1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan diartikan sebagai sebagai hal yang berhubungan dengan pekerjaan memimpin. Ia dapat mengenai orang, watak, sifat, kegiatan atau perilakunnya.
Mulyasa(2003) mengartikan kepemimpinan sebagai kegiatan untuk mempengaruhi orang yang diarahkan terhadap pencapaian tujuan orgaanisasi. Sedangkan Sutisna dalam buku Mulyasa (2003), merumuskan kepemmpinan sebagai proses mempengaruhi kegiatan seseorang atau kelompok dalam usaha kearah pencapaian dalam situasi tertentu. Dalam pada itu Soepardi dalam buku Mulyasa (2003) mendefinisikan kepemimpinan untuk menyelenggarakan, mempengaruhi, memotivasi, mengajak, mengarahkan, member, membimbing, menyuruh, memerintah, melarang, dan menghukum serta membina dengan maksud agar manusia sebagai media manajemen mau bekerja, dalam rangka mencapai tujuan administrasi secara efektif dan efisien.
Melalui rumusan – rumusan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan pada hakekatnya adalah ilmu dan seni untuk mempengaruhi dan mengarahkan orang / bawahan / pengikut / pendukung dengan cara mmbangun kepatuhan, kesetiaan, kepercayaan, hormat dan bekerja sama dengan penuh semangat dalam mencapai tujuan organisasi.
2. Pengertian Pemimpin
Menurutt kamus, pemimpin adalah seorang yang memimpin, orang yang memegang tangan sambil berjalan untuk menuntun, menunjukan jalan orang yang dibimbing, orang yang menunjukan jalan dalam arti kiasan, orang yang melatih, mendidik, mengajari supayga berarti akhirnya dapat mengerjakan sendiri. Pemimpin juga berarti orang yang memimpin dalam arti kiasan seperti penuntun, pemuka.
3. Fungsi dan Tugas Pemimpin
Berdasarkan pengertian / definisi sebagaimana dikemukakan di atas dapat diketahui adanya tugas yang dilaksanakan oleh pemimpin antara ain :
a.) Membangkitkan kepercayaan dan loyalitas bawahan
b.) Mengkomunikasikan gagasan kepada orang kain
c.) Mempengaruhi orang lain
d.) Mengkoordinasikan sejumlah kegiatan
Sedangkan fungsi seorang pemimpin misalnya :
1.) Menciptakan perubahan secara efektif didalam penampilan kelompok
2.) Menggerakan orang lain sehingga secara sadar orang lain tersebut melakukan apa yang dikehendaki oleh pemimpin.
Fungsi pemimpin menurut dua pakar manajemen berikut dapat memperkaya pemahaman tentang pemimpin yaitu :
1. James A.F.Stoner ( Management,1982 )
a) Fungsi pencegahan masalah. Dalam fungsi pemimpin ini pemimpin memberikan saran dalam pemecahan masalah erta memberikan sumbangan informasi dan pendapat.
b) Fungsi menjaga keutuhan kelompok. Seorang pemimpin membantu kelompok – kelompok beroperasi lebih lancer, memberikan persetujuan atau melengkapi anggota kelompok yang lain, menjembatani kelompok yang sedang berselisih pendapat.
2. Pendapat Selznick yang disitas oleh Richard H. Hall dalam bukunya yang berjudul Organitation Structure and process (1982). Ada empat macam tugas penting seorang pemimpin :
a) Mendefinisikan misi dan peranan organisasi
b) Menciptakan kebijaksanaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan
3. Mempertahankan keutuhan organisasi
Keutuhan organisasi sangat menentukan keberhasilannya dalam mencapai tujuan melalui sejumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh anggota organisasi. Makin besar organisasi makin beragam kegiatan yang harus dilaksanakan, makin beragam pula kelompok – kelompok (segmen – segmen) dalam organisasi.
4. Mengendalikan konflik internal yang terjadi di dalam organisasi.
Dalam kehidupan organisasi modern konflik tidak bisa dihindarkan.
Organisasi merupakan system terbuka sehingga membuka kemumngkinan timbulnya macam – macam persepsi dalam rangka penampilan organisasi yang dapat menjadi sumber penyebab timbulnya konflik.
Sumber konflik dapat berasal dari faktor internal, seperti struktur organisasi yang tidak tepat, sumber daya manusia dan sebagainya; bisa juga faktor eksternal, yaitu adanya macam – macam perubahan dan perkembangan, seperti lingkungan,teknologi,organisasi lain, suasana politik dan sebagainya.
Dalam hal ini pemimpin harus mampu mengantisipasi serta mengendalikan konflik. Untuk dapat mengendalikan konflik pemimpin harus menguasai faktor – faktor berkaitan dengan konflik, ciri – ciri konflik, sumber konflik, tingkat konflik, maanajemen konflik, serta peranan kepemimpinan dalam
Mengatasi konflik.
4. Keberhasilan Pemimpin
Kebehasilan pemimpin dilaihat dari kepedulian pemimpin terhadap 2 orientassi, yaitu apa yang telah dicapai organisasi (organitatio achievement) yang mencakup produksi, pendanaan, kemampuian adaptasi dengan program-program inovatif dan sebagainya, dan peembinaan organisasi (organitation maintenance) berkaitan dengan variable kepuasan bawahan, motivasi dan semangant kerja.
Ada dua pendekatan yang mampu digunakan untuk mengetahui/mengevaluasi seorang pemimpin:
1. Prestasi organisasi (organitation achievement)
Keberhasilan pemimpin dapat dilihat produk yang dihasilkan dari proses transformasi kepemimpinannya, missal penampilan kelompok, tercapainya tujuan kelompok, pertumbuhan kelompok, kemajuan kelompok, rasa puas bawahan, kesejahteraan psikologis dan perkembangan anggota kelompok.
2. Pembinaan (organitation maintenance)
Dapat melakukan pengamatan terhadap :
2.1 sikap bawahan terhadap pemimpin (kepuasan, penghormatan, kekaguman, kepatuhan dan kesetiaan), sedangkan alat ukur yang digunakan adalah kuisioner atau interview
2.2 berkaitan dengan sikap bawahan terhadap pemimpin tersebut. Indikatornya adalah ketidak hadiran, pergantian dengan mendadak, keluhan, pengaduan terhadap pemimpin yang lebih atas, pemogokan liar dan peristiwa lainnya yang menunjukan rasa tidak puas bawahan terhadap pemimpin.
2.3 sikap pemimpin terhadap bawahan
dapat diamati dari:
a. rasa kebersamaan pemimpin dengan bawahanny
b. bantuan pemimpin terhadap bawahannya terhadap efisiensi dmi spesisiliasi peranan, kegiatan organisasi dan kesiapan kelompok menghadapi perubahan dan krisis
c. perbaikan yang dilakukan oleh pemimpin terhadap kualitas hidup kerja, menciptkn ras percaya diri bawahan dan meningkatkan ketampilan bawahan dan membantu perkmbangan psikologi bawahan
4. Gaya Kepemimpinan
Beberapa pengertian gaya kepmimipina menurut beberapa ahli :
Gaya kepemipinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba untuk mempengaruhi perilaku orang lainseperti yang ia lihat (Thoha, 1995). Gaya kepemimpinan adalah cara yang digunakan pemimpin dalam mempengaruhi para pengikutnya (Sutomo, 2009).
Jadi, gaya kepemimpinan adalah
Ada tiga pendekatan utama untuk mengetahuin gaya kepemimpinan seseorang :
a. Pendekatan sifat Pendekatan ini mencoba menguraikan sifat-sifat yang membuat seserorang berhasil. Penganut pendekatan ini mencoba untuk mengidentifikasikan sifat-sifat pemimpin yang berhasil dan tidak berhasil. Menururt Sutisna (1993) bahwa terdapat sifat-sifat tertentu pada siri seorang kepemimpinan yang efektif. Pendekatan ini meenyarankan beberapa syarat yang harus dimiliki pemimpin:
· Kekuatan fisik dan susunan syaraf
· Penghayatan terhadap arah dan tujuan
· Antusiasme
· Keramahtamahan
· Integritas
· Keahlian teknis
· Kemampuan mengambil keputusan
· Intelegensi
· Ketrampilan memimpin
· Kepercayaan (Tead, 1963)
Kelemahan dari pendekatan ini adalah tidak mampu menjawab pertanyaan tentang hubungan antar variable yang diajukan.
b. Pendekatan perilaku
Pendekatan perilaku membahas tentang keefetifan gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh pemimpin. Berikut beberapa hasil studi menggunakan pendekatan perilaku :
· Studi kepemimpinan unversitas OHIOIde penelitian mengenai kepemimpinan dimulai pada tahun 1945 oleh Biro urusan dan pnelitian OHIO, hasilnya, penelitian ini memperoleh gambaran dua dimensi dari perilaku pemimpin yang dikenal dengan pembuatan inisiatif (inisiative structure) yang menggambarkan bagaimana seorang pemimpin member batasan dan struktur terhadap peranannya dan peran bawahannya untuk mencapai tujuan. Yand kedua yaitu dimnsi perhatian. Dengan mengkombinasikan dua dimensi tersebut maka diperoleh empat jenis gya kepemimpinan , yaitu 1) pembuatan inisiatif rendah, perhatian rendah,
2) pembuatan inisiatif rendah, perhatian tinggi,3) pembuatan inisiatif tinggi, perhatian tinggi,4) pembuatan inisiatif tinggi, perhatian rendah
· Studi kepemimpinan unversitas Michigan
Studi ini mengidentifikasikan dua konsep yang disebut orientasi bawahan dan produksi(Harsey and Blanchard, 1977). Pemimpin yang berorientasi pada bawahan akan memperhatikan bawahannya, dan sebaliknya.
· Jaringan manajemen
Dalam pendekatan ini, Blake and Mouton, menekankan bahwa manajer berhubungan dua hal yaitu, perhatian pada produksi dan perhatian pada orang. Seorang pemimipin haris memperhatikan keterlibatan anak buah dalam porses mencapai tujuan produksi
· System kepemimpinan likert
Likert berahasil merancang empat system kepemimpinan berdaarkan teori teori kepemimpinn orientasi tugas dan individu, yaitu:
System 1. Pemimpin sangat aristroktis, mempunyai sedikit kepercayaan kepada bawahannya, suka mengeksploitasi bawahannya dan bersikap paternalistic. Cara memotivasi bawahannya dengan memberikan ketakutan dan hukuman-hukuman, kadang member penghargaaan secara kebetulan (occasional reward). Pemimpin seperti ini hanya memperhatikan komunikasi turun ke bawah dan hanya membatasi proses pengambilan keputusan di tingkat atass saja
Sistem 2. Pemimpin yang otoktratis yang baiak hati (benevolent authoritative). Pemimpin atau yang termasuk dalam system ini memilki kepercayaan yang terselubung, percaya pada bawahan, mau memberikan hadiah-hadiah dan ketakutan berikut hukuman-hukuman, memperbolehkan komunikasi ke atas, mendengarkan pendapat, ide-ide dari bawahan serta memperbolehkab adanya delegasi wewenang dalam proes keputusan. Dalam system ini bawahan merasa tidak bebas membicarakan sesuatu yang bertalian dnegan tugas pekerjaan dengan atasan.
Sistem 3. Manager konsultatif. Pemimpin ini memiliki sedikit kepercayaan pda bawahan, biasanya dia membutuhakn informasi, idea tau pendapat bawahan dan masih menginginkan melakukan pengendalian atau keputusan yang dibuatnya, ia melakukan motivais dengan penghargaan dan hukuman yang kebetulan dan juga berkomunikasi yakni ke atas dan ke bawah, dalam hal ini memnuat keputusan yng menghususkan pada tinkat bawah. Bawahan merasa sedikit bebas membicarakan sesuatu yang bertalian dengan pekerjaan dengan atasannya.
Sistem 4. Pemimpin kelompok partisipatif. Dalam hal ini pemimpin memilki kepercayaaan yang sempurna terjhadap bawahan. Dalam setiap persoalan selalau mengendlikan bawahan untuk mendapatkan ide-ide atau pendapat-pendapat serta mempunyai niatan untutk menggunakan pendapat bawahannyasecara konstruktif. Memberikan penghargaan yang bersifat ekonomis berdasarkan partisipasi kelompok dan keterlibatan pada setiap urusan, terutama dalam penentuan tujuan bersama dan penilaiankemajuan pencapaian tujuan. Pemimpin meotivasi bawahan untuk melaksanakan dan bertanggung jawab terhadap keputudan tersebut. Bawahan merasa secara mutlak mendapat kebebasan untuk membicarak sesuatau yang bertalian dengan pekerjaan pada atasannya. Menurut Likert pemimpin sitem 4 ini mempunyai kesempatan untuk sukses
c. Pendekatan situasional
Pendekatan ini menyoroti perilaku pemimpin dalam situasi tertentu. Dalam hal ini kepemimpian lebih merupakan suatu fungsi situasi daripada sebagai kualita pribadi dan meupakan suatu kualitas yang timbul karena interaksi orang-orang dalam situasi tertentu.
Ada beberapa studi kepemimpinan yang menggunakan pendekatan ini:
· Teori kepemimpinan kontingensi
Teori ini dikembangkan oleh Fieder and Chemers, berdasarkan hasil penelitiannya tahun 1950, disimpulkan bahwa seorang menjadi pemimpin bukan saja karena factor kepribadian yang dimiliki namun juga karena berbagai factor situasi dan saling hubungan antara pmimpin dengan situasi. Keberhasilan pemimpin bergantung pada diri pemimpin maupun kepada keadaan organisasi. Ada tiga factor yang harus dipertimbangkan yaitu hubungan antara pemimpin dan bawahan, struktur tugas serta kekuasaan yang berasal dari organisasi. Ketiga factor di atas merupakan tiga dimensi yang mempengaruhi gaya kepemimpinan.
a. hubungan antara pemimpin dan bawahan, hubungan ini memnentukan bagaiman pemimpin diterima bawahannya. Hal ini didasarkan pada persepsi pemimpin mengenai suasana kelompok
b. struktur tugas, bila struktur tugas cukup jelas maka prestasi orang mudah diamatidan tanggung jawab lebih pasti
c. kekuasaan yang berasal dari organisasi. Dimensi ini menunjukan seberapa patuh bawahan kepada pemimpin, dengan menggunakan kkuatn dari organisasi.
Ketiga ddimensi di atas, Fiedler menentukan dua jenis kepemimpinan, yaitu gaya kepemimpinan yng mengutamakan tugas, pemimpin akan puas jika tugas bisa dilaksanakan dan kepemimpinan yang mengutmkan hubungan kemanusiaan, jadi efektifitas kepemimpinan bergantung pada tingkat pembnauran natara gaya kepemimpinan dengan tingkat kondisi yang menyenagkan dalam kondisi tertentu
· Teori kepemimpinan tiga dimensi
Dikemiukakan oleh Reddin, guru basar Universitas New Brunswik, Canada. Menurutnya ada empat dimensi yang menentukan gaya kepemimpinan, yaitu intregated, related, separated dan deicated, dan keempat gaya itu tergantung pada situasinya. Dilihat dari keefektifan gaya dasar tersebut dapat dibagi menjadi tujuh gaya kepemimpinan, yaitu gaya dasar intregated yang jika diekpresikan dalam situais efektif akan menjadi gayaa eksekutif, gaya dasar intregated, yang jika diekspresikan dalam situasi tidak efektif akan menjadi gaya compromiser, gaya dasar separated, jika dilaksanakan dalam situasi efektif akan menjadi gaya bureaucrat, gaya dasar separated yang jika diekspresikan dalam situasi tidak efektif akan menjadi gaya deserter, gaya dasar dedicated, yang jika diekspresikan dlam situasi efektif akan menjadi gaya benevolent autocrat, gaya dasar related yang jika diekspresikan dalam situasi efektif akan menjadi gaya developer dan gaya dasar related yang jika dikspresikan dalam situasi yang tidak efektif akan menjadai gaya missionary.
Dari ketujuh gaya diatas yang dalam kategori gaya efktif adalah ekkutif, developer, benevolent autocrat dan birokrat dan yang termasuk kategori gaya tidak efektif adalah gaya compromiser, missionary, autocrat dan deserter.
· Teori kepemimpinansituasional
Teori ini merupakan pengembangan dari model kepemimpinan tiga dimensi yang berdasar pada hubungan antara tiga factor yaitu perilaku tugas (task behavior) pemimpin memberikan petunujuk kepada bawahannya meliputi penjelasan tertentu, apa yang jharus dikerjakan, dan bagaiumana mengerjakan serat mengawasi secara ketat. Perilaku hubungan (relationship behavior), pemimpin melibatkan bawahan dalam mengambil keputusan , dan kematangan (maturity) merupakan kemauan dan kemampuan anak buah dalam mempertanggungjawabkan pelaksanaan tugas yang dibebankan.
Dari ketiga factor di atas yang paling dominan adalah kematangan bawahan. Makin matang bawahan pemimpin mengurangi perilaku tugas dan menambah hubungan, bila anak buah bergerak mencapai rata-rat kematangan pemimpin harus mengurangi peilaku tugas dan perilaku hubungan dan saat anak buah bergerak mncapai tingkat kematangan penuh, pemimpin harus sudah dapat mendelegasikan wewenang.
Gaya kepemimpinan yang tepat untuk diterapkan dalam keempat tingkat kematangan anak buah dan kombinasi yang tepat antara perilaku tugas dan hubungan antara lain :
v Gaya mendikte (telling)
Gaya ini diterapkan jika anak buah dalam kemtangan rendah dan memerlukan petunjuk serta pengawasan yang jelas. Pemimpin dituntut untuk mengatakan apa, bagaimana, kapan, dimana tugas dilkukan. Gaya ini menekankan pada tugas, hubungan dilakukan sekedarnya
v Gaya menjual (sellinh)
Diterapkan jika anak buah pada tingkat kematangan pada taraf rendah sampai moderat. Mereka memiliki kemampuan melakukan tugas tapi belum didukung kemampuan yang memadai. Pemimpin selalu memberikan petunjuk yang banayk, diperlukan tugas serta hubungan yang tinggi agar dapat memelihara dan meningktkan kemauan yang dimiliki.
v Gaya melibatkan diri(participacing)
Gaya ini diterapkan pada anak buah yang tingkat kematangannya mulai dari tingkat moderat sampai tinggi. Mereka mempunyai kemampuan tapi kurang memiliki kemauan yang tinggi. Dalam gaya ini anak buah turut berperan dalam mengambil keputusan. Hubungan peelu ditingkatkanuntuk komunikasi dua arah.
v Gaya mendelegasikan (delegating)
Gaya ini diterapkan pada anak buah yang memiliki tingka kematamgan yang tinggi. Anak buah dibiarkan melaksanakan tugas sendiri, melalui pengawasan umum, hal ini bisa dilak\ukan jika anak buah berada pada tingkat kedewasaan yang tiggi. Tugas diperlukan sekedarnya saja, juga untuk upaya hubungan.
5. Kepemimpinan dalam peningkatan kinerja
Prinsip-prinsip kepemimpinan harus dikaitkan dengan peranan kepala sekolah dan kedudukan pimpinan lainnya yang relevan, dan peranan kepemimpinan khusus yang meliputi hubungan dengan staf, siswa, orang tua siswa dan orang lain diluar komuniti tempat sekolah itu berada.
Semakin tinggi kepemimpinan yang diduduki oleh seseorang dalam organisasi, nilai dan bobot startegik dari keputusan yang diambil semakin besar.
Banyak hasil-hasil studi yang menunjukkan bahwa gaya kepemimpinan yang terdapat dalam tiap organisasi merupakan faktor yang berhubungan dengan produktifitas dan efektivitas organisasi. Sutermeister (1985:44) mengemukakan ada beberapa faktor determinan terhadap produktifitas kerja antara lain iklim kepemimpinan (leadership climate), tipe kepemimpinan (type of leadership) dan pemimpin (leaders), dari 33 faktor lain yang berpengaruh.
Dalam peranan gaya kepemimpinan dalam meningkatkan kinerja pegawai, setiap pemimpin bertanggung jawab mengarahkan yang baik bagi pegawainya dan dia sendiri harus berbuat baik. Fungsi pemimpin hendaknya seperti yang dikatakan Ki Hajar Dewantara : ing ngarso sung tulodho, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani (didepan menjadi teladan, ditengah membina kemauan, dibelakang menjadi pendorong).
Dalam rangka melaksanakan MBS, kepala sekolah sebagai pemimpin, harus memiliki kemampuan diantaranya berkaitan dengan pembinaan disiplin pegawai dan motivasi.
1. Pembinaan Disiplin
Seorang pemimpin harus mampu menumbuhkan disiplin, terutama disiplin diri. Disipin merupakan suatu yang penting untuk menanamkan rasa hormat kepada orang lain.
Strategi umum membina disiplin menurut Taylor dan user (1982) sebagai berikut :
Konsep diri, strategi ini menekankan bahwa konsep diri setiap individu merupakan faktor penting dari setiap perilaku.
Keterampilan berkomunikasi, pemimpin harus menerima semua perasaan pegawai dengan teknik komunikasi yang dapat menimbulkan kepatuhan dari dalam dirinya.
Konsekuensi logis, perilaku-perilaku yang salah terjadi karena pegawai telah mengembangkan kepercayaan yang salah terhadap dirinya. Hal ini mendorong munculnyasikap misbehavior. Maka pemimpin disarankan
a. Menunjukkan secara tepat tujuan prilaku yang salah sehingga membantu pegawai dalam mengatasi perilakunya.
b. Memanfaatkan akibat-akibat logis yang alami dari perilaku yang salah.
Klarifikasi nilai, strategi ini dilakukan untuk membantu pegawai dalam menjawab pertanyaan sendiri tentang nilai-nilai dan membentuk system nilainya sendiri.
Latihan keefektifan pemimpin, metode ini bertujuan untuk menghilangkan metode represif dan kekuasaan misalnya hukuman dan ancaman melalui model komunikasi tertentu.
Terapi realitas, pemimpin perlu bersikap positif dan bertanggung jawab.
2. Pembangkitan Motivasi
Keberhasilan suatu organisasi atau lembaga dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam maupun dari lingkungan. Dari beberapa faktor tersebut, motivasi merupakan faktor yang dominan. Motivasi sering disamakan dengan mesin dan kemudi mobil, yang berfungsi sebagai penggerak atau pengarah.
Callahan and Clark mengemukakan bahwa motivasi adalah tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku kea rah tujuan tertentu. Dalam kaitan ini pemimpin dituntut untuk memiliki kemampuan membangkitkan motivasi para pegawai sehingga kinerja meningkat.
Ada dua jenis motivasi yaitu intrinsic dan ekstrinsik (Owen, Cs, 1981). Motivasi intrinsic adalah motivasi yang datang dari seseorang, misalnya pegawai melakukan suatu kegiatan karena ingin menguasai suatu keterampilan tertentu sesuai pekerjaan. Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang berasal dari lingkungan diluar diri seseorang.
Istilah motivasi sering digunakan secara bergantian dengan istilah kebutuhan (need), keinginan (want), dorongan ( drive) dan gerak hati (impuls). Hersey dan Blancard (1982:72)
Dari hal diatas, dapat disimpulkan motivasi adalah keinginan yang menggerakkan atau mendorong seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu.
a. Teori Maslow
Ada dua asumsi dasar dari teorinya yaitu kebutuhan seseorang tergantung pada apa yang telah dipunyainya dan kebutuhan merupakan hierarki dilihat dari pentingnya. Maslow (1970) membagi kebutuhan manusia ke dalam lima kategori kebutuhan yaitu physiological, safety, social, esteem, self actualization needs.
Kebutuhan fisiologis (physiological needs), merupakan kebutuhan yang paling rendah.
Kebutuhan rasa aman (safety needs), kebutuhan tingkat kedua ini adalah kebutuhan yang mendorong individu untuk memperoleh ketentraman, kepastian dan keteraturan dari keadaan lingkungan.
Kebutuhan kasih sayang (belongingness and love needs). Kebutuhan ini mendorong individu untuk mengadakan hubungan efektif atau ikatan emosional dengan individu lain.
Kebutuhan akan rasa harga diri (esteem needs). Kebutuhan ini terdiri dari dua bagian. Yaitu penghormatan / penghargaan dari diri sendiri dan penghargaan dari orang lain.
Kebutuhan akan aktualitas diri (need for self actualization). Yaitu merupakan yang paling tinggi dan akan muncul bila kebutuhan yang ada dibawahnya sudah terpenuhi dengan baik.
b. Teori Prestasi McCllelland
Teori Prestasi McCllelland memusatkan pada satu kebutuhan, yakni kebutuhan berprestasi.
McCllelland mengatakan ada tiga kebutuhan manusia yakni :
a. Kebutuhan untuk berprestasi
b. Kebutuhan untuk berafiliasi
c. Kebutuhan kekuasaan
3. Penghargaan.
Penghargaan (reward) sangat penting untuk meningkatkan kegiatan yang kurang produktif. Penggunaan penghargaan itu perlu dilakukan secara tepat, efektif dan efisien agar tidak menimbulkan dampak negative.
6. Status dan Peran Kepala Sekolah
Menurut Keputusan Menteri pendidikan dan Kebudayaan No. 0296 tahun 1996 Kepala Sekolah adalah guru yang memperoleh tambahan tugas untuk memimpin penyelenggaraan pendidikan dan upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah. Menurut ketentuan ini masa tugas kepala sekolah adalah 4 (empat) tahun yang dapat deperpanjang satu kali masa tugas.
Kepala sekolah selain memimpin penyelenggaraan pendidikan disekolah juga berperan/ berfungsi sebagai pendidik, manager, administrator, supervisor, pemimpin, pembaharu, dan pembangkit minat.
7. Tugas Kepala Sekolah
Dalam rangka melaksanakan sejumlah peran/ fungsinya kepala sekolah melaksanakan tugas yang banyak dan kompleks :
1. Dalam perannya sebagai pendidik, kepala sekolah bertugas :
Membimbing guru, karyawan, siswa, mengembangkan staf, mengikuti perkembangan iptek dan menjadi contoh dalam proses pembelajaran.
2. Dalam perannya sebagai manajer, kepala sekolah bertugas :
Menyusun program, menyusun pengorganisasian sekolah, menggerakkan staff, mengoptimalkan sumber daya sekolah dan mengendalikan kegiatan.
3. Sebagai administrator kepala sekolah bertugas :
Mengelola administrasi, KBM dan BK, kesiswaan, ketenagaan, keuangan, sarana dan prasarana, persuratan dan urusan rumah tangga sekolah.
4. Sebagai supervisor kepala sekolah bertugas menyusun program supervise pendidikan, memanfaatkan hasil supervisi pendidikan, memanfaatkan hasil supervise.
5. Sebagai pemimpin kepala sekolah bertugas menyusun dan mensosialisasikan visi dan misi suatu program sekolah, mengambil keputusan, melakukan komunikasi.
6. Sebagai pembaharu kepala sekolah bertugas mencari dan melakukan pembaharuan dalam berbagai aspek, mendorong guru staf dan orangtua untuk memahami dan memberikan dukungan terhadap pembaharuan yang ditawarkan.
7. Sebagai pembangkit minat (Moivator) kepala sekolah bertugas menyihir lingkungan kerja, suasana kerja, membangun prinsip penghargaan dan hukuman (reward and punishment) yang sistematik.
8. Kepemimpinan Kepala sekolah yang Efektif
Kepala sekolah merupakan motor penggerak, penentu arah kebijakan sekolah, yang akan menentukan bagaimana tujuan-tujuan sekolah dan pendidikan pada umumnya direalisasikan. Sehubungan dengan MBS, kepala sekolah dituntut untuk senantiasa meningkatkan efektifitas kinerja. Dengan begitu, MBS sebagai paradigma baru pendidikan dapat memberikan hasil yang memuaskan.
a. Mampu memberdayakan guru-guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancer dan produktif.
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan.
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan.
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain disekolah
e. Bekerja dengan tim menajemen, serta
f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Pidarta (1988) mengemukakan tiga macam ketrampilan yang harus dimiliki oleh kepala sekolah untuk mensukseskan kepemimpinannya yaitu keterampilan untuk memahami dan untuk memiliki kemampuan, terutama keterampilan konsep, para kepala sekolah diharapkan melakukan kegiatan-kegiatan berikut :
1. Senantiasa belajar dari pekerjaan sehari-hari terutama dari cara kerja para guru dn pegawai sekolah lainnya
2. Melakukan kegiatan observasi manajemen secara terencana
3. Membaca berbagai hal yang berkaitan dengan kegiatan yang sedang dilaksanakan
4. Memanfaatkan hasil-hasil penelitian orang lain
5. Berfikir untuk masa yang akan datang
6. Merumuskan ide-ide yang dapat diujicobakan.
DAFTAR PUSTAKA
SUTOMO. 2009. Manajemen Sekolah. Semarang: UNNES PRESS