Jumat, 13 Januari 2012

MEKANOSME PERTAHANAN EGO



The Id (Das Es) adalah Aspek biologis dan merupakan sistem original, suatu realitas psikis yang sesungguhnya (The true psychic reality) dunia Batin atau subyektif manusia dan tidak memiliki koneksi secara langsung dengan realitas obyektif. The Id berisi hal-hal yang dibawa sejak lahir (unsur-unsur biologis), libido seksualitas, termasuk juga instink-instink organisme.
The Ego (Das Ich) adalah aspek psikologis karena adanya kebutuhan sinkronisasi (gateway) antara kebutuhan Id dengan realitas dunia eksternal. Ego bertugas untuk menyelesaikan rangsangan lapar dengan kenyataan tentang objek makanan, sehingga prinsip Ego adalah realitas dunia obyektif.
Super Ego (Das Ueber Ich) adalah aspek sosiologis yang merupakan nilai-nilai tradisional sebagaimana ditafsirkan orang tua kepada anak-anaknya berupa perintah-larangan, ganjaran-hukuman, baik-buruk. Prinsip Super Ego adalah internalisasi norma-norma lingkungan yang berupaya untuk menekan dorongan Id.
Energi Id akan meningkat karena rangsangan (impuls) sehingga menimbulkan ketegangan atau pengalaman yang tidak enak dan menguasai Ego agar bertindak secara kongkrit dalam memenuhi rangsangan tersebut sesegera mungkin. Di sisi lain Super ego berusaha untuk menetang dan menguasai Ego agar tidak memenuhi Hasrat dari Id karena tidak sesuai dengan konsepsi Ideal. Dorongan Id yang primitif tersebut bersifat laten pada alam bawah sadar sehingga tidak akan mengendor selama tidak memiliki objek pemuas. Pada taraf-taraf tertentu dorongan ini bisa menjadi distruktif dengan penyimpangan-penyimpangan perilaku.
Ego berdiri di tengah-tengah kekuatan dahsyat kebutuhan biologis dan norma. Ketika terjadi konflik di antara kekuatan-kekuatan ini, ego merasa terjepit dan terancam, serta merasa seolah-olah akan lenyap dan tidak berdaya digilas kedua kekuatan tersebut. Perasaan terjepit dan terancam ini disebut kecemasan (anxiety), sebagai tanda bagi ego bahwa sedang berada dalam bahaya dan berusaha tetap bertahan.
Ada tiga jenis kecemasan tersebut: Pertama, kecemasan realistik, contohnya melihat seekor ular berbisa dihadapan. Kedua, kecemasan moral, ancaman datang dari dunia Super Ego yang telah terinternalisasi, contohnya rasa malu, rasa takut mendapat sanksi, rasa berdosa. Ketiga, kecemasan neurotik, perasaan takut jenis ini muncul akibat impuls-impuls id.
Ego berusaha sekuat mungkin menjaga kestabilan hubungannya dengan id dan superego. Namun ketika kecemasan begitu menguasai, ego harus berusaha mempertahankan diri. Secara tidak sadar, seseorang akan bertahan dengan cara memblokir seluruh dorongan-dorongan atau dengan menciutkan dorongan-dorongan tersebut menjadi wujud yang lebih dapat diterima konsepsi dan tidak terlalu mengancam. Cara ini disebut mekanisme pertahanan diri atau mekanisme pertahanan ego (Ego Defense Mechanism). Bentuk-bentuk mekanisme pertahanan ego yaitu:
1.    Penolakan
Memblokir peristiwa-peristiwa yang datang dari luar kesadaran. Jika dalam situasi tertentu peristiwa ini terlalu berat untuk ditanggulangi, seseorang hanya perlu menolak mengalaminya. Cara ini adalah cara paling primitif dan berbahaya, karena tidak ada orang yang selamanya mampu lari dan kenyataan. Penolakan biasanya dikombinasikan dengan bentuk mekanisme pertahanan lain yang lebih kukuh.
Suatu keluarga memaksa dilakukan otopsi terhadap anggota keluarganya yang sudah meninggal, hanya karena ingin mengingkari kenyataan bahwa saudaranya itu memang sudah meninggal. Anak-anak melakukan penolakan ketika membayangkan ayahnya yang "jahat" berubah menjadi boneka lucu dan baik, atau mengubah diri sendiri yang penakut menjadi tokoh ”Superman”.
2.    Represi (Repression)
Impuls yang yang diterima oleh Ego dari Id tidak dapat diterima oleh kesadaran karena ada ancaman dari Super Ego, sehingga menimbulkan kecemasan. Untuk menghalau kecemasan tersebut, Ego menekan impuls tersebut ke alam bawah sadar. Dengan kata lain seseorang berusaha sekuat mungkin untuk melupakan dorongan yang harus dipuaskan sebagai sesuatu yang tidak pernah ada. Mekanisme represi secara tidak sadar menekan pikiran keluar pikiran yang mengganggu, memalukan dan menyedihkan dirinya, dari alam sadar ke alam tak sadar.
Begitu seseorang melakukan represi, maka selamanya tidak akan terhapuskan dan bersifat laten. Represi merupakan mekanisme pertahanan ego yang berbahaya sekaligus menjadi bentuk paling umum dipakai.
Bila seseorang bersama-sama dengan saudaranya mengalami sesuatu kecelakaan dan saudaranya kemudian meninggal maka oia merasa “lupa” terhadap kejadian tersebut. Dengan cara hynosis atau suntikan Phenobarbital, pengalaman yang direpresi itu dapat dipanggil (di”recall”) dari alam tak sadar kealam sadar.
3.    Asketisisme
Menolak segala kebutuhan. Ini adalah mekanisme pertahanan ego yang paling jarang dikenal orang. Anak-anak pra-remaja, ketika mereka merasa "tersiksa" oleh munculnya dorongan seksual, secara tidak sadar mencoba melindungi diri dengan menolak, bukan hanya dorongan seksual, tapi seluruh bentuk dorongan nafsu.
Bentuk asketisisme yang agak longgar yang dia sebuat sebagai. "pengendalian ego". Seseorang kehilangan minat dan ketertarikannya pada salah satu aspek kehidupan dan memfokuskan perhatian pada aspek lain, demi mengelak dari kenyataan. Seorang remaja pria yang takut dipermalukan dalam tim sepak bola akan memaksakan diri untuk menyukai puisi. Pria/wanita menempuh jalan hidup pendeta/ulama sebagai penolakan dari realitas dorongan seksualitas yang dimilikinya tinggi.
4.    Isolasi
Disebut juga dengan intelektualisasi. Mekanisme dengan cara mengalihkan emosi dan kenangan yang menakutkan. Sebuah keluarga yang saling berselisih menjadi tenang dan mampu berkumpul bersama karena kondisi darurat, namun setelah keadaan pulih, mereka kembali bercerai berai. Orang cenderung merasa dekat kalau ada salah satu anggota keluarga yang meninggal. Para dokter dan perawat bersikap ramah dan hangat kepada pasien untuk menutupi rasa jijik pada darah dan luka pasien yang dirawat. Remaja pengemar film horor akan sering tampil ke hadapan orang banyak yang tujuan sebenarnya adalah menghilangkan rasa takutnya sendiri.
5.    Penggantian
Mekanisme dengan mengalihkan ke target pengganti. Jika seseorang merasa nyaman dengan hasrat dan nafsu yang dirasakan, tapi orang lain yang akan dijadikan sasaran perasaan tersebut malah merasa terancam, maka orang tersebut dapat mengganti dengan orang lain atau benda lain yang dijadikan target simbolik.
Seorang anak membenci ibunya akan menekan perasaan itu, tapi juga mengarahkannya pada yang lain, misalnya, wanita secara umum. Orang yang tidak merasa nyaman dengan hasrat seksualnya dengan orang lain melampiaskan dengan boneka.
6.    Melawan Diri Sendiri
Bentuk mekanisme penggantian yang paling khusus, di mana seseorang menjadikan diri sendiri sebagai target pengganti. Biasanya sebagai target melampiaskan rasa benci, marah dan keberingasan. Mekanisme ini dapat menjelaskan perasaan minder, bersalah dan depresi akibat kemarahan yang ditahan.
Seorang anak yang dimarahi orang tua akan memukul-mukul kepalanya sendiri karena tidak mungkin dan sangat berbahaya jika memukul orang tuanya yang sedang marah tersebut.
7.    Proyeksi
Sumber-sumber ancaman adalah dari dunia luar dan bukan bersumber pada impuls-impuls primitifnya. Pengubahan menjadi lebih mudah karena ketakutan neurotis dan ketakutan moral itu kedua-duanya bersumber dari dunia luar. Proyeksi memiliki tujuan rangkap yaitu mengurangi ketegangan dan alasan-alasan (yang sebenarnya pura-pura) mempertahankan diri agar dalam posisi aman.
Dalam proyeksi seseorang mengatakan: ”Dia membenci saya” sebagai pengganti ”Saya membenci dia”. Seorang suami yang baik dan jujur merasa tertarik dengan wanita tetangga. Tapi dia tidak menyadari atau mengakui apa yang dirasakan, namun malah menuduh istrinya selingkuh dengan pria lain.
8.    Tawanan Altruistik
Seseorang berusaha memenuhi kebutuhannya semaksimal mungkin, tapi dengan memanfaatkan orang lain. Contoh dari mekanisme ini adalah orang yang berusaha keras membuat orang lain bersahabat dan menjalin hubungan permanen. Sehingga dapat memanfaatkannya dengan maksimal.
9.    Pembentukan Reaksi
Penggantian impuls-impuls atau perasaan yang membuat kecemasan menjadi lebih aman dan tidak berbahaya. Mekanisme ini adalah mengubah dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima menjadi kebalikannya (dapat diterima). Perasaan benci diganti dengan perasaan cinta.
Seorang anak marah pada ibunya akan berubah secara dramatis menjadi sangat baik dan patuh. Anak yang dimarahi itu mungkin malah lari dan memeluk ibunya. Seseorang yang tidak bisa menerima dorongan homoseksual dalam dirinya akan berubah menjadi penentang gerakan gay. Seorang koruptor yang terlihat aktif mendukung gerakan Anti korupsi. Anak perempuan akan menceritakan betapa jeleknya kaum pria, sementara itu perasaan yang sebenarnya bukan begitu (berpura-pura). Seorang suami yang membenci istrinya, membelikan hadiah ulang tahun.
10.    Penghapusan
Mekanisme ini mencakup ritual yang bertujuan menghapus pikiran atau perasaan yang tidak mengenakkan. Tindakan-tindakan yang bersifat melupakan, atau tindakan meminta maaf, tapi tindakan melupakan ini tidak disadari sama sekali.
Seorang ayah pemabuk, memberikan hadiah berlimpah untuk anak-anaknya saat hari raya. Ketika suasana hari raya habis, dan anak-anak telah terkecoh dengan tipuan, dia kembali lagi pada kebiasaannya mabuk-mabukan, kemudian bercerita pada orang lain betapa keluarganya tidak memiliki rasa terima kasih sama sekali atas kebaikan ayahnya.
11.    Introjeksi (Identifikasi)
Mekanisme dengan membawa kepribadian orang lain masuk ke dalam diri sendiri, karena dengan begitu dapat menyelesaikan masalah perasaan yang mengganggunya. Mekanisme ini sangat penting dalam teori kepribadian Psikoanalisa sebagai mekanisme yang dibentuk oleh Super Ego.
Anak-anak remaja sering mengidentifikasi diri dengan bintang-bintang favorit, musisi, artis, atlet, dan sebagainya, untuk meneguhkan identitas diri. Mekanisme identifikasi secara ekstrim, yaitu seorang wanita setelah suaminya meninggal, dia mulai memakai pakaian suaminya, yang tentu saja tidak pantas. Kemudian mengerjakan kebiasan-kebiasaan mendiang ketika hidup, seperti merokok. Para tetangga mengatakan tingkahnya aneh dan harus dihentikan, namun wanita tidak menghiraukan. Perilaku aneh ini berakhir dengan sendirinya setelah menikah lagi.
12.    Identifikasi Pada Penyerang
Mekanisme introjeksi yang terfokus pada pengadopsian. Pada saat Sindrom Stockholm terjadi, para tawanan tidak marah dengan penangkapan mereka, tapi malah memiliki rasa simpati yang besar kepada pembajak pesawat.
13.    Regresi
Mekanisme dengan kembali ke masa-masa perkembangan yang telah dilewati, di mana seseorang mengalami tekanan psikologis. Ketika seseorang menghadapi kesulitan atau kecemasan, perilaku sering menjadi kekanak-kanakan atau mundur seperti di masa lalu pada saat mengalami kenyamanan. Seorang anak akan menghisap jempolnya lagi atau ngompol di kasur seperti pada masa balita, saat dibawa ke dokter untuk disuntik. Anak remaja putera tersenyum malu-malu saat akan dibawa ke sebuah kegiatan yang melibatkan remaja putri. Seorang mahasiswa membawa mainan masa kecilnya ke asrama.
Mekanisme regresi muncul pada saat mengalami frustasi karena kesulitan dalam menghadapi fase-fase perkembangan kelanjutan. Proses regresi biasanya ditentukan oleh fiksasi yang telah dialami lebih dahulu. Beberapa pendapat mengatakan bahwa regresi dan fiksasi lebih tepat disebut sebagai infantilisme.
14.    Rasionalisasi
Mekanisme rasionalisasi adalah usaha distorsi kognitif terhadap "kenyataan" dengan tujuan kenyataan tersebut tidak lagi akan memberi kecemasan. Mencoba memaafkan diri sendiri dan kesalahan dengan menyalahkan orang lain.
Setiap bentuk pertahanan diri adalah kebohongan, bahkan saat melakukannya secara tidak sadar. Namun, kenyataan tersebut tidak mengurangi bahaya yang terkandung, bahkan cenderung menambah. Kata pepatah, "Kebohongan akan melahirkan kebohongan". Seseorang akan terus-menerus lari dari realitas. Untuk sementara waktu Ego memang bisa mengendalikan tuntutan-tuntutan Id dan lebih memperhatikan Super Ego, namun pada akhirnya kecemasan pasti akan mendatangi, dan saat itulah kejiwaan akan tertekan.
15.    Sublimasi
Seseorang tidak akan membiarkan dirinya menderita seumur hidup. Para Neo-Freudian melihat bahwa mekanisme pertahanan dapat digunakan secara positif, namun Freud mengatakan hanya ada satu pertahanan yang positif, yaitu sublimasi. Mengubah berbagai impuls yang tidak diterima, seperti dalam bentuk seks, agresifitas, ketakutan atau bentuk lainnya, ke dalam bentuk-bentuk yang bisa diterima secara sosial. Orang yang selalu cemas di dunia mungkin akan jadi seorang pemimpin, pengusaha atau ilmuwan. Orang yang memiliki hasrat seksual tinggi akan menjadi seniman, fotografer atau novelis. Pandangan Freud bahwa seluruh bentuk aktivitas positif dan kreatif adalah hasil mekanisme sublimasi, terutama hasrat seksual.
16.    Supresi
Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan yang sengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya. Rasa tidak nyaman dirasakan tetapi ditekan. Perlu dibedakan dengan represi, karena pada supresi seseorang secara sadar menolak pikirannya keluar alam sadarnya dan memikirkan yang lain. Dengan demikian supresi tidak begitu berbahaya terhadap kesehatan jiwa, karena terjadinya dengan sengaja, sehingga ia mengetahui apa yang dibuatnya.
17.    Pengelakan atau salah pindah (Displacement)
Terjadi apabila kebencian terhadap seseorang dicurahkan atau “dielakkan” kepada orang atau obyek lain yang kurang membahayakan. Seseorang yang dimarahi oleh atasannya  dielakkan atau dicurahkan kepada istri, anaknya atau pembantunya. Kritik yang distruktif dan desus-desus (gossip) sebagai pembalas dendam merupakan cara yang terselubung dalam menyatakan perasaan permusuhan.
18.    Simbolisasi
Simbolisasi merupakan suatu mekanisme apabila suatu ide atau obyek digunakan untuk mewakili ide atau obyek lain, sehingga sering dinyatakan bahwa simbolisme merupakan bahasa dari alam tak sadar. Menulis dengan tinta merah merupakan symbol dari kemarahan. Demikian pula warna pakaian, cara bicara, cara berjalan, tulisan dan sebagainya merupakan simbol-simbol yang tak disadarai oleh orang yang bersangkutan.


19.    Konversi
Konversi merupakan proses psikologi dengan menggunakan mekanisme represi, identifikasi, penyangkalan, pengelakan dan simbolis. Suatu konflik yang berakibat penderitaan afek akan dikonversikan menjadi terhambatannya fungsi motorik atau sensorik dalam upayanya menetralisasikan pelepasan afek. Dengan paralisis atau dengan gangguan sensorik, maka konflik dielakkan dan afek ditekan. Hambatan fungsi merupakan symbol dari keinginan yang ditekan. Seringkali konversi memiliki gejala atas dasar identifikasi.
20.    Kompensasi
Kompensasi merupakan upaya untuk menutupi kelemahan dengan menonjolkan sifat yang diinginkan atau pemuasan secara frustasi dalam bidang lain. Kompensasi ini dirangsang oleh suatu masyarakat yang bersaing. Karena itu yang bersangkutan sering membandingkan dirinya dengan orang lain. Misalnya karena kurang mampu dalam pelajaran di sekolah dikompensasiakan dalam juara olah raga atau sering berkelahi agar ditakuti.
21.    Pelepasan (Undoing)
Pelepasan merupakan upaya untuk menembus sehingga dengan demikian meniadakan keinginan atau tindakan yang tidak bermoral. Contohnya, misalnya seorang pedagang yang kurang sesuai dengan etika dalam berdagang akan memberikan sumbangan sumbangan besar untuk usaha social.
22.    Penyekatan Emosional (Emotional Insulation)
Penyekatan emosional akan terjadi apabila seseorang mempunyai tingkat keterlibatan emosionalnya dalam keadaan yang dapat menimbulkan kekecewaan atau yang menyakitkan. Sebagai contoh, melindungi diri terhadap kekecewaan dan penderitaan dengan cara menyerah dan menjadi orang yang menerima secara pasif apa saja yang terjadi dalam kehidupan.
23.    Pemeranan (Acting out)
Pemeran mempunyai sifat yaitu dapat mengurangi kecemasan yang dibangkitkan oleh berbagai keinginan yang terlarang dengan membiarkan ekspresinya dan melakukannya. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak dilakukan. Kecuali bila orang tersebut lemah dalam pengendalian kesusilaannya. Dengan melakukan perbuatan tersebut, maka akan dirasakan sebagai meringankan agar hal tersebut cepat selesai.
24.    Fiksasi
Dalam menghadapi kehidupannya individu dihadapkan pada suatu situasi menekan yang membuatnya frustrasi dan mengalami kecemasan, sehingga membuat individu tersebut merasa tidak sanggup lagi untuk menghadapinya dan membuat perkembangan normalnya terhenti untuk sementara atau selamanya. Dengan kata lain, individu menjadi terfiksasi pada satu tahap perkembangan karena tahap berikutnya penuh dengan kecemasan. Individu yang sangat tergantung dengan individu lain merupakan salah satu contoh pertahan diri dengan fiksasi, kecemasan menghalanginya untuk menjadi mandiri. Pada remaja dimana terjadi perubahan yang drastis seringkali dihadapkan untuk melakukan mekanisme ini.
25.    Fantasi
Dengan berfantasi pada apa yang mungkin menimpa dirinya, individu sering merasa mencapai tujuan dan dapat menghindari dirinya dari peristiwa-peristiwa yang tidak menyenangkan, yang dapat menimbulkan kecemasan dan yang mengakibatkan frustrasi. Individu yang seringkali melamun terlalu banyak kadang-kadang menemukan bahwa kreasi lamunannya itu lebih menarik dari pada kenyataan yang sesungguhnya. Tetapi bila fantasi ini dilakukan secara proporsional dan dalam pengendalian kesadaraan yang baik, maka fantasi terlihat menjadi cara sehat untuk mengatasi stres, dengan begitu dengan berfantasi tampaknya menjadi strategi yang cukup membantu
26.    Intelektualisasi
Apabila individu menggunakan teknik intelektualisasi, maka dia menghadapi situasi yang seharusnya menimbulkan perasaan yang amat menekan dengan cara analitik, intelektual dan sedikit menjauh dari persoalan. Dengan kata lain, bila individu menghadapi situasi yang menjadi masalah, maka situasi itu akan dipelajarinya atau merasa ingin tahu apa tujuan sebenarnya supaya tidak terlalu terlibat dengan persoalan tersebut secara emosional. Dengan intelektualisasi, manusia dapat sedikit mengurangi hal-hal yang pengaruhnya tidak menyenangkan bagi dirinya, dan memberikan kesempatan pada dirinya untuk meninjau permasalah secara obyektif.

Daftar pustaka:
1.    Santrock, J. W. (2002). Life-span development perkembangan masa hidup (Jilid 1, edisi kelima). Alih bahasa : Achmad Chusairi & Juda Damanik. Jakarta : Penerbit Erlangga
2.    http://indonesiaindonesia.com/f/76497-mekanisme-pertahanan-ego-psikoanalisa-sigmund-freud/
3.    http://yumizone.wordpress.com/2009/08/06/the-mechanisms-of-defense-mekanisme-pertahanan/

Littlre snake pin