A. Pendahuluan
Hampir
setiap kali individu memasuki lingkungan yang baru, individu selalu membutuhkan
fase adaptasi dengan lingkungan baru tersebut. Lama tidaknya atau berhasil
tidaknya fase beradaptasi tersebut sangat dipengaruhi oleh banyak faktor,
antara lain adalah pengalaman, kemampuan menyesuaikan diri, hingga culture lingkungan
baru yang mendukung bagi individu yang bersangkutan untuk mampu beradaptasi.
Demikian pula halnya dalam dunia akademis. Seorang anak yang baru masuk sekolah
memerlukan adaptasi dengan lingkungan sekolah yang baru tersebut agar dapat
berbaur dan bersatu dengan lingkungan sekolah tersebut, yang nantinya dapat
berpengaruh terhadap prestasi akademik.
Jenjang
pendidikan antara SD, SMP, SMA dan perguruan tinggi tentunya sangat berbeda. Misalnya
saja ketika seoramg siswa SMA menjadi seorang mahasiswa disuatu universitas,
merupakan suatu fase peralihan yang memiliki banyak kemungkinan yang dapat
terjadi. Salah satunya adalah kemungkinan untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan unversitas yang memiliki banyak perbedaan kultur dan dinamika dengan lingkungan sekolah. Hal ini tentunya menyebabkan
beberapa kendala yang harus dialami oleh para mahasiswa ketika pertama kali mereka
masuk kelingkungan baru yang sangat berbeda dari lingkungan yang mereka hadapi
sebelumnya. Kegagalan individu dalam hal beradaptasi dengan lingkungan baru
menyebabkan gangguan psikologi dan perasaan rendah diri pada individu yang
bersangkutan.
B.
Pengertian
Strategi Coping
Strategi coping didefinisikan sebagai suatu proses
tertentu yang disertai dengan suatu usaha dalam rangka merubah domain kognitif
dan atau perilaku secara konstan untuk mengatur dan mengendalikan tuntutan dan
tekanan eksternal maupun internal yang diprediksi akan dapat membebani dan
melampaui kemampuan dan ketahanan individu yang bersangkutan (Lazarus &
Folkman dalam Bowman & Stern, 1995).
Menurut Fatchiah Kertamuda &
Haris Herdiansyah, strategi coping
adalah suatu proses tertentu yang disertai dengan suatu usaha yang dilakukan
individu untuk menghadapi dan mengantisipasi situasi dan kondisi yang bersifat
menekan atau mengancam baik fisik maupun psikis yang diprediksi akan dapat
membebani dan melampaui kemampuan dan ketahanan individu yang bersangkutan.
C. Bentuk-Bentuk
Strategi Coping
Menurut Santrock (1996), berdasarkan perilaku
yang muncul, strategi coping dibedakan
menjadi dua: pertama, strategi
mendekat (approach strategy)
yaitu individu cenderung melakukan suatu usaha atau cara kognitif untuk
memahami sumber penyebab hambatan dalam menyesuaikan diri dan berusaha untuk
menghadapi hambatan tersebut beserta konsekuensinya secara langsung. Kedua, strategi menghindar (avoidance strategy) yaitu individu
cenderung untuk menyangkal atau meminimalkan hambatan dalam menyesuaikan diri
secara kognitif, kemudian memunculkan usaha dalam bentuk tingkah laku untuk
menarik atau meminimalkan sumber hambatan tersebut.
Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Bowman dan
Stern, 1995), secara umum, strategi coping dibagi ke dalam dua kategori utama yaitu:
1. Problem-focused coping
Merupakan salah satu bentuk coping yang lebih berorientasi pada
pemecahan masalah (problem solving),
bersifat eksternal. Orientasi utamanya adalah mencari dan menghadapi
pokok permasalahan dengan cara mempelajari strategi atau
keterampilan-keterampilan baru dalam rangka mengurangi stressor yang dihadapi atau dirasakan.
2. Emotion-focused coping
Merupakan usaha-usaha untuk mengurangi atau
mengatur emosi dengan cara menghindari untuk berhadapan langsung dengan
stressor, bersifat internal. Individu dalam hal ini biasanya melakukan ativitas
yang tidak ada hubungannya dengan permasalahan yang sedang dihadapi, misalnya: tidur
seharian, menonton tv setiap saat dan lain sebagainya
D.
Faktor yang
Mempengaruhi Strategi Coping
Taylor (2003) menyatakan faktor yang
mempengaruhi coping yang
dilakukan individu lebih berasal dari dukungan orang-orang di sekitar individu,
seperti misalnya saudara, orang tua, suami atau istri, anak, teman, ataupun
menggunakan jasa tenaga profesional seperti psikolog yang dapat membantu
individu dalam melakukan coping
yang tepat, dalam usaha menghadapi dan memecahkan masalah yang
dihadapinya.
E. Penyesuaian Diri
Menurut
Menurut Fatchiah Kertamuda & Haris Herdiansyah (Jurnal UP,2009),
penyesuaian diri adalah suatu proses yang berjalan terus menerus sepanjang
rentang kehidupan manusia, dan merupakan usaha dari diri individu untuk dapat
menyeimbangkan antara dirinya dengan lingkungannya baik dari segi fisik maupun
psikis dengan tujuan tercipta hubungan yang harmonis antara individu dan
lingkungannya.
F. Bentuk-bentuk Penyesuaian Diri
Sunarto dan Hartono (dalam Rumaisha, 2007)
menyebutkan bahwa terdapat pembagian pada penyesuaian diri, yaitu:
1.
Penyesuaian
diri yang positif.
Individu
yang mempunyai penyesuaian diri yang positif adalah mampu mengarahkan dan
mengatur dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku
individu dalam menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat, mampu menemukan
manfaat dari situasi baru dan memenuhi segala kebutuhan secara sempurna dan
wajar.
2.
Penyesuaian
diri yang negatif.
Individu dengan
penyesuaian diri yang negatif adalah tidak mampu mengarahkan dan mengatur
dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilaku individu
dalam menghadapi tuntutan dirinya dan masyarakat, serta tidak mampu menemukan
manfaat dari situasi baru dalam memenuhi segala kebutuhan secara sempurna dan
wajar.
G.
Pengaruh Pemilihan Strategi Coping terhadap Penyesuaian Diri
Mahasiswa Baru
Jadwal kegiatan perkuliahan, metode belajar,
norma serta kultur universitas yang menjadi stimulus sekaligus stresor bagi
mahasiswa baru yang mengalami hambatan, dapat diatasi dengan merubah kesadaran
kognitif serta afektif mereka menjadi suatu stimulus netral yang bersifat tidak
mengganggu. Setiap mahasiswa baru yang mengalami hambatan dalam hal
menyesuaikan diri dan telah berhasil beradaptasi dengan lingkungan universitas
terbukti telah melakukan strategi coping. Dalam penelitian Fatchiah
Kertamuda & Haris Herdiansyah jika dikaitkan dengan bentuk strategi coping menurut Santrock (1999) hampir
seluruh mahasiswa yang mengalami hambatan dalam hal menyesuaikan diri
menggunakan bentuk strategi coping approach strategy. Sedangkan avoidance strategy tidak dipilih menjadi strategi coping dalam hal menyesuaikan diri dengan
lingkungan baru karena situasi yang ada tidak memungkinkan untuk bersifat pasif
atau mengurangi hambatan dalam menyesuaikan diri secara kognitif. Approach
strategy yang dilakukan
oleh mahasiswa baru juga disertai dengan strategi lainnya yaitu accommodative
coping yang lebih bersifat
fleksibel dalam pencapaian tujuan dengan cara mengubah diri sendiri untuk
disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada. Mahasiswa baru tersebut tidak
melakukan perubahan pada lingkungan yang ada karena lingkungan beserta dinamikanya
tersebut telah terbentuk sedemikian rupa dan sangat sulit untuk dirubah dan
dikendalikan, sehingga kemungkinannya hanyalah dengan mengubah diri sendiri
untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan tersebut. Mahasiswa akan merubah dan
membiasakan diri dengan kultur, budaya, dan dinamika lingkungan yang ada untuk
beradaptasi dan menjadi bagian dari lingkungan tersebut.
Bentuk strategi coping yang dilakukan mahasiswa baru jika
dianalisis dengan menggunakan teori strategi coping menurut Lazarus & Folkman (dalam
Bowman dan Stern, 1995) lebih dominan kepada problem-focused coping yang berorientasi pada pencarian
pemecahan masalah dari stresor, yang diterima dengan cara mencari usaha dan
mengatur atau merubah kondisi objektif yang merupakan hambatan dalam
penyesuaian diri atau melakukan sesuatu untuk merubah hambatan tersebut.
Mahasiswa baru aktif dalam mempelajari kultur, kebiasaan, pola pembelajaran,
serta memahami dinamika yang ada di universitas yang kemudian berusaha memahami
semua hal tersebut ke dalam dirinya, serta menyesuaikan diri dengan semua
hambatan dan stresor yang ada.
Dari hasil yang ditemukan, bentuk penyesuaian diri yang dilakukan oleh
mahasiswa baru termasuk ke dalam penyesuaian diri yang positif. Alasan yang
mendasarinya yaitu, mahasiswa baru tersebut mampu mengarahkan dan mengatur
dorongan-dorongan dalam pikiran, kebiasaan, emosi, sikap dan perilakunya dalam
menghadapi tuntutan dari dalam dirinya dan lingkungannya, serta mampu menemukan
pola - relasi secara wajar. Hasilnya mereka mampu beradaptasi secara aktif
dengan dan mampu mengikuti dinamika di lingkungan universitas.
H.
Keterkaitan Dengan
Konseling Rehabilitasi
Konseling
rehabilitasi dapat
diartikan sebagai suatu bidang ilmu yang mengkaji cara-cara membantu klien mencapai tujuan personal, sosial,
psikologis dan vokasionalnya. Untuk itu, sebagai seorang konselor rehabilitasi
perlu memiliki pengetahuan dan keterampilan khusus serta sikap yang dibutuhkan
untuk berkolaborasi dalam hubungan profesional dengan klien (orang dengan dissabilities).
Dalam konseling rehabilitasi, coping
merupakan salah satu bentuk
intervensi yang diberikan oleh konselor kepada klien dengan tujuan mengembangkan
ketrampilan klien dalam mengelola gejala penyebab malasuai sosial dan tekanan
sosial agar klien dapat mengurangi masalah yang dideritanya..
Klien yang akan kembali ke lingkungannya, tentunya mengalami kecemasan
dalam menghadapi lingkungan yang berbeda dengan lingkungan tempatnya
rehabilitasi. Dengan strategi coping,
diharapkan klien dapat mengembangkan penyesuaian diri yang positif terhadap “lingkungan
barunya”.
Sumber: Kertamuda,Fatchiah.2009.
Pengaruh Strategi Coping Terhadap
Penyesuaian Diri Mahasiswa Baru. Banten: Universitas Paramadina: Jurnal