Rabu, 18 Januari 2012

PETA KONSEP PENDEKATAN PSIKOANALISA DAN PENDEKATAN PERSON-CENTERED

Aspek    Pendekatan
    psikoanalisa    Person-centered
Pendiri     Sigmund Freud    Carl Ransom Rogers
Pengembang utama    Sigmund Freud    Carl Ransom Rogers
Latar belakang    Psikoanalisis didirikan oleh Sigmund Freud, ia dilahirkan pada 1856 di Freberg, Moravia. Psikoanalitik dikembangkan dari introspeksinya Freud dalam memberikan bantuan–bantuan kepada orang yang mengalami gangguan jiwa Gagasan S. Freud menjadi dasar teori kepribadian, system filsafat dan metode psikoterapi. Freud menjadi mahasiswa U. Wina pada usia 17 tahun 1881 hal utama yang dipelajarinya mengenai penyakit syaraf. Psikoanalitik lahir dari praktek-praktek penyembuhan pasien hysteria. Psikoanalitisis mempunyai 3 arti yaitu :
•    sebagai metode penelitian proses–proses psikis.
•    suatu teknik untuk mengobati gangguan psikis.
•    sebagai teori kepribadian.    Carl Ransom Rogers lahir pada tanggal 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinios, Chicago. Rogers meninggal dunia pada tanggal 4 Pebruari 1987 karena serangan jantung. Rogers adalah putra keempat dari enam bersaudara. Rogers dibesarkan dalam keluarga yang berkecukupan dan menganut aliran protestan fundamentalis yang terkenal keras, dan kaku dalam hal agama, moral dan etika. Rogers terkenal sebagai seorang tokoh psikologi humanis, aliran fenomenologis-eksistensial, psikolog klinis dan terapis, ide–ide dan konsep teorinya banyak didapatkan dalam pengalaman–pengalaman terapeutiknya. Pada awal tahun 1940-an Carl Rogers mengembangkan CCT sebagai suatu reaksi terhadap pendekatan psikoanalisis tradisional dan direktif pada terapi individual. Namun pada tahun 60an berkembang menjadi person centered (PCT). Berikut periodisasi konseling person centered :
•    Konseling non-direktif (1940-1950). Dikembangkan sebagai reaksi melawan konseling psikoanalisis. Dalam konseling ini, peran konselor hanya menunjukkan kondisi permisif penerimaan (tidak banyak teknik yang digunakan). Titik berat: penerimaan pada klien, menciptakan kondisi non judgemental, kepercayaan pada klien, permisif.
•    Client Centered (1950-1961). Menaruh kepercayaan dan meminta tanggungjawab yang lebih besar kepada konseli dalam menangani permasalahan (berpusat pada konseli). merefleksikan perasaan klien, bekerjasama menyelaraskan self, Teknik utama: refleksi.
•    Person Centered (1961- sekarang). Menekankan bahwa prinsip konseling ini tidak hanya diterapakan dalam proses konseling tetapi prinsip-prinsip konseling ini dapat diterapkan di berbagai setting seperti dalam masyarakat. Titik berat : meningkatkan keterlibatan hubungan personal dengan klien, konselor lebih aktif & terbuka, lebih memperhatikan pengaruh lingkungan. Konselor lebih mengutamakan sikapnya daripada pengetahuan dan penguasaan teknik teknik konseling
Hakekat manusia    •    Semua kejadian psikis ditentukan oleh kejadian psikis sebelumnya.
•    Kesadaran merupakan suatu hal yang tidak biasa dan tidak merupakan proses mental yang berciri biasa.
•    Pendekatan ini didasari oleh teori Freud, bahwa kepribadian seseorang mempunyai tiga unsur, yaitu id, ego, dan super ego.
•    Manusia pada dasarnya adalah deterministic (manusia yang ditentukan oleh kekuatan – kekuatan dan dorongan–dorongan yang dibawa sejak lahir dan berkembang pada 5 tahun pertama dalam kehidupannya).
•    Manusia berisi system energi. Sedangkan energi psikis manusia disebut libido (libido adalah energi bagi semua insigh kehidupan).    •    Individu dapat dipercaya
•    Individu mempunyai sifat bawaan untuk bergerak menuju aktualisasi diri dan kesehatan
•    Individu memiliki sumber daya inti untuk mengubah mereka ke arah diri yang positif
•    Individu merespon untuk mereka dianggap unik dunia (dunia fenomenologi).
•    Individu memiliki kapasitas untuk membimbing, mengatur, mengarahkan, dan mengendalikan dirinya sendiri apabila ia diberikan kondisi tertentu yang mendukung
•    Individu memiliki potensi untuk memahami apa yang terjadi dalam hidupnya yang terkait dengan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan.
•    Individu memiliki potensi untuk mengatur ulang dirinya sedemikian rupa sehingga tidak hanya untuk menghilangkan tekanan dan kecemasan yang ia rasakan, tetapi juga untuk memenuhi kebutuhan diri dan mencapai kebahagiaan.
Orientasi pendekatan    Psikoanalisis merupakan salah satu pendekatan kepada yang berorientasi afektif dan bertujuan Insigh.   
Konsep dasar    •    Prinsip fundamental:
    Constancy principle. Kehidupan prinsip memiliki kecenderungan untuk mempertahankan kualitas/ tingkatan ketegangan psikis serendah mungkin.
    Pleasure principle. Kehidupan psikis memiliki kecenderungan untuk memdapatkan kesenangan dan menghindari ketidak senangan.
    Reality principle. Kehidupan prinsip memiliki kecenderungan untuk menghubungkan dengan kenyataan kebutuhan konstansi dan mendapatkan kesenangan.
•    Struktur kepribadian:
    Id, bagian kepribadian yang menyimpan dorongan-dorongan biologis manusia merupakan pusat insting yang bergerak berdasarkan prinsip kesenangan dan cenderung memenuhi kebutuhannya. Bersifat egoistis, tidak bermoral dan tidak mau tahu dengan kenyataan. Id adalah tabiat hewani yang terdiri dari dua bagian: 1). libido-insting reproduktif penyediaan energi dasar untuk kegiatan–kegiatan kosntrukstif, 2). thanatos–insting destruktif dan agresif.
    Ego, berfungsi menjembatani tuntutan Id dengan realitas di dunia luar. Ego adalah mediator antara hasrat-hasrat hewani dengan tuntutan rasional dan realistik. Egolah yang menyebabkan manusia mampu menundukkan hasrat hewaninya dan hidup sebgai wujud rasional. Ia bergerak berdasarkan prinsip realitas.
    Super ego, unsur yang menjadi polisi kepribadian, mewakili sesuatu yang normatif atau ideal super ego disebut juga sebgai hati nurani,merupakan internalisasi dari norma-norma sosial dan kultur masyarakat. Super ego memaksa ego untuk menekan hasrat-hasrat yang tidak berlainan dibawah alam sadar.
•    Tingkatan kesadaran
    Ketidaksadaran. Keinginan, dorongan, kegiatan psikis yang tak diketahui wujudnya secara langsung. Ketidaksadaran adalah akar gejala neurotik karena segala pengalaman dorongan yang tidak mengenakkan ditekan dalam alam bawah sadar.
    Pra-sadar. Pengalaman, ingatan, dan dorongan yang profesional mungkin terungkap ke alam kesadaran secara langsung.
    Kesadaran. Segala hal yang kita ingat, tahu, dan sadari.
Kecemasan berkembang dari konflik antara sistem id, ego dan superego tentang sistem kontrol atas energi psikis yang ada. Kecemasan itu ada tiga: kecemasan realita, neurotik dan moral.
    Kecemasan realita adalah rasa takut akan bahaya yang datang dari dunia luar dan derajat kecemasan semacam itu sangat tergantung kepada ancaman nyata.
    Kecemasan neurotik adalah rasa takut kalau-kalau instink akan keluar jalur dan menyebabkan sesorang berbuat  sesuatu yang dapat mebuatnya terhukum, dan
    Kecemasan moral adalah rasa takut terhadap hati nuraninya sendiri. Orang yang hati nuraninya cukup berkembang cenderung merasa bersalah apabila berbuat sesuatu yang bertentangan dengan norma moral.
•    Perkembangan individu:
Perkembangan kepribadian dilandasi oleh dua pernyataan, yakni:
    Pernyataan bahwa kepribadian terbentuk dari bayangan pengalaman pada masa awal kanak-kanak.
    Energi seksual (libido) sudah ada sejak lahir yang kemudian berkembang melalui berbagai tahapan psikoseksual yang berasal dari proses-proses naluriah organisme.
Perkembangan manusia merupakan suatu gambaran yang sangat teliti dari proses perkembangan psikososial dan psikoseksual, mulai dari lahir sampai dewasa. Dalam teori Freud setiap manusia harus melewati serangkaian tahap perkembangan dalam proses menjadi dewasa. Tahap-tahap ini sangat penting bagi pembentukan sifat-sifat kepribadian yang bersifat menetap. Menurut Freud, kepribadian orang terbentuk pada usia sekitar 5-6 tahun, meliputi beberapa tahap yaitu tahap oral, tahap anal, tahap phalik, tahap laten, dan tahap genital.
•    Tahap Oral (0-1 tahun). Mulut merupakan sumber kenikmatan utama. Menggigit dan menelan makanan, merupakan prototype bagi banyak ciri karakter yang berkembang di kemudian hari. Kenikmatan yang diperoleh dari inkorporasi oral dapat dipindahkan ke bentuk-bentuk inkorporasi lain, seperti kenikmatan setelah memperoleh pengetahuan dan harta. Misalnya, orang yang senang ditipu adalah orang yang mengalami fiksasi pada taraf kepribadian inkorporatif oral. Orang seperti itu akan mudah menelan apa saja yang dikatakan orang lain.
•    Tahap Anal (1-3tahun). Kenikmatan akan dialami anak dalam fungsi pembuangan, misalnya menahan dan bermain-main dengan feces, atau juga senang bermain-main dengan lumpur dan kesenangan melukis dengan jari.
•    Tahap Phallic (3-6 tahun). Tahap ini sesuai dengan nama genital laki-laki (phalus), sehingga meupakan daerah kenikmatan seksual laki-laki. Sebaliknya pada anak wanita merasakan kekurangan akan penis karena hanya mempunyai klitoris, sehingga terjadi penyimpangan jalan antara anak wanita dan laki-laki. Lebih lanjut, pada tahap ini anak akan mengalami Oedipus complex, yaitu keinginan yang mendalam untuk menggantikan orang tua yang sama jenis kelamin dengannya dan menikmati afeksi dari orang tua yang berbeda jenis kelamin dnegannya. Misalnya anak laki-laki akan mengalami konflik oedipus, ia mempunyai keinginan untuk bermain-main dengan penisnya. Dengan penis tersebut ia juga ingin merasakan kenikmatan pada ibunya.
•    Tahap Latency (6-12 tahun). Merupakan tahap yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.
•    Tahap Genital (12 tahun keatas). Bersamaan dengan pertumbuhannya, alat-alat genital menjadi sumber kenikmatan dalam tahap ini, sedangkan kecenderungan-kecenderungan lain akan ditekan.    •    Konsep tentang self
Carl Rogers mendeskripsikan the self sebagai sebuah konstruk yang menunjukan bagaimana setiap individu melihat dirinya sendiri. Konsep pokok dari teori kepribadian Rogers adalah self, sehingga dapat dikatakan self merupakan satu-satunya sruktur kepribadian yang sebenarnya. Self ini dibagi 2 yaitu : Real Self dan Ideal Self. Real Self adalah keadaan diri individu saat ini, sementara Ideal Self adalah keadaan diri individu yang ingin dilihat oleh individu itu sendiri atau apa yang ingin dicapai oleh individu tersebut. Perhatian Rogers yang utama adalah bagaimana organisme dan self dapat dibuat lebih kongruen.
Self atau konsep self adalah konsep menyeluruh yang ajeg dan terorganisir tersusun dari persepsi ciri-ciri tentang “I” atau “me” (aku sebagai subyek atau aku sebagai obyek) dan persepsi hubungan “I” atau “me” dengan orang lain dan berbagai aspek kehidupan, berikut nilai-nilai yang terlibat dalam persepsi itu. Konsep self menggambarkan konsepsi orang tentang dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya.  Konsep self juga menggambarkan pandangan diri dalam kaitannya dengan berbagai perannya dalam kehidupan dan dalam kaitannya dengan hubungan interpersonal.
•    Struktur Kepribadian
    Organisme. Pengertian organisme mencakup tiga hal:
    Mahkluk hidup. Organisme adalah mahkluk lengkap dengan fungsi fisik dan psikologisnya dan merupakan tempat semua pengalaman, potensi yang terdapat dalam kesadaran setiap saat, yakni persepsi seseorang tentang kejadian yang terjadi dalam diri dan dunia eksternal.
    Realitas Subyektif. Organisme menganggap dunia seperti yang dialami dan diamatinya. Realita adalah persepsi yang sifatnya subyektif dan dapat membentuk tingkah laku.
    Holisme. Organisme adalah satu kesatuan sistem, sehingga perubahan dalam satu bagian akan berpengaruh pada bagian lain. Setiap perubahan memiliki makna pribadi dan bertujuan, yaitu tujuan mengaktualisasi, mempertahankan, dan mengembangkan diri.
    Medan Fenomena. Medan fenomena adalah keseluruhan pengalaman, baik yang internal maupun eksternal, baik disadari maupun tidak disadari. Medan fenomena ini merupakan seluruh pengalaman pribadi seseorang sepanjang hidupnya di dunia, sebagaimana persepsi subyektifnya.
    Self (Diri). Self merupakan konsep pokok dari teori kepribadian Rogers, yang intinya adalah:
•    Terbentuk melalui medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu.
•    Bersifat integral dan konsisten.
•    Menganggap pengalaman yang tak sesuai dengan struktur self sebagai ancaman.
•    Dapat berubah karena kematangan dan belajar.
Menurut Carl Rogers ada beberapa hal yang mempengaruhi Self, yaitu:
    Kesadaran. Tanpa adanya kesadaran, maka konsep diri dan diri ideal tidak akan ada. Ada 3 tingkat kesadaran.
    Pengalaman yang dirasakan dibawah ambang sadar akan ditolak atau disangkal.
    Pengalaman yang dapat diaktualisasikan secara simbolis akan secara langsung diakui oleh struktur diri.
    Pengalaman yang dirasakan dalam bentuk distorsi. Jika pengalaman yang dirasakan tidak sesuai dengan diri (self), maka dibentuk kembali dan didistorsikan sehingga dapat diasimilasikan oleh konsep diri.
    Kebutuhan.
    Pemeliharaan. Pemeliharaan tubuh organismik dan pemuasannya akan makanan, air, udara, dan keamanan , sehingga tubuh cenderung ingin untuk statis dan menolak untuk berkembang.
    Peningkatan diri. Meskipun tubuh menolak untuk berkembang, namun diri juga mempunyai kemampuan untuk belajar dan berubah.
    Penghargaan positif (positive regard). Begitu kesadaran muncul, kebutuhan untuk dicintai, disukai, atau diterima oleh orang lain.
    Penghargaan diri yang positif (positive self-regard). Berkembangannya kebutuhan akan penghargaan diri (self-regard) sebagai hasil dari pengalaman dengan kepuasan atau frustasi. Diri akan menghindari frustasi dengan mencari kepuasan akan positive self-regard.
    Stagnasi Psikis. Stagnasi psikis terjadi bila:
    ada ketidak seimbangan antara konsep diri dengan pengalaman yang dirasakan oleh diri organis.
    Ketimpangan yang semakin besar antara konsep diri dengan pengalaman organis membuat seseorang menjadi mudah terkena serangan. Kurang akan kesadaran diri akan membuat seseorang berperilaku tidak logis, bukan hanya untuk orang lain namun juga untuk dirinya.
    Jika kesadaran diri tersebut hilang, maka muncul kegelisahan tanpa sebab dan akan memuncak menjadi ancaman.
•    Dinamika Kepribadian
    Penerimaan Positif (Positive Regard) → Orang merasa puas menerima regard positif, kemudian juga merasa puas dapat memberi regard positif kepada orang lain.
    Konsistensi dan Salingsuai Self (Self Consistensy and Congruence) → organisme berfungsi untuk memelihara konsistensi (keajegkan=keadaan tanpa konflik) dari persepsi diri, dan kongruen (salingsuai) antara persepsi self dengan pengalaman.
    Aktualisasi Diri (Self Actualization) → Freud memandang organisme sebagai sistem energi, dan mengembangkan teori bagaimana energi psikik ditimbulkan, ditransfer dan disimpan. Rogers memandang organisme terus menerus bergerak maju. Tujuan tingkahlaku bukan untuk mereduksi tegangan enerji tetapi mencapai aktualisasi diri yaitu kecenderungan dasar organisme untuk aktualisasi: yakni kebutuhan pemeliharaan (maintenance) dan peningkatan diri (enhancement).
•    Tingkah Laku Bertahan (Defensiveness)
Rogers hanya mengklasifikasikan dua tingkah laku bertahan, yakni distorsi dan denial. Termasuk dalam distorsi adalah kompulsi, kompensasi, rasionalisasi, fantasi dan proyeksi sebagai berikut:
    Distorsi: pengalaman diinterpretasi secara salah dalam rangka menyesuaikan dengan aspek yang ada dalam konsep self. Orang mempersepsi pengalaman secara sadar tetapi gagal menangkap (tidak menginterpretasi) makna pengalaman yang sebenarnya. Distorsi dapat menimbulkan bermacam difense dan tingkah laku salah suai.
    Denial: orang menolak menyadari suatu pengalaman, atau paling tidak menghalangi beberapa bagian dari pengalaman untuk disimbolisasi. Pengingkaran itu dilakukan terhadap pengalaman yang tidak kongruen dengan konsep diri, sehingga orang terbebas dari ancaman ketidakharmonisan diri.
    Pengalaman yang diisimbolkan.
•    Tingkat kesadaran
    Gabungan dari masa lalu dan prediksi untuk masa depan.
    Hanya ada dua tingkatan kesadaran, yaitu sadar dan tidak sadar.
    Pengalaman yang tersimbolisasi.
Asumsi pribadi sehat dan bermasalah    Pribadi sehat:
•    Ego berfungsi secara realistis.
•    Dapat menggunakan struktur kepribadiannya secara efektif.
•    Mekanisme pertahanan dirinya dapat digunakan berfungsi secara efektif.
Pribadi bermasalah:
•    Terjadi kecemasan pada dirinya.
•    Mekanisme pertahanan dirinya tidak berfungsi secara efektif dan efisien.    Pribadi sehat:
•    Terdapatnya keseimbangan antara organisme (actual experience) dan self sebagai hasil dari interaksi individu untuk selalu berkembang.
•    Apabila pengalaman-pengalaman yang dilambangkan membentuk diri/self  yang aktual dan ideal, maka pribadi yang bersangkutan tersebut berpenyesuaian baik, matang dan dapat berfungsi sepenuhnya.
•    Pribadi tersebut menerima seluruh pengalaman tanpa merasakan ancaman atau kecemasan.
Pribadi bermasalah:
•    Adanya ketidakseimbangan/ketidaksesuaian/inkongruensi antara pengalaman organismik dan self yang menyebabkan individu merasa cemas dan mengalami malasuai.
•    cenderung bertingkah laku defensif dan cara berfikir menjadi sempit dan kaku.
Tujuan konseling    •    Menolong individu mendapatkan pengertian yang terus menerus dari pada mekanisme penyesuaian diri mereka sendiri.
•    Membentuk kembali struktur kepribadian konseli dengan jalan mengembalikan hal-hal yang tak disadari menjadi sadar kembali, dengan menitikberatkan pada pemahaman dan pengenalan pengalaman-pengalaman masa anak-anak, terutama usia 2-5 tahun, untuk ditata, disikusikan, dianalisis dan ditafsirkan sehingga kepribadian konseli bisa direkonstruksi lagi.
•    Membentuk struktur watak melalui : a. menyadari ketidak sadaran b. memperkuat ego.
•    Mencapai pemahaman (insight).
•    Untuk merekonstruksi kepribadian dasar.
•    Untuk membantu konseli menghidupkan kembali pengalaman masa kecil dan mengemukakan konflik yang ditekan.
•    Untuk memperoleh kesadaran intelektual.    •    Menciptakan suasana yang kondusif bagi klien untuk mengeksplorasi diri sehingga dapat mengenal hambatan pertumbuhannya .
•    Membantu klien agar dapat bergerak ke arah keterbukaan, kepercayaanyang lebih besar kepada dirinya,keinginan untuk menjadi pribadi yang mandiri dan meningkatkan spontanitas hidupnya.
•    menyediakan iklim yang aman dan percaya dalam pengaturan konseling sedemikian sehingga konseli, dengan menggunakan hubungan konseling untuk self-exploration, menjadi sadar akan blok/hambatan ke pertumbuhan.
•    Konseli cenderung untuk bergerak ke arah lebih terbuka, kepercayaan diri lebih besar, lebih sedia untuk meningkatkan diri sebagai lawan menjadi mandeg, dan lebih hidup dari standard internal sebagai lawan mengambil ukuran eksternal untuk apa ia perlu menjadi.

Hubungan konselor dan konseli    •    Transferensi (terjadi apabila konseli melakukan pendekatan pada konselor).
•    Kontertranferensi (istilah yang mengacu pada kebutuhan konflik yang belum terpecahkan dan reaksi irasional yang konselor miliki kearah yang sedang ditangainya).
•    Apabila konselor berhasil mengelola secara positif transferensi konseli dan meongontrol kemungkinan adanya kontertranferensinya.
•    Konselor netral / anonim dan konseli mengembangkan proyeksi kepada konselor. Pusatnya pada mengurangi resistensi dan mengembangkan tranferensi.    •    Dua orang berada dalam hubungan psikologis.
•    Orang pertama disebut client, ada dalam keadaan tidak selaras, peka dan cemas.
•    Orang kedua disebut terapis, ada dalam keadaan selaras atau terintegrasi dalam berhubungan.
•    Terapis merasakan perhatian positif tak bersyarat terhadap client.
•    terapis merasakan pengertian yang empatikterhadap kerangka acuan internal client dan berusaha mengkomunikasikan perasaannya ini kepad terapis.
•    Komunikasi pengertian empatik dan rasa hormat yang positif tak bersyarat dari terapis kepada client setidak-tidaknya dapat dicapai.
Karakteristik konselor dan konseli    Karakteristik konselor:
•    Bersikap anonim / “blank screen” mengambil peran dan berusaha netral.
•    Membina hubungan kerja.
•    Mendengarkan dan memperhatikan.
•    Menginterprestasikan.
•    Mengajarkan.
Karakteristik konseli:
•    Kepekatan (baik bagi kondisi diri sendiri/terhadap kondisi yang dilaksanakan konselor).
•    Kegiatan asosiasi bebas (klien mengatakan apa saja yang muncul / terkemuka dalam pikiran dan perasaannya.
•    Klien mengalami kemajuan bertahap selama terapi.    Karakteristik konselor:
•    Terapis bersikap tulus dan kongruen dalam hubungan itu.
•    Terapis merasakan penerimaan tanpa syarat terhadap kliennya.
•    Terapis memiliki pemahaman empatik terhadap pola pikir klien.
•    Konselor mau menjadi pendengar yang aktif.
•    Mampu menciptakan hubungan baik dengan konseli.
•    Konselor mampu meluangkan waktunya, karena konseling non-direktif memakan waktu yang lama.
Karakteristik konseli:
•    Memiliki sifat agresif, terbuka, mau berterus terang, dan mau mengemukakan masalahnya
Peran dan fungsi konselor    Peran konselor:
•    Sebagai guru.
•    Sebagai interpretor.
•    Sebagai analisator.
•    Sebagai penampung ungkapan / pendengar aktif.
•    Konselor bersikap anonim, artinya konselor berusaha tak dikenal konseli, dan bertindak sedikit sekali memperlihatkan perasaan dan pengalamannya, sehingga konseli dengan mudah dapat memantulkan perasaannya untuk dijadikan sebagai bahan analisis.
Fungsi konselor:
•    Berusaha membantu konseli dalam encapaikesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal.
•    Menangani kecemasan secara realistis.
•    Memperoleh kendali atas tingkah laku yang implisit dan irasional.
•    Mendorong pemindahan perasaan.    Peran konselor:
•    Pada dasarnya terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai alat untuk mengubah. Dengan menghadapi klien pada araf pribadi ke pribadi, maka "peran" terapis adalah tanpa peran.
•    terapis harus bersedia menjadi nyata dalarn hubungan dengan klien terapis menghadapi klien berlandaskan pengalaman dari saat ke saat dan membantu klien dengan kategori diagnostik yang telah dipersiapkan.
Fungsi konselor:
•    membangun suatu iklim terapeutik yang menunjang pertumbuhan klien.

Tahap-tahap konseling    •    Menciptakan hubungan kerja dengan konseli.
•    Tahap krisis bagi konseli yaitu kesukaran dalam mengemukakan masalahnya dan melakukan transferensi.
•    Tilikan terhadap masa lalu konseli terutama pada masa kanak-kanaknya.
•    Pengembangan reesitensi untuk pemahaman diri.
•    Pengembangan hubungan transferensi konseli dengan konselor.
•    Melanjutkan lagi hal-hal yang resistensi.
•    Menutup wawancara konseling.    •    Konseli datang sendiri kepada konselor atas kemauan sendiri, dapat juga datang atas suruhan orang lain.
•    Situasi konseling sejak awal harus menjadi tanggung jawab konseli, untuk itu konselor harus menyadarkan konseli.
•    Konselor me,beranikan diri agar konseli mampu mengemukakan perasaan-perasaannya, untuk itu konselor harus bersikap normal, mau menerima konseli apa adanya, dan bersahabat.
•    Konselor menerima dan memahami perasaan konseli.
•    Konselor berusaha agar konseli dapat memahami dan menerima keadaan dirinya.
•    Konseli menentukan dan merencanakan pilihan sikap dan tindakan yang akan diambilnya.
•    Konseli merealisasikan pilihan sikap dan tindakannya itu.
Teknik-teknik spesifik    •    Asosiasi bebas, yaitu mengupayakan konseli untuk menjernihkan atau mengikis alam pikirannya dari alam pengalaman dan pemikiran sehari-hari sekarang, sehingga konseli mudah mengungkapkan pengalaman masa lalunya. Konseli diminta mengutarakan apa saja yang terlintas dalam pikirannya.
•    Analisis mimpi, konseli diminta untuk mengungkapkan tentang berbagai kejadian dalam mimpinya dan konselor berusaha untuk menganalisisnya. Teknik ini digunakan untuk menilik masalah-masalah yang belum terpecahkan. Proses terjadinya mimpi adalah karena pada waktu tidur pertahanan ego menjadi lemah dan kompleks yang terdesak pun muncul ke permukaan. Menurut Freud, mimpi ini ditafsirkan sebagai jalan raya mengekspresikan keinginan-keinginan dan kecemasan yang tak disadari.
•    Interpretasi, yaitu mengungkap apa yang terkandung di balik apa yang dikatakan konseli, baik dalam asosiasi bebas, mimpi, resistensi, dan transferensi konseli. Konselor menetapkan, menjelaskan dan bahkan mengajar konseli tentang makna perilaku yang termanifestasikan dalam mimpi, asosiasi bebas, resitensi dan transferensi.
•    Analisis resistensi; resistensi berati penolakan, analisis resistensi ditujukan untuk menyadarkan konseli terhadap alasan-alasan terjadinya penolakannya (resistensi). Konselor meminta perhatian konseli untuk menafsirkan resistensi.
•    Analisis transferensi. Transferensi adalah mengalihkan, bisa berupa perasaan dan harapan masa lalu. Dalam hal ini, konseli diupayakan untuk menghidupkan kembali pengalaman dan konflik masa lalu terkait dengan cinta, seksualitas, kebencian, kecemasan yang oleh konseli dibawa ke masa sekarang dan dilemparkan ke konselor.     •    Acceptance.
•    Respect.
•    Understanding.
•    Reassurance.
•    Encouragement.
•    Limited question.
•    Reflection.
Kelemahan    •    Pandangan yang terlalu merendahkan martabat kemanusiaan.
•    Terlalu meminimalkan rasional.
•    Prilaku ditentukan oleh energi psikis adalah sesuatu yang meragukan.
•    Penyembuhan dan psikianalisis terlalu bersifat rasional dalam pendekatannya.
•    Data penelitian kurang banyak mendukung system psikoanalisis.
•    Terlalu banyak menekankan kepada pengalaman masa lalu, hal ini memberikan gambaran seolah–olah tanggung jawab individu berkurang.    •    Terlalu menekankan pada aspek afektif, emosional, perasaan sebagai penentu prilaku, tetapi melupakan faktor ineraktif, kognitif dan rasional.
•    Penggunaan informasi untuk membantu klien, tidak sesuai dengan teori.
•    Tujuan untuk setiap klien yaitu memaksimalkan diri, dirasa terlalu luas, umum dan longgar sehingga sulit untuk menilai setiap individu.
•    Tujuan ditetapkan oleh klien, tetapi tujuan konseling kadang-kadang dibuat tergantung lokasi konselor dan klien.
•    Meskipun terbukti bahwa konseling client centered diakui efektif, tapi bukti-bukti tidak cukup sistematis dan lengkap terutama yang berkaitan dengan klien yang kecil tanggung jawabnya.
•    Sulit bagi konselor untuk benar-benar bersifat netral dalam situasi hubungan interpersonal.
•    Mendengarkan dan peduli saja tidak cukup untuk mengubah diri konseli.
•    Tidak relevan digunakan bagi individu yang tidak memiliki motivasi untuk berubah.
•    Tidak bisa digunakan untuk kasus-kasus berat.
Kelebihan     •    Adanya motivasi yang tidak selamanya disadari.
•    Teori kepribadian dan teknik psikoterapi.
•    Pentingnya masa kanak–kanak dalam perkembangan kepribadian.
•    Model penggunaan interview sebagai alat terapi.
•    Pentingnya sikap non moral pada terapis.
•    Adanya penyesuaian antara teori dan teknik.    •    Pernusatan pada klien dan bukan pada konselor dalam konseling.
•    Idenifikasi dan penekanan hubungan konseling sebagai wahana utama, dalam mengubah kepribadian.
•    Lebih menekankan pada sikap konselor daripada teknik.
•    Memberikan kemungkinan untuk melakukan penelitian dan penemuan kuantitatif.
•    Penanganan emosi, perasaan dan afektif dalam konseling.
•    Konseli lebih bebas  mengekspresikan semua perasaan yang mereka rasakan karena tidak ada penilaian negatif.
•    Individu akan berkembang secara optimal jika mendapatkan unconditional positive regard.
•    Dapat diterapkan dalam berbagai setting kehidupan.
•    Relevan digunakan untuk perspektif multikultural.

Littlre snake pin