1. Konsep
Dasar
Banyak
Pakar memberikan definisi yang berbeda tapi sama (satu makna)
tentang asertif, berikut diantaranya :
a.
Asertif
adalah sikap di mana seseorang mampu bertindak sesuai dengan keinginannya,
membela haknya dan tidak dimanfaatkan oleh orang lain. Selain itu, bersikap asertif
juga berarti mengkomunikasikan apa yang kita inginkan secara jelas dengan
menghormati tanpa menyakiti orang lain.
b.
Sikap
asertif adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, perasaan, dan
kepentingan secara langsung kepada siapapun. Namun sikap asertif ini jangan
disamakan dengan sikap agresif. Sikap asertif bersifat jujur, obyektif, tidak
dipengaruhi oleh judgement, atau hal-hal yang bersifat emosionil.
c.
Asertif merupakan
ungkapan perasaan, pendapat, dan kebutuhan kita secara jujur, wajar dan tidak
dibuat-buat.
d.
Asertif
adalah sarana untuk menjadikan hubungan kita lebih setara dan menghindari
perasaan direndahkan yang kerap kali datang bilamana gagal mengekspresikan apa
yang sungguh-sungguh kita dambakan.
e.
Asertif
adalah Cara Efektif dalam mengekpresikan diri, mempertahankan harga diri, dan
menunjukan rasa hormat kepada orang lain.
Dari
definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa asertif adalah sikap positif bukan sikap negatif, asertif bukan agresif
yang selalu merugikan orang lain, asertif bukan perilaku permisif/pasif
yang selalu merugikan diri sendiri, bahkan menurut penelitian di Amerika,
dikatakan bahwa perilaku agresif dan permisif/pasif adalah animal
behavior sedangkan asertif adalah human behavior.
Fensterheim dan Baer, (1980) berpendapat
sesorang dikatakan mempunyai sikap asertif apabila mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut :
1.
Bebas
mengemukakan pikiran dan pendapat, baik melalui kata-kata maupun tindakan.
2.
Dapat
berkomunikasi secara langsung dan terbuka.
3.
Mampu
memulai, melanjutkan dan mengakhiri suatu pembicaraan dengan baik.
4.
Mampu
menolak dan menyatakan ketidaksetujuannya terhadap pendapat orang lain, atau
segala sesuatu yang tidak beralasan dan cenderung bersifat negatif.
5.
Mampu
mengajukan permintaan dan bantuan kepada orang lain ketika membutuhkan.
6.
Mampu
menyatakan perasaan, baik yang menyenangkan maupun yang tidak menyenangkan dengan cara yang tepat.
7.
Memiliki
sikap dan pandangan yang aktif terhadap kehidupan.
8.
Menerima
keterbatasan yang ada di dalam dirinya dengan tetap berusaha untuk mencapai apa
yang diinginkannya sebaik mungkin, sehingga baik berhasil maupun gagal ia akan
tetap memiliki harga diri (self esteem) dan kepercayaan diri (self confidence).
Ada empat kategori yang dikelompokkan dalam perilaku
asertif (Walker,1996):
a. Kemampuan untuk berinisiasi dengan memulai percakapan,
menyambung dan menghentikan percakapan
b. Berani berkata “tidak”
c. Mengajukan suatu pertanyaan dan keinginan
d. Mengekspresikan perasaan suka dan tidak suka
Sedangkan Latihan
asertif merupakan latihan keterampilan-sosial yang diberikan pada individu yang
diganggu kecemasan, tidak mampu mempertahankan hak-haknya, terlalu lemah,
membiarkan orang lain merongrong dirinya, tidak mampu mengekspresikan amarahnya
dengan benar dan cepat tersinggung.
Willis (2004:72) menyatakan bahwa asertif training merupakan teknik dalam
konseling behavioral yang menitikberatkan pada kasus yang mengalami kesulitan
dalam perasaan yang tidak sesuai dalam menyatakannya. Sebagai contoh ingin
marah tapi tetap berespon manis. Klien yang dapat dibantu menggunakan teknik
ini adalah klien yang seperti berikut :
a)
Tidak dapat menyatakan kemarahan atau
kejengkelannya
b)
Mereka yang
sopan berlebihan dan membiarkan orang lain mengambil keuntungan
daripadanya
c)
Mereka yang mengalami kesulitan dalam berkata
“tidak”
d)
Orang yang berkesulitan menyatakan kecintaan dan
respon-respon positif lainnya
e)
Orang yang merasa tidak mempunyai hak untuk
menyatakan perasaan dan pikirannya.
INDIKATOR KEASERTIFAN
PESAN-PESAN TUBUH
|
INDIKATOR
|
Kontak Mata
|
Melihat orang lain langsung di matanya, ataupun
cukup melihat di antara dua matanya, sedikit di atasnya, sedikit di bawahnya,
dan tetap melakukan kontak mata pada saat menyatakan diri
|
Ekspresi Wajah
|
Menyatakan emosi positif dan negative anda dengan
tepat, tetap dalam keasliannya, seperti tidak tersenyum sewaktu marah
|
Postur Tubuh
|
Tidak membungkuk
|
Gerak-Gerik
|
Menggunakan gerakan tangan dan lengan untuk membantu menyatakan diri anda
dalam cara yang konstruktif
|
Jarak
|
Tidak menghindari orang, tidak “tabrak-lari”
|
Bebas Komunikasi Tubuh Yang Negatif
|
Seperti: kepala mengeleng-geleng, membanting pintu,
mengepalkan tangan sebagai pertanda geram, telunjuk menuding-nuding muka
seseorang
|
Bebas Komunikasi Tubuh Yang Membingungkan
|
Menarik-narik rambut, mempermainkan jari-jari, mengeser-geserkan telapak
kaki ke lantai
|
PESAN-PESAN SUARA
|
INDIKATOR
|
Volume
|
Keras tetapi layak
|
Nada
|
Lugas, tidak mengambil suara “anak kecil”
|
Kecepatan
|
Tidak terlalu cepat
|
Perubahan Nada
|
Penghadiran perubahan suara yang menekankan
pernyataan, tiadanya perubahan nada yang memberi indikasi menyerang ataupun
merendahkan
|
2. Komponen
Adapaun
menurut Duckworth dan Mercer ( Fisher,2006) terdapat beberapa komponen kunci
dalam latihan asertif (Key Components of an Assertiveness Training Protocol),
meliputi:
1.
Assertiveness
training usually begins with a didactic presentation of (a) the rationale for
the use of assertive behavior; (b) definitions of assertiveness, passiveness
and aggressiveness; and (c) the basic content and procedural guidelines that
govern assertive behavior
2. Self-monitoring assignments are given
and in-session role plays are undertaken to identify problematic interactions
3. For the particular skill set being
targeted, the verbal content of a sufficiently assertive response is delineated
and the appropriately assertive delivery of that verbal communication is
modeled by the therapist or confederate
4. The client practices assertive
behaviors in the context of in-session role-plays that are similar to the
identified problematic interactions
5. The evaluation of the role-play
performance should always begin with the solicitation of comments from the
client. This strategy allows the therapist to (a) evaluate the client’s
understanding of the verbal and nonverbal behaviors that comprise the assertive
response and (b) evaluate the accuracy and objectivity with which the client
evaluates his or her performance. Evaluating one’s performance subsequent to
role-plays may be made difficult by recall burden. Videotaping role-plays is
recommended to reduce recall burden and to provide specific, visual evidence
for performance problems and performance gains over time
6. Feedback is provided by the therapist
and/or confederate and instructions for further refinement of the assertive
performance are provided. When there is a considerable discrepancy between the
therapist-modeled assertive behavior and the client’s performance, it is often
useful to provide feedback in the form of a review of a videotape of the
role-play
7. Real-world practice of assertive
behavior is next. Again, the client provides a technical and affective
evaluation of the assertive performance in the real-world situation.
8. Reinforcement and reiteration of
reasonable performance goals is essential throughout the assertiveness skills
training process multicomponent intervention package aimed at the treatment of
severe aggression, there is little research that empirically establishes the
contribution of combined therapies above and beyond the independent
effectiveness of either monotherapy (Ziegler, 1996).
3. Tujuan
Teknik ini
dugunakan untuk melatih klien yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri
bahwa tindakannya adalah layak atau benar. Latihan ini terutama berguna di
antaranya untuk membantu individu yang tidak mampu mengungkapkan perasaan
tersinggung, kesulitan menyatakan tidak, mengungkapkan afeksi dan respon
posistif lainnya. Cara yang digunakan adalah dengan permainan peran dengan
bimbingan konselor. Diskusi-diskusi kelompok juga dapat diterapkan dalam
latihan asertif ini.
Tujuan
utama latihan asertif adalah untuk mengatasi kecemasan yang dihadapi oleh
seseorang akibat perlakuan yang dirasakan tidak adil oleh lingkungannya,
smeningkatkan kemampuan untuk bersikap jujur terhadap diri sendiri dan
lingkungan, serta meningkatkan kehidupan pribadi dan sosial agar lebih efektif.
Jadi,
secara umum tujuan dari latihan asertif adalah :
1.
Mengajarkan
individu untuk menyatakan diri mereka dalam suatu cara sehingga memantulkan
kepekaan kepada perasaan dan hak-hak orang lain.
2.
Meningkatkan
keterampilan behavioralnya sehingga mereka bisa menentukan pilihan apakah pada
situasi tertentu perlu berperilaku seperti apa yang diinginkan atau tidak
3.
Mengajarkan
pada individu untuk mengungkapkan diri dengan cara sedemikian rupa sehingga terefleksi
kepekaanya terhadap perasaan dan hak orang lain
4.
Meningkatkan
kemampuan individu untuk menyatakan dan mengekspresikan dirinya dengan enak
dalm berbagai situasi sosial
5.
Menghindari
kesalahpahaman dari pihak lawan komunikasi
4. Manfaat
Sikap
asertif memengaruhi banyak segi kehidupan kita. Orang yang asertif cenderung
memiliki konflik yang lebih sedikit dengan orang lain, artinya stres dalam
hidup mereka berkurang. Mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan dan
juga menolong orang lain untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Dengan
memiliki hubungan yang saling mendukung, orang yang asertif memiliki
orang-orang yang dapat ia andalkan. Hal ini menjauhkan mereka dari stres
sehingga tubuh dan jiwa mereka juga menjadi lebih sehat.
5. Tahap-tahap
Prosedur dasar dalam asertive training :
a. Mengajarkan perbedaan antara asertif, agresif, non
agresif dan sopan.
b. Membantu individu mengidentifikasi dan menerima
hak-hak pribadi dirinya dan orang lain.
c. Mengurangi hambatan kognitif dan afektif yang
menghambat aktualisasi sikap asertif.
d. Mengembangkan ketrampilan perilaku asertif secara
langsung melalui praktek-praktek di dalam pelatihan.
Sedangkan
prosedur umum dalam pelaksanaan latihan asertif adalah sebagai berikut:
1.
Identifikasi
masalah, yaitu dengan menganalisis permasalahan klien secara komprehensif yang
meliputi situasi-situasi umum dan khusus di lingkungan yang menimbulkan
kecemasan, pola respon yang ditunjukkan, faktor-faktor yang mempengaruhi,
tingkat kecemasan yang dihadapi, motivasi untuk mengatasi masalahnya, serta
sistem dukungan.
2.
Pilih salah
suatu situasi yang akan diatasi, dengan memilih terlebih dahulu situasi yang
menimbulkan kesulitan atau kecemasan paling kecil. Selanjutnya, secara bertahap
menuju pada situasi yang lebih berat.
3.
Analisis
situasi, yaitu dengan menunjukkan kepada klien bahwa terdapat banyak alternatif
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalahnya tersebut. Identifikasi
alternatif penyelesaian masalah.
4.
Menetapkan
alternatif penyelesaian masalah. Bersama-sama klien berusaha untuk memilih dan
menentukan pilihan tindakan yang dianggap paling sesuai, mungkin, cocok, layak
dengan keinginan dan kemampuan klien serta memiliki kemungkinan pleuang
berhasil paling besar.
5.
Mencobakan
alternatif yang dipilih. Dengan bimbingan, secara bertahap klien diajarkan
untuk mengimplementasikan pilihan tindakan yang telah dipilih.
6.
Dalam
proses latihan, hendaknya diperhatikan hal-hal yang terkait dengan kontak mata,
postur tubuh, gerak isyarat, ekspresi wajah, suara, pilihan kalimat, tingkat
kecemasan yang terjadi, serta kesungguhan dan motivasinya.
7.
Klien
diberi tugas untuk mencoba melakukan hal-hal yang sudah dibicarakan secara
langsung dalam situasi yang nyata.
8. Evaluasi hasil dan tindak lanjut.
SUMBER
:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/196002011987031-SUNARDI/karya_tls-materi_ajar_pdf/LATIHAN_ASERTIF.pdf
Diakses tanggal 25/10/11 jam 14.00
http://lutfifauzan.wordpress.com/2010/01/12/makalah-konseptual-assertive-training/
diakses tanggal 25/10/11 jam 14.30
http://keperawatanregulerpoltek.blogspot.com/2010/05/asertif-training.html
diakses tanggal 26/10/11 jam 20.00
Willis, Sofyan S. 2004.
Konseling Individual teori dan praktek. Bandung : Alfabeta.
VERBATIM
Peran
|
Dialog
|
Teknik
|
Ki
|
Assalamualaikum (sambil mengetuk pintu)
|
|
Ko
|
Waalaikumsalam, oh Ana..., silahkan
masuk
|
Attending
|
Ki
|
Iya bu, terimakasih
|
|
Ko
|
Mari silahkan duduk
|
|
Ki
|
Iya Bu, terima kasih
|
|
Ko
|
Bagaimana kabarnya hari ini?
|
Topik Netral
|
Ki
|
Baik bu. Ibu sendiri?
|
|
Ko
|
Ibu juga baik, tadi pelajarannya
siapa na?
|
|
Ki
|
Pak Mahmud Bu
|
|
Ko
|
Nampaknya kamu terlihat sangat lesu, apa ada yang
ingin dibicarakn dengan ibu?
|
Kalimat Penjembatan
|
Ki
|
Itu dia bu, karena ada yang ingin saya bicarakan
dengan Ibu, saya datang kesini.
|
|
Ko
|
Memangnya ada apa Ana, nampaknya serius sekali
|
|
Ki
|
Beberapa hari ini, saya sering datang terlambat Bu
ke Sekolah
|
|
Ko
|
Hmm..., apa alasan kamu datang terlambat?
|
Lead Khusus
|
Ki
|
Sudah seminggu ini, saya tidak bisa tidur Bu, hanya
setelah lewat jam 3 pagi saya baru
dapat tidur
|
|
Ko
|
Insomnia ya??.., cob aceritakann pada Ibu apa yang
menyebabkan kamu tidak bisa tidur?
|
Lead Umum
|
Ki
|
saya sendiri tidak tahu bu, padahal saya tidak
pernah minum kopi Bu
|
|
Ko
|
yaa..., tetapi perlu
kamu ketahui penyebab orang tidak bisa tidur itu bukan hanya karena kopi,
mungkin saja kamu sedang memikirkan sesuatu. Mungkin ada sesuatu yang
mengganjal pikiranmu
|
|
Ki
|
Iya bu, saya sedang ada
masalah dengan teman dekat saya. Dan itu membuat saya memikirkannnya.
|
|
Ko
|
hmm...ya , Lalu apa kamu
sudah mencoba untuk membicarakannya dengan temanmu?
|
Acceptance &
lead Khusus
|
Ki
|
Belum Bu
|
|
Ko
|
belum? Bagaimana masalah
bisa selesai kalau kamu tidak mau menyelesaikannya
|
|
Ki
|
Saya takut Bu
|
|
Ko
|
takut ? apa yang menyebabkan kamu
takut?
|
|
Ki
|
saya takut, teman saya tidak bisa
memafkan saya
|
|
Ko
|
selama belum dicoba kamu
belum bisa tahu bagaimana reaksi teman kamu itu
|
|
Ki
|
jadi saya harus
menyampaikannya ya bu?
|
|
Ko
|
Ya ana, kalau ada
masalah itu harus dibicarakan agar dapat terselesaikan.
|
|
Ki
|
Bagaimana cara saya
untuk menyampaikannya Bu?
|
|
Ko
|
Sebelumnya Ibu ingin
tahu, ada masalah apa antara kamu dan teman kamu?
|
Lead Umum
|
Ki
|
Jadi begini Bu, Teman
saya itu sering kali membuat saya kesal dengan memakai barang saya tanpa
ijin. Saya ingin sekali melarangnya Bu, tapi saya tidak berani.
|
|
Ko
|
Jadi dengan kata lain,
kamu ingin sekali berkata pada temanmu bahwa kamu tidak suka jika
barang-barang kamu dipakai tanpa ijin?
|
Klarifikasi
|
Ki
|
Iya bu
|
|
Ko
|
Dari penuturan kamu
tadi, sepertinya kamu termasuk dalam orang yang tidak asertif.
|
Interpretasi
|
Ki
|
Asertif?apa itu Bu
|
|
Ko
|
Asertif adalah usaha
seseorang untuk mempertahankan hak-hak rasionalnya. Semacam berani menegor,
berani menolak ajakan teman, dan lainnya.
|
Penjelasan mengenai
teknik
|
Ki
|
Oh begitu, iya bu
sepertinya saya termasuk tidak asertif, lalu harus bagaimana Bu
|
|
Ko
|
Kamu harus latihan agar
menjadi asertif. Mungkin dengan belajar untuk mengemukakan pendapat kamu,
berani untuk berkata jangan pada teman mu itu. Tapi penyampaian pendapat kamu
tadi menggunakan kata-kata yang sopan yang didahului dengan “maaf, saya”
|
Latihan asertif
|
Ki
|
Iya Bu, mungkin kalau
begitu terlihat sopan ya Bu?
|
|
Ko
|
Iya ana
|
|
Ki
|
Baiklah Bu, saya akan
mencobanya. Terima kasih Bu, atas bantuannya. Saya harus kembali ke kelas
karena ada pelajarn lagi.
|
|
Ko
|
Sama-sama Ana. Selamat
mencoba, dan Ibu tunggu kabar selanjutnya
|
Pengakhiran
|
Ki
|
Iya Bu, permisi
assalumailakum
|
|