Minggu, 24 Februari 2013

STRATEGI KONSELING


1.     
Teknik Mempersiapkan Konseling
Dalam memulai proses konseling menurut Surya, M (1988:160) ada tiga hal yang harus dilakukan oleh konselor yaitu:
a.      Persiapan
Kesiapan atau motivasi merupakan suatu kondisi yang harus dipenuhi sebelum klien melakukan hubungan konseling. Karena pada tahap persiapan ini sangat menentukan bagi tahap-tahap lainnya. Tahap persiapan dalam konseling ini ditentukan oleh beberapa faktor yaitu:
1)       Motivasi untuk memperoleh pengetahuan
2)       Pengetahuan klien tentang konseling
3)       Kecakapan intelektual
4)       Tingkat pengetahuan/tilikan/pemahaman terhadap masalah dan dirinya sendiri
5)       Harapan-harapan terhadap peranan konselor
6)       Sistem pertahanan dirinya
Hambatan-hambatan dalam mencapai proses konseling, seperti:
1)       Penolakan secara kultural terhadap faktor-faktor persiapan dalam konseling
2)       Situasi fisik dalam konseling
3)       Pengalaman pertama dalam konseling yang tidak menyenangkan (klien)
4)       Kurang pengertian terhadap konseling
5)       Kurang dapat melakukan pendekatan (konselor)
6)       Dalam lembaga, kurang terdapat iklim penerimaan terhadap konseling
Untuk mencapai kesiapan klien dalam konseling dapat ditempuh dengan metode-metode, sebagai berikut:
1)       Melalui pembicaraan dengan pihak/lembaga mengenai berbagai topik masalah dan pelayanan konseling yang diberikan
2)       Menciptakan iklim kelembagaan yang merangsang untuk meminta bantuan
3)       Menghubungi sumber-sumber referal misalnya dari organisasi, sekolah, guru, dan sebagainya.
4)       Memberikan informasi kepada klien tertentu tentang diri dan prospek konselor
5)       Melalui proses pendidikan itu sendiri
6)       Teknik-teknik survey terhadap masalah-masalah klien
7)       Orientasi pra-konseling
b.     Riwayat kasus
Riwayat kasus (Case history) adalah suatu kumpulan fakta yang sistematis tentang kehidupan klien sekarang dan masa lalu. Riwayat kasus ini sangat penting artinya sebagai salah satu metode suatu proses konseling. Riwayat kasus ini akan dijadikan pemahaman konselor terhadap klien.
Riwayat kasus dapat dibuat dalam berbagai bentuk, yaitu:
1)       Riwayat konseling terapeutik, merupakan riwayat kasus yang lebih memusatkan pada masalah-masalah psikoterapeutik dan diperoleh melalui interviu konseling
2)       Catatan kumulatif (cumulative record), yaitu sistem catatan tentang berbagai aspek yang menggambarkan perkembangan seseorang
3)       Biografi atau autobiografi
4)       Tulisan-tulisan yang dibuat kasus sebagai dokumen pribadi
5)       Grafik waktu tentang kehidupan kasus
c.      Evaluasi psikodiagnosa
Diagnosis psikologis secara umum mempunyai arti pernyataan tentang masalah klien, perkiraan sebab akibat permasalahan, kemungkinan teknik-teknik konseling untuk memecahkan masalah, dan memperkirakan hasil konseling dalam bentuk tingkah laku di masa mendatang.
Penggunaan metode diagnosis dalam proses konseling hendaknya dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan hal-hal seperti berikut ini:
1)       Data terbatas atau kurang memadai, padahal kehidupan manusia sangat kompleks
2)       Konselor kurang memperhatikan keadaan tingkah laku klien sekarang
3)       Terlalu cepat menggunakan tes
4)       Hilangnya pemahaman terhadap individualitas atau keunikan system self klien
5)       Pengaruh sikap menilai dari konselor
Untuk memperoleh data kepribadian klien melalui sampel tingkah laku dalam situasi yang terstandar dapat digunakan tes. Tes dalam psikodiagnostik didasarkan pada asumsi bahwa kepribadian sebagai suatu yang dinamis dan dapat diukur melalui sampel tingkah laku serta asumsi lain yaitu bahwa pola berpikir klien yang diperoleh melalui tes menggambarkan struktur dasar karakter klien. Fungsi penggunaan tes psikodiagnostik, yaitu:
1)       Menyeleksi data yang diperlukan dalam proses konseling
2)       Meramalkan keberhasilan konseling
3)       Memperoleh informasi yang lebih terperinci
4)       Merumuskan diagnostic yang lebih tepat

2.     Teknik Hubungan
Teknik menciptakan hubungan ini sangat penting dalam proses konseling karena akan sangat berpengaruh terhadap keterbukaan klien dalam pelaksanaan konseling. Untuk menciptakan hubungan antara konselor dan klien terdapat delapan teknik, yaitu:
a.      Teknik rapport
En rapport” berarti suatu kondisi saling memamahi dan mengenai tujuan bersama. Tujuan utama teknik rapport adalah untuk menjembatani hubungan antara konselor dengan klien, sikap penerimaan dan minat yang mendalam terhadap klien dan masalahnya. Dalam rapport ini akan tercipta suasana hubungan yang akrab ditandai dengan saling mempercayai. Cara yang dapat digunakan untuk mencapai rapport, antara lain:
1)       Pemberian salam yang menyenangkan
2)       Topik pembicaraan yang sesuai
3)       Susunan ruangan yang menyenangkan
4)       Sikap (hangat, realisasi tujuan bersama, menjamin kerahasiaan, sadar terhadap hakekat klien secara alamiah)
b.     Refleksi perasaan
Refleksi perasaan merupakan suatu usaha konselor untuk menyatakan dalam bentuk kata-kata yang segar dan sikap yang esensial (perlu). Refleksi ini merupakan teknik penengah yang bermanfaat untuk digunakan setelah hubungan permulaan dibuat dan sebelum pemberian informasi dan tahap interpretasi dimulai. Perasaan-perasaan yang diekspresikan dapat dikelompokkan ke dalam 3 kategori yaitu: positif, negative, dan ambivalen.
Hambatan-hambatan refleksi perasaan:
1)       Stereoptipe dari konselor
2)       Konselor tidak dapat mengatur waktu
3)       Konselor tidak dapat memilih perasaan
4)       Konselor tidak mengetahui isi perasaan yang direfleksikan
5)       Konselor menambah arti perasaan
6)       Konselor menggunakan bahasa yang kurang tepat

Littlre snake pin