C. G. Kemp (1970) membandingkan antara konseling kelompok dengan konseling individual, bahwa konseling kelompok mempunyai potensi-potensi untuk perubahan yang terapeutis:
1. Konseling kelompok dapat mencobakan sikap dan ide-ide.
2. Penerimaan dan pengalaman-pengalaman dan perubahan sikap yang dicobakan memperkuat motivasi untuk mengadakan perubahan pada dirinya.
3. Pengalaman kelompok meningkatkan keterampilan berkomunikasi dengan orang lain dan akan berkembang hubungan antar pribadi yang secara genuine.
4. Memperkembangkan keberanian untuk mencoba memecahkan masalah-masalah pribadi dan konflik emosional.
5. Penerimaan dan pengertian dari teman dalam kelompok menghasilkan rasa aman dan rasa bersatu yang akan mendukung proses intropeksi dan ekspresi perasaan-perasaan mendalam.
Jadi konseling kelompokmembawa anggota-anggotanya pada siatuasi yang nyata dimana mereka dapat mengadakan percobaan-percobaan tentang tingkah lakunya. Pengalaman-pengalaman dalam kelompok akan memper kembangkan perasaan kebersamaan, tanggung jawab, dan perasaan (equality). Sedangkan dalam konseling individual, konseli tidak dapat secara langsung mencobakan tingkah lakunya dalam situasi konseling.
Gazda (1984) membedakan antara konseling kelompok dengan konseling individual, yaitu:
ASPEK | KONS KELOMPOK | KONS INDIVIDUAL |
Jumlah konseli yang dibantu | Antara 5-10 orang. | Hanya seorang saja. |
Hubungan antar pribadi dalam konseling | Hubungan antar pribadi terjadi antara aggota kelompok atau konseli dengan konselor dan antar sesama anggota atau konseli sendiri. | Hubungan antara pribadi terjadi antara konseli dengan konselor saja. |
Tanggung jawab konseli | Konseli selain bertanggung jawab atas tingkah lakunya sendiri ia juga bertanggung jawab untuk membantu sesama konseli lainnya dalam kelompok. Proses saling membantu antar konseli ini memungkinkan mereka tidak terlalu tergantung pada konselor. | Konseli lebih banyak bergantung pada konselor saja. |
Pusat perhatian | Konseli-konseli dalam konseling kelompok lebih memusatkan perhatian pada hal-hal yang terjadi pada kelompok (here and now) | Konseli lebih terpusat padahal-hal yang terjadi pada “there and then” |
Reality testing | Memberi kesempatan kepada konseli untuk reality testing terhadap masalah-masalah mereka maupun perubahan tingkah laku yang ingin dicobanya. | Kemungkinan untuk mengadakan reality testing hanya terbatas pada konselor saja |
Insight | Dengan adanya kemungkinan untuk mengadakan reality testing dalam konseling kelompok, maka perubahan tingkah laku sering tanpa disertai insight. | Diperlukan insight sebelum mengadakan perubahan tingkah laku yang nyata. |
Suasana dalam situasi konseling | Adanya suasana permissive, acceptance, support, dan tekanan dari kelompok sering mempermudah konseli untuk mendiskusikan masalah yang dirasa sukar baginya. | Hanya mendapatkan suasana permissive, acceptance,dan support hanya dari konselor sehingga terkadang konseli sulit dalam mendiskusikan masalah yang sukar baginya. |
Meskipuun demikian, konseling individual lebih sesuai bagi konseli yang sama sekali tidak dapat mengadakan hubungan antar pribadi yang secara efektif, misalnya konseli yang menunjukkan tingkah laku anti-sosial, konseli yang sangat takut berbicara didalam kelompok, konseli yang memerlukan perhatian yang besar, dan konseli yang mempunyai masalah yang kompleks serta menghadapi masalah-masalah yang mengandung kerahasiaan yang sangat penting untuk melindungi konseli atau orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Eddy Wibowo, Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan.Semarang: UPT UNNES Press
Prayitno dan Erman Anti. 1994. Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Dikti
No name. No year. Bimbingan Kelompok dan Konseling Kelompok. Accessed at http://rmfatihah.blogspot.com/2010/07/bimbingan-kelompok-dan-konseling.html?zx=62c0d7be1e9d3048