PENDAHULUAN
a.
Latar Belakang
Pekerja
sosial kian marak dibutuhkan masyarakat di sekitar kita. Panti rehabilitasi
yang menangani pecandu narkoba, eks-pekerja tuna susila, penyandang cacat dan
anak-anak terlantar makin banyak didirikan masyarakat. Tenaga yang mengisi
pos-pos tersebut pun sangat terbatas jumlah dan kemampuannya. Dalam kebutuhan
yang serba mendesak itu, Bimbingan dan Konseling berusaha menjawab kebutuhan
tersebut dengan memberikan mata kuliah Rehabilitasi dan Pekerjaan Sosial yang
membekali mahasiswa dengan pengetahuan tentang seluk beluk rehabilitasi dan
pekerjaan sosial.
Rehabilitasi
sosial memiliki beberapa metode yang dikembangkan berdasarkan ukuran
sasarannya. Sasaran tersebut meliputi individu (perseorangan), kelompok, dan
masyarakat. Mengenai masyarakat, mereka disiapkan untuk menerima individu yang
kembali ke masyarakat sehingga individu tersebut mendapatkan tempat yang layak
untuk beraktivitas dengan baik.
b.
Tujuan
a. Untuk
mengetahui pengertian dari metode bimbingan sosial masyarakat dalam
rehabilitasi sosial.
b. Untuk
mengetahui pendekatan yang digunakan dalam metode bimbingan sosial masyarakat.
c. Untuk
mengetahui prinsip-prinsip yang melandasi metode bimbingan sosial masyarakat.
d. Untuk
mengetahui personel dan komponen dalam bimbingan sosial masyarakat.
e. Untuk
mengetahui elemen-elemen penting dalam rehabilitasi sosial berbasis masyarakat.
f. Untuk
mengetahui metode yang dapat digunakan dalam bimbingan sosial berbasis
masyarakat.
g. Untuk
mengetahui standar evaluasi yang digunakan untuk menilai keberhasilan bimbingan
sosial masyarakat.
c.
Rumusan Masalah
a. Apakah
pengertian dari metode bimbingan sosial masyarakat dalam rehabilitasi sosial?
b. Apa
saja pendekatan yang digunakan dalam metode bimbingan sosial masyarakat?
c. Apakah
prinsip-prinsip yang melandasi metode bimbingan sosial masyarakat?
d. Bagaimana
peran personel dan komponen bimbingan sosial masyarakat?
e. Adakah
elemen-elemen penting dalam rehabilitasi sosial berbasis masyarakat?
f. Apa
sajakah metode yang dapat digunakan dalam bimbingan sosial berbasis masyarakat?
g. Apa
sajakah standar evaluasi yang digunakan untuk menilai keberhasilan bimbingan
sosial masyarakat?
d.
Manfaat
a. Mahasiswa
mengetahui pengertian dari metode bimbingan sosial masyarakat dalam
rehabilitasi sosial.
b. Mahasiswa
mengetahui pendekatan yang digunakan dalam metode bimbingan sosial masyarakat.
c. Mahasiswa
mengetahui prinsip-prinsip yang melandasi metode bimbingan sosial masyarakat.
d. Mahasiswa
mengetahui personel dan komponen dalam bimbingan sosial masyarakat.
e. Mahasiswa
mengetahui elemen-elemen penting dalam rehabilitasi sosial berbasis masyarakat.
f. Mahasiswa
mengetahui metode yang dapat digunakan dalam bimbingan sosial berbasis
masyarakat.
g. Mahasiswa
mengetahui standar evaluasi yang digunakan untuk menilai keberhasilan bimbingan
sosial masyarakat.
METODE
BIMBINGAN SOSIAL MASYARAKAT DALAM REHABILITASI SOSIAL
A.
Konsep
Dalam UU No
11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial rehabilitasi sosial adalah proses
refungsionalisasi dan pengembangan untuk memungkinkan seseorang mampu
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar dalam kehidupan masyarakat.
Metode Pekerjaan Sosial adalah suatu prosedur kerja
yang teratur dan dilaksanakan secara sistematis digunakan oleh pekerja sosial
dalam memberikan pelayanan sosial. Di dalam pekerjaan sosial ada beberapa
metode yang digunakan untuk membantu klien dalam mengatasi permasalahannya.
Bimbingan
sosial dengan masyarakat sebagai salah satu metode pekerjaan sosial yang
bertujuan untuk memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan
sumber-sumber yang ada di dalam masyarakat serta menekankan dengan adanya
prinsip peran serta atau partisipasi masyarakat.
Menurut Twelvetrees metode bimbingan social masyarakat
: “ The process of assisting ordinary
people to improve their own communities by undertaking collective actions.”
(Metoda
yang memungkinkan orang dapat meningkatkan kualitas hidupnya serta mampu
memperbesar pengaruhnya terhadap proses-proses yang mempengaruhi kehidupannya.)
Secara
garis besar, pekerjaan sosial melibatkan intervensi atau penanganan masalah
pada dua aras atau tingkatan, yakni tingkat mikro (individu, keluarga,
kelompok) dan makro (organisasi dan masyarakat). Keterkaitan antara kedua
tingkatan tersebut merupakan jantungnya praktek pekerjaan sosial. Karenanya,
selain dituntut untuk memiliki pemahaman mengenai pemahaman masalah yang
dialami individu, keluarga dan kelompok, pekerja sosial juga perlu memiliki
pemahaman mengenai metode atau strategi dalam melakukan perubahan organisasi,
masyarakat dan kebijakan.
Pengembangan
masyarakat (community development/social work macro practice) merupakan salah
satu metode atau pendekatan inti yang menunjukkan keunikan pekerja sosial dan
membedakan profesi ini dengan profesi kemanusiaan lainnya. Banyak disiplin
mengklaim memiliki keahlian dalam bekerja dengan individu, keluarga dan
kelompok. Namun hanya sedikit profesi yang menfokuskan pada keberfungsian klien
dalam konteks organisasi, masyarakat, dan kebijakan salah satunya adalah
pekerjaan sosial (Netting, Kettner dan McMurtry, 2004).
Social
Work Macro Practice (Praktek Makro) adalah intervensi profesional langsung yang
dirancang untuk mengahsilkan perubahan berencana dalam organisasi-organisasi
dan masyarakat-masyarakat. Praktek Makro seperti semua praktek pekerjaan sosial
dibangun atas pondasi teoritik berjalan dalam kerangka kerja sebuah model
praktek dan beroperasi dalam batas-batas nilai-nilai dan etika profesional.
Kegiatan-kegiatan level makro melibatkan praktisi dalam arena-arena
organisasional masyarakat dan kebijakan.
B.
Pendekatan
dalam bimbingan social Masyarakat
Pendekatan
pendekatan dalam bimbingan social masyarakat mengarah pada 2 kontinum yaitu :
1.
Radical community work –
professional
Aktivitas
community work terutama diarahkan pada aktivitas-aktivitas yang
sungguh-sungguh berupaya untuk mengubah suatu keadaan dengan cara-cara yang
radikal (sampai ke akar-akar). Sedangkan profesional community work adalah aktivitas community work secara
bertahap dan sistematis yang diarahkan untuk mengubah suatu keadaan dengan
menggunakan keterampilan khusus dan dengan upaya membantu kelompok-kelompok
masyarakat dengan pendekatan self help serta membantu pemerintah lokal atau
lembaga-lembaga pemberi pelayanan agar lebih efektif dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat.profesional community work terutama lebih mengarah pada pelaksanaan
dan pengembangan keterampilan serta teori-teori praktek dengan memberikan
penekanan pada cara-cara berpikir , pragmatis tentang dunia nyata. Secara
sangat disederhanakan, profesional community work ini mempunyai hubungan yang
sangat dengan kehidupan profesi.
2.
Community development- social
planning
Model
intervensi yang digunakan community worker dengan cara bekerjasama dengan
kelompok-kelompok yang ada di masyarakat agar mereka dapat memenuhi kebutuhan
dalam memecahkan masalahnya sendiri ( self help group) dengan menggali dan
memanfaatkan sumber-sumber yang ada di masyarakat. Sedangkan social planning adalah model
intervensi yang digunakan community worker dengan cara bekerjasama dengan
pembuat kebijakan atau pihak pemberi pelayanan untuk mengembangkan
kebijakan-kebijakan baru yang lebih memadai.
3.
Self help strategy-influence
strategy
Pendekatan
yang digunakan community worker dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan
masalah masyarakat dengan menggunakan sumber-sumber yang ada di dalam
masyarakat itu sendiri. Sedangkan yang influence
strategy ( pemberian pengaruh); pendekatan yang digunakan
community worker dalam upaya memenuhi kebutuhan atau memecahkan masalah
masyarakat dengan memberikan pengaruh atau merubah kebijakan –kebijakan dari
organisasi-organisasi pelayanan yang ada di luar masyarakat itu sendiri.
4.
Generic community work- specialist
Communty
worker menangani permasalahan khusus/ specifik yang ada di masyarakat. Pekerja
ini biasanya terikat oleh suatu lembaga pelayanan, sehingga bekerja terfokus
untuk kepentingan lembaga, mengutamakan kebutuhan lembaga, misi lembaga, dan
berorientasi pada tugas-tugas lembaga. Sedangkan generic community worker: community worker menangani berbagai
permasalahan yang ada di masyarakat. Pekerja ini biasanya tidak terikat oleh
suatu lembaga pelayanan, sehingga bebas untuk bekerja dalam membantu masyarakat
mengartikulasikan serta mengupayakan pemenuhan kebutuhan masyarakat.
5.
Pemusatan pada proses-pemusatan pada
hasil
Tujuan
intervensi lebih berorientasi pada hasil, dimana intervensi lebih diarahkan
pada upaya perubahan situasi material, seperti perubahan pelayanan, dll.
Sedangkan pendekatan terpusat
pada proses: tujuan intervensi lebih berorientasi pada proses, dimana
intervensi lebih diarahkan pada upaya meningkatkan kepercayaan, pengetahuan,
keterampilan, maupun sikap masyarakat.
6.
Peranan enabling-peranan organizing
Peranan
community worker lebih kepada mengorganize individu-individu sebagai tenaga
ahli, konsultan, advokad, dan pendekatannya direktif (mengatur, menggurui,atau
memaksa). Biasanya digunakan dalam model pendekatan social planning. Sedangkan peranan enabling: peranan community
worker lebih kepada memampukan masyarakat, mempercepat pencapaian suatu hasil (
catalyst) , fasilitator dan pendekatannya non direktif ( tidak mengatur, tidak
menggurui, atau tidak memaksa). Biasanya digunakan dalam model pendekatan
community development.
7.
Sebagai pendekatan-sebagai sikap
Upaya
menolong masyarakat dengan cara membantu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Sedangkan community work sebagai
pendekatan adalah upaya menolong masyarakat dengan cara melakukan upaya
pemberdayaan masyarakat, memahami kebutuhan-kebutuhan masyarakat serta upaya
memperhatikan dan memperhitungkannya pada saat penyusunan kebijakan.
8.
Petugas sukarela-petugas yang
dibayar
Petugas
yang bekerja dan aktif di masyarakat atau perkumpulan-perkumpulan/ organisasi
seperti kader, tokoh masyarakat, dll, bekerja tanpa bayaran, tidak terikat oleh
suatu lembaga, biasanya disebut petugas sosial masyarakat. Sedangtkan petugas yang dibayar ( paid worker):
petugas yang bekerja di masyarakat atau organisasi pelayanan tertentu, bekerja
dengan bayaran, terikat oleh suatu lembaga, biasanya disebut pekerja sosial
profesional.
Sementara itu berkenaan dengan rehabilitasi
social Ichwan Muis
dalam sebuah situs online menjelaskan tentang Community Based Rehabilitation
(CBR), suatu model tindakan yang dilakukan pada tingkatan masyarakat dengan
membangkitkan kesadaran masyarakat dengan menggunakan sumber daya dan potensi
yang dimilikinya.
C.
Prinsip
Upaya
tersebut cenderung mengarah pada pemenuhan kebutuhan bidang tertentu di
masyarakat seperti kesejahteraan keluarga, kesejahteraan anak dan lain
sebagainya. Prinsip yang perlu diperhatikan dalam metode ini adalah:
1.
Penyusunan program didasarkan kebutuhan nyata yang
mendesak di masyarakat.
2.
Partisipasi aktif seluruh anggota masyarakat.
3.
Bekerja sama dengan berbagai badan dalam rangka
keberhasilan bersama dalam pelaksanaan program.
4.
Titik berat program adalah upaya untuk pencegahan,
rehabilitasi, pemulihan, pengembangan dan dukungan.
- Personel dan Komponen
Personel
1.
Pekerja CBR adalah pekerja gross root penyerahan jasa dalam
suatu komunitas.
2.
Pengawas atau sosial mediko pekerja yang mengatur dan
mendukung para pekerja gross root.
3.
Profesional seperti dokter bedah, fisioterapis, pelatih
kejuruan, counselers kepada siapa arahan dapat dibuat dari masyarakat.
Komponen
Kegiatan
rehabilitasi yang paling dasar dapat dilakukan dalam komunitas orang itu
sendiri. Konsep multi-sektoral / multi-disiplin dari CBR adalah untuk diadopsi.
Konsep ini menekankan bekerja dengan dan melalui masyarakat. Menanggapi
perubahan konseptual, CBR sekarang didefinisikan sebagai program pengembangan
masyarakat yang memiliki tujuh komponen yang berbeda.
1.
Penciptaan sikap positif terhadap orang cacat
2.
Penyediaan layanan rehabilitasi
3.
Penyediaan pendidikan dan kesempatan pelatihan
4.
Penciptaan mikro dan pendapatan makro - generasi peluang
5.
Pemberian jangka panjang
6.
perawatan fasilitas. Pencegahan penyebab kecacatan
7.
Monitoring & Evaluasi.
- Elemen-elemen penting dalam Rehabilitasi
Berbasis Masyarakat yaitu :
1.
Melibatkan secara penuh peran keluarga
dan masy di lingkungannya.
2.
Keikutsertaan masyarakat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan, dan
evaluasi.
3.
Mengupayakan agar terdapat perubahan
sikap masyarakat ke arah sikap yg lebih peduli.
4.
Mobilisasi sumber daya dan potensi masyarakat
dengan memperhatikan faktor sosial, ekonomi, budaya, geografi, demografi serta
penyandang masalah.
F.
Metode
1. Aksi Sosial
Merupakan upaya menggerakkan
masyarakat untuk mendapatkan atau menciptakan sumber-sumber dalam memenuhi
kebutuhannya. Pekerja sosial berupaya memberikan bimbingan kepada masyarakat
untuk menyadari kekurangan, memahami akan potensi dan sumber yang dimiliki dan
berupaya mengatasi masalah secara bersama-sama.
2. Administrasi Kesejahteraan Sosial
Administrasi Kesejahteraan Sosial
adalah sesuatu proses penyelenggarakan dan pelaksanaan usaha kerja sama
sekelompok orang yang terorganisir dengan baik, dengan menggunakan sumber
fasilitas yang ada untuk memberikan pertolongan sosial kepada masyarakat agar
dapat meningkatkan fungsi sosial dan taraf hidupnya.
Fungsi administrasi kesejahteraan
sosial:
1.
Pengumpulan data dan sumber.
2.
Analisa terhadap situasi sosial, pelayanan sosial
untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan manusia.
3.
Perumusan dan penentuan tujuan pelayanan kesejahteraan
sosial.
4.
Pengorganisasian usaha pertolongan/pelayanan
kesejahteraan sosial.
5.
Manajemen usaha pertolongan/pelayanan kesejahteraan
sosial.
6.
Komunikasi Sosial.
7.
Tata Usaha.
8.
Partisipasi Masyarakat.
Syarat
administrasi kesejahteraan sosial:
1.
Adanya proses penyelenggaraan dan pelaksanaan usaha
kerja sama sekelompok orang.
2.
Adanya usaha kerja sama sekelompok orang yang
terorganisir secara baik.
3.
Pelaksanaan usaha kerja sama diilhami oleh nilai-nilai
pekerjaan sosial.
4.
Adanya sumber, fasilitas dan dana.
5.
Adanya tujuan yang hendak dicapai yaitu memberikan
pertolongan kepada masyarakat penyandang masalah sosial sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar.
G.
Standar Evaluasi
Dalam
suatu event internasional bertajuk International
Consultastion and Reviewing CBR yang diselenggarakan di Helsinki tahun 2003
membahas tentang standar evaluasi dan praktik dalam CBR. Hal-hal yang termasuk
dalam standar evaluasi dan praktik community
bassed rehabilitation adalah sebagai
berikut :
1. Relevan (relevance)
Pelaksanaan CBR sesuai dengan kebutuhan
yang dirasakan masyarakat .
2. Keefektifan
(effectiveness)
Disini
merupakan suatu standar dimana CBR benar-benar melakukan fungsinya dengan baik
sehingga treatment yang dilakukan sosial worker adalah jawaban atas kebutuhan
masyarakat.
3. Efisiensi
(efficiency)
Dengan
program yang cukup luas dan menyeluruh, CBR diharapkan mampu menelan biaya yang
dapat dijangkau dan dipertanggungjawabkan secara sosial kepada masyarakat
4.
Manfaat (impact)
Dalam
melakukan bimbingan sosial berbasis masyarakat tujuannya adalah agar masyarakat
memperoleh manfaat dari adanya program tersebut.
5. Partisipasi stake holder
Stake holder
memiliki peran yang cukup signifikan dalam mensukseskan CBR. Adanya stake holder memberikan kontribusi untuk
memberi masukan terkait pelaksanaan, evaluasi dan pengembangan CBR.
6. Keberlanjutan
(sustainability)
CBR
diharapkan mampu dilaksanakan dalam kurun waktu yang relatif lama tidak
terbatas pada hitungan minggu atau bulan. Namun menjadi area garapan yang
dijalankan dengan cermat dan penuh perencanaan.
PENUTUP
Pada akhirnya metode
bimbingan sosial masyarakat dalam rehabilitasi sosial bertujuan untuk
memperbaiki kualitas hidup masyarakat melalui pendayagunaan segala potensi yang
ada didalam masyarakat dengan melibatkan masyarakat secara aktif. Kita perlu
untuk mempersiapkan masyarakat dalam menerima orang-orang yang keluar dari
rehabilitasi agar masyarakat juga memiliki peran yang sama dalam membantu
mensejahterakan orang yang “membutuhkan”. Konkretnya dalam metode bimbingan sosial kita mengenal aksi
sosial dan administrasi kesejahteraan sosial yang kedua hal itu di topang oleh
elemen, personel dan prinsip yang melekat pada bimbingan sosial tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Muis,
Ichwan. dalam http://ichwanmuis.com/?p=231 aksesi tanggal
25 Maret 2012
Tanpa nama. 2003. Community-Based Rehabilitation Constraints And Challenges.
International Consultastion and Reviewing CBR: Helsinki.
Tanpa nama. 2009. Pekerjaan Soisal dalam http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/2011/04/09/metode-pekerjaan-sosial/
Akses tanggal 25 Maret 2012
http://liya-leesoul.blogspot.com/2012/02/makalah-cocd-230212.html
http://pekerjasosialtuban.wordpress.com/tag/metode-pekerjaan-sosial/