30 |
3 | Evans Davavena | 3.45 |
4 | Ida Afriyanti | 3.38 |
5 | Ilyas Yusnanto | 3.13 |
6 | Maulana Setyo Aji | 3.25 |
7 | Mei Puji Lestari | 3.23 |
8 | Rizky Nur Hidayati | 3.43 |
9 | Ulfah Ayu Ningrum | 3.43 |
10 | Uswatun Qoriyah | 3.13 |
11 | Yanda Romadhon | 3.30 |
12 | Yusril Ikhsa Mahendra | 3.45 |
Tabel 3.4 daftar siswa dibawah rata-rata TP
Sedangkan berdasarkan analisis individual tersebut juga dapat diketahui dengan cepat siswa mana saja yang sudah mampu melakukan tegas perkembangannya dengan baik, dengan mendapat skor tugas perkembangan diatas rata-rata, siswa tersebut diantaranya:
NO | NAMA | RATA-RATA |
1 | Achmad Salis | 3.68 |
2 | Andar Rizky Nawang S | 3.53 |
3 | Andika Richi Kurniawan | 3.48 |
4 | Angie Oktavianing K | 3.58 |
5 | Anisa Rizki Utami | 3.55 |
6 | Arfan Alifian | 3.63 |
7 | Arif Fahrudin | 3.53 |
8 | Azzayd Elkhairy | 3.55 |
9 | Bagus Aprilianto | 3.75 |
10 | Bilal Abdillah Robbani | 3.65 |
11 | Cita Ninda Noviana | 3.63 |
12 | Indah Natalia | 3.50 |
13 | M Hasan Muiz Abdai | 3.65 |
14 | Mahmudah | 3.68 |
15 | Prista Meisy Syahputri | 3.53 |
16 | Riana Wulandari | 3.68 |
Tabel 3.5 daftar siswa diatas rata-rata TP
Jadi, dapat disimpulkan berdasarkan profil individual hasil skor ITP kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati, terdapat 12 siswa yang masih belum melakukan tugas perkembangannya dengan baik, dan terdapat pula 16 siswa yang bisa dikatakan sudah mampu melaksanakan tugas perkembangannya dengan baik. Dapat diketahui pula bahwa siswa yang memiliki rata-rata skor paling tinggi adalah Bagus Aprilianto dengan rata-rata skor 3,75 sedangkan siswa dengan rata-rata skor paling rendah adalah Ilyas Yusnanto dan Uswatun Qoriyah dengan skor rata-rata sama 4,24.
c. DCM
Analisis DCM kelompok adalah analisis yang dilakukan per topik masalah yang ada dalam DCM, masalah-masalah tersebut diantaranya masalah yang berhubungan dengan kesehatan, keadaan ekonomi, kehidupan keluarga, agama dan moral, rekreasi dan hobi, hubungan pribadi, kehidupan sosial, masalah remaja, penyesuaian sekolah, penyesuaian kurikulum, kebiasaan belajar, dan masa depan.
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, topik masalah yang paling tinggi yang dihadapi oleh siswa adalah masalah yang berhubungan dengan kesehatan dengan skor total 17,50%, tertinggi kedua adalah masalah yang berhubungan dengan masa depan dan cita-cita dengan skor total 13,93%, yang ketiga adalah masalah yang berhubungan dengan pribadi dengan skor total 13,57%, yang keempat adalah masalah yang berhubungan dengan penyesuaian sekolah dengan skor total 13,39%, yang kelima adalah masalah yang berhubungan dengan kebiasaan belajar dengan skor total 13,04%, yang keenam adalah masalah yang berhubungan dengan rekreasi dan hobi dengan skor total 12,68%, yang ketujuh adalah masalah yang berhubungan dengan penyesuaian kurikulum dengan skor total 12,50%. yang kedelapan adalah masalah yang berhubungan dengan keadaan ekonomi dengan skor total 12,14%, yang kesembilan adalah masalah yang berhubungan dengan agama dan moral dengan skor total 10,89%, yang kesepuluh adalah masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial dengan skor total 10,71%, yang kesebelas adalah masalah yang berhubungan dengan masalah remaja dengan skor total 9,64%, dan yang terakhir adalah masalah yang berhubungan dengan kehidupan kelarga dengan skor total 8,57%.
Sedangkan berdasarkan hasil analisis per butir masalah yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa pada aspek masalah pertama yaitu masalah yang berhubungan dengan kesehatan, butir yang mendapat derajat permasalahan E diantaranya butir nomor 15 dan 18 dari total 20 butir yang mencakup masalah sering merasa mengantuk dan sering merasa pusing.
Pada aspek masalah yang kedua yaitu masalah yang berhubungan dengan keadaan ekonomi, butir yang mendapat derajat permasalahan E diantaranya butir nomor 39 dari total 20 butir yang mencakup masalah ingin memperoleh beasiswa.
Pada aspek masalah yang ketiga yaitu masalah yang berhubungan dengan kehidupan keluarga, butir yang mendapat derajat permasalahan D diantaranya butir nomor 43 dari total 20 butir yang mencakup masalah selalu bertengkar dengan saudara entah kakak atau adik.
Pada aspek masalah yang keempat yaitu masalah yang berhubungan dengan agama dan moral, butir yang mendapat derajat permasalahan D diantaranya butir nomor 78 dan 79 dari total 20 butir yang mencakup masalah tidak menghormati agama lain dan merasa sangat berdosa sekali.
Pada aspek masalah yang kelima yaitu masalah yang berhubungan dengan rekreasi dan hobi, butir yang mendapat derajat permasalahan D adalah butir nomor 85, 87, dan 89 dari total 20 butir yang mencakup masalah suka berolah raga namun tidak punya kesempatan, hobi sering mengganggu belajar, dan suka menonton tv/sinetron pada saat malam hari.
Pada aspek masalah yang keenam yaitu masalah yang berhubungan dengan hubungan pribadi, butir yang mendapat derajat permasalahan D diantaranya butir nomor 103, 104, 117, dan 120 dari total 20 butir yang mencakup masalah merasa malu saat bergaul dengan teman lawan jenis, merasa iri dengan prestasi belajar teman lain, ingin punya kawan akrab, dan ingin hidup lebih tenang.
Pada aspek masalah yang ketujuh yaitu masalah yang berhubungan dengan kehidupan sosial, butir yang mendapat derajat permasalahan D diantaranya butir nomor 123 dan 136 dari total 20 butir yang mencakup masalah sukar dalam bergaul dan malu bila berhadapan didepan orang banyak.
Pada aspek masalah yang kedelapan yaitu masalah yang berhubungan dengan masalah remaja, butir yang mendapat derajat permasalahan E diantaranya butir nomor 155 dari total 20 butir yang mencakup masalah dilarang berpacaran oleh orang tua.
Pada aspek masalah yang kesembilan yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuaian sekolah, butir yang mendapat derajat permasalahan D diantaranya butir nomor 162, 163, 167, 171, dan 174 dari total 20 butir yang mencakup masalah sekolah tidak sesuai dengan keinginan, ingin pindah sekolah, pribadi salah seorang guru menjadi penyebab enggan mengikuti pelajaran, sering datang terlambat, dan salah satu kawan ada yang menjenggelkan.
Pada aspek masalah yang kesepuluh yaitu masalah yang berhubungan dengan penyesuaian kurikulum, butir yang mendapat derajat permasalahan D diantaranya butir nomor 186, 192, 193, dan 198 dari total 20 butir yang mencakup masalah merasa takut saat akan ulangan, sukar dalam pelajaran matematika, merasa khawatir bila mendapat giliran mengerjakan soal didepan, dan sukar mengerti isi buku pelajaran.
Pada aspek masalah yang kesebelas yaitu masalah yang berhubungan dengan kebiasaan belajar, butir yang mendapat derajat permasalahan E diantaranya butir nomor 210 dari total 20 butir yang mencakup masalah merasa selalu malas belajar.
Pada aspek masalah yang keduabelas yang terakhir yaitu masalah yang berhubungan dengan masa depan dan cita-cita butir yang mendapat derajat permasalahan D diantaranya butir nomor 227, 228, 231, dan 236 dari total 20 butir yang mencakup masalah khawatir bila tidak diterima di SMA, ingin mengetahui bakat dan kemampuan diri sendiri, mempunyai cita-cita yang berbeda dengan teman, dan punya cita-cita yang selalu berubah.
d. Sosiometri
Dalam menganalisis data mentah yang diperoleh melalui metode sosiometri dapat dibuat diagram sosiometri (diagram terlampir), tabel sosiometri (tabel terlampir), dan profil individu sosiometri (profil individu terlampir) agar lebih mudah dalam menganalisa hubungan atau relasi yang terjadi di kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati.
Berdasarkan hasil pengolahan angket sosiometri dapat diketahui siswa-siswa yang mempunyai skor penolakan tertinggi dalam kelas dan memerlukan tindak lanjut dalam layanan bimbingan dan konseling, diantaranya:
1) Arif Fahrudin
2) Azzayd Elkhairy
3) Bagus Aprilianto
4) Ilyas Yusnanto
5) Mei Puji Lestari
6) Uswatun Qoriyah
Dapat diketahui pula siswa-siswa yang memiliki atau mendapat skor pemilihan tinggi dan dapat dikategorikan sebagai siswa-siswa yang memiliki relasi atau hubungan yang baik dengan teman-teman sekelasnya, yaitu M Hasan Muiz Abdai.
3. Identifikasi Kebutuhan Masalah
Dari hasil analisis leger mid-test, Inventori Tugas Perkembangan (ITP), Daftar Cek Masalah (DCM), dan sosiometri dapat dibuat suatu interpretasi kebutuhan siswa, yaitu :
NO. | KEBUTUHAN/PERMASALAHAN | JENIS LAYANAN | KEGIATAN PENDUKUNG |
1. | Upaya mengatasi rasa malas belajar | INFO | HD |
2. | Tiga gaya belajar | PKO | HD TK |
3. | Beberapa cara untuk menumbuhkan semangat belajar | INFO | HD |
4. | Memahami teknik-teknik belajar dengan menggunakan berbagai sumber belajar | BKP | HD TK |
5. | Disiplin belajar serta berlatih secara efektif, efisien dan produktif | BKP | HD TK |
6. | Menyusun jadwal belajar secara mandiri | PKO | HD |
7. | Upaya mengatasi rasa mengantuk saat jam pelajaran | INFO | HD |
8. | Mengenal faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kegiatan belajar | INFO PKO | HD |
9. | Belajar dengan cara yang menye-nangkan | PKO | HD |
10. | Mengembangkan Kebiasaan Belajar Efektif | BKP | HD |
11. | Evaluasi prestasi akademik | BKP | HD |
12. | Kegiatan belajar kelompok | PP BKP | HD |
13. | Partisipasi diri dalam kegiatan belajar (kelompok, kelas, dan sekolah) | PKO | HD |
14. | Merencanakan target hasil belajar secara periodik | PKO | HD |
15. | Pengelolaan emosi untuk meningkatkan prestasi belajar | INFO | HD |
Tabel 3.6 identifikasi permasalahan
Dari identifikasi kebutuhan tersebut, akan dibuat sembilan satuan layanan dan satu diantara layanan tersebut akan langsung dipraktikkan bersama mahasiswa satu kelas. Satuan layanan yang akan ddi praktikkan adalah dengan topik upaya mengatasi rasa malas belajar.
BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PRAKTIK BIMBINGAN DAN KONSELING BELAJAR
A. Pelaksanaan Praktik (proses)
Pelaksanaan praktik bimbingan dan konseling belajar yang dilaksanakan kali ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengambilan data ke lapangan, tahap analisis data, dan tahap praktik bimbingan dan konseling belajar.
1. Pengambilan data ke lapangan
Setelah selama dua kali pertemuan perkuliahan praktik bimbingan dan konseling di kelas, dosen menugaskan mahasiswa untuk mulai terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data. Sekolah yang akan di jadikan tempat observasi dan pengumpulan data yaitu MTs Al Islam Gunung Pati. Terlebih dahulu praktikan meminta ijin kepada pihak sekolah untuk melakukan pengambilan data dengan menyebarkan instrument ke kelas tertentu. Setelah mendapat persetujuan dan ijin dari pihak sekolah, maka diputuskan bahwa praktikan akan mengambil data di kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati. Kemudian praktikan mendiskusikan kapan pengambilan data segera bisa dilaksanakan dengan ibu Siti selaku guru pembimbing di MTs Al Islam Gunung Pati setelah melihat jadwal pelajaran siswa kelas VII. Lalu disepakati bahwa praktikan akan melakukan pengambilan data pada tanggal 9 dan 14 maret.
Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan beberapa instrument, yaitu dengan menggunakan DCM (daftar cek masalah), ITP (inventori tugas perkembangan), dan sosiometri. Selain ketiga instrument tersebut, praktikan juga meminta leger mid semester gasal kepada wali kelas VII yang selanjutnya akan dianalisis untuk dibandingkan dengan hasil analisis pada masing-masing instrumennt. Pada tanggal 9 maret 2011 jam 10.40 WIB, dilaksanakan pengambilan data hari pertama, instrument yang dibagikan adalah ITP, karena keterbatasan waktu yang hanya diberi waktu selama 35 menit, maka instument yang lain akan dibagikan pada pertemuan kedua. Pada tanggal 14 maret 2011 jam 10.40 WIB, dibagikan dua instrument sekaligus, yaitu DCM dan sosiometri. Setelah selesai melakukan pengambilan data, praktikan meminta leger nilai mid semester gasal kelas VII kepada wali kelas.
2. Tahap analisis data
Setelah selesai melaksanakan pengambilan data di sekolah. praktikan kemudian menganalisis satu persatu instrument yang telah di isi oleh siswa. Analisis ITP dilakukan dengan bantuan ATP (analisis tugas perkembangan), dengan menggunakan ATP ini praktikan sangat terbantu sekali dalam mempersingkat waktu penganalisisan. Setelah menginput data yang berupa pilihan jawaban dari siswa, maka dengan cepat dapat dilihat beberapa informasi, diantaranya: pofile kelompok, profile individu, distribusi frekuensi aspek, distribusi frekuensi konsistensi, distribusi frekuensi nilai individu, 8 butir tertinggi kelompok dan individu, dan 8 butir terendah kelompok dan individu.
Analisis instrument DCM juga dilakukan dengan bantuan aplikasi DCM, dengan menggunakan aplikasi ini praktikan juga bisa mempersingkat waktu analisis data dibandingkan jika dianalisis secara manual. Dari aplikasi ini, banyak informasi yang diperoleh diantaranya tabulasi data DCM, profile individual, profile kelas, analisis butir soal per kelas, analisis perbutir soal kelas, analisis perbutir soal paralel, analisis topik per kelas, analisis per topik paralel, dan daftar siswa asuh.
Analisis instrument sosiometri dilakukan secara manual dikarenakan praktikan pada saat itu belum mempunyai aplikasi sosiometri yang bisa digunakan untuk mempermudah pengolahan data dan mempersingkat waktu. Dari instrument sosiometri, dapat diperoleh beberapa informasi diantaranya tabel pemilihan sosiometri, diagram pemilihan sosiometri, dan profile individu.
Analisis leger juga dilakukan secara manual, yaitu dengan mencari rata-rata nilai tiap seluruh siswa dan semua mata pelajaran. Dari penganalisisan leger ini dapat diperoleh banyak infformasi yaitu, siswa dengan nilai rata-rata dibawah rata-rata kelas, siswa dengan nilai rata-rata diatas rata-rata kelas, rata-rata nilai mata pelajaran yang paling tinggi, dan rata-rata nilai mata pelajaran yang paling rendah.
3. Praktik bimbingan dan konseling
Praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling belajar dilaksanakan di kelas bersama mahasiswa satu angkatan. Praktik ini dilaksanakan pada hari sabtu 2 Juli 2011 jam 08.00 di gedung A1-301 fakultas ilmu pendidikan UNNES. Praktik ini dilaksanakan dengan bantuan observer dari mahasiswa yang berjumlah dua orang serta observer dari dosen yang berjumlah satu orang. Observer I adalah Ardiyan awwallugin, observer II adalah Tiara Putri Faiza, dan observer III adalah ibu Sinta Saraswati. Observer ini bertugas memberi penilaian kepada praktikan pada lembar penilaian yang telah disediakan setelah itu mengomentari penampilan praktikan tentang kekurangan yang perlu diperbaiki serta kelebihan yang perlu dtingkatkan dan dipertahankan.
Pada praktik kali ini, praktikan meminta bantuan kepada mahasiswa untuk berperan menjadi siswa kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati, sedangkan praktikan disini berperan sebagai seorang mahasiswa yang sedang praktik memberikan layanan bimbingan dan konseling belajar menggantikan ibu Siti selaku guru pembimbing di MTs Al Islam Gunung Pati.
Yang pertama kali dilakukan adalah mempersiapkan ruang, alat, dan media layanan yang akan digunakan, yaitu dengan menata LCD dan laptop sedemikian rupa sehinggan powerpoint bisa ditampilkan dan seluruh siswa di kelas bisa menyaksikannya dengan jelas. Setelah media yang digunakan telah siap, praktikan membuka kegiatan dengan mengucapkan salam kepada siswa, memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada siswa, menanyakan kabar kepada siswa sebagai bentuk komunikatif dan agar supaya lebih dekat dengan para siswa, dan memulai kegiatan dengan berdoa bersama terlebih dahulu. Setelah itu, praktikan berterima kasih atas kesediaan siswa mengikuti kegiatan layanan lalu menjelaskan tentang maksud dan tujuan kedatangan praktikan ke kelas. Dijelaskan juga tentang pengambilan data pada pertemuan lalu yang telah dilakukan, kemudian di analisis, dan temukan suatu permasalahan yaitu bahwa siswa kelas VII ini masalah yang paling tinggi adalah pada rasa malas belajar. Kemudian praktikan juga menjelaskan tentang pentingnya mendapatkan materi tentang bagaimana upaya mengatasi rasa malas juga menanyakan kembali kepada siswa apakah siswa sudah siap untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Setelah pasti bahwa siswa siap mengikuti rangkaian kegiatan, praktikan memulai membahas tentang apa yang dimaksud dengan malas, tentu dengan melempar pertanyaan terlebih dahulu kepada siswa bila mereka mempunyai pendapat tentang kata-kata malas. Ketika mulai membahas tentang penyebab rasa malas dan bagaimana cara mengatasi rasa malas, praktikan juga mengundang partisipasi aktif dari siswa dengan menanyakan pendapat dan pemikiran siswa juga melakukan humor-humor segar ditengah-tengah penyampaian materi agar siswa tidak merasa jenuh maupun boosan. Hal ini dilakukan agar siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan layanan juga menumbuhkan keberanian menyampaikan pendapat di depan orang banya.
Ketika materi sudah selesai semua diberikan, praktikan mengajak siswa untuk melakukan sesi tanya jawab, apa bila ada siswa yang kurang mengerti dan juga apabila ada siswa yang masih punya tabungan pertanyaan yang ingin disampaikan kepada praktikan. Praktikan memberi kesempatan bertanya sebanyak-banyaknya kepada siswa. Ketika ada siswa yang sudah berani bertanya, praktikan memberi reinforcement positif berupa pujian karena ia sudah berani untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Pertanyaan dari siswa tidak langsung dijawab oleh praktikan, namun pertanyaan tersebut terlebih dahulu dilempar kembali ke semua siswa, dalam hal ini semua siswa yang ada di kelas diajak untuk berpikir bersama-sama untuk menjawab pertanyaan tadi.
Praktikan memberikan rangkuman dari kegiatan yang telah dilaksanakan selama 35 menit lalu memberikan penilaian terhadap hasil apa yang telah diperoleh siswa dari kegiatan layanan ini. Praktikan menanyakan kepada beberapa siswa tentang apa yang telah mereka peroleh setelah mendapat penjelasan materi tentang upaya mengatasi rasa malas. Selanjutnya praktikan tidak lupa memberikan motivasi posotof kepada para siswa agar tetap semangat dalam belajar dan memerangi rasa malas yang ada pada dirinya dimulai dari hal yang kecil-kecil.
Praktikan menginformasikan kepada siswa bahwa kegiatan telah selesai dan juga waktu yang disediakan selama 35 menit sudah habis, kemudian praktikan mengucapkan salam penutup kepada siswa.
Setelah kegiatan praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling belajar selesai, praktikan mempersilah kan kepada observer untuk mengomentari bagaimana penampilan praktikan ketika melaksanakan prakteik. Dari komentar-komentar yang di lontarkan observer, ada beberapa masukan yang berarti dan sangat membantu praktikan dalam meningkatkan performanya pada praktik di lain waktu. Komentar yang dilontarkan oleh observer I mengemukakan bahwa praktikan masih kelihatan gugup, kurang percaya diri dan kurang nyaman berbicara di depan kelas. Sedangkan observer II berkomentar bahwa praktikan kurang berhasil mengusahakan interaksi dengan para siswa, hal ini ditandai dengan ketika praktikan bertanya atau mengajakk siswa untuk berpartisi aktif, siswa malah kebanyakan banyak yang diam dan kurang bersemangat. Yang terakhir adalah komentar dari observer III yang juga selaku dosen mata kulian praktik bimbingan dan konseling belajar, beliau lebih mengomentari pada media yang digunakan oleh praktikan yang berupa power point yang kurang maksimal dalam pembuatannya yaitu, masih belum bisa memadupadankan warna-warna dan kurangnya gambar-gambar untuk menghasilkan tampilan yang mudah dibaca serta menarik.
B. Hasil Praktik
Setelah selesai melaksanakan praktik bimbingan dan konseling belajar, praktikan melakukan penilaian kepada siswa. Penilaian tersebut dilakukan guna mengetahui lebih jauh tentang apa yang diperoleh siswa ketika mengikuti kegiatan layanan bimbingan dan konseling belajar ini. Penilaian dilakukan dengan cara menanyakan secara lisan kepada siswa tentang pemahaman apa yang diperoleh selama mengikuti kegiatan dan rencana apa yang akan dilakukan untuk mengatasi rasa malas pada dirinya sendiri. Setelah menanyakan langsung kepada beberapa siswa, ternyata diperoleh hasil bahwa siswa sudah bisa memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan malas, mengerti tentang penyebab rasa malas, dan mau berusaha menghindari rasa malas dimulai dengan hal-hal yang terkecil sekalipun, misalnya dengan menghindari rasa malas mandi, atau rasa malas makan.
C. Refleksi Pengalaman Pribadi
Ketika kegiatan praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling berlangsung banyak hal yang menjadi pengalaman dan pelajaran bagi praktikan. Banyak juga hambatan-hambatan yang terjadi, hambatan ini berasal dari faktor internal praktikan sendiri maupun berasal dari faktor eksternal.
Penghambat dari segi faktor internal diantaranya, praktikan masih merasa gugup ketika memberikan layanan, olah vokal dirasa masih kurang, bahasa yang digunakan masih bercampur dengan bahasa daerah, masih gugup ketika berbicara di depan orang banyak, kelancaran dalam berbicara masih kurang, dan perasaan grogi masih menempel saat pelaksanaan praktik.
Adapun hambatan dari faktor eksternal adalah bahwa siswa yang diberi layanan kali ini adalah mahasiswa teman satu kelas sendiri. Mahasiswa yang berperan menjadi siswa SMP tentu tidak bisa sepenuhnya menjadi seperi apa yang sebenarnya dalam lapangan sebenarnya. Mahasiswa ketika diberi layanan masih sibuk dengan urusannya masing-masing dan terkesan tidak memperhatikan. Apabila suasana kelas alami dan apa adanya. Dengan kata lain melaksanakan praktik ke lapangan yang sebenarnya, ada kemungkinan, suasana yang kaku dan berat seperti saat di kelas bersama mahasiswa tidak terjadi.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian kegiatan yang telah dilaksanakan pada kegiatan praktik bimbingan dan konseling belajar kali ini, dapat diambil kesimpulan, yaitu;
1. Bahwa masalah yang paling krusial yang dialami oleh siswa kelas VII MTs Al Islam Gunung Pati adalah rasa malas belajar.
2. Praktikan sudah cukup baik dalam pelaksanaan praktik bimbingan dan konseling belajar.
3. Beberapa kekurangan dirasa terjadi akibat pengalaman praktik yang dilakukan oleh praktikan masih sedikit.
4. Dengan kegiatan praktik bimbingan dan konseling belajar ini membuat kemampuan praktikan lebih terasah. Hal ini bisa disimpulkan dari bagaimana menguasai rasa grogi sedangkan tuntutan pekerjaan adalah untuk tampil prima sebagai seorang pemimpin. Perasaan grogi dirasa sebagai beban namun disisi lain digunakan sebagai alat untuk mengasah kemampuan diri sebagai persiapan untuk terjun ke lapangan yang sesungguhnya.
B. Saran
Saran yang terbentuk dari diri praktikan adalah menambah latihan yang dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri dan belajar menguasai keadaan yang tidak terencana, sedangkan keadaan menuntuk untuk selalu tampil prima. Profesionalitas seorang konselor harus terjaga dihadapan konseli maupun dihadapan stake holder agar pengakuan sehat dari masyarakat dapat terangkat.
DAFTAR PUSTAKA
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Nurihsan, H Achmad Juntika. 2005. Manajemen bimbingan dan konseling di SMP. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan konseling studi dan karir. Jogjakarta: CV Andi Offset
Manribu, Mohammad Thayyeb. 1988. Pengantar bimbingan dan konseling karir. Jakarta: Dikti
Gani, Ruslan A. 1996. Bimbingan karir. Bandung: Angkasa
Syah, Muhhibbin. 2003. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada