Kamis, 17 Januari 2013

EVALUASI PROGRAM BK




Pertanyaan
1.     Apa tujuan evaluasi program bk di sekolah.
2.     Kriteria apa untuk mengevaluai
3.     Langkah-langkah apa yang harus dilakukan untuk melakukan evaluasi program agar berjalan efektif dan beri contoh.
4.     Siapa yang berhak melakukan evaluasi program bk.
5.     Jelaskan metode dan alat evaluasi program bk di sekolah.
6.     Jelaskan menurut pendapat kelompok metode dan alat evaluasi yang cocok sesuai dengan tingkat SD, SMP, dan SMA.

Jawaban
1.     Tujuan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah
Kegiatan evaluasi bertujuan mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
a.      Tujuan Umum
Secara umum, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling bertujuan sebagai berikut:
1)     Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbinga dan konseling.
2)     Mengetahui tingakt efesiensi dan efektifitas strategi pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu.
3)     Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk.:
a).   Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
b).   Mengetahui tingakt efesiensi dan efektifitas dari layanan bimbingan dan konseling.
c).   Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum dilaksanakan dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
d).   Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
e).   Memperoleh gambaran sejauh mana peranan masyarakat terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
f).    Mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program bimbingan dan konseling terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK dan TIU pada khususnya.
g).   Mendapat informasi yang adekuat dalam rangka perencanaan langkah-langkah pengembangan program bimbingan dan konseling selanjutnya.
h).   Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk kesesuaian dan kebutuhan.
b.     Tujuan Khusus
Sedangkan secara khusus tujuan evaluasi program bimbingan dan konseling adalah:
1)     Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di sekolah ( madrasah ).
2)     Untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi layanan yang diberikan itu dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua individu disekolah ( madrasah ) dan diluar sekolah ( madrasah ).
3)     Untuk mengetahui bagaimanakah sumbangan program bimbingan terhadap program pendidikan secara keseluruhan di sekolh ( madrasah ) yang bersangkutan.
4)     Untuk mengetahui apakah teknik-teknik atau program yang digunakan berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
5)     Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu dimasukkan kedalam program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
6)     Untuk membantu kepala sekolah ( madrasah ), guru-guru termasuk pembimbing atau konselor dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka dalam memahami dan memenuhi kebutuhan tiap-tipa siswa.
7)     Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.Untuk mendorong semua personil bimbinga agar bekerja leih giat dalam mengembangkan program-program bimbingan.
8)     Menunjukkan sampai sejauh manakah sumber-sumber masyarakat telah digunakan atau diikutsertakan dalam program bimbingan untuk tujuan-tujuan pengembangan serta perbaikan program dan pelayanan bimbingan.

2.     Kriteria evaluasi
Kriteria dalam melakukan evaluasi program bimbingan dan konseling  mencakup kriteria internal dan kriteria eksternal (Depdikbud, 1966 dalam Sugiyo dan Kusnarto, 2008: 39).
a.    Kriteria internal
Kriteria internal dijabarkan dari dalam rancangan program itu sendiri yang dapat ditinjau dari sudut :
1)  Koherensi (konsistensi), baik koherensi antara tujuan dengan penilaian, tujuan dengan pengalaman kegiatan yang dilaksankan, tujuan dengan materi dll.
2)  Pengetahuan penempatan resource yakni mencakup pemilihan staff.
3)  Reaksi pemakai program yang dapat ditinjau dari kepuasan, pencapaian tujuan pribadi, minat, wawasan, dll.
4)  Reaksi pelaksana program dalam hal ini guru pembimbing atau konselor sekolah yang dapat ditinjau dari sikapnya terhadap program, cara penerimaan terhadap program, kepuasan, minat, wawasan, kepentingan/tujuan pribadi dll.
5)  Efektivitas penggunaan dana.
6)  Kemampuan generatif atau pengembangan diri dari program (side effect).
b.   Kriteria eksternal
Kriteria eksternal mencakup (1) kemampuan pengarah kebijakan, maksudnya adalah sejauh mana pelaksanaan atau implementasi program sesuai dengan garis kebijakan yang telah ditetapkan, (2) analisis cost-benefit untuk membandingkan antara biaya dengan keuntungan secara keseluruhan, (3) efek multiplier (melipat ganda), baik yang berupa imbasan langsung ataupun imbasan yang tidak langsung.
Kriteria atau patokan yang dipakai untuk menilai keberhasilan program pelayanan bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah menurut Dirjen PMPTK Depdiknas mengacu pada ketercapaian kompetensi, keterpenuhan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan pihak-pihak lain yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih baik. Dalam keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan pelayanan bimbingan yang telah dilaksanakan.

3.     Langkah Evaluasi
Menurut Sugiyo dan Kusnarto (2008: 44), dibutkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi program ditempuh langkah-langkah berikut:
a.    Merumuskan masalah atau instrumentasi. Karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan instrumen yang terkait dengan hal-hal yang akan dievaluasi, pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang dievaluasi yaitu: (1) tingkat keterlaksanaan program/pelayanan (aspek proses), (2) tingkat ketercapaian tujuan program/pelayanan (aspek hasil).
Contoh : langkah pertama yaitu menentukan instrumen sesuai dengan kebutuhan siswa. Kemudian menentukan program kerja sesuai dengan kebutuhan siswa.
b.   Mengembangkan atau menyusun instrumen pengumpul data. Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu menyusun instrumen yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrument itu diantaranya inventori, angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
c.    Mengumpulkan dan menganalisis data. Setelaj data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah dan belum tercapai.
d.   Melakukan tindak lanjut (follow up). Berdasarkan temuan yang diperole, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat meliputi dua kegiatan, yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah, kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2) mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah beberapa hal yang dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.

4.     Yang berhak melakukan evaluasi program BK di sekolah.
Evaluasi program bimbingan dan konseling dapat dilakukan oleh unsur-unsur seperti : koordinator bimbingan dan konseling dalam menilai Guru Pembimbing dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, Kepala Sekolah ataupun pengawas sebagai orang yang bertugas dan bertanggung jawab membina dan mengawasi ataupun personel lain yang terlibat dalam kegiatan bimbingan dan konseling.

5.     Metode dan alat evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah.
Pendekatan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan berbagai cara dan kegiatan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelnggarakan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, yaitu:
a.      Metode survei.
Metode ini mungkin sering menggunakan metode evaluasi dalam setting sekolah. Metode ini dimaksudkan guna mendapatkan data tentang lingkungan, pengelolaan sikap dan pandangan personel sekolah lainnya, sikap dan pandangan siswa terhadapa program bimbingan.
Jadi metode survei ini merupakan usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan kegiatan sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan kebutuhan siswa, melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, dan memperbaiki hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut.
b.     Metode observasi.
Sebelum melaksanakan observasi dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang mencakup perilaku-perilaku siswa yang akan diamati, kapan yang akan diamati, oleh siapa yang akan diamati, akan direkam dengan cara yang bagaimana, dan akan diberi interpretasi eveluatif menurut apa. Jadi, sebelum observasi dilaksanakan, observer perlu membuat pedoman atau kriteria terlebih dahulu agar dapat yang diperoleh lebih terarah dan tepat. Unsur objektivitas dapat dikurangi dengan cara melibatkan banyak orang.
Dengan demikian, peencanaan yang rinci, pembuatan pedoman atau kriteria dan keterlibatan lebih dari satu orang dalam observasi akan diperoleh data yang lebih terarah, tepat dan objektif.
c.      Metode eksperimental.
Bentuk ini yang paling tepat memerlukan dengan membentuk 2 kelompok siswa yang satu diantaranya dijadikan kelompok eksperimental dan kelompok yang lainnya menjadi kelompok kontrol, yaitu yang satu menjadi kelompok yang mendapat pelayanan bimbingan dan konseling dan kelompok yang lainnya tidak mendapat layanan bimbingan dan konseling.
Kalau hasil perkembangan dalam suatu periode tertentu dari kedua kelompok diperbandingkan, dari hasil perbandingan tersebut tampak sampai sejauh mana program bimbingan dan konseling dapat membantu perkembangan siswa yang memperolehnya.
d.     Metode study kasus.
Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai keadaan seorang siswa yang dijadikan objek studi kasus. Sebelum melakukan studi kasus perlu ditetapkan hal-hal yang dianggap penting tentang diri seorang siswa (klien) yang berkaitan dengan usaha layanannya.
Metode studi kasus cukup banyak memakan waktu, akan tetapi memiliki beberapa keuntungan tertentu. Penekanannya pada perkembangan individu dan perkembangan kepribadiannya, disamping itu metode ini banyak manfaatnya bagi konselor dalam mengevaluasi efesiensi dan efektivitas kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilaksanakannya.
Sedangkan alat yang dipakai dalam evaluasi program BK di sekolah adalah: 
a.    Wawancara
Wawancara merupakan percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara yang mewawancarai dan yang diwawancarai. Wawancara yang dalam istilah lain dikenal dengan interview merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di lapangan. Prosesnya bisa dilakukan dengan bertatap muka langsung (face to face) dengan narasumber maupun secara tidak langsung seperti melalui telepon, internet atau surat (wawancara tertulis). Tujuan utama wawancara yaitu memperoleh informasi yang lebih mendetail mengenai pribadi interviewee maupun hal yang diketahuinya.
b.   Observasi
Istilah observasi berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu, baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Observasi yang berarti pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire dan tes.
c.    Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975). Sedangkan menurut winkle angket adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis juga ( WS. Winkel, 1987).
d.   Sosiometri
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang ( 10 – 50 orang ), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok (WS. Winkel, 1985 ).
e.    Psikotest
Psikotest adalah teknik pengumpul data dengan menjaring data-data yang bersifat potensial seperti kecerdasan, bakat umur, kepribadian, dan sikap murid.

6.     Metode dan alat evaluasi program BK di SD,SMP dan SMA
Menurut kelompok kami, semua metode dan alat evaluasi dapat digunakan di setiap jenjang sekolah, asalkan sesuai dengan kebutuhan siswa dan keadaan sekolah.

Littlre snake pin