Jumat, 13 Januari 2012

UTS-PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Nama        : A’an Aisyah
NIM        : 1301409015
Makul        : psikologi pendidikan
Rombel    : 03

1.    Apakah peranan psikologi pendidikan dalam kegiatan pembelajaran ? jelaskan dan beri contoh !
Manfaat psikologi pendidikan dapat ditunjukkan dalam lima komponen pokok dalam proses pendidikan, yaitu: tujuan pembelajaran, karakteristik peserta didik, proses belajar, strategi pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran.
a.    tujuan pembelajaran
sebelum pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran, komponen pertama yang dipikirkan adalah mengenai tujuan yang akan dicapai oleh peserta didik. Peran pendidik dalam hal ini adalah membantu peserta didik untuk mencapai tujuan pembelajaran tersebut.
Psikologi pendidikan memberikan kontribusi penting dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh pendidik dalam merumuskan tujuan pembelajaran. Psikologi pendidikan memberikan bimbingan tentang cara-cara merumuskan tujuan pembelajaran. Para pakar psikologi pendidikan menyatakan apa yang peserta didik mampu lakukan dan apa yang akan peserta didik itu lakukan jika mereka diberikan kesempatan.
b.    karakteristik peserta didik
pada waktu pendidik merumuskan tujuan pembelajaran, mereka menggunakan gagasan dan informasi mengenai karakteristik peserta didik. Masalah yang dihadapi oleh pendidik adalah pemahaman terhadap peserta didik tersebut, seperti masalah variasi kemampuan, kekuatan, dan kelemahan, dan tahap-tahap perkembangan peserta didik. Pengembangan tujuan pembelajaran dan pemahaman terhadap karakteristik peserta didik ini dilakukan sebelum proses pembelajaran dimulai.
Karakteristik dan perilaku yang diperoleh peserta didik sebelum mengikuti pembelajaran baru umumnya akan mempengaruhi kesiapan belajar dan cara-cara mereka belajar. Dengan memperhatikan pengaruh itu, psikologi pendidikan memberikan kontribusi dengan cara membantu pendidik memperhatikan karakteristik dan perilaku peserta didik sebelum pembelajaran di mulai.
c.    proses belajar
pendidik dalam menyelenggarakan pembelajaran dituntut untuk memahami proses belajar peserta didik. Masalah yang sering dihadapi oleh pendidik berkenaan dengan proses belajar itu adalah ketika pendidik merancang prosedur pembelajaran dengan  memadukan cara-cara belajar peserta didik. Pendidik juga harus memahami tentang cara-cara memotivasi peserta didik. Sementara itu, masalah yang dihadapi oleh peserta didik dalam proses pembelajaran adalah cara-cara belajar dengan mudah dan bermakna. Peserta didik sering kali ingin memperoleh kepastian tentang hasil pekerjaan atau memiliki keinginan memperoleh bimbingan untuk memperbaiki hasil belajarnya.
Para pakar psikologi percaya bahwa berbagai materi pembelajaran yang dipelajari oleh peserta didik mempersyaratkan adanya proses belajar yang berbeda. Seperti halnya cara mempelajari konsep akan berbeda dengan  cara mempelajari prinsip atau fakta. Hal ini sangat penting dipahami oleh setiap peserta didik karna cara yang berbeda dalam mempelajari materi pembelajaran yang berbeda akan diperoleh hasil yang berbeda pula.
d.    strategi pembelajaran
apabila tujuan pembelajaran, karakteristik  peserta didik, dan proses belajar telah dikuasai oleh pendidik, setiap pemdidik juga dituntut mampu memilih dan menggunakan beragai macam strategi dalam pembelajaran. Masalah yang sering dihadapi oleh pendidik adalah apakah hendak menggunakan strategi pembelajaran dengan cara ceramah, diskusi, tutorial, membaca, diskusi, tugas kelompok, diskaveri, inkuiri, ataukah peserta didik belajar mandiri.
Para pakar psikologi pendidikan menyatakan bahwa pemilihan strategi pembelajaran adalah sama pentingnya dengan unsur-unsur pembelajaran lainnya. Strategi pembelajaran ini berkaitan dengan prosedur membantu peserta didik bergerak dari kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup dalam setiap pembelajaran, sehingga peserta didik mencapai tujuan pembelajaran.
e.    evaluasi pembelajaran.
Dalam proses pembelajaran, pendidk dituntut mampu melakukan penilaian terhadap kegiatan belajar atau perolehan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Masalah yang dihadapi oleh pendidik adalah merancang prosedur untuk mengetahui peristiwa belajar yang dialami oleh peserta didik. Sementara itu, masalah yang dihadapi oleh peserta didik adalah cara yang harus dilakukan untuk lulus ujian dan memperoleh nilai yan baik.
Beberapa kegiatan evaluasi dapat diberikan dan dilakukan pada waktu proses pembelajaran sedang berlangsung, yakni untuk mengetahui kemajuan belajar peserta didik. Evaluasi juga dapat dilakukan pada awal kegiatan pembelajaran untuk mengetahui kemampuan bawaan peserta didik sebelum mengikuti proses pembelajaran. Disamping itu evaluasi juga dapat dilakukan di akhir kegiatan pembelajaran untuk mengetahui perolehan peserta didik terhadap tujuan pembelajaran. Berkenaan dengan evaluasi ini, psikologi pendidikan memberikan kontribusi tentang perumusan instrumen evaluasi, pelaksanaan ujian, analisiss hasil evaluasi, dan penafsiran hasil evaluasi.
Contoh:
Dalam kegiatan belajar mengajar, seorang guru harus merencanakan dengan tepat dan baik apa-apa yang harus dipersiapkan sebelum mengajar, baik materi pembelajaran, dan bagaimana nanti evaluasinya. Dalam perencanaan kegiatan pembelajaran, harus diperhatikan apa yang sebenarnya menjadi tujuan dalam pembelajaran tersebut, karakteristik peserta didik juga harus diperhatikan ketika proses belajar mengajar berlangsung. Agar tujuan pembelajaran tercapai, maka perlu digunakan strategi pembelajaran yang paling sesuai dengan karakteristik peserta didik, sebelum akhirnya dilakukan evaluasi untuk mengukur apakah tujuan pembelajaran yang diharapkan benar tercapai atau seberapa jauh tujuan tersebut tercapai.
2.    Apakah prinsip-prinsip perkembangan manusia itu ? jelaskan dan kemukakan pendapat anda !
Untuk memahami perkembangan, kita mengambil perpektif masa hidup yang mencakup tujuh kandungan dasar, yaitu:
a.    Perkembangan adalah seumur hidup. Tidak ada periode usia yang mendominasi perkembangan. Para peneliti semakin mempelajari pengalaman dan orientasi psikologis orang dewasa pada saat yang berbeda dalam perkembangan mereka.
b.    Perkembangan adalah multidimensional. Perkembangan sendiri terdiri atas dimensi biologis, kognitif dan sosial. Bahkan dalam satu dimensi seperti dimensi inteligensi, terdapat banyak komponen.
c.    Perkembangan adalah multidireksional. Beberapa komponen dari suatu dimensi dapat meningkatdalam pertumbuhan, dan yang lainnya bisa saja menurun.
d.    Perkembangan adalah lentur. Bergantung pada kehidupan individu, perkembangan dapat mengambil banyak jalan. Suatu agenda penelitian perkembangankunci ialah pencarian akan kelenturan dan hambatan-hambatannya.
e.    Perkembangan ialah melekat secara kesejarahan, yang dipengaruhi oleh kondisi-kondisi kesejarahan.
f.    Perkembangan dipelajari oleh sejumlah disiplin. Para psikolog, sosiologi, antropologi, neurosains dan peneliti kesehatan semua mempelajari perkembangan manusia dan berbagai persoalan untuk membuka misteri perkembangan sepanjang masa hidup.
g.    Perkembangan adalah kontekstual. Individu secara terus-menerus merespons dan bertindak berdasarkan konteks sosial, kesejarahan dan budaya seseorang.
Sedangkan 6 prinsip perkembangan menurut Hurlock (1991). Prinsip-prinsip ini merupakan ciri mutlak dari pertumbuhan dan perkembangan yang dialami oleh seorang anak, kesepuluh prinsip tersebut adalah :
a.    Adanya perubahan.
Manusia tidak pernah dalam keadaan statis dia akan selalu berubah dan mengalami perubahan mulai pertama pembuahan hingga kematian tiba. Perbuhan tersebut bisa menanjak, kemudian berada di titik puncak kemudian mengalami kemunduran.
Selama proses perkembangan seorang anak ada beberapa ciri perubahan yang mencolok, yaitu ;
1)    Perubahan ukuran, Perubahan fisik yang meliputi : tinggi, berat, organ dalam tubuh, perubahan mental. Perubahan mental meliputi : memori, penalaran, persepsi, dan imajinasi.
2)    Perubahan proporsi, Misalnya perubahan perbandingan antara kepala dan tubuh pada seorang anak.
3)    Hilangnya ciri lama, Misalnya ciri egosentrisme yang hilang dengan sendirinya berganti dengan sikap prososial.
4)    Mendapatkan ciri baru, Hilangnya sikap egosentrisme anak akan mendapatkan ciri yang baru yaitu sikap prososial.
b.    Perkembangan awal lebih kritis daripada perkembangan selanjutnya.
Lingkungan tempat anak menghaiskan masa kecilnya akan sangat berpengaruh kuat terhadap kemampuan bawaan mereka. Bukti-bukti ilmiaih telah menunjukkan bahwa dasar awal cenderung bertahan dan mempengaruhi sikap dari perilaku anak sepanjang hidupnya, terdapat 4 bukti yang membenarkan pendapat ini:
1)    Hasil belajar dan pengalaman merupakan hal yang dominan dalam perkembanga anak
2)    Dasar awal cepat menjadi pola kebiasaan, hal ihi tentunya akan berpengaruh sepanjang hidup dalam penyesuaian sosial dan pribadi anak
3)    Dasar awal sangat sulit berubah meskipun hal tersebut salah
4)    Semakin dini sebuah perubahan dilakukan maka semakin mudah bagi seorng anak untuk mengadakan perubahan bagi dirinya.
c.    Perkembangan merupakan hasil proses kematangan dan belajar
Perkembangan seorang anak akan sangat diperngaruhi oleh proses kematangan yaitu terbukanya karateristik yang secara potensial sudah ada pada individu yang berasal dari warisan genetik individu. Seperti misalnya dalam fungsi filogentik yaitu mmerangkak, duduk kemudian berjalan. Sedangkan arti belajar adalah perkembangan yang berasal dari latihan dan usaha. Melalui belajar ini anak anak memperoleh kemampuan menggunakan sumber yang diwariskan. Hubugan antara kematangan dan hasil belajar ini bisa dicontohkan pada saat terjadinya masa peka pada seorang anak, bila pembelajaran itu diberikan pada saat masa pekanya maka hasil dari pembelajaran tersebut akan cepat dikuasai oleh anak, demikian pula sebaliknya.
d.    Pola perkembangan dapat diramalkan
Dalam perkembangan motorik akan mengikuti hukum chepalocaudal yaitu perkembangan yang menyebar keseluruh tubuh dari kepala ke kaki ini berarti bahwa kemajuan dalam struktur dan fungsi pertama-tama terjadi di bagian kepala kemudian badan dan terakhir kaki. Hukuk yang kedua yaitu proxmodistal perkembangan dari yang dekat ke yang jauh. Kemampuan jari-jemari seorang anak akan didahului oleh ketrampilan lengan terlebih dahulu.
e.    Pola perkembangan mempunyai karateristik yang dapat diramalkan
Karateristik tertentu dalam perkembangan juga dapat diramalkan, ini berlaku baik untuk perkembangan fisik maupun mental. Semua anak mengikuti pola perkembangan yang sama dari saatu tahap menuju tahap berikutnya. Bayi berdiri sebelum dapat berjalan. Menggambar lingkaran sebelum dapat menggambar segi empat. Pola perkembangan ini tidak akan berubah sekalipun terdapat variasi individu dalam kecepatan perkembangan. Pada anak yang pandai dan tidak pandai akan mengikuti urutan perkembangan yang sama seperti anak yang memiliki kecerdasan rata-rata. Namun ada perbedaan mereka yang pandai akan lebih cepat dalam perkembangannya dibandingkan dengan yang memiliki kecerdasan rata-rata, sedangkan anak yang bodoh akan berkembanga lebih lambat.
Perkembangan bergerak dari tanggapan yang umum menuju tanggapan yang lebih khusus. Misalnya seorang bayi akan mengacak-acak mainan sebelum dia mampu melakukan permainan itu dengan jari-jarinya. Demikian juga dengan perkembangan emosi, anak akan merespon ketekutan secara umum pada suatu hal yang baru namun selanjutnya akan merepon ketakutan secara khusus pada hal yang baru tersebut.
Perkembangan berlangsung secara berkesinambungan sejak dari pembuahan hingga kematian, namun hal ini terjadi dalam berbagai kecepatan, kadang lambat tapi kadang cepat. Perbedaan kecepatan perkembangan ini terjadi pada setiap bidang perkembangan dan akan mencapai puncaknya pada usia tertentu. Seperti imajinasi kreatif akan menonjol di masa kanak-kanak dan mencapai puncaknya pada masa remaja. Berkesinambungan memiliki arti bahwa setiap periode perkembangan akan berpengaruh terhadap perkembangan selanjutnya.
f.    Terdapat perbedaan individu dalam perkembangan
Walaupun pola perkembangan sama bagi semua anak, setiap anak akan megikuti pola yang dapat diramalkan dengan cara dan kecepatanya sendiri. Beberapa anak berkembang dengan lancar, bertahap langkah demi langkah, sedangkan lain bergerak dengan kecepatan yang melonjak, dan pada anak lain terjadi penyimpangan. Perbedaan ini disebabkan karena setiap orang memiliki unsur biologis dan genetik yang berbeda. Kemudian juga faktor lingkungan yang turut memberikan kontribusi terhadap perkembangan seorang anak. Misalnya perkembangan kecerdasan dipengaruhi oleh sejumlah faktor seperti kemampuan bawaan, suasana emosional, apakah seorang anak didorong untuk melakukan kegiatan intelektual atau tidak. Dan apakah dia diberi kesempatan untuk belajar atau tidak.
Selain itu meskipun kecepatan perkembangan anak berbeda tapi pola perkembangan tersebut memiliki konsistensi perkembangan tertentu. Pada anak yang memiliki kecerdasan rata-rata akan cenderung memiliki kecerdasan yang rata-rata pula ketika menginjak tahap perkembangan berikutnya. Perbedaan perkembangan pada tiap individu mengindikasikan pada guru, orang tua, atau pengasuh untuk menyadari perbedaan tiap anak yang diasuhnya sehingga kemampuan yang diharapkan dari tiap anak seharusnya juga berbeda. Demikian pula pendidikan yang diberikan harus bersifat perseorangan.
g.    Setiap tahap perkembangan memiliki bahaya yang potensial
Pola perkembangan tidak selamanya berjalan mulus, pada setiap usia mengandung bahaya yang dapat mengganggu pola normal yang berlaku. Beberapa hal yang dapat menyebabkan antara lain dari lingkungan dari dari anak itu sendiri. Bahaya ini dapat mengakibatkan terganggunya penyesuaian fisik, psikologis dan sosial. Sehingga pola perkembangan anak tidak menaik tapi datar artinya tidak ada peningkatan perkembangan. Dan dapat dikatakan bahwa anak sedang mengalami gangguan penyesuaian yang buruk atau ketidakmatangan.
Peringatan awal adanya hambatan atau berhentinya perkembangan tersebut merupakan hal yang penting karena memungkinkan pengasuh (Orangtua, guru dll) untuk segera mencari penyebab dan memberikan stimulasi yang sesuai.

3.    Bagaimana pandangan vygotsky tentang perkembangan kognitif ? jelaskan !
a.    Teori kognitif Lev Vygotsky
Lev Vygotsky (1896-1934) seorang psikolog berkebangsaan Rusia, mengenal poin penting tentang pikiran anak lebih dari setengah abad yang lalu. Teori Vygotsky mendapat perhatian yang makin besar ketika memasuki akhir abad ke-20.
Sezaman dengan Piaget, Vygotsky menulis di Uni Sofiet selama sepuluh tahun dari tahun 1920-1930. Namun karyanya baru dipublikasikan diduia barat pada tahun 1960an. Sejak saat itulah, tulisan-tulasannya menjadi sangat berpengaruh didunia. Vygotsky juga mengagumi Piaget , Vigotsky setuju dengan teori Piaget bahwa perkembangan kognitiv terjadi secara bertahap dan dicirikan dengan gaya berpikir yang berbeda-beda, akan tetapi Vygotsky tidak setuju dengan pandangan Piaget bahwa anak menjelajahi dunianya sendirian dan membentuk gambara realitasya sendirian, karena menurut Vygotsky suatu pengetahuan tidak hanya didapat oleh anak itu sendiri melainkan mendapat bantuan dari lingkungannya juga. Karya vygotsky didasarkan pada pada tiga ide utama:
1)    Bahwa intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka ketahui.
2)    Bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual.
3)    Peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator pembelajaran siswa.
Sumbangan psikologi kognitif berakar dari teori-teori yang menjelaskan bagaimana otak bekerja dan bagaimana individu memperoleh dan memproses informasi. Pandangan yang ditawarkan Vygotsky dan para ahli psikologi kognitif yang lebih mutakhir adalah penting dalam memahami penggunaan-penggunaan strategi belajar karena tiga alasan. Pertama, mereka menggaris bawahi peran penting pengetahuan alam dalam proses belajar. Dua, mereka membantu kita memahami pengetahuan dan perbedaan antara berbagai jenis pengetahuan. Tiga, merka membantu menjelaskan bagaimana pengetahuan diperoleh manusia dan diproses didalam sistem memori otak.
Para ahli psikologi kognitif menyebut informasi dan pengalaman yang disimpan dalam memori jangka panjang dalam pengetahuan awal. Pengetahuan awal (prior knowlege) merupakan kumpulan dari pengetahuan dan pengalaman individu yang diperoleh sepanjang perjalanan hidup mereka, dan apa yang ia bawah kepada suatu pengalaman baru.
Menurut teori Peaget Perkembangan kognitif seorang anak terjadi secara bertahap, lingkungan tidak tidak dapat mempengaruhi perkembangan pengetahuan anak. seorang anak tidak dapat menerima pengetahuan secara langsung dan tidak bisa langsung menggunakan pengetahuan tersebut, tetapi pengetahuan akan didapat secara bertahap dengan cara belajar secara aktif dilingkungan sekolah. Tapi Vygotsky tidak sependapat dengan Peaget, Vygotsky menekankan pada pembelajaran sosiokultural. Inti dari teori Vygotsky yaitu penekanan pada interaksi pembelajaran antara aspek internal dan aspek eksternal pada lingkungan social. Menurut teori Vygotsky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vygotsky juga yakin suatu pembelajaran tidak hanya terjadi saat disekolah atau dari guru saja, tetapi suatu pembelajaran dapat terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum pernah dipelajari disekolah namun tugas-tugas itu bisa dikerjakannya.
Banyak developmentalis yang bekerja dibidang kebudayaan dan pembangunan yang sepaham dengan teori Vygotsky, yang berfokus pada konteks pembangunan social budaya. Teory Vygotsky menawarkan suatu potret perkembangan manusia sebagai sesuatu yang tidak terpisahkan dari kegiatan-kegiatan sosial dan budaya. Vygotsky menekankan bagaimana proses-proses perkembangan mental seperti ingatan, perhatian, dan penalaran yang melibatkan pembelajaran yang menggunakan temuan-temuan masyarakat seperti bahasa, system matematika dan alat-alat ingatan. Vygotsky lebih banyak menekankan bahasa dalam perkembangan kognitif dari pada Peaget. Bagi Peaget bahasa baru tampil ketika anak sudah mencapai tahap perkembangan yang cukup maju. pengalaman bahasa anak tergantung pada tahap perkembangan kognitif saat itu. Pada kenyatannya, Kebanyakan anak-anak diajari bahasa sejak usia yang sangat mudah. Bahkan saat anak mulai bisa melihat dunia. Kita perlu mengenalkan bahasa sejak dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik. Para pakar perilaku memandang bahasa sama dengan perilaku lainnya, misalnya duduk, berjalan atau berlari. Mereka berpendapat bahwa bahasa hanya urutan respon atau sebuah imitasi. Tetapi banyak diantara kalimat yang kita hasilkan adalah baru, kita tidak mendengar atau membicarakan sebelumnya. Kita tidak membicarakan bahasa didalam suatu ruang hampa sosial, kita memerlukan pengenalan bahasa yang lebih dini untuk memperoleh keterampilan bahasa yang baik.
 Dewasa ini kebanyakan peneliti bahasa yakin bahwa anak-anak dari berbagai konteks social yang luas menguasai bahasa dari ibu mereka tanpa diajarkan secara khusus. Seperti halnya saat anak menangis, menangis merupakan bahasa anak saat meraka belum bisa berbicara, menangis dijadikan sebagai bahasa mereka saat mereka menginginkan sesuatu. Walaupun begitu proses pembelajaran bahasa biasanya memerlukan lebih banyak dukungan dan keterlibatan dari pengasuh dan guru. Karena dari lingkungan juga mereka akan dapat tambahan kosakata. Suatu lingkungan juga yang membangkitkan rasa ingin tahu dalam penguasaan bahasa pada anak. Perkembangan pemahaman bahasa pada anak bukan saja dipengaruhi oleh kondisi biologis anak, tetapi lngkungan bahasa disekitar anak sejak usia dini itu lebih penting. Karena bahasa berfungsi sebagai komunikasi. Dan suatu komunikasih itu digunakan sebagai alat untuk menyelesaikan masalah.
Vygotsky juga menekankan bagaimana anak-anak dibantu berkembang dengan bimbingan dari orang-orang yang sudah terampil didalam bidang-bidang tersebut. Penekanan Vygotsky pada peran kebudayaan dan sosial didalam perkembangan kognitif berbeda dengan teori Peaget tentang anak sebagai ilmuwan kecil yang kesepian. Karena Peaget memandang anak-anak sebagai pembelajaran lewat penemuan individual. Sedangkan Vygotsky lebih banyak menekankan peranan orang dewasa dan anak anak lain dalam memuahkan perkembangan si anak..Menurut Vygotsky, anak-anak lahir dengan fungsi mental yang relative dasar seperti kemampuan untuk memahami dunia luar dan memusatkan perhatian. Namun,anak-anak tidak banyak meiliki fungsi mental yang lebih tinggi. Pengalaman dengan orang lain secara berangsur menjadi semakin mendalam dan membentuk gambaran batin anak tentang dunia. Vygotsky juga menekankan baik levelkonteks sosial yang bersifat inter personal. Pada level institusional, sejarah kebudayaan menyediakan organisasi dan alat-alat yang berguna bagi aktivitas kognitif melalu instuisi seperti sekolah, penemuan seperti computer. Interaksi intuisional memberi kepada anak suatu norma-norma perilaku dan social yang luas untuk membimbing hidupnya.level interpersonal memiliki suatu pengaruh yang lebih langsung pada kefungsian mental anak. Menurut Vygotsky keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi social langsung. Melalui pengoranisasian pengalaman-pengalaman interaksi social yang berada dalam suatu latar belakang kebudayaan ini. Perkembangan anak menjadi matang.
b.    Zone proximal Development Dan Konsep Scafolding
1)    Zone proximal Development
Zona proximal Development ( ZPD ) ialah istilah Vygotsky untuk tugas-tugas yang terlalu sulit untuk dikuasai sendiri oleh anak-anak, tetapi yang dapat dikuasai dengan bimbingan dan bantuan dari orang-orang dewasa atau anak-anak yang yang lebih terampil. Batas ZPD yang lebih rendah ialah level pemecahan masalah yang di capai oleh seorang anak yang bekerja secara mandiri. Dan batas yang lebih tinggi ialah level tanggung jawab tambahan yang dapat di terima oleh anak dengan bantuan seorang instruktur yang mampu. Penekanan Vygotsky pada ZPD menegaskan keyakinannya tentang pentingnya pengaruh-pengaruh social terhadap perkembangan kognitif dan peran pengajaran dalam perkembangan social. ZPD dikonseptualisasikan sebagai suatu ukuran potensi pembelajaran,akan tetapi IQ menekankan bahwa intelegensi adalah milik anak. sedangkan ZPD menekankan bahwa pembelajaran adalah suatu peristiwa social yang bersifat interpersonal dan dinamis yang tergantung pada paling sedikit dua pikiran, dimana yang satu lebih berilmu atau lebih terlatih dari yang lain. Pembelajaran oleh anak-anak kecilyang baru berjalan memberi contoh bagaimana ZPD bekerja. Anak-anak kecil yang baru berjalan itu harus di motivasi dan harus dilibatkan dalam kegiatan-kegiatan yang menuntut ketrampilan buat mereka. Guru harus harus memiliki pengetahuan untuk melatihkan ketrampilan yang menjadi target pada setiap tingkat yang di persyaratkan oleh aktifitasnya. Guru dan anak harus saling menyesuaikan persyaratan masing-masing.
Dalam suatu penelitian tentang hubungan antara anak-anak yang baru belajar berjalan dengan ibunya,pasangan itu di tugaskan untuk menyelesaikan sejumlah masalah yang terdiri atas berbagai jumlah (sedikit obyek vs banyak obyek) dan berbagai kompleksitas (perhitungan sederhana vs reproduksi angka). Para ibu di minta mengerjakan tugas ini sebagai suatu peluang untik mendorong pembelajaran dan pemahaman akan anak mereka. Vygotsky mengatakan bahwa bahasa dan pemikiran pada mulanya berkembang sendiri-sendiri, tetapi pada akhirnya bersatu.
Ada dua prinsip yang mempengaruhi penyatuan pemikiran dan bahasa. Pertama, semua fungsi mental memiliki asal usul eksternal atau sosia. Anak-anak harus menggunakan basa dan mengkomunikasikannya kepada orang lain sebelum mereka berfokus ke dalam proses-proses mental mereka sendiri. Kedua, anak-anak harus berkomunikasi secara eksternal dan menggunakan bahasa selama periode waktu yang lama sebelum transisi dari kemampuan bicara secara eksternal ke internal berlangsung. Periode transisi ini terjadi antara usia 3 hingga 7 tahun dan meliputi berbicara kepada dirinya sendiri. Setelah beberapa saat, berbicara sendiri itu menjadi hakekat kedua anak-anak dan mereka dapat bertindak tanpa menverbalisasikannya. Bila ini terjadi anak-anak telah menginternalisasikan pembicaraan mereka yang egosentris dalam bentuk berbicara sendiri, yang menjadi pemikiran anak.
Teori Vygotsky menentang gagasan-gagasan Piaget tentang bahasa dan pemikiran. Vygotsky menyatakan bahwa bahasa, bahkan dalam bentuknya yang paling awal, adalah berbasis sosial, sementara Piaget menekankan pada percakapan anak-anak yang bersifar egosentris dan berorientasi nonsosial. Anak-anak berbicara kepada diri mereka untuk mengatur perilakunya dan untuk mengarahkan diri mereka (Duncan, 1991). Sebaliknya, Piaget menekankan bahwa percakapan anak kecil yang egosentris mencerminkan ketidakmatangan sosial dan kognitif mereka.
Meskipun pada akhirnya anak-anak akan mempelajari sendiri bebrapa konsep melalui pengalaman. sehari-hari, Vygotsky percaya bahwa anak akan jauh lebih maju dan berkembang jika berinteraksi dengan orang lain. anak-anak tidak akan mengembangkan pemikiran operasional formal tanpa bantuan orang lain.
Menurut Vygotsky, zona perkembangan proksimal merupakan celah antara actual development dan potensial development, dimana antara seorang anak dapat melakukan sesuatu tanpa bantuan orang dewasa dan apakah seorang anak dapat melakukan Sesuatu dengan arahan orang dewasa atau kerja sama dengan teman sebaya. Zona perkembangan proximal menitik beratkan pada interaksi social akan dapat memudahkan perkembangan anak. Ketika seorang siswa mengerjakan pekerjaannya disekolah sendiri, perkembangan mereka akan lambat . jadi untuk memaksimalkan perkembangan siswa seharusnya bekerja dengan teman sebaya yang lebih terampil yang dapat memimpin secara sistematis dalam memecahkan masalah yang lebih kompleks. Melalui interaksi yang berturut-turut ini diharapkan dapat mengembangkan pengalaman berbicara, bersikap dan berdiskusi secara baik.
2)    Konsep scafolding
Selain teori Vygotsky diatas, Vygotsky juga mempuyai teori yang lain yaitu tentang “scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan bantuan yang besar kepada seorang anak selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebut dan memberikan kesempatan kepada anak tersebut untuk mengerjakan pekerjaannya sendiri dan mengambil alih tanggung jawab pekerjaan itu. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah kedalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygotsky menjabarkan implikasi utama teori pembelajarannya yaitu:
a)    Menghendaki setting kelas kooperaif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memunculkan strategi-strategi pemecahan masalah yang efekif dalam masng-masing zone of proximal development mereka.
b)    Pendekatan Vygotsky dalam pembelajaran dalam menekankan scaffolding. Jadi teori belajar vigotsky adalah salah satu teori belajar social sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif social yaitu interaksi antara siswa dengan siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep danpemecahan masalah.
Pengaruh karya Vygotsky dan burner terhadap dunia pengajaran dijabarkan oleh smith:
a)    Walaupun Vygotsky dan burner telah mengusulkan peranan yang lebih penting bagi orang dewasa dalam pembelajaran anak-anak dari pada peran yang diusulkan Peaget, keduanya tidak mendukung pengajaran diaktivis diganti sepenuhnya. Sebaliknya mereka malah menyatakan walaupun anak dilibatkan dalam pembelajaran aktif, guru harus aktif mendampingi setiap kegiatan anak-anak. Dalam istilah teoristis ini berarti anak-anak bekerja dalam zona perkembangan proksimal dan guru menyediakan scaffolding bagi anak.
b)    Secara khusus Vygotsky mengemukakan bahwa disamping guru, teman sebaya juga berpengaruh pada perkembangan kognitif anak. Berlawanan dengan pembelajaran lewat penemuan individu (individual discoveri learning) kerja kelompok secara kooperatif tampaknya mempercepat perkembangan anak.
c)    Gagasan tentang kelompok kerja kreatif ini diperluas menjadi pengajaran pribadi oleh teman sebaya, yaitu seorang anak mengajari anak lainnya yang agak tertinggal didalam pelajaran. Foot et al, menjelaskan pengajaran oleh teman sebaya ini dengan menggunakan teori vygotsky. Satu anak bisa lebih efektif membimbing anak lainnya melewati ZPD karena mereka sendiri baru saja melewati tahap itu sehingga bisa dengan mudah melihat kesulitan-kesulitan yang dihadapi anak lain dan menyediakan scaffolding yang sesuai.
Komputer juga dapat digunakan untuk meningkatkan pembelajaran dalam berbagai cara. Dalam prespektif pengikut vygotsky - bruner, perintah-perintah dilayar komputer merupakan scaffolding. Ketika anak menggunakan perangkat lunak atau software pendidikan, komputer menggunakan bantuan atau petunjuk scara detail seperti yang diisyaratkan sesuai kedudukan anak dalam ZPD. Tidak dipungkiri lagi beberapa anak dikelas lebih terampil dalam menggunakan computer sebagai tutor bagi teman sebayanya. Dengan murid-murid yang bekerja dengan komputer guru bisa bebas mencurahkan perhatiannya kepada individu-individu yang memerlukan bantuan dan menyiapkan scaffolding yang sesuai bagi masing-masing anak.
c.    Penerapan dalam pembelajaran
Ada dua hal penting disini yang berkenaan dengan pengetahuan yang dikontruksi oleh pelajar. Pertama adalah pelajar membangun satu pengertian baru dengan menggunakan apa yang sudah mereka ketahui sebelumnya. Dalam hal ini tidak ada “tabularasa” dimana pengetahuan digoreskan. Pelajar akan memasuki suasana pembelajaran dimana pengetahuan yang diterima akan dihubungkan dengan pengalaman yang sudah ada sebelumnya dan pengetahuan yang sudah dimiliki saat ini akan mempengaruhi penerimaan pengetahuan yang baru. Dalam hal ini, Ki Hajar Dewantara adalah salah satu tulisannya yang mengungkapkan bahwa yang terjadi dalam diri anak adalah sesuai dengan “convergentie theorie”. Teori ini mengajarkan bahwa seorang anak terlahir ibarat kertas yang sudah ada tulisannya, akan tetapi semua tulisan itu masih kabur atau suram. Tugas pembelajaran adalah membantu anak untuk mempertebal tulisan-tulisan yang bersifat baik sehingga kelak dapat berubah menjadi ilmu yang berguna dan budi pekerti yang baik. Sedangkan tuisan yang sifatnya jelek harus dibiarkan agar bertambah suram atau bahkan menghilang. Ki Hajar menentang teori tabula rasa yang menganggap anak terlahir bagaikan kertas putih yang bisa ditulisi apa saja oleh pemelajar, atau teori aliran negative yang menganggap anak lahir bagaikan kertas yang sudah penuh dengan tulisan yang tidak dapat diubah isinya . Kedua adalah bahwa pembelajaran lebih bersifat aktif dan bukan pasif. Pelajar akan membandingkan apa yang baru dipelajarinya dengan apa yang diketahuinya. Jika terdapat perbedaan, maka pelajar akan mencoba mengakomodasikan apa yang baru dipelajarinya dengan memodifikasi pengetahuan yang sudah ada atau dimilkinya. Dalam proses ini akan terjadi proses pertimbangan oleh pelajar yang akan diakhiri dengan proses modifikasi jika pengetahuan baru tersebut dapat diterima. Salah satu landasannya adalah teori tidak kesesuaian kognitiv dari festinger (cognitive dissonance theory). Teori ini dikemukakan oleh festinger dalam bukunya yang berjudul A Theory of Cognitife dissonance. Menurut teori ini, ada kecenderungan dalam diri seseorang untuk selalu melihat konsistensi antar kognisi yang dimilikinya misalnya kepercayaan dan opini. Jika terjadi tidak kekesuaian antara sikap dengan prilaku (attitude and behavior), maka salah satu harus berubah untuk mehilangkan disonansi (ketidak-sesuaian) tersebut. Dalam hal, ada perbedaan sikap dan perilaku, maka biasanya orang akan merubah sikap untuk mengakomodasi perilaku. Ada dua faktor yang mempengaruhi tingkat ketidak sesuaian tersebut yaitu:
1)    jumlah disanonsi keyakinan
2)    kepentingan yang ada dalam masing-masing keyakinan
Untuk menghilangkan ketidak sesuaian tersebut, pada dasarnya ada tiga cara yang dapat dilakukan oleh seseorang, yaitu:
1)    mengurangi tingkat kepentingan dalam disonansi keyakinan
2)    menembah kesesuain keyakinan melebihi disonansi keyakinan
3)    merubah disonansi keyakinan untuk menghilangkan inkonsistensi
Disonansi sering terjadi dalam keadaan dimana seseorang harus membuat pelihan antara dua tindakan atau keyakinan yang tidak saling bersesuaian. Disonansi terbesar terjadi jika kedua elternatif memiliki tingkat atraktif yang sama. Perubahan sikap biasanya terjadi dalam arah yang memilki insentif yang lebih sedikit karena hasilnya adalah disonansi yang lebi kecil. Disini teori ini memiliki pertentangan dengan teori prilaku umum yang menganggap perubahan perilaku terbesar akan kearah peningkatan insentif.
Maddux, cleborne d Johnson, d lamont dalam tulisannya mengenai teori kontrutifis membagi paham kontruktivis kedalam dua aliran, yaitu paham kontruktivis kogitif dan paham kontruktivis social. Kontruktivis kognitif didasarkan pengembangan yang dibuat oleh ahli psikologi perkembangan Swiss dan Peaget. Teori Peaget ini mengandung dua unsur pokok yaitu, umur dan tahap perkembangan. Melalui kedua unsur ini bisa diprediksi apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan oleh seorang anak berdasarkan umurnya, serta teori perkembangan yang menjelaskan bagaimana seorang anak membangun kemampuan kognitivnya.
Perkembangan termasuk internalisasi atau penyerapan isyarat-isyarat sehingga anak-anak dapat berfikir dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain. Internalisasi ini disebut pengaturan diri (self regulation). Langkah pertama dari pengaturan diri dan pemikiran mandiri adalah mempelajari bahwa segala sesuatu memiliki makna. Langkah kedua dalam pengembangan struktur-struktur internal dan pengaturan diri adalah latihan. Siswa berlatih gerak-gerak isyarat yang akan mendatangkan perhatian. Kemudian langkah terakhir termasuk penggunaan isyarat dan memecahkan masalah tanpa bantuan orang lain.
Menurut Vygotsky, dengan melibatkan anak berdiskusi dan berfikir (reasoning) dalam mempelajari segala kejadian, akan mendorong anak untuk merefleksikan apa yang telah dikatakan atau diperbuatnya. Hal ini dapat menjadi “inner speech” atau “inner dialogue”, dialog dengan dirinya sendiri. Ini proses awal bagi anak untuk mengetahui tentang dirinya sendiri. Selanjutnya, dikemudian hari ia akan mampu mengevaluasi diri, menganalisis kekurangan serta kekuatan yang dimilikinya. Dengan terbiasa melibatkan anak diskusi, akan membantu anak untuk bisa berfikir pada tahapan yang lebih tinggi atau meta-cognition. Proses seperti ini dapat membuatnya menjadi manusia spiritual, yaitu manusia yang tahu siapa dirinya, dan mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah bagian dari masyarakat, komunitas dan alam semesta.
Teori kontrukivis sosial dibangun berdasarkan pengembangan yang dibuat oleh Lev Vygotsky. Vygotsky menekankan pada lingkungan social yang ikut membantu perkembangan seorang anak. Bagi Vygotsky, budaya sangat berpengaruh sekali dalam membentuk strutur kognitif anak. Yang membantu perkembangan anak bukan hanya guru, tetapi jaga anak-anak yang lebih dewasa. Vygotsky mengemukakan konsep mengenai zone of proximal development. Dalam konsep ini seorang anak dapat memahami suatu konsep dengan bantuan orang lain yang lebih dewasa yang tidak bisa dilakukannya sendiri. Dengan begitu seorang anak akan lebih mengerti dan mempunyai banyak pengalaman dan wawasan serta dapat menyelesaiakan suatu permasalahan yang dianggapnya rumit dan memerlukan bantuan orang lain yang dianggapnya mampu membantu untuk menyelesaikan permasalahan tersebut, suatu wawasan yang tidak hanya didapat didalam sekolah tapi diluar sekolah. Dan permasalahan tersebut yang ada hubungannya dengan sekolah. Disini para pendukung kontruktivisme yakin bahwa pengalaman melalui lingkungan, kita aka memperoleh informasi, dan dapat menggabungkan pengalaman yang didapat sebelumnya dengan pengalaman yang baru. Dengan kata lain pada proses belajar masing-masing pelajar harus mengkreasikan pengetahuannya. Ada empat prinsip dasar dalam penerapan teori Vygotsky yaitu:
1)    Belajar dan berkembang adalah aktivitas social dan kolaboratif
2)    ZPD dapat menjadi pemandu dalam menyusun kurikulum dan pelajaran
3)    Pembelajaran disekolah harus dalam konteks yang bermakna, tidak boleh dipisahkan dari pengetahua anak-anak yang dibangun dalam dunia nyata mereka
4)    Pengalaman anak diluar sekolah harus dhubungkan dengan pengalaman mereka disekolah

4.    Bagaimana pandangan chomsky tentang perkembangan bahasa ? jelaskan !
Pada dasarnya seluruh manusia belajar berbicara. Meskipun beraneka ragam seperti subjek kata kerja dalam struktur kalimat yang sudah menguniversal.
Noam Chomsky (1972) bapak dari teori Psikolinguistik perkembangan mengemukakan hipotesa bahwa anak-anak memiliki pembawaaan kemampuan untuk mempelajari sebuah bahasa baru. Menurut LAD (Language Acquistion Device) adalah sebuah skill dalam arti dalam diri anak-anak yang memungkinkan untuk memahami aturan-aturan berbicara dan memanfaatkannya.
Pandangan biologis-kognitif Chomsky adalah sebagai berikut :
a.    Setiap anak dilahirkan dengan potensi biologis untuk bahasa yang diperuntukkan hanya bagi manusia.
b.    Pemerolehan dan perkembangan bahasa terjadi, karena adanya potensi biologis tersebut dan juga adanya lingkungan bahsa yang mendorong, serta lingkungannya umumnya. Pemerolehan dan perkembangan bahasa banyak ditentukan oleh tingkat-tingkat kematangan biologis.
Menurut Chomsky pikiran anak memiliki kemampuan yang diduga seperti APB pada gambar diatas. APB menerima masukan berupa ujaran-ujaran dari orang-orang dalam lingkungan terutama ibu-bapak serta anggota keluarga lainnya dirumah. Bahan-bahan masukan itu diolah oleh APB untuk menemukan kaidah-kaidah bahasa yang terjkandung (fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik) dan bersifat umum. Kaidah –kaidah yang ditemukan dipergunakan untuk memahamai ujaran-ujaran yang kemudian didengar dalam lingkungan. Kemudian setelah tingkat kematangan biologis sudah memungkinkan anak berbicara (memproduksi bahasa), kaidah-kaidah itu dipergunakan pula untuk memproduksikan ujaran-ujaran sesuai dengan tingkat kematangan biologis. Pada jenjang permulaan, misalnya , anak baru dapat mengatakan "ma-ma", ketika melihat ibunya. Ujaran sederhana ini sesungguhnya sudah didasari oleh kaidah-kaidah yang ada dalam pikiran anak itu, dan karana itu dapat mempunyai makna seperti ujaran orang dewasa. Ujaran itu misalnya, mungkin berarti "ibu datang" atau "itu ibu". Walaupun pemahaman pada dasarnya juga termasuk pemerolehan bahasa yang terutama selalu diteliti adalah pemroduksian bahasa, karena melalui kegiatan ini data-data objektif bahsa diperoleh, dan data-data ini berguna untuk berbagai tujuan pengembangan dan penelitian.
a.    Jenjang Pralinguistik : Ujaran Pralingusitik usia lahir – 1,0)
Ada tiga jenis ujaran pralinguistik ynag utama, yaitu Tangisan, dekutan (cooing), Rabanan (Babbling). Dalam dua hingga tiga bulan pertama kehidupan bayi, ujaran pralinguistik yang dimonana adalah tangisan, teramsuk suara-suara seperti rengutan. Sejak usia 0,3 tahun bayi sudah mulai memroduksikan dekutan-dekutan. Baik tangisan maupun dekutan-dekutan. Periode dekutan diikuti oleh periode rabanan, yaitu setelah bayi mencapai usia kira-kira 4-5, ujaran rabanan seperti "akh…akh…" dan "a…ba…ba" dapat didengar diproduksikan oleh bayi dalam priode ini. Hal yang menarik adalah suara bayi mempunytai tinggi rendah, yang berarti telah mengandung unsur-unsur intonasi. Dan senstif terhadap irama suara.
b.    Pemerolehan dan perkembangan Sintaksis (ujaran Satu kata usia 1-2)
Kata-kata berarti dimaksud ini secara sintaksis bahasa anak-anak disebut ujaran satu kata. Banyak diantara kata-kata itu yang terdiri dari satu suku kata yang diulang, terbentuk dari satu konsonan dan satu vokal sperti "gi-gi" (pergi).
c.    Pemerolehan dan perkembangan Sintaksis (ujaran dua dan tiga kata usia 2-3)
Ujaran dua dan tiga kata juag disebut ujaran telegrafis, karena sebagaimana sebuah telegram, ujaran itu hanya terdiri atas kata-lata yang bermakna yang paling penting saja, juga ada yang menyebutnya kalimat primitif.
d.    Pemerolehan dan perkembangan Sintaksis (ujaran lengkap 3-5)
Pada ujaran lengkap struktur kalimat semakin kompleks seperti kalimat yang mengandung keternagna tambahan sederhana juga berkembang sesudah umr 3 – 5 tahun. Pada usia-usia tersebut anak-anak sudah menguasai transformasi-trasnformasi untuk membentuk kalimat-kalimat kompleks adalah benar. Faktor ini juga tentunya tergantung dari stimulus-stimulus yang diberikan utamanya dari lingkungan keluarga.
e.    Pemerolehan dan perkembangan fonologi.
Prinsip dasar pemerolehan dan perkembangan bahasa bahwa pemahaman mendahului pemrodkusian bahasa, sebagaimana telah dikemukakan terdahulu, berlaku juga dalam pemerolehan dan perkembangan fonologi.
f.    Pemerolehan dan perkembangan Semantik
Pemerolehan dan perkembangan semantik pada dasarnya adalah melalui proses kategorisasi dan pengenalan proposisi. Kedua proses berkaitan erat dengan pemikiran, pada hakikatnya adalah proses-proses pikiran. Pemerolehan dan perkembangan semantik melalaui prses kategoriasasi memerlukan waktu yang lama. Segera sesudah anak memperoleh ujaran satu kata, sesungguhnya dia sudah memperoleh makna kata yang didasarkan pada ciri-cir objek yang dinamai dengan atau menjadi rujukan kata itu. Akan tetapi ciri-ciri itu pada mulanya belum lengkap, sehingga pemahaman anak itu kabur.

5.    Bagaimanakan perkembangan personal dan sosial remaja ? bagaimana bila konteks atau tugas perkembangan tersebut tidak dapat dilakukan ? apa yang akan terjadi ? jelaskan dan kemukakan pendapat anda !
Masa remaja disebut juga masa untuk menemukan identitas diri (self identity). Usaha pencarian identitas pun, banyak dilakukan dengan menunjukkan perilaku coba-coba, perilaku imitasi atau identifikasi. Ketika remaja gagal menemukan identitas dirinya, dia akan mengalami krisis identitas atau identity confusion, sehingga mungkin saja akan terbentuk sistem kepribadian yang bukan menggambarkan keadaan diri yang sebenarnya. Reaksi-reaksi dan ekspresi emosional yang masih labil dan belum terkendali pada masa remaja dapat berdampak pada kehidupan pribadi maupun sosialnya. Dia menjadi sering merasa tertekan dan bermuram durja atau justru dia menjadi orang yang berperilaku agresif. Pertengkaran dan perkelahian seringkali terjadi akibat dari ketidakstabilan emosinya.
Selain yang telah dipaparkan di atas, tentunya masih banyak problema keremajaan lainnya. Timbulnya problema remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik internal maupun eksternal. Agar remaja dapat terhindar dari berbagai kesulitan dan problema kiranya diperlukan kearifan dari semua pihak. Upaya untuk memfasilitasi perkembangan remaja menjadi amat penting. Dalam hal ini, peranan orang tua, sekolah, serta masyarakat sangat diharapkan.
Interaksi adalah peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sama lain, atau berkomunikasi satu sama lain (Thibaut dan Kelley: 1979). Interaksi juga dapat didefinisikan sebagai hubungan sosial antara beberapa individu yang bersifat alami yang individu-individu itu saling mempengaruhi satu sama lain secara serempak (Chaplin: 1979).
Remaja mencapai hubungan yang lebih matang dengan teman sebayanya. Pada akhir masa anak, remaja lebih cepat perkembangannya dan menaruh perhatian untuk bergaul dengan orang lain (kelompok sebaya). Pertama, remaja bergaul dengan kelompok yang terbatas bersama teman yang sama jenis kelaminnya. Masa ini sering disebut “Gang Age” bagi pria, meskipun pada anak wanita pun gejala ini ada, namun tidak sekuat pada pria. Mereka belajar berprilaku sebagaimana orang dewasa berperilaku dengan sesamanya, seperti dalam (1) mengorganisasikan kegiatan-kegiatan olahraga dan sosial, (2) memilih pemimpin, dan (3) menciptakan peraturan dalam kelompok. Dengan jenis kelamin yang berbeda, mereka belajar keterampilan-keterampilan sosial orang dewasa, seperti berkomunikasi yang baik dan memimpin kelompok.
Dalam pengembangan aspek psikososial remaja, maka delapan aspek yang menuntut ketrampilan sosial remaja harus dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kondisi yang kondusif. Di bawah ini adalah beberapa saran yang mungkin berguna bagi pengembangan aspek psikososial remaja:
a.    Keluarga
Keluarga merupakan tempat pertama dan utama bagi anak dalam mendapatkan pendidikan. Kepuasan psikis yang diperoleh anak dalam keluarga akan sangat menentukan bagaimana ia akan bereaksi terhadap lingkungan. Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga yang tidak harmonis atau broken home dimana anak tidak mendapatkan kepuasan psikis yang cukup maka anak akan sulit mengembangkan ketrampilan sosialnya. Hal ini dapat terlihat dari:
•    kurang adanya saling pengertian (low mutual understanding)
•    kurang mampu menyesuaikan diri dengan tuntutan orangtua dan saudara
•    kurang mampu berkomunikasi secara sehat
•    kurang mampu mandiri
•    kurang mampu memberi dan menerima sesama saudara
•    kurang mampu bekerjasama
•    kurang mampu mengadakan hubungan yang baik
Dengan memperhatikan hal-hal tersebut diatas maka amatlah penting bagi orangtua untuk menjaga agar keluarga tetap harmonis. Kehramonisan dalam hal ini tidaklah selalu identik dengan adanya orangtua utuh (Ayah dan Ibu), sebab dalam banyak kasus orangtua single terbukti dapat berfungsi efektif dalam membantu perkembangan psikososial anak. Hal yang paling penting diperhatikan oleh orangtua adalah menciptakan suasana yang demokratis di dalam keluarga sehingga remaja dapat menjalin komunikasi yang baik dengan orangtua maupun saudara-saudaranya. Dengan adanya komunikasi timbal balik antara anak dan orang tua maka segala konflik yang timbul akan mudah diatasi. Sebaliknya komunikasi yang kaku, dingin, terbatas, menekan, penuh otoritas, dsb. hanya akan memunculkan berbagai konflik yang berkepanjangan sehingga suasana menjadi tegang, panas, emosional, sehingga dapat menyebabkan hubungan sosial antara satu sama lain menjadi rusak.
b.    Lingkungan
Sejak dini anak-anak harus sudah diperkenalkan dengan lingkungan. Lingkungan dalam batasan ini meliputi lingkungan fisik (rumah, pekarangan) dan lingkungan sosial (tetangga), lingkungan juga meliputi lingkungan keluarga(keluarga primer & sekunder), lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat luas. Dengan pengenalan lingkungan maka sejak dini anak sudah mengetahui bahwa dia memiliki lingkungan sosial yang luas, tidak hanya terdiri dari orangtua, saudara, atau kakek dan nenek saja.
c.    Kepribadian
Secara umum penampilan sering diindentikkan dengan manifestasi dari kepribadian seseorang, namun sebenarnya tidak. Karena apa yang tampil tidak selalu mengambarkan pribadi yang sebenarnya (bukan aku yang sebenarnya). Dalam hal ini amatlah penting bagi remaja untuk tidak menilai seseorang berdasarkan penampilan semata, sehingga orang yang memiliki penampilan tidak menarik cenderung dikucilkan. Disinilah pentingnya orangtua memberikan penanaman nilai-nilai yang menghargai harkat dan martabat orang lain tanpa mendasarkan pada hal-hal fisik seperti materi atau penampilan.
d.    Rekreasi
Rekreasi merupakan kebutuhan sekunder yang sebaiknya dapat terpenuhi. Dengan rekreasi seseorang akan merasa mendapat kesegaran baik fisik maupun psikis, sehingga terlepas dari rasa capai, bosan, monoton serta mendapatkan semangat baru.
e.    Pergaulan dengan Lawan Jenis
Untuk dapat menjalankan peran menurut jenis kelamin, maka anak dan remaja seyogyanya tidak dibatasi pergaulannya hanya dengan teman-teman yang memiliki jenis kelamin yang sama. Pergaulan dengan lawan jenis akan memudahkan anak dalam mengidentifikasi sex role behavior yang menjadi sangat penting dalam persiapan berkeluarga maupun berkeluarga.
f.    Pendidikan
Pada dasarkan sekolah mengajarkan berbagai ketrampilan kepada anak. Salahsatu ketrampilan tersebut adalah ketrampilan-ketrampilan sosial yang dikaitkan dengan cara-cara belajar yang efisien dan berbagai teknik belajar sesuai dengan jenis pelajarannya. Dalam hal ini peran orangtua adalah menjaga agar ketrampilan-ketrampilan tersebut tetap dimiliki oleh anak atau remaja dan dikembangkan terus-menerus sesuai tahap perkembangannya.
g.    Persahabatan dan Solidaritas Kelompok
Pada masa remaja peran kelompok dan teman-teman amatlah besar. Seringkali remaja bahkan lebih mementingkan urusan kelompok dibandingkan urusan dengan keluarganya. Hal tersebut merupakan suatu yang normal sejauh kegiatan yang dilakukan remaja dan kelompoknya bertujuan positif dan tidak merugikan orang lain. Dalam hal ini orangtua perlu memberikan dukungan sekaligus pengawasan agar remaja dapat memiliki pergaulan yang luas dan bermanfaat bagi perkembangan psikososialnya.
h.    Lapangan Kerja
Cepat atau lambat, setiap orang pasti akan menghadapi dunia kerja. Keterampilan sosial untuk memilih lapangan kerja sebenarnya telah disiapkan sejak anak masuk sekolah dasar. Melalui berbagai pelajaran disekolah mereka telah mengenal berbagai lapangan pekerjaan yang ada dalam masyarakat. Setelah masuk SMU mereka mendapat bimbingan karier untuk mengarahkan karier masa depan. Dengan memahami lapangan kerja dan ketrampilan-ketrampilan sosial yang dibutuhkan maka remaja yang terpaksa tidak dapat melanjutkan sekolah ke Perguruan Tinggi akan dapat menyiapkan untuk bekerja.
i.    Meningkatkan Kemampuan Penyesuaian Diri.
Untuk membantu tumbuhnya kemampuan penyesuaian diri, maka sejak awal anak diajarkan untuk lebih memahami dirinya sendiri (kelebihan dan kekurangannya) agar ia mampu mengendalikan dirinya sehingga dapat bereaksi secara wajar dan normatif. Agar anak dan remaja mudah menyesuaikanan diri dengan kelompok, maka tugas orang tua/pendidik adalah membekali diri anak dengan membiasakannya untuk menerima dirinya, menerima orang lain, tahu dan mau mengakui kesalahannya, dsb. Dengan cara ini, remaja tidak akan terkejut menerima kritik atau umpan balik dari orang lain/kelompok, mudah membaur dalam kelompok dan memiliki solidaritas yang tinggi sehingga mudah diterima oleh orang lain/kelompok.
Selain itu anak harus diajarkan sejak dini untuk dapat memilih prioritas tugas-tugas yang harus segera diatasi, bukan menunda atau mengalihkan perhatian pada tugas yang lain. Karena itu sejak awal sebaiknya orang tua atau pendidik telah memberikan bekal agar anak dapat memilih mana yang penting dan mana yang kurang penting melalui pendidikan disiplin, tata tertib dan etika.
Bila tugas-tugas perkembangan pada masa remaja tidak dicapai atau tidak dilakukan dengan baik, maka akan menghambat perkembangan pada tingkat perkembangan selanjutnya, bila keterlambatan ini terjadi pada satu masa perkembangan, maka semua masa perkembangan selanjutnya juga akan terhambat dan mengakibatkan kekurang optimalan perkembangan hayat seorang individu. Pada saat tugas perkembangan pada masa remaja tidak tercapai, maka tugas yang belum tercapai tersebut akan menumpuk dan menjadi beban yang sama pada saat ia beranjak ke masa perkembangan dewasa awal.

6.    Jelaskan bagaimana kondisi tubuh ibu yang sedang hamil dapat mempengaruhi perkembangan pada periode pranatal !
a.    Konsepsi dan awal kehidupan
Periode prenatal atau masa sebelum kelahiran adalah periode awal perkembangan manusia yang dimulai sejak konsepsi, yakni ketika ovum wanita dibuahi oleh sperma laki-laki sampai dengan kelahiran sseornag individu. Masa ini pada umunya berlangsung selama ssembilan bulan sebelum lahir. Periode ini merupkan periode perkembangan manusia yang paling singkat, tetapi justru pada periode inilah dipandang terjadi perkembangan yang sangat cepat dalam diri individu.
b.    Arti penting periode prenatal bagi perkembangan
Pembuahan sel telur wanita oleh sperma laki-laki dianggap sebagai salah satu masa yang sangat penting dan menentukan perkembangan manusia pada periode-periode selanjutnya. Menurut Elizabeth B. Hurlock (1980), setidaknya ada empat kondisi penting yang memberi pengaruh besar terhadap perkembangan individu baru dimasa yang akan datang, yaitu :
1)    penentuan sifat bawaan
waktu pembuahan dipandang sangat penting karena pada saat inilah ditentukan sifat bawaan dari individu yang baru terbentuk. Hal ini adalah karena dalam masing-masing sel kelamin, baik sel pria maupun sel wanita, terdapat 23 pasang kromosom, dan setiap kromosom mengandung ribuan partikel yang dinamakan “gen”. Gen inilah yang dipandang sebagai faktor penentu keturunan.
orang tua memberikan separuh dari kromosom mereka kepada setiap anak-anaknyan dimana mereka mendapat kombinasi yang berbeda-beda.ini berarti bahwa tubuh manusia merupakan hasil eksperimen yang paling unik, yang tidak dapat diulangi atau dicoba pada orang lain, kecuali mereka yang kembar dua atau tiga.
Secara umum manusia yang satu dengan manusia lainnya mempunyai variasi yang sangat berbeda-beda di dalam genetik. Anggota keluarga bisa mirip, namun orang yang tidak mempunyai hubungan darah akan memperlihatkan ciri yang berbeda. Penentuan sifat bawaan mempengaruhi perkembangan selanjutnya dalam dua hal, yaitu :
I.    faktor keturunan membatasi sejauh mana individu dapat berkembang
II.    bahwa sifat bawaan sepenuhnya merupakan masalah kebetulan
2)    penentuan jenis kelamin
penentuan jenis kelamin individu merupakan unsuur penting kedua yang terjadi pada saat pembuahan. Jenis kelamin ini bergantung pada jenis spermatozoa yang menyatu dengan ovum. Sebagaimana telah dijelaskan bahwa sel benih mengandung 23 kromosom. Salah satu dari 23 pasang kromosom ini terdapat kromosom jenis kelamin.
Ketika sel-sel sperma pria dan sel-sel telur wanita telah bersatu, maka tidak ada lagi yang dapat dilakukan untuk mengubah jenis kelamin individu baru yang telah dibentuk. Jenis kelamin anak yang ditentukan pada saat pembuahan ini secara langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi pola perilaku dan pola keepribadian sepanjang hidup individu yang bersangkutan. Ada tiga alasan mengapa jenis kelamin individu penting bagi perkembangan selama hidupnya, yaitu :
I.    setiap tahun anak-anak mengalami peningkatan tekanan-tekanan budaya dari para orang tua, guru, kelompok sebaya mereka, dan masyarakat yang mempengaruhi perkembangan pola-pola sikap dan perilaku yang dipandang sesuai bagi kelompok jenis kelamin mereka.
II.    Pengalaman belajar ditentukan oleh jenis kelamin individu.
III.    Dan yang terpenting adalah sikap orang tua dan anggota keluarga penting lainnya terhadap ndividu sehubungan dengan jenis kelamin mereka.
3)    penentuan jumlah anak
peristiwa penting ketiga yang terjadi saat pembuahan adalah penetuan jumlah anak, apakah kelahiran berbentuk tunggal atau tkembar. Meski umumnya dalam peristiwa kelahiran hanya satu anak yang dilahirkan, naun sering juga terjadi kelahiran kembar, baik kembar dua, tiga, empat maupun kembar lima. Kelahiran anak kembar ini terjadi apabila ovum yang telah dibuahi oleh satu spermatozoa membelah menjadi dua bagian atau lebih yang terpisah selama tahap-tahap permulaan pembelahan sel. Jika ini terjadi akan menghasilkan kembar identik. Ttapi kalau dua ovum atau lebih dibuahi secara bersamaan oleh spermatozoa yang berlainan akan menghasilkan kembar non-identik.
Dilihat dari perspektif perkembangan, kelahiran anak kembar dan tunggal ini memiliki perbedaan yang signifikan, serta mempunyai pengaruh terhadap pola perkembangan sebelum dan sesudah lahir. Dalam lingkungan sebelum lahir, anak dari kelahiran kembar berbeda dalam hal penting dari anak tunggal. Bagi anak tunggal uterus ibu sepenuhnya dimilikinya, sehingga ia dapat bebas bergerak dan berkembang. Sedang bagi anak kembar, ia terpaksa berdesakan diruang alamiah itu. Akibatnya, salah satu diantaranya berada dalam posisi yang tidak menguntungkan daripada yang lain. Lebih jauh, anak kelahiran kembar sering lahir prematur karena rahim tidak mampu lagi merenggang seiring dengan bertambah besarnya janin. Meski ini tidak selalu benar, tetapi cacat fisik atau psikologis lebih sering terjadi pada anak kembar daripada anak kembar. Kemudian dalam lingkungan pascalahir, anak kelahiran kembar juga berbeda dengan anak kelahiran tunggal. Bayi kelahiran tunggak sudah tentu akan menerima perhatian penuh dari kedua orang tuanya. Sebaliknya, bayi kelahiran kembar harus berbagi waktu dan perhatian orang tua.
4)    penentuan urutan anak
posisi anak dalam urutan persaudaraan merupakan kondisi keempat yang ditentukan pada saat pembuahan, dan mempunyai pengaruh mendasar terhadap pengaruh selanjutnya. Hal ini adalah karena umumnya orang tua memiliki sikap, perlakuan dan memberika peran yang spesifik terhadap anak tunggal, anak menengah, anak tertua, atau anak bungsu. Sikap, perlakuan, dan peran yang diberikan orang tua sesuai dengan tempat dan urutannya dalam keluarga ini mempunyai pengaruh terhadap kepribadian dan pembentukan sikap anak, baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain, serta menjadi salah satu faktor yang mempengaruhinya dalam mengembangkan pola perilaku tertentu.
c.    Faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan prenatal
Telah dijelaskan bahwa periode prenatal merupakan periode yang sangat penting dan menentukan perkembangan individu pada periode selanjutnya. Selama periode ini, rahim merupakan lingkungan yang sangat mempengaruhi perkembangan janin. Umumnya, kondisi rahim ibu sangat nyaman bagi janin dan terlindung dari tiap gangguan. Tapi, hal ini tidak berartu bahwa janin tersebut secara absolut luput dari pengaruh luar (santrock, 1995).
Sebagian besar proses pertumbuhan janin bergantung pada kondisi internal ibu, baik fisik maupun psikisnya. Sebab, ibu dan janinya merupakan satu kesatuan unit organik yang tunggal. Semua kebutuhan ibu dan janin dipenuhi melalui proses fisiologis yang sama. Demikian juga tiap gerakan yang dilakukan ibu dapat memberikan rangsangan berupa pegalaman indera yang beraneka ragam. Karenanya kesehatan ibu, pengaturan diet, pemakaian obat, serta kondisi emosional ibu dapat memberi pegaruh kimia prenatal yang berakibat kerusakan sel dan merupakan kejadian traumatik. Beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan prenatal antara lain ;
1)    Kesehatan ibu
Penyakit yang diderita ibu hamil dapat mempengaruhi perkembangan masa prenatal. Apalagi jika penyakit ini bersifat kronis, seperti kencing manis. TBC, dan sebagainya. Demikian pula jika terjadi benturan jika janin berusia tiga bulan disertai gangguan kesehatan pada ibu, seperti influenza atau cacar.
2)    Gizi ibu
Faktor lain yang cuup berpengaruh terhadap masa prenatal adalah gizi ibu. Hal ini adalah karena janin yang sedang berkembang sangat bergantung pada gizi ibu, yang diperoleh melalui darah ibunya. Karenanya makanan ibu-ibu yang sedang hamil harus mengandung cukup protein, lemak, vitamin, dan cukup karbohidrat untuk menjaga kesehatan bayi. Anak-anak yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan gizi cenderung cacat.
3)    Pemakaian bahan-bahan kimia oleh ibu
Bahan-bahan kimia yang terdapat pada obat-obatan atau makanan yang ada dalam peredaran darah ibu yang tengah hamil, dapat mempengaruhi perkembangan janin. Bahan-bahan kimia tersebut dapat menimbulkan efek samping, baik pada fisik maupun pada sistem kimiawi dalam tubuh janin, yang dinamakan metabolite. Bahan-bahan kimia juga dapat mempengaruhi lingkungan didalam rahim ibu yang secara tidak langsung juga mempengaruhi janin.
4)    Keadaan dan ketegangan emoi ibu
Keadaan emosional ibu selama kehamilan juga mempunyai pengaruh yang besar terhadap perkembangan masa prenatal. Hal ini karena ketika ibu hamil merasa ketakutan, kecemasan, stres, dan emosi lain yang mendalam, maka terjadi perubahan psikologis, antara lain meningkatnya pernapasan dan sekresi oleh kelenjar. Adanya produksi hormon adrenalin sebagai tanggapan terhadap ketakutan akan menghambat aliran darah kedaerah kandungan dan membuat janin kekurangan udara.
Ibu yang mengalami kecemasan berat dan berkepanjangan sebelum atau semasa kehamilan, kemungkinan besar mengalami kesulitan medis dan melahirkan bayi yang abnormal dibandingkan dengan ibu yang relatif tenang dan aman. Gocangan emosi diasosiasikan dengan kejadian aborsi spontan, kesulitan proses lahir, kelahiran prematur dan penurunan berat, kesulitan pernapasan dari bayi yang baru lahir dan cacat fisik.
d.    Tahap-tahap kelahiran dan pengaruh kelahiran terhadap perkembangan
1)    Tahap-tahap kelahiran
Para ahli psikologi perkembangan membagi proses kelahiran dalam tiga tahap, yaitu :
a)    Tahap pertama, terjadi kontraksi peranakan yang berlangsung 15 hingga 20 menit pada permulaan dan berakhir hingga satu menit. Kontraksi ini menyebabkan leher rahim terentang dan terbuka. Saat tahap pertama berlangsung, kontraksi semakin sering, dan terjadi setiap 2 hingga 5 menit. Intensitasnya juga meningkat. Pada akhir tahap pertama kelahiran, kontraksi memperlebar leher rahim hingga terbuka sekitar 4 inchi sehingga bayi dapat keluar dari saluran peranakan ke saluran kelahiran.
b)    Tahap kedua, dimulai ketika kepala bayi bergerak melalui leher rahim dan saluran kelahiran. Tahap ini berakhir ketika bayi benar-benar keluar dari tubuh ibu. Tahap ini berlangsung kira-kira 1,5 jam.
c)    Tahap ketiga setelah bayi lahir. Pada waktu ini ari-ari, tali pusar, dan selaput lain dilepaskan dan dibuang. Taha[ akhir inilah yang paling pendek, yang berlangsung hanya beberapa meint saja.
2)    Pengaruh kelahiran terhadap perkembangan pascalahir
a)    Jenis kelahiran
Secara umum kelahiran dapat dibedakan atas lima jenis: (1)kelahiran normal atau spontan, (2)kalahiran dengan peralatan, (3)kelahiran sunsang, (4)kelahiran melintang, dan (5)kelahiran melalui pembedahan caesar. Bayi yang lahir secara spontan biasanya lebih cepat dan berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan barunya dibanding bayi yang mengalami proses kelahiran yang lama dan sulit, serta menggunakan alat pembedahan.
b)    Pengobatan ibu
Belakangan ini, ibu-ibu yang akan melahirkan sering menggunakan obat-obatan dengan maksud menghilangkan rasa sakit atau untuk mempercepat proses kelahiran. Hasil penelitian menunjukan bahwa semakin banyak obat yang diberikan, semakin lama dan sulit bayi menyesuaikan diri dengan kehidupan pascalahir.
c)    Lingkungan pralahir
Tiap kondisi dalam lingkungan pralahir yang menghalangi perkembangan janin sesuai dengan tabel waktu yang normal, akan lebih banyak mengakibatkan kesulitan pada saat lahir dan penyesuaian pascalahir dibanding dengan kondisi lingkungan yang nyaman.
d)    Jangka waktu periode kehamilan
Walaupun lama rata-rata periode kehamilan 38 minggu, namun hanya sedikit waktu yang lahir tepat waktu. Ada kalanya bayi lahir lebih awal dari waktu rata-rata (prematur), dan adakalanya pula bayi lahir lebih lambat (postmatur). Bayi yang lahir prematur biasanya berat lahirnya rendah, beresiko tinggi, dan  cenderung memperlihatkan gejala perkembangan yang berbeda dengan bayi yang lahir tepat waktu atau lenih lambat. Bayi postmatur biasanya lebih cepat dan berhasil menyesuaikan diri dengan lingkungan pascalahir. Sebaliknya, bayi prematur lebih susah dalam penyesuaian diri dengan lingkungan pascalahir.
e)    Perawatan pascalahir
Kelahiran merupakan suatu “drama penjebolan” secara drastis, yang disertai dengan perubahan-perubahan kondisi secara radikalrevolusioner dari seorang bayi. Hal ini dapat dipahami, sebab setelah selama 9 bulan berada dalam lingkungan rahim yang aman dan stabil, janin tiba-tiba berada pada lingkungan yang berbeda dan bervariasi. Perbedaan yang besar antara lingkungan intern dan lingkungan ekstern ini mengharuskan bayi beradaptasi secara radikal dan cepat. Keharusan adaptasi yang tidak disertai kemampuan untuk melakukannya, karena bayi masih sangat lemah, menuntut perhatian dan perawatan dari orang tua, terutama ibu.
f)    Sikap orang tua
Bila sikap orang tua menguntungkan, hubungan orang tua dan anak akan baik. Hubungan baik ini akan dapat membantu bayi dalam beradaptasi dengan lingkungan baru pascalahir.

7.    Masa remaja adalah masa bermasalah. Kemukakan pendapat saudara mengenai hal tersebut !
Ciri masa remaja menurut psikologi modern :
1.    Masa remaja adalah periode yang penting, Perkembangan fisik dan mental yang penting bagi perkembangan  selanjutnya serta sangat memeelukan penyesuaian sehingga terbentuk sikap, nilai dan minat baru.
2.    Masa remaja sebagai periode peralihan, pada masa ini remaja bukan lagi seorang anak tapi juga belum dewasa, jika ia berperilaku seperti anak-anak ia kan ditegur dan diajari bertindak sesuia usianya, namun jika ia berperilaku seperrti orang dewasa seringkali dimarahi pula
3.    Masa remaja sebagai periode perubahan, Tingkat perubahan sikap dan perilaku selama masa remaja seiring dengan perubahan fisiknya, perubahan yang terjadi antara lain :
a.    Meningginya emosi yang intesitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologis yang terjadi
b.    Perubahan tubuh , minat dan peran yang diharapkan oleh kelompok social padanya sehingga timbul masalah baru, remaja akan tetap merasa bermasalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasannya
c.    Perubahan nilai akibat perubahan minat dan perilaku
d.    Sebagian besar remaja bersifat ambivalen terhadap perubahan, mereka menginginkan kebebasan tapi takut bertanggung jawab
4.    Masa remaja sebagai usia bermasalah, Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit untuk di atasi, karena :
a.    Sepanjang masa anak-anak , sebnagiann besar masalahnya diselesaikan oleh orang tua, duru dll sehingga mereka tidak mempunyai pengalaman
b.    Remaja merasa dirinya mandiri sehingga ingin mengatasi masalahnya sendiri  (menolak bantuan orang tua, walau sebenarnya mereka butuh)
5.    Masa remaja sebagai masa mencari identitas, Bagi remaja penyesuaian dengan standar kelompok sangat penting, tapi lambat laun mereka mulai mendambakan identitas diri, tidak puas dengan menjadi sama dengan teman-teman dalam segala hal. Identitas diri yang dicaru remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa perannya dalam masyarakat dll. Secara keseluruhan apakah ia akan berhasil atau akan gagal. Dalam usaha mencari identitas diri ini , remaja melakukan proses imitasi (meniru) dan identifikasi ( dorongan untuk menjadi sama dengan idolanya)
6.    Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik, Remaja cenderung memandang kehidupan dengan kaca berwarana merah jambu, ia melihat dirinya dan sekitarnya sebagaiman yang ia inginkan, bukan sebagaimana adanya, terutama dalam cita-cita, sehingga ia menjadi terlalu ideslis dan berlebihan, semakin tidak realistis cita-citanya semakin ia mudah kecewa. Remaja akan askit hati dan kecewa bila orang lain mengecewakannya atau bila tidak berhasil mencapai tujuan yang ditetapkannya sendiri
7.    Masa remaja sebagai ambang masa dewasa, Menjelang akhir masa remaja, biasanya mereka mulai berusa meninggalkan karakter usia belasan tahun dan memberikan kesan bahwa mereka sudah dewasa. Berpakaian seperti orang dewasa, merokok, berperilaku seperti orang dewasa dan seterusnya, mereka menganggap perilaku ini memberikan citra bahwa mereka telah dewasa.
Masa remaja adalah masa-masa atau usia yang paling bermasalah karena pada masa-masa ini para remaja mengalami suatu transisi atau perubahan dimana mereka tidak lagi menjadi anak-anak seperti pada sebelumnya mereka, dan juga mereka belum bisa dikatakan menjadi dewasa. Dalam kondisi yang seperti ini para remaja menhadapi suatu permasalahan seperti misalnya pada saat mereka masih kanak-kanak dahulu, ketika mendapat suatu permasalahan mereka akan meminta bantuan kepada orang tua atau teman sebaya, namun pada kenyataannya mereka bukan lagi anak-anak yang masih merengek maminta bantuan atas apa yang telah menjadi masalah mereka. Namun demikian, disisi lain, ketika mereka menghadapi suatu permasalahan, merekan ingin dan bersi keras ingin menyelesaikan masalahnya tersebut sendirian tanpa bantuan dari orang tua atau teman sebaya meskipun mereka butuh. Permasalahan seperti ini sangat krusial ketika masa remaja dialami oleh setiap individu. Konflik-konflik yang terjadi juga menimbulkan begitu banyak pilihan-pilihan pada remaja sehingga mereka menjadi penambahan pikiran maupun permasalahan bagi para remaja dalam menyelesaikannya.

8.    Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi belajar? Sebut dan jelaskan !
Secara umum factor-faktor yag mempengaruhi proses hasil belajar dibedakan atas dua kategori, yaitu factor internal dan factor eksternal . kedua factor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga menentukan kualitas hasil belajar.
a.    factor internal
Factor internal adalah factor-faktor yang berasal dari dalam diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Factor-faktor internal ini meliputi factor fisiologis dan factor psikologis.
1)    Factor fisiologis
Factor-faktor fisiologis adalah factor-factor yang berhubungan dengan kondisi fisik individu. Factor-factor ini dibedakan menjadi dua macam.
Pertama, keadaan tonus jasmani. Keadaan tonus jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas belajar seseorang . kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh karena itu keadaan tonus jasmani sangat memengaruhi proses belajar , maka perlu ada usaha untuk menjaga kesehatan jasmani.
Cara untuk menjaga kesehatan jasmani antara lain adalah :
a)    menjaga pola makan yang sehat dengan memerhatikan nutrisi yang masuk kedalam tubuh, karena  kekurangan gizi atau nutrisi akan mengakibatkan tubuh cepat lelah, lesu , dan mengantuk, sehingga tidak ada gairah untuk belajar.
b)    rajin berolah raga agar tubuh selalu bugar dan sehat.
c)    istirahat yang cukup dan sehat.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis. Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologis pada tubuh manusia sangat memengaruhi hasil belajar, terutama panca indra. Panca indra yang berfunsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula . dalam proses belajar , merupakan pintu  masuk bagi segala informasi yang diterima dan ditangkap oleh manusia. Sehinga manusia dapat menangkap dunia luar. Panca indra yang memiliki peran besar dalam aktivitas belajar adalah mata dan telinga. Oleh lkarena itu, baik guru maupun siswwa perlu menjaga panca indra dengan baik, baik secara preventif maupun secara yang bersifat kuratif. Dengan menyediakan sarana belajar yang memenuhi persyaratan, memeriksakan kesehatan fungsi mata dan telinga secara periodic, mengonsumsi makanan yang bergizi , dan lain sebagainya.
2)    Factor psikologis
Factor –faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat memengaruhi proses belajar. Beberapa factor psikologis yang utama memngaruhi proses belajar adalah kecerdasan siswa, motifasi , minat, sikap dan bakat.
a)    kecerdasan /intelegensia siswa.
Pada umumnya kecerdasan diartikan sebagai kemempuan psiko-fisik dalam mereaksikan rangsaganan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan melalui cara yang tepat. Dengan dmikian, kecerdasan bukan hanya berkaitan dengan kualitas otak saja, tetapi juga organ-organ tubuh lainnya. Namun bila dikaitkan dengan kecerdasan, tentunya otak merupakan organ yang penting dibandingkan organ yang lain, karena fungsi otak itu sebagai organ pengendali tertinggi (executive control) dari hamper seluruh aktivitas manusia.
Kecerdasan merupakan factor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi iteligensi seorang individu, semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar. Sebaliknya, semakin rendah tingkat intelegensi individu, semakin sulit individu itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari orang lain, seperti guru, orang tua, dan lain sebagainya. Sebagai factor psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru professional, sehingga mereka dapat memahami tingakat kecerdasannya.
Para ahli membagi tingkatan IQ bermacam-macam, salah satunya adalah penggolongan tingkat IQ berdasarkan tes Stanford-Biner yang telah direvisi oleh Terman dan Merill sebagai berikut (Fudyartanto  2002).
Distribusi Kecerdasan IQ menurut Stanford Revision
Tingkat kecerdasan (IQ)    Klasifikasi
140 – 169    Amat superior
120 – 139    Superior
110 – 119    Rata-rata tinggi
90 – 109    Rata-rata
80 – 89    Rata-rata rendah
70 – 79    Batas lemah mental
20 — 69    Lemah mental

Dari table tersebut, dapat diketahui ada 7 penggolongan tingkat kecerdasan manusia, yaitu:
•    Kelompok kecerdasan amat superior (very superior) merentang antara IQ 140—IQ 169
•    Kelompok kecerdasan superior merenytang anatara IQ 120—IQ 139
•    Kelompok rata-rata tinggi (high average) menrentang anatara IQ 110—IQ 119
•    Kelompok rata-rata (average) merentang antara IQ 90—IQ 109
•    Kelompok rata-rata rendah (low average) merentang antara IQ 80—IQ 89
•    Kelompok batas lemah mental (borderline defective) berada pada IQ 70—IQ 79
•    Kelompok kecerdasan lemah mental (mentally defective) berada pada IQ 20—IQ 69, yang termasuk dalam kecerdasan tingkat ini antara lain debil, imbisil, idiot.
Pemahaman tentang tingkat kecerdasan individu dapat diperoleh oleh orang tua dan guru atau pihak-pihak yang berkepentingan melalui konsultasi dengan psikolog atau psikiater. Sehingga dapat diketahui anak didik berada pada tingkat kecerdasan yang mana, amat superior, superior, rata-rata, atau mungkin malah lemah mental. Informasi tentang taraf kecerdasan seseorang merupakan hal yang sangat berharga untuk memprediksi kamampuan belajar seseorang. Pemahaman terhadap tingkat kecerdasan peserta didik akan membantu megarahkan dan merencanakan bantuan yang akan diberikan kepada siswa.
b)    Motivasi
Motivasi adalah salah satu factor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
Dari sudut sumbernya motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsic dan motivasi ekstrinsik. Motaivasi intrinsic adalah semua factor yang berasal dari dalam diri individu dan memberikan dorongan untuk melakukan sesuatu. Seperti seorang siswa yang gemar membaca, maka ia tidak perlu disuruh-suruh untuk membaca, karena membaca tidak hanya menjadi aktifitas kesenangannya, tapi bisa jadi juga telah mejadi kebutuhannya. Dalam proses belajar, motivasi intrinsic memiliki pengaruh yang efektif, karena motivasi intrinsic relaatif lebih lama dan tidak tergantung pada motivasi dari luar(ekstrinsik).
Menurut Arden N. Frandsen (Hayinah, 1992), yang termasuk dalam motivasi intrinsic untuk belajar anatara lain adalah:
•    Dorongan ingin tahu dan ingin menyelisiki dunia yang lebih luas
•    Adanya sifat positif dan kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk maju
•    Adanaya keinginan untuk mencapai prestasi sehingga mendapat dukungan dari orang-orang penting, misalkan orang tua, saudara, guru, atau teman-teman, dan lain sebaginya.
•    Adanya kebutuhan untuk menguasai ilmu atau pengetahuan yang berguna bagi dirinya, dan lain-lain.
Motivasi ekstrinsik adalah factor yang dating dari luar diri individu tetapi memberi pengaruh terhadap kemauan untauk belajar. Seperti pujian, peraturan, tata tertib, teladan guru, orangtua, danlain sebagainya. Kurangnya respons dari lingkungansecara positif akan memengaruhi semangat belajar seseorang menjadi lemah.
c)    Minat
Secara sederhana,minaat (interest) nerrti kecemnderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (Syah, 2003) minat bukanlah istilah yang popular dalam psikologi disebabkan ketergantungannya terhadap berbagai factor internal lainnya, seperti pemusatan perhatian, keingintahuan, moativasi, dan kebutuhan.
Namun lepas dari kepopulerannya, minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau dipelajaranya.
Untuk membagkitkan minat belajar tersebut, banyak cara yang bisa digunakan. Anatara lain, pertama, dengan mebuat materi yang akan dipelajarai semenarik mingkin dan tidak membosankan, baik dari bentuk buku materi, desai pembelajaran yang membebaskan siswa mengeksplor apa yang dipelajari, melibatkan seluruh domain belajar siswa (kognitif, afektif, psikomotorik) sehingga siswa menjadi aktif, maupun performansi guru yang menarik saat mengajar. Kedua, pemilihan jurusan atau bidang  studi. Dalam hal ini, alangkah baiknya jika jurusan atau bidang studi dipilih sendiri oleh siswa sesuai dengan minatnya.
d)    Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang mendimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dangan cara yang relative tetap terhadap obyek, orang, peristiwa dan sebaginya, baik secara positif maupun negative (Syah, 2003).
Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengantisipasi munculnya sikap yang negative dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang professional dan bertanggungjawab terhadap profesi yang dipilihnya. Dengan profesionalitas,seorang guru akan berusaha memberikan yang terbaik bagi siswanya; berusaha mengambangkan kepribadian sebagai seorang guru yang empatik, sabar, dan tulus kepada muridnya; berusaha untuk menyajikan pelajaranyang diampunya dengan baik dan menarik sehingga membuat siswa dapat mengikuti pelajaran dengan senang dan tidak menjemukan; meyakinkansiswa bahwa bidang studi yang dipelajara bermanfaat bagi ddiri siswa.
e)    Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat (aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating (Syah, 2003). Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimilki seorang siswa untauk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorang menjadi salah satukomponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kemungkinan besar ia akan berhasil.
Pada dasarnya setiap orang mempunyai bakat atau potensi untuk mencapai prestasi belajar sesuai dengan kemampuannya masing-masing. Karena itu, bakat juga diartikan sebagai kemampuan dasar individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa tergantung upaya pendidikan dan latihan. Individu yang telah mempunyai bakat tertentu, akan lebih mudah menyerap informasiyang berhungan dengan bakat yang dimilkinya. Misalnya, siswa yang berbakat dibidang bahasa akan lebih mudah mempelajari bahasa-bahasa yang lain selain bahasanya sendiri.
Karena belajar jug dipengaruhi oleh potensi yang dimilki setiap individu,maka para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang dimilki oleh anaknya atau peserta didiknya, anatara lain dengan mendukung,ikut mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai dengan bakatnya.
b.    Factor-faktor eksogen/eksternal
Selain karakteristik siswa atau factor-faktor endogen, factor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa.dalam hal ini, Syah (2003) menjelaskan bahwa faktaor-faktor eksternal yang memengaruhi balajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu factor lingkungan social dan factor lingkungan nonsosial.
1)    Lingkungan social
a)    Lingkungan social sekolah, seperti ggggggguru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan harmonis antra ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baikdisekolah. Perilaku yang simpatik dan dapat menjadi teladan seorang guru atau administrasi dapat menjadi pendorong bagi siswa untuk belajar.
b)    Lingkungan social massyarakat. Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak terlantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajarsiswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilkinya.
c)    Lingkungan social keluarga. Lingkungan ini sangat memengaruhi kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga (letak rumah), pengelolaankeluarga, semuannya dapat memberi dampak terhadap aktivitas belajar siswa. Hubungan anatara anggota keluarga, orangtua, anak, kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar dengan baik.
2)    Lingkungan non social.
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a)    Lingkungan alamiah, seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dantenang. Lingkungan alamiah tersebut mmerupakan factor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terlambat.
b)    Factor instrumental,yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,fasilitas belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, bukupanduan, silabi dan lain sebagainya.
c)    Factor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Factor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa begitu juga denganmetode mengajar guru, disesuaikandengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang postif terhadap aktivitas belajr siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan konsdisi siswa.   
9.    Bandingkan pandangan pavlov, thorndike, skinner, bandura, gutrie, dan meichenbaum tentang belajar !
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi: (1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3) Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, bandura, pavlov, meichenbaum, dan Skinner. Berikut akan dibahas karya-karya para tokoh aliran behavioristik dan analisis serta peranannya dalam pembelajaran.
a.    Teori Belajar Menurut Thorndike
Menurut Thorndike, belajar adalah proses interaksi antara stimulus dan respon. Stimulus adalah apa yang merangsang terjadinya kegiatan belajar seperti pikiran, perasaan, atau hal-hal lain yang dapat ditangkap melalui alat indera. Sedangkan respon adalah reaksi yang dimunculkan peserta didik ketika belajar, yang dapat pula berupa pikiran, perasaan, atau gerakan/tindakan. Jadi perubahan tingkah laku akibat kegiatan belajar dapat berwujud konkrit, yaitu yang dapat diamati, atau tidak konkrit yaitu yang tidak dapat diamati. Meskipun aliran behaviorisme sangat mengutamakan pengukuran, tetapi tidak dapat menjelaskan bagaimana cara mengukur tingkah laku yang tidak dapat diamati. Teori Thorndike ini disebut pula dengan teori koneksionisme (Slavin, 2000).
Ada tiga hukum belajar yang utama, menurut Thorndike yakni (1) hukum efek; (2) hukum latihan dan (3) hukum kesiapan (Bell, Gredler, 1991). Ketiga hukum ini menjelaskan bagaimana hal-hal tertentu dapat memperkuat respon.
b.    Teori Belajar Menurut Edwin Guthrie
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment) memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
c.    Teori Belajar Menurut Skinner
Konsep-konsep yang dikemukanan Skinner tentang belajar lebih mengungguli konsep para tokoh sebelumnya. Ia mampu menjelaskan konsep belajar secara sederhana, namun lebih komprehensif. Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah laku, tidaklah sesederhana yang dikemukakan oleh tokoh tokoh sebelumnya. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan ini memiliki konsekuensi-konsekuensi. Konsekuensi-konsekuensi inilah yang nantinya mempengaruhi munculnya perilaku (Slavin, 2000). Oleh karena itu dalam memahami tingkah laku seseorang secara benar harus memahami hubungan antara stimulus yang satu dengan lainnya, serta memahami konsep yang mungkin dimunculkan dan berbagai konsekuensi yang mungkin timbul akibat respon tersebut. Skinner juga mengemukakan bahwa dengan menggunakan perubahan-perubahan mental sebagai alat untuk menjelaskan tingkah laku hanya akan menambah rumitnya masalah. Sebab setiap alat yang digunakan perlu penjelasan lagi, demikian seterusnya.
d.    Teori Modifikasi Perilaku Kognitif menurut Meichenbaum
Meichenbaum menyatakan bahwa individu dapat diajarkan untuk memantau dan mengatur perilakunya sendiri. Cara yang digunakan yaitu melatih individu yang terganggu emosionalnya untuk membuat dan menjawab pertanyaannya sendiri. Ada 5 tahap kegiatan belajar mandiri yang dikembangkan Meichenbaum, yaitu:
1)    Model orang dewasa melakukan tugas tertentu sambil berbicara dengan keras (Modeling kognitif)
2)    Anak melakukan tugas yang sama di bawah arahan pembelajaran dari model (Bimbingan eksternal)
3)    Anak melakukan tugas sambil membelajarkan diri sendiri.
4)    Anak membelajarkan dirinya sendiri dengan cara berbicara pelan pada saat melanjutkan tugas.
5)    Anak melakukan tugas untuk mencari kinerja tertentu dengan melakukan percakapan diri sendiri.
Teori belajar modifikasi perilaku koginitif ini menekankan pada modeling percakapan diri sendiri secara meningkat berpindah dari perilaku yang dikendalikan oleh orang lain kepada perilaku yang dikendalikan oleh diri sendiri, di mana individu menggunakan percakapan diri sendiri pada waktu melaksanakan tugas.
e.    Teori belajar Classical Conditioning menurut Ivan Pavlov
Teori ini dikembangkan oleh Ivan Pavlov. Dia mempelajari bagaimana anjing percobaannya menjadi terkondisi untuk berliur walau tanpa makanan. Dari eksperimen tersebut Pavlov menarik kesimpulan bahwa dalam diri anjing akan terjadi pengkondisian selektif berdasar atas penguatan selektif. Anjing dapat membedakan stimulus yang disertai dengan penguatan dan stimulus yang tidak disertai dengan penguatan.
f.    Albert Bandura (1925 - ..)
Sebagai seorang behaviorist, Bandura menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon lingkungan. Oleh karenya teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan lingkungan. Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah proses belajar. Teori utama bandura yaitu:
1)    Observational learning atau modeling adalah faktor penting dalam proses belajar manusia.
2)    Dalam proses modeling, konsep reinforcement yang dikenal adlaah vicarious reinforcement, reinforcement yang terjadi pada orang lain dapat memperkuat perilaku individu. Self-reinforcement, individu dapat memperoleh reinforcement dari dalam dirinya sendiri, tanpa selalu harus ada orang dari luar yang memberinya reinforcement.
3)    Menekankan pada self-regulatory learning process, seperti self-judgement, self-control, dan lain sebagainya.
4)    Memperkenalkan konsep penundaan self-reinforcement demi kepuasan yang lebih tinggi di masa depan
Bandura menyumbangkan beberapa hal dalam teorinya yaitu membuka perspektif baru dalam aliran behavioristik dengan menekankan pada aspek observasi dan proses internal individu. Bagi mereka yang beraliran kognitif, pandangan Bandura ini dirasakan lebih lengkap dibandingkan pandangan ahli behavioristik lainnya. Teorinya ini juga didukung oleh percobaan eksperimental yang dapat dipertanggungjawabkan.
Sedangkan kritik terhadap Bandura terutama datang dari kelompok aliran behavioristik keras, yang memandang Bandura lebih tepat untuk dimasukan dalam kelompok aliran kognitif dan tidak diakui sebagai bagian dari behavioristik. Penyebab utamanya karena pandangan Bandura yang kental aspek mentalnya.
Aplikasi Teori Behavioristik dalam Pembelajaran
Aliran psikologi belajar yang sangat besar pengaruhnya terhadap arah pengembangan teori dan praktek pendidikan dan pembelajaran hingga kini adalah aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori behavioristik dengan model hubungan stimulus responnya, mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode drill atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan reinforcement dan akan menghilang bila dikenai hukuman.
Aplikasi teori behavioristik dalam kegiatan pembelajaran tergantung dari beberapa hal seperti: tujuan pembelajaran, sifat materi pelajaran, karakteristik pebelajar, media dan fasilitas pembelajaran yang tersedia. Pembelajaran yang dirancang dan berpijak pada teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan adalah obyektif, pasti, tetap, tidak berubah. Pengetahuan telah terstruktur dengan rapi, sehingga belajar adalah perolehan pengetahuan, sedangkan mengajar adalah memindahkan pengetahuan (transfer of knowledge) ke orang yang belajar atau pebelajar. Fungsi mind atau pikiran adalah untuk menjiplak struktur pengetahuan yag sudah ada melalui proses berpikir yang dapat dianalisis dan dipilah, sehingga makna yang dihasilkan dari proses berpikir seperti ini ditentukan oleh karakteristik struktur pengetahuan tersebut. Pebelajar diharapkan akan memiliki pemahaman yang sama terhadap pengetahuan yang diajarkan. Artinya, apa yang dipahami oleh pengajar atau guru itulah yang harus dipahami oleh murid.
Demikian halnya dalam pembelajaran, pebelajar dianggap sebagai objek pasif yang selalu membutuhkan motivasi dan penguatan dari pendidik. Oleh karena itu, para pendidik mengembangkan kurikulum yang terstruktur dengan menggunakan standar-standar tertentu dalam proses pembelajaran yang harus dicapai oleh para pebelajar. Begitu juga dalam proses evaluasi belajar pebelajar diukur hanya pada hal-hal yang nyata dan dapat diamati sehingga hal-hal yang bersifat tidak teramati kurang dijangkau dalam proses evaluasi.
Implikasi dari teori behavioristik dalam proses pembelajaran dirasakan kurang memberikan ruang gerak yang bebas bagi pebelajar untuk berkreasi, bereksperimentasi dan mengembangkan kemampuannya sendiri. Karena sistem pembelajaran tersebut bersifat otomatis-mekanis dalam menghubungkan stimulus dan respon sehingga terkesan seperti kinerja mesin atau robot. Akibatnya pebelajar kurang mampu untuk berkembang sesuai dengan potensi yang ada pada diri mereka.
Karena teori behavioristik memandang bahwa pengetahuan telah terstruktur rapi dan teratur, maka pebelajar atau orang yang belajar harus dihadapkan pada aturan-aturan yang jelas dan ditetapkan terlebih dulu secara ketat. Pembiasaan dan disiplin menjadi sangat esensial dalam belajar, sehingga pembelajaran lebih banyak dikaitkan dengan penegakan disiplin. Kegagalan atau ketidakmampuan dalam penambahan pengetahuan dikategorikan sebagai kesalahan yang perlu dihukum dan keberhasilan belajar atau kemampuan dikategorikan sebagai bentuk perilaku yang pantas diberi hadiah. Demikian juga, ketaatan pada aturan dipandang sebagai penentu keberhasilan belajar. Pebelajar atau peserta didik adalah objek yang berperilaku sesuai dengan aturan, sehingga kontrol belajar harus dipegang oleh sistem yang berada di luar diri pebelajar.
Tujuan pembelajaran menurut teori behavioristik ditekankan pada penambahan pengetahuan, sedangkan belajar sebagi aktivitas “mimetic”, yang menuntut pebelajar untuk mengungkapkan kembali pengetahuan yang sudah dipelajari dalam bentuk laporan, kuis, atau tes. Penyajian isi atau materi pelajaran menekankan pada ketrampian yang terisolasi atau akumulasi fakta mengikuti urutan dari bagian ke keseluruhan. Pembelajaran mengikuti urutan kurikulum secara ketat, sehingga aktivitas belajar lebih banyak didasarkan pada buku teks/buku wajib dengan penekanan pada ketrampilan mengungkapkan kembali isi buku teks/buku wajib tersebut. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil belajar.
Evaluasi menekankan pada respon pasif, ketrampilan secara terpisah, dan biasanya menggunakan paper and pencil test. Evaluasi hasil belajar menuntut jawaban yang benar. Maksudnya bila pebelajar menjawab secara “benar” sesuai dengan keinginan guru, hal ini menunjukkan bahwa pebelajar telah menyelesaikan tugas belajarnya. Evaluasi belajar dipandang sebagi bagian yang terpisah dari kegiatan pembelajaran, dan biasanya dilakukan setelah selesai kegiatan pembelajaran. Teori ini menekankan evaluasi pada kemampuan pebelajar secara individual.

10.    Peran apakah yang harus dilakukan oleh guru agar siswa dapat belajar secara optimal dan memperoleh hasil belajar yang optimal pula ? jelaskan !
Peran yang harus dilakukan oleh seorang guru agar siswa bisa belajar secara optimal ddan dapat hasil yang optimal pula adalah bahwa guru adalah pengajar, orang tua, pembimbing, dan teman para siswa. Ketika seorang guru mengajar memberikan materi pembelajaran kepada siswa, apabila ada siswa yang tidak bisa atau tidak mengerti terhadap materi yang sedang diajarkan, maka tugas guru adalah menanyakan dimana yang tidak dimengerti dan mengapa, lalu ia akan menjelaskan kembali agar semua siswanya mengerti. Lalu ketika siswanya sudah mengerti dan minimal paham terhadap materi yang telah diberikan, akan sangat berarti sekali sebagai dukungan dan perhatian guru kepada siswanya bila ia senantiasa menerapkan reinforcement atau penghargaan positif terhadap apa-apa yang dilakukan oleh siswanya, karena dengan demikian maka seorang siswa akan senang, bersemangat serta termotivasi untuk belajar lebih giat lagi.

Littlre snake pin