Sabtu, 02 Juli 2011

KONSELING KELOMPOK


PENDAHULUAN

Pelayanan konseling kelompok adalah salah satu kegiatan layanan yang paling banyak dipakai karena lebih efektif. Banyak orang yang mendapatkan layanan sekaligus dalam satu waktu. Layanan ini juga sesuai dengan teori belajar karena mengandung aspek social yaitu belajar bersama. Peserta layanan akan berbagi ide dan saling mempengaruhi untuk berkembang menjadi manusia seutuhnya.
Layanan Konseling kelompok ada 2 macam yaitu konseling dan bimbingan kelompok. Yang sangat menentukan keefektifan layanan kelompok adalah suasana kelompok yang:
1.     Interaksi yang dinamis
2.     Keterikatan emosional
3.     Penerimaan
4.     Altruistik, mengutamakan kepedulian terhadap orang lain
5.     Intelektual (rasional, cerdas dan kreatif). Menambah ilmu dan wawasan individu serta dapat menumbuhkan ide-ide cemerlang.
6.     Katarsis (mengemukakan uneg-unegnya, idenya dan gagasannya). Menyatakan emosinya yang lebih mengarah pada pengungkapan pmasalah yang dipendam.
7.  Empati (suasana yang saling memahami tentang apa yang dipikirkan dan dirasakan sehingga dapat menyesuaikan sikapnya dengan tepat).  Hal ini diciptakan melalui pentahapan dan kemampuan pemimpin kelompok.
Masalah dalam konseling kelompok biasanya membahas masalah-masalah umum bagi peserta layanan. Jika suasana kelompok belum tercipta maka sulit bagi peserta layanan untuk mengungkapkan masalah pribadinya sehingga konseling kelompok agak sulit pelaksanaannya
A.    TEKNIK MENSTIMULASI KONSELING KELOMPOK
Teknik atau metode yang dapat digunakan dalam menstimulasi konseling kelompok adalah sebagai berikut :
1.     DISKUSI KEOMPOK
a.     Defenisi
Diskusi kelompok merupakan bentuk konseling dimana konselor melaksanakan konseling dengan cara diskusi kelompok
b.     Bentuk
·       Whole Group yaitu diskusi pada kelompok besar
·       Buz Group,  diskusi pada kelompok kecil, biasanya terdiri dari 4-5 orang klien
·       Syndicate Group, bentuk diskusi dengan cara membagi kelas besar menjadi beberapa kelompok kecil
·       Brainstroming, diskusi iuran pendapat, kelompok memberikan ide baru tanpa dinilai, dikritik dan dianalisis yang dilaksanakan dalam waktu cepat dipimpin oleh seorang konselor
·       Fish Bowl, merupakan diskusi dengan beberapa orang klien mengadakan diskusi untuk mengambil keputusan dari pemecahan masalah, diskusi model ini biasanya di atur dengan tempat duduk melingkar/model U dengan koselor sebagai pemimpin
c.      Prosedur Menstimulasi Kelompok
1)     Bagi kelompok besar menjadi kelompok kecil
Hal ini dilakukan agar anggota kelompok menjadi lebih produktif dalam tujuan mencapai suatu pemecahan masalah. Sebab pada kelompok besar, anggota yang paling aktif akan terpisah dengan anggota kelompok lain. Hal ini menjadi hambatan partisipasi bagi yang lain, akibatnya ada beberapa anggota kelompok yang kehilangan minta untuk berkontribusi dalam diskusi
Dengan kelompok kecil, maka konselor lebih bisa mengontrol arah diskusi dan mendorong semua anggota kelompok terlibat.

2)     Bentuk kelompok homogen
Pisahkan anggota kelompok sehingga pada kelompok kecil tersebut terbentuk kelompok yang homogen,  misal dari jenis permasalahan, usia, jenis kelamin, bahkan tingkat kemampuan anggota kelompok.
Dengan berada pada situasi dan suhu lingkungan yang sama, maka para anggota kelompok lebih terodorong untuk berani mengungkapkan permasalahannya, dan lebih mampu merasakan masalah terhadap teman satu kelompoknya, sehingga bisa berperan aktif dalam diskusi pemecahan masalah.
3)     Fokuskan masalah
Konselor berperan dengan menentukan pokok permasalahan yang akan dibahas, tentunya diawali dengan musyawarah dan persetujuan anggota kelompok. Pembahasan pada satu topic memudahkan konselor mengarahkan seluruh anggota kelompok untuk terlibat langsung dalam  dinamika interaksi sosial kelompok.
Topik yang dipilih untuk dibahas, seyogyanya topic yang hangat, merangsang dan menantang bagi anggota kelompok, disesuaikan dengan tingkat kemampuan seluruh anggota kelompok, sehingga mereka merasa terpanggil untuk ikut membicarakannya.
4)     Asas kerahasiaan
Konseling keompok menghendaki agar para klien dapat mengemukakan dan mengungkapkan keadaan diri masing-masing, sepenuh-penuhnya dan seterbuka mungkin. Dalam hal ini asas kerahasiaan menjadi menonjol.  Masing-masing klien perlu mempercayai konselor dan rekan sesame kelompok, bahwa kerahasiaan segenap apa yang mereka kemukakan, terjamin sepenuhnya.
Meyer dan smith (1997) melalui penelitiannya membuktikan bahwa, kurangnya kepercayaan anggota tentang terjaminnya kerahasiaan akan mengurangi sikap keterbukaan anggota
Dalvis ( 1980), dalam penelitiannnya mengungkapkan bahwa pernyataan konselor yang meyakinkan dihadapan segenap anggota kelompok, bahwa ia benar-benar akan menjaga kerahasiaan seluruh anggota kelompok secara siginifikan akan mempengaruhi kehendak dan sikap para anggota mengemukakan apa yang ingin mereka sampaikan di dalam kelompok.
Konselor harus membina semua anggota kelompok agar mereka menyadari pentingnya menjaga rahasia, dan agar mereka saling menjaga rahasia temannya, sehingga dengan demikian mereka menjadi saling memahami.
Sikap konselor dan anggotaserta suasana yang sepenuhnya sejalan dengan dengan asas kerahasiaan, merupakan salah satu aturan yang khas yang harus diikuti oleh seluruh warga kelompok, hal ini merupakan ciri khas dari konseling kelompok.
5)     Upaya pemecahan masalah, evaluasi dan tindak lanjut
Ketiga hal ini mendorong anggota kelompok untuk membentuk kelompok kohesi, yaitu suatu keadaan dimana terciptanya kekuatan yang mendorong anggota kelompok untuk tetap tinggal di dalam kelompoknya dan mencegah anggota lain meninggalkan kelompoknya.
Kohesi kelompok dapat diukur dari keteratarikan anggota satu sama lain, ketertarikan pada kegiatan dan fungsi kelompok, sejauh mana anggota tertarik pada kelompok sebagai alat untuk memuaskan kebutuhan personalnya.
Kelompok kohesi mempunyai suasana yang mempertinggi umpan balik dan mendorong komunikasi efektif, anggota biasanya bersedia berdiskusi secara bebas, sehingga saling pengertian, saling membantu dalam mencapai perubahan sikap.
Konselor dapat meningkatka kohesi kelompok dengan cara menumbuhkan semangat anggota kelompok, mendorong terciptanya hubungan interpersonal yang akrab, menumbuhkan rasa kesetiakawanan dan perasaan yang mendalam satu sama lain.
2.     GROUP ACTIVITIE ( METODE KARYAWISATA)
a.     Defenisi
Konseling dilakukan secara langsung melalui bimbingan konselor dengan mempergunakan objek wisata sebagai tempat untuk berkumpul dan bertemunya para klien dan konselor
b.     Keuntungan
Karyawisata mempunyai prinsip bimbingan modern dengan memanfaatkan lingkungan nyata dalam proses konseling, membuat apa yang menjadi topic permasalahan menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan masyarakat/lingkungan. Metode ini dapat lebih merangsang kreatifitas anggota kelompok
  Kerugian
Terkadang fasilitas yang diperlukan sulit untuk disediakan, biaya yang digunakan lebih banyak, memerlukan persiapan dan perencanaan yang matang, terkadang memerlukan koordinasi dengan konselor lain agar tidak terjadi tumpah tindih dalam waktu dan kegiatan selama karyawisata.
            Hal yang juga menjadi perhatian adalah seringkali dalam karyawisata unsure rekreasi lebih prioritas sehingga tujuan utama sebagai proses konseling menjadi terabaikan.
c.      Prosedur stimulasi kelompok
1)     Perencanaan
Pembentukan petugas khusus, perencanaan perjalanan ke tempat wisata dan merencanakan  sasaran dan tujuan yang hendak dicapai, aspek-aspek permasalahan yang akan didiskusikan dalam konseling kelompok.
2)     Suasana yang menyejukkan
Suasana dalam metode karyawisata pada konseling kelompok ditujukan pada lingkungan yang tenang, asri, jauh dari keramaian, misal kebun, pengunungan, pinggiran sungai dll.
Berinteraksi dengan alam merangsang anggota kelompok untuk dapat berfikir lebih bebas dalam mengungkapkan pikiran dan permasalahannya, merangsang anggota kelompok untuk berfikir jernih sehingga  menemukan ide-ide baru dalam pemecahan masalah.
3.     PERMAINAN
Permainan merupakan salah satu media bimbingan dan konseling kelompok dalam menghadapi para konseli, khususnya terhadap anak karena terkadang anak tidak mampu mengatakan tetapi dapat menunjukkan dalam perilakunya.
Play therapy , suatu teknik terapi yang dilakukan untuk menghadapi konseli, utamanya  yang mengalami gangguan mental seperti phobia, anxiety, trauma, underconvidence, child abuse, alcoholics & addicts, child victims of incest, allergies,stuttering. Dengan teknik tertentu dan tujuan tertentu membantu konseli menuju ke arah kebahagiaan
Permainan dalam bimbingan dan konseling sangat dipakai dalam situasi krisis ( korban gempa    bumi, tsunami, angin ), panti sosial, rehabilitasi.
a.     Defenisi
·       Permainan (play) adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan kegiatan itu sendiri ( Santrock, 2002). Erikson dan Freud : Permainan adalah suatu bentuk penyesuaian diri manusia yang sangat berguna menolong klien menguasai kecemasan dan konflik. Piaget melihat permainan sebagai suatu metode yang meningkatkan perkembangan kognitif
·       Permainan dalam bimbingan konseling merupakan suatu metode bagaimana membuat proses konseling menjadi menyenangkan dalam menemukan pemecahan masalah
b.     Jenis –jenis permainan
1)     Permainan Sensorimotor ( Praktis ). Menggunakan semua indera dengan menyentuh, mengeksplorasi benda, berlari, melompat, meluncur, berputar,melempar
2)     Permainan Simbolis ( Pura-pura ). Terjadi ketika klien mentransformasikan lingkungan fisik ke suatu simbol, sehingga bersifat dramatis dan sosiodramatis. Dalam permainan ini ada 3 hal yang biasa terjadi : alat-alat, alur cerita dan peran.
3)     Permainan Sosial. Permainan yang melibatkan interaksi sosial dengan teman sebaya
4)     Permainan Konstruktif. Mengombinasikan kegiatan sensorimotor yang berulang dengan representasi gagasan simbolis. Permainan Konstrukstif terjadi ketika anggota kelompok/klien melibatkan diri dalam suatu kreasi atau konstruksi suatu produk atau suatu pemecahan masalah ciptaan sendiri.
5)     Games. Adalah kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh kenikmatan dan menyenangkan yang melibatkan aturan dan seringkali kompetisi dengan satu orang anggota kelompok atau lebih.
c.      Fungsi bermain
1)     Bermain dan kemampuan intelektual
Fungsinya :
·       Merangsang perkembangan kognitif
Dengan permainan sensorimotor, setiap anggota kelompok akan mengenal permukaan lembut, halus, kasar atau kaku, sehingga meningkatkan kemampuan abstraksi (imajinasi, fantasi)dan mengenal konstruksi, besar-kecil, atas-bawah, penuh-kosong. Melalui permainan dapat menghargai aturan, keteraturan dan logika.
·       Membangun struktur kognitif
Melalui permainan, setiap anggota kelompok/klien akan memperoleh informasi lebih banyak sehingga pengetahuan dan pemahamannya lebih kaya dan lebih mendalam. Bila informasi baru ini ternyata beda dengan yang selama ini diketahuinya, ia mendapat pengetahuan yang baru.
·       Membangun kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif mencakup kemampuan mengidentifikasi, mengelompokan, mengurutkan, mengamati, meramal, menentukan hubungan sebab-akibat, menarik kesimpulan. Permainan akan mengasah kepekaan klien akan keteraturan, urutan dan waktu juga meningkatkan kemampuan logika.
·       Belajar Memecahkan Masalah
Permainan memungkinkan klien bertahan lama menghadapi kesulitan sebelum persoalan yang ia hadapi dipecahkan. Proses pemecahan masalah ini mencakup imajinasi aktif yang akan mencegah kebosanan
·       Mengembangkan rentang konsentrasi
Apabila tidak ada konsentrasi atau rentang perhatian yang lama, seorang klien tidak mungkin dapat bertahan lama bermain (pura-pura menjadi dokter,ayah-ibu,guru atau yang lainnya). Ada yang dekat antara imajinasi dan kemampuan konsentrasi. Imajinasi membantu meningkatkan kemampuan konsentrasi. Klien tidak imajinatif memiliki rentang perhatian (konsentrasinya) pendek dan memiliki kemungkinan besar untuk berperilaku lain dan mengacau.
2)     Bermain dengan perkembangan bahasa
Fungsinya :
Bermain merupakan “laboratorium bahasa” buat klien. Di dalam bermain, klien bercakap-cakap dengan anggota yang lain, berargumentasi, menjelaskan dan meyakinkan kosakata yang dikuasai klien dapat meningkat karena mereka menemukan kata-kata baru
3)     Bermain dengan perkembangan sosial
Fungsinya :
·       Meningkatkan sikap sosial
Ketika bermain, klien harus memperhatikan cara pandang lawan bermainnya, dengan demikian akan mengurangi egosentrisnya. Dalam permainan itu pula klien  dapat mengetahui bagaimana bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan hak dan peduli akan hak orang lain, juga dapat belajar bagaimana sebuah tim dan semangat tim
·       Belajar berkomunikasi
Agar dapat melakukan permainan, seorang harus mengerti dan dimengerti oleh teman-temannya, karena permainan, seseorang dapat belajar bagaimana mengungkapkan pendapatnya, juga mendengarkan pendapat orang lain
·       Belajar Berorganisasi
Permainan seringkali menghendaki adanya peran yang berbeda, olah karena itu dalam permainan, klien dapat belajar berorganisasi sehubungan dengan penentuan ‘siapa’ yang akan menjadi ‘apa’. Dengan permainan, mereka dapat belajar bagaimana membuat peran yang harmonis dan  melakukan kompromi
4)     Bermain dan perkembangan emosi
Bermain merupakan pelampiasan emosi dan juga relaksasi. Fungsi bermain untuk perkembangan emosi :
·       Kestabilan emosi. Ada tawa, senyum dan ekspresi kegembiraan lain dalam bermain. Kegembiraan yang dirasakan bersama mengarah pada kestabilan emosi.
·       Rasa kompetensi dan percaya diri
Bermain menyediakan kesempatan mengatasi situasi. Kemampuan ini akan membentuk rasa kompeten dan berhasil. Perasaan mampu ini pula dapat mengembangkan percaya diri. Selain itu, dapat membandingkan kemampuan pribadinya dengan temannya sehingga dia dapat memandang dirinya lebih wajar (mengembangkan konsep diri yang realistis)
·       Menyalurkan keinginan
Didalam bermain, klien dapat menentukan pilihan, ingin menjadi apa dia. Bisa saja ia ingin menjadi suatu profesi yang ia cita-citakan tapi belum terwujud. Konselor dapat menilai keinginan klien dalam hal ini
·       Menetralisir emosi negative
Bermain menjadi “katup” pelepasan emosi negatif, misalnya rasa takut, marah, cemas dan memberi kesempatan untuk menguasai pengalaman traumatik.
·       Mengatasi konflik
Di dalam bermain, sangat mungkin akan timbul konflik antar anggota kelompok dengan lainnya, karena itu mereka bisa belajar alternatif untuk menyikapi atau menangani konflik yang ada.
·       Menyalurkan agresivitas secara aman
Bermain memberikan kesemapatan bagi anggota kelompok untuk menyalurkan agresivitasnya secara aman. Dengan menjadi ‘pemimpin’ misalnya, klien dapat merasa ‘mempunyai kekuasaan’ dengan demikian ia dapat mengekspresikan emosinya secara intens yang mungkin ada tanpa merugikan siapapun
5)     Bermain dan perkembangan fisik
Fungsinya :
·       Mengembangkan kepekaan penginderaan. Dengan bermain, seseorang dapat mengenal berbagai tekstur : halus, kasar, lembut; mengenal bau; mengenal rasa; mengenal warna
·       Mengembangkan ketrampilan motorik
Dengan bermain seorang dapat mengembangkan kemampuan motorik, seperti berjalan, berlari, melompat, bergoyang mengangkat, menjinjing, melempar, menangkap, memanjat, berayun dan menyeimbangkan diri.
·       Menyalurkan energi fisik yang terpendam
Bermain dapat menyalurkan energi berlebih yang ada, mis : kejar-kejaran. Energi berlebih yang tidak disalurkan dapat membuat seseorang tegang, gelisah dan mudah tersinggung.

6)     Bermain dan kreativitas
Fungsinya :
Dalam bermain, seseorang dapat berimajinasi sehingga dapat meningkatkan daya kreativitasnya. Adanya kesempatan untuk berfikir antara batas-batas dunia nyata menjadikan mereka dapat mengenal proses berfikir yang lebih kreatisif yang akan sangat berguna dalam kehidupan sehari-hari
d.     Bermain Peran ( Role Playing)
Merupakansuatu cara konseling melalui pengembangan imajinasi dan penghayatan anggota kelompok/klien. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan dengan memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan dalam kelompok, bergantung kepada apa yang diperankan.
Kelebihan metode Role Playing adalah :
·       Melibatkan seluruh anggota kelompok dapat berpartisipasi dan mempunyai kesempatan untuk memajukan kemampuannya dalam bekerjasama.
·       Anggota bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
·       Permainan ini merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang berbeda.
·       Konselor dapat mengevaluasi pemahaman tiap anggota melalui pengamatan pada waktu melakukan permainan.

B.    KETERAMPILAN YANG DIGUNAKAN DALAM KONSELING KELOMPOK
1.     Keterampilan komunikasi (interpersonal)
Dalam konseling, 90% komunikasi dilakukan oleh konselor dan konseli. Komunikasi interpersonal dalam kelompok dalam komunikasi antar orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan setiap peserta menagkap reaksi lain secara langsung, bai secara verbal maupun non verbal.
Dalam hal ini seorang konselor dituntut untuk memiliki keterampilan dalam merangsang terjadinya komunikasi interpersonal dengan klien di kelompoknya sehingga terjadi proses konseling yang hidup, hangat, terarah, dinamis dan menyeluruh pada semua anggota kelompok ( komunikasi multiarah) sehingga kelompok menjadi efektif dan terkendali.
Melalui komunikasi interpersonal, seorang konselor bisa mempengaruhi kliennya, jika hasil yang diharapkan menyangkut persetujuan dan kerjasama oranglain, maka komunikasi interpersonal berfungsi untuk mempengaruhi gagasan dan perilaku.
2.     Keterampilan memecahkan masalah (problem solving)
Tujuan konseling kelompok adalah terpecahnya masalah-masalah yang dialami oleh para anggota kelompok. Keterampilan pemecahan masalah (problem solving) merupakan keterampilan yang harus dimiliki konselor untuk melatih klien menghadapi berbagai masalah baik itu masalah pribadi atau perorangan maupun masalah kelompok untuk dipecahkan sendiri atau secara bersama-sama.
Orientasi konselingnya adalah investigasi dan penemuan yang pada dasarnya adalah pemecahan masalah.
Adapun unsur-unsur keterampilan  problem solving yang bisa dilakukan seorang konselor adalah sebagai berikut:
a.      Melatih anggota kelompok  untuk mendesain suatu penemuan.
b.     Berpikir dan bertindak kreatif.
c.      Memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis
d.     Mengidentifikasi dan melakukan penyelidikan.
e.      Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan.
f.       Merangsang perkembangan kemajuan berfikir klien untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dengan tepat.
g.      Membuat pendidikan sekolah lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dunia kerja.
3.     Keterampian interaksi sosial
Selain memecahkan masalah-masalah yang dihadapi, tujuan konseling kelompok adalah melatih pengembangan komunikasi dan interaksi sosial,dimana setiap anggota kelompok berpartisipasi dalam dinamika interaksi sosial, menyumbang pengetasan masalah dan meyerap bahan untuk pemecahan masalah.

Littlre snake pin