Pertanyaan
1. Apa
tujuan evaluasi program bk di sekolah.
2. Kriteria
apa untuk mengevaluai
3. Langkah-langkah
apa yang harus dilakukan untuk melakukan evaluasi program agar berjalan efektif
dan beri contoh.
4. Siapa
yang berhak melakukan evaluasi program bk.
5. Jelaskan
metode dan alat evaluasi program bk di sekolah.
6. Jelaskan
menurut pendapat kelompok metode dan alat evaluasi yang cocok sesuai dengan
tingkat SD, SMP, dan SMA.
Jawaban
1. Tujuan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling
di sekolah
Kegiatan evaluasi bertujuan mengetahui keterlaksanaan kegiatan dan
ketercapaian tujuan dari program yang telah ditetapkan.
a.
Tujuan Umum
Secara umum, penyelenggaraan evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan
konseling bertujuan sebagai berikut:
1)
Mengetahui kemajuan program bimbingan dan konseling
atau subjek yang telah memanfaatkan layanan bimbinga dan konseling.
2)
Mengetahui tingakt efesiensi dan efektifitas strategi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling yang telah dilaksanakan dalam kurun
waktu tertentu.
3)
Secara operasional, penyelenggaraan evaluasi
pelaksanaan program bimbingan dan konseling ditujukan untuk.:
a).
Meneliti secara berkala pelaksanaan program bimbingan
dan konseling.
b).
Mengetahui tingakt efesiensi dan efektifitas dari
layanan bimbingan dan konseling.
c).
Mengetahui jenis layanan yang sudah atau belum
dilaksanakan dan atau perlu diadakan perbaikan dan pengembangan.
d).
Mengetahui sampai sejauh mana keterlibatan semua pihak
dalam usaha menunjang keberhasilan pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
e).
Memperoleh gambaran sejauh mana peranan masyarakat
terhadap pelaksanaan program bimbingan dan konseling.
f).
Mengetahui sampai sejauh mana kontribusi program
bimbingan dan konseling terhadap pencapaian tujuan pendidikan pada umumnya, TIK
dan TIU pada khususnya.
g).
Mendapat informasi yang adekuat dalam rangka
perencanaan langkah-langkah pengembangan program bimbingan dan konseling
selanjutnya.
h).
Membantu mengembangkan kurikulum sekolah untuk
kesesuaian dan kebutuhan.
b.
Tujuan Khusus
Sedangkan secara khusus tujuan evaluasi program bimbingan dan konseling
adalah:
1)
Untuk mengetahui jenis-jenis layanan bimbingan dan
konseling apakah sudah ada atau belum diberikan kepada siswa di sekolah (
madrasah ).
2)
Untuk mengetahui efektivitas dan efesiensi layanan
yang diberikan itu dalam fungsinya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan semua
individu disekolah ( madrasah ) dan diluar sekolah ( madrasah ).
3)
Untuk mengetahui bagaimanakah sumbangan program
bimbingan terhadap program pendidikan secara keseluruhan di sekolh ( madrasah )
yang bersangkutan.
4)
Untuk mengetahui apakah teknik-teknik atau program
yang digunakan berjalan secara efektif dalam mencapai tujuan-tujuan bimbingan.
5)
Untuk mengetahui aspek-aspek lain apakah yang perlu
dimasukkan kedalam program bimbingan untuk perbaikan layanan yang diberikan.
6)
Untuk membantu kepala sekolah ( madrasah ), guru-guru
termasuk pembimbing atau konselor dalam melakukan perbaikan tata kerja mereka
dalam memahami dan memenuhi kebutuhan tiap-tipa siswa.
7)
Untuk mengetahui dalam bagian-bagian manakah dari
program bimbingan yang perlu diadakan perbaikan-perbaikan.Untuk mendorong semua
personil bimbinga agar bekerja leih giat dalam mengembangkan program-program
bimbingan.
8)
Menunjukkan sampai sejauh manakah sumber-sumber
masyarakat telah digunakan atau diikutsertakan dalam program bimbingan untuk
tujuan-tujuan pengembangan serta perbaikan program dan pelayanan bimbingan.
2.
Kriteria
evaluasi
Kriteria dalam
melakukan evaluasi program bimbingan dan konseling mencakup kriteria internal dan kriteria
eksternal (Depdikbud, 1966 dalam Sugiyo dan Kusnarto, 2008: 39).
a. Kriteria
internal
Kriteria internal dijabarkan
dari dalam rancangan program itu sendiri yang dapat ditinjau dari sudut :
1) Koherensi
(konsistensi), baik koherensi antara tujuan dengan penilaian, tujuan dengan
pengalaman kegiatan yang dilaksankan, tujuan dengan materi dll.
2) Pengetahuan
penempatan resource yakni mencakup pemilihan staff.
3) Reaksi
pemakai program yang dapat ditinjau dari kepuasan, pencapaian tujuan pribadi,
minat, wawasan, dll.
4) Reaksi
pelaksana program dalam hal ini guru pembimbing atau konselor sekolah yang
dapat ditinjau dari sikapnya terhadap program, cara penerimaan terhadap
program, kepuasan, minat, wawasan, kepentingan/tujuan pribadi dll.
5) Efektivitas
penggunaan dana.
6) Kemampuan
generatif atau pengembangan diri dari program (side effect).
b. Kriteria
eksternal
Kriteria eksternal mencakup
(1) kemampuan pengarah kebijakan, maksudnya adalah sejauh mana pelaksanaan atau
implementasi program sesuai dengan garis kebijakan yang telah ditetapkan, (2)
analisis cost-benefit untuk membandingkan antara biaya dengan keuntungan secara
keseluruhan, (3) efek multiplier (melipat ganda), baik yang berupa imbasan
langsung ataupun imbasan yang tidak langsung.
Kriteria atau patokan
yang dipakai untuk menilai keberhasilan program pelayanan bimbingan dan
konseling di Sekolah/Madrasah menurut Dirjen PMPTK Depdiknas mengacu pada
ketercapaian kompetensi, keterpenuhan kebutuhan-kebutuhan peserta didik dan
pihak-pihak lain yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung berperan
membantu peserta didik memperoleh perubahan perilaku dan pribadi ke arah yang lebih
baik. Dalam keseluruhan kegiatan bimbingan dan konseling, penilaian diperlukan
untuk memperoleh umpan balik terhadap keefektifan pelayanan bimbingan yang
telah dilaksanakan.
3.
Langkah
Evaluasi
Menurut
Sugiyo dan Kusnarto (2008: 44), dibutkan bahwa dalam melaksanakan evaluasi
program ditempuh langkah-langkah berikut:
a.
Merumuskan masalah atau instrumentasi.
Karena tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh data yang diperlukan untuk
mengambil keputusan, maka konselor perlu mempersiapkan instrumen yang terkait dengan
hal-hal yang akan dievaluasi, pada dasarnya terkait dengan dua aspek pokok yang
dievaluasi yaitu: (1) tingkat keterlaksanaan program/pelayanan (aspek proses),
(2) tingkat ketercapaian tujuan program/pelayanan (aspek hasil).
Contoh : langkah
pertama yaitu menentukan instrumen sesuai dengan kebutuhan siswa. Kemudian
menentukan program kerja sesuai dengan kebutuhan siswa.
b.
Mengembangkan atau menyusun instrumen
pengumpul data. Untuk memperoleh data yang diperlukan, yaitu mengenai tingkat
keterlaksanaan dan ketercapaian program, maka konselor perlu menyusun instrumen
yang relevan dengan kedua aspek tersebut. Instrument itu diantaranya inventori,
angket, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan studi dokumentasi.
c.
Mengumpulkan dan menganalisis data.
Setelaj data diperoleh maka data itu dianalisis, yaitu menelaah tentang program
apa saja yang telah dan belum dilaksanakan, serta tujuan mana saja yang telah
dan belum tercapai.
d.
Melakukan tindak lanjut (follow up). Berdasarkan temuan yang
diperole, maka dapat dilakukan kegiatan tindak lanjut. Kegiatan ini dapat
meliputi dua kegiatan, yaitu (1) memperbaiki hal-hal yang dipandang lemah,
kurang tepat, atau kurang relevan dengan tujuan yang ingin dicapai, dan (2)
mengembangkan program, dengan cara merubah atau menambah beberapa hal yang
dipandang dapat meningkatkan kualitas atau efektivitas program.
4.
Yang
berhak melakukan evaluasi program BK di sekolah.
Evaluasi program bimbingan dan konseling
dapat dilakukan oleh unsur-unsur seperti : koordinator bimbingan dan konseling
dalam menilai Guru Pembimbing dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya,
Kepala Sekolah ataupun pengawas sebagai orang yang bertugas dan bertanggung
jawab membina dan mengawasi ataupun personel lain yang terlibat dalam kegiatan
bimbingan dan konseling.
5.
Metode dan alat evaluasi pelaksanaan program bimbingan
dan konseling di sekolah.
Pendekatan
evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling dapat dilakukan dengan
berbagai cara dan kegiatan. Ada beberapa metode yang digunakan untuk menyelnggarakan
evaluasi pelaksanaan program bimbingan dan konseling, yaitu:
a.
Metode survei.
Metode ini mungkin sering
menggunakan metode evaluasi dalam setting sekolah. Metode ini dimaksudkan guna
mendapatkan data tentang lingkungan, pengelolaan sikap dan pandangan personel
sekolah lainnya, sikap dan pandangan siswa terhadapa program bimbingan.
Jadi metode survei ini merupakan
usaha untuk mengenal keadaan sesungguhnya dari suatu sekolah secara menyeluruh
sebagaimana adanya. Hal tersebut sangat berguna untuk menentukan kegiatan
sekolah selanjutnya dalam rangka memperbaiki hal-hal yang tidak sesuai dengan
kebutuhan siswa, melengkapi kebutuhan yang belum terpenuhi, dan memperbaiki
hubungan antara unsur-unsur yang mendukung kehidupan sekolah tersebut.
b.
Metode observasi.
Sebelum melaksanakan observasi
dibutuhkan suatu rencana yang terinci, yang mencakup perilaku-perilaku siswa
yang akan diamati, kapan yang akan diamati, oleh siapa yang akan diamati, akan
direkam dengan cara yang bagaimana, dan akan diberi interpretasi eveluatif
menurut apa. Jadi, sebelum observasi dilaksanakan, observer perlu membuat
pedoman atau kriteria terlebih dahulu agar dapat yang diperoleh lebih terarah
dan tepat. Unsur objektivitas dapat dikurangi dengan cara melibatkan banyak
orang.
Dengan demikian, peencanaan yang
rinci, pembuatan pedoman atau kriteria dan keterlibatan lebih dari satu orang
dalam observasi akan diperoleh data yang lebih terarah, tepat dan objektif.
c.
Metode eksperimental.
Bentuk ini yang paling tepat
memerlukan dengan membentuk 2 kelompok siswa yang satu diantaranya dijadikan
kelompok eksperimental dan kelompok yang lainnya menjadi kelompok kontrol,
yaitu yang satu menjadi kelompok yang mendapat pelayanan bimbingan dan
konseling dan kelompok yang lainnya tidak mendapat layanan bimbingan dan
konseling.
Kalau hasil perkembangan dalam suatu
periode tertentu dari kedua kelompok diperbandingkan, dari hasil perbandingan
tersebut tampak sampai sejauh mana program bimbingan dan konseling dapat
membantu perkembangan siswa yang memperolehnya.
d.
Metode study kasus.
Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data mengenai keadaan seorang siswa yang dijadikan objek studi
kasus. Sebelum melakukan studi kasus perlu ditetapkan hal-hal yang dianggap
penting tentang diri seorang siswa (klien) yang berkaitan dengan usaha
layanannya.
Metode studi kasus cukup banyak
memakan waktu, akan tetapi memiliki beberapa keuntungan tertentu. Penekanannya
pada perkembangan individu dan perkembangan kepribadiannya, disamping itu
metode ini banyak manfaatnya bagi konselor dalam mengevaluasi efesiensi dan
efektivitas kegiatan-kegiatan bimbingan yang dilaksanakannya.
Sedangkan alat yang dipakai dalam
evaluasi program BK di sekolah adalah:
a. Wawancara
Wawancara merupakan
percakapan antara dua orang atau lebih dan berlangsung antara yang mewawancarai
dan yang diwawancarai. Wawancara yang dalam istilah lain dikenal dengan
interview merupakan suatu metode pengumpulan berita, data, atau fakta di
lapangan. Prosesnya bisa dilakukan dengan bertatap muka langsung (face to face)
dengan narasumber maupun secara tidak langsung seperti melalui telepon,
internet atau surat (wawancara tertulis). Tujuan utama wawancara yaitu
memperoleh informasi yang lebih mendetail mengenai pribadi interviewee maupun
hal yang diketahuinya.
b. Observasi
Istilah observasi
berasal dan bahasa Latin yang berarti ”melihat” dan “memperhatikan”. Istilah
observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat, mencatat
fenomena yang muncul, dan mempertimbangkan hubungan antar aspek dalam fenomena
tersebut. Observasi menjadi bagian dalam penelitian berbagai disiplin ilmu,
baik ilmu eksakta maupun ilmu-ilmu sosial, Observasi dapat berlangsung dalam
konteks laboratoriurn (experimental) maupun konteks alamiah.
Observasi yang berarti
pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga
diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checkingin atau pembuktian terhadap
informasi / keterangan yang diperoleh sebelumnya.Sebagai metode ilmiah
observasi biasa diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan fenomena-fenomena
yang diselidiki secara sistematik. Dalam arti yang luas observasi sebenarnya
tidak hanya terbatas kepada pengamatan yang dilakukan, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Pengamatan tidak langsung misalnya melalui questionnaire
dan tes.
c. Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian
pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban (Depdikbud:1975).
Sedangkan menurut winkle angket
adalah suatu daftar atau kumpulan pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara
tertulis juga ( WS. Winkel, 1987).
d. Sosiometri
Sosiometri merupakan
suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu
kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang ( 10 – 50 orang ), berdasarkan
preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok (WS. Winkel, 1985 ).
e. Psikotest
Psikotest adalah teknik pengumpul
data dengan menjaring data-data yang bersifat potensial seperti kecerdasan,
bakat umur, kepribadian, dan sikap murid.
6. Metode dan alat evaluasi program BK di SD,SMP dan SMA
Menurut kelompok kami, semua metode
dan alat evaluasi dapat digunakan di setiap jenjang sekolah, asalkan sesuai
dengan kebutuhan siswa dan keadaan sekolah.