Sabtu, 02 Juli 2011
GAYA KEPEMIMPINAN KELOMPOK
presented by eukaristia at 11.42Gaya yang ditunjukkan aeorang pemimpin kelompok mempunyai dampak yang langsung kepada perilaku anggota kelompok (sampson & marthas, 1981). Pemimpin kelompok yang selalu menyatakan kepada anggota kelompoknya mengenai hal apa yang harus dikerjakan, akan dapat segera menyelesaikan tugaasnya jika didukung oleh kemampuan fleksibilitas dan inovasi anggotanya. Pemimpin kelompok paling efektif adalah pemimpin kelompok ynag serba bisa (kottler, 1994). Mengubah pola kepemimpinannya sesuai dengan maksud kelompok dan keanggotaannya.
1. Kepemimpinan interpersonal versus kepemimpinan intrapersonal
Gaya interpersonal dari kepemimpinan kelompok terfokus kepada transaksi antara individu didalam kelompok tersebut, sedangkan gaya intrapersonal dari kepemimpinan kelompok terkonsentrasi kepada reaksi individu dalam kelompok tersebut. Kedua gaya kepemimpinan tersebut mempunyai tempat tersendiri dalam sebuah kelompok, dan pemimpin kelompok yang efektif menggunakan kedua gaya tersebut secara bersamaan.
2. Kepemimpinan yang terpusat ke pemimpin versus kepemimpinan yang terpusat ke kelompok
Sebuah kelompok yang terpusat ke pemimpin adalah gaya otokratik dan pemimpinnya memberikan instruksi kepada para pengikutnya dengan cara yang “benar”. Kelompok yang terpusat ke pemimpin adalah gaya yang berdasarkan kepatuhan dari para pengikutnya. Kelompom ynag terpusat ke kelompok terfokus kepada anggota dan interpersonalnya. Pemimpin yang menerapkan gaya pendekatan ini kepada sebuah kelompok akan memudahkan kondisi-kondisi “meningkatkan kesadaran diri dan pilihan-pilihan untuk mengembangkan sang guru dudalamnya”.
Kebanyakan kelompok yang terpusat pada pemimpin memberikan tekanan yang kuat kepada kepribadian seorang individu an memberikan orang tersebut kekuatan dan kepercayaan yang sangat besar. Pada kelompok ini, ada kekacauan ketika pemimpin kelompok yang diakui tidak hadir. Sebaliknya sebuah kelompok yang berpusat ke kelompok menekankan para anggotanya.
3. Memilih sebuah gaya kepemimpinan
Memilih sebuah gaya kepemimpinan tergantung oleh banyak faktor, diantaranya kepribadian pemimpin dan tujuan kelompok tesebut. Lewin memperkenalkan tiga dasar gaya kepemimpinan kelompok, yaitu otoriter, demokratis, dan laissez-faire.
Pemimpin kelompok otoriter menganggap diri mereka sendiri sebagai hali. Mereka yakin bahwa merekan sendiri mengerti dinamika kelompok dan oleh karena itu, mampu menjelaskan perilaku kelompok dan individu dengan cara yang paling tepat. Pemimpin ini berimpretasi, memberi saran, dan biasanya mengarahkan pergerakan kelompok. Pemimpin otoriter sering kali karismatik dan manipulatif (McClure, 1994). Permintaan mereka patuhi dan harapan mereka dipenuhi. Sering kali mereka menggunakan model roda yang seluruh informasi disaing lewat mereka, dan mereka memutuskan informasi apa yang perlu dibagikan kepada kelompoknya.
Pemimpin kelompok demokratis adalah pemimpin yang lebih terpusat kepada kelompoknya dan tidak diarahkan. Mrnurut Carl Rogers, pemimpin melakukan kepemimpinannya dari perspektifnya dan mempercayai anggotaa kelompok untuk mengembangkan potensi diri mereka sendiri dan anggota kelompok yang lainnya. Pemimpin ini berlaku sebagai fasilitator proses kelompok dan bukan sebagai pengatur kelompok tersebut. Mereka bekerja sama, berkolaborasi, dan membagi tanggung jawab dengan kelompoknya. Mereka yang terlihat dengan perspektif ini lebih terlihat manusiawi dan lebih berorientasi fenomenologi.
Pemimpin laissez-faire adalah gaya kepemimpinan yang gagal menyediakan struktur apapun kepada kelompoknya. Para anggota ditinggalkan begitu saja dengan tanggung jawab untuk memimpin dan mengarahkan. Beberapa pemimpin kelompok yang tak berpengalaman memilih gaya ini dalam usahanya agar tidak terancam, sedangkan tang lain memilih gaya ini untuk menghindari keputusan yang sulit dan oleh karena itu akan meningkatkan popularitas mereka. Namun demikian, pemimpin kelompok yang ketiga yakin bahwa gaya kepemimpinan ini sangat tepat karena segalanya tak terstruktur dan kelompok itu harus benar-benar bertanggung jawab sendiri dari awal. Sayangnya, banyal pemimpij kelompok laissez-faire dan anggota kelompok-kelompoknya tidak mendapatkan apapun karena tak ada maksud dan tujuan yang jelas yang biasanya disuarakan dalam kelompok semacam itu.
4. Kelompok tanpa pemimpin dan para pemimpin
Salah satu kelompok tanpa pemimpin adalah kelompok membantu-diri. Di dalam kelompok ini, pemimpin muncul begitu kelompoknya berkembang. Pada beberapa bentuk kelompok ini, gaya kepemimpinan sejawat tersebut berjalan dengan sangat baik. Para pemimpin yang non-profesional berkembang ketika kelompoknyya dalam kemajuan. Mereka biasanya berhenti menciptakan gaya kepemimpinan yang dirasa tak lagi sesuai dengan mereka lagi. Meskipun beberapa pemimpin dari kelompok tanpa pemimpin ini efektif, tetap pendekatan ini pada dasarnya dikembangkan melalui trial and error, pendekatan ini bisa saja destruktif dan bisa juga konstruktif.
5. Gaya kepemimpinan untuk kelompok-kelompok berbeda
Jenis kelompok yang berbeda-beda membutuhkan gaya kepemimpinan yang spesifik (kottler, 1994). Pada model kepemimpinan Hersey dan Blanchard, para pemimpin memilih suatu tekanan tergantung bagaimana orangnya atau bagaimana orientasu tugasnya. Pada kenyataannya, kebanyakan para pemimpin kelompok akan mempertimbangkan kedua aspek dari sebuah kelompok. Orientasi mereka untuk bekerja sama dengan kelompok akan berdasarkan kepada kepribadian maupun keterampilan. Namun demikian, pada semua jenis kelompok para pemimpin kelompok harus membiasakan diri dan memanfaatkan “mekanisme inti dari proses kelompok dan perubahan” (polcin, 1991:10). Mekanisme-mekanisme inti dari kepemimpinan kelompok merupakan simulasi yang emosional, kepedulian penjelasan makna, dan fungsi eksekutif. Mekanisme-mekanisme ini pertama kali dijabarkna oleh Lieberman, Yalom, dan Miles (1973) yang membedakan faktor-faktor sentral yang universal ini dari sebuah kelompok ynag berorientasi kepada pemimpin.
Pada semua jenis kelompok yang berbeda-beda, para pemimpin harus meningkatkan pemerataan level efektif. Perasaan seperti halny apemikiran perlu diekspresikan. Selain itu pula, para pemimpin kelompok harus menunjukkan kepeduliannya melalui keterbukaannya dan kejujurannya kepada para anggota kelompok. Penjelasan makna mengacu pada kemampuan pemimpin untuk menjelaskan kepada anggota kelompok dengan cara yang kognitif mengenai apa yang tengah terjadi di dalam kelompok tersebut.
6. Kualitas personal pada pemimpin kelompok yang efektif
Sikap pemimpin kelompok menyatakan kualitas personal dirinya kepada kelompoknya, termasuk cara-cara yang lebih disukai dalam merasakan dunia dan pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan pribadi seseorang dan orang lain. Para pemimpin kelompok harus menanyakan diri mereka sendiri kepada anggota kelompoknya.
Cara menanyakan pertanyaan, seperti halnya cara memberikan jawaban, merupakan bagian yang kuat didalam menentukan bagaimana kualitas personal orang tersebut menerjemahkannya kedalam kepemimpinan. Kualitas personal dari pemimpin kelompok yang efektif secara sederhana telah dijelaskan melalui pengkajian cara kepribadiannya maupun melalui keterampilan ynag pernah mereka pelajari. Para pemimpin kelompok yang efektif mungkin memanfaatka prinsip kepribadian diri dan pengetahuan mereka yang terkuat serta mengkombinasikannya dengan pengalaman didalam memimpin kelompoknya.
7. Fungsi kepemimpinan kelompok
Seorang pemimpin kelompok yang efektif harus mampu berfungsi dengan berbagai cara dalamwaktu yang berbeda-beda. Pengalaman, diserrtai pelatihan memungkinkan pemimpin menjalankan cara semacam ini. Masing-masing keterampilan mempunyai fungsi yang berbeda-beda dan keterampilan yang tepat diterapkan oleh para pemimpin pada berbagai tahapan kelompok. Pada permulaan sebuah kelompok, seorang pemimpin mungkin lebih banyak berfungsi aktif dan langsung dibandingkan tahapan pertengahan proses kelompok ketika para anggota kelompok sibuk dengan aktivitas mereka masing-masing. Untuk mengakhiri sebuah kelompok dengan tepat membutuhkan keterampilan tambahan bagi pemimpin.
Ada fungsi muatan dan proses yang keduanya harus pemimpin lakukan selama melangsungkan hidup kelompok tersebut. Fungsi muatan meliputi kata-kata dan gagasan yang aktual yang bergantian antara pemimpin dan anggota kelompok, pemimpin harus berkonsentrasi pada potensi mitos dan miskonsepsi mengenai kelompok (Childers &Couch, 19890. Begitu kelompok berkembang, biasanya membutuhkan waktu yang singkat untuk materi muatan, dan labih banyak waktu digunakan untuk fungsi-fungsi proses.
Fungsi-fungsi proses merupakan serangkaian peristiwa yang dapat dikenali yang dapat mempengaruhi perkembangan sebuah kelompok (Johnson &Johnson, 1991). Para pemimpin kelompok lebih terfokus kepada proses dan pencapaian tujuan proses begitu kelompok tersebut berlanjut karena interaksi dan peristiwa di dalam dan diantara anggota kelompok menentukan apakah tujuan kelompok tercapai atau tidak. Dengan kata lain, dimensi-dimensi interpersonal sebuah kelompok tetap dianggap penting ketika kelompok tersebut bergerak ke arah tujuannya.
8. Fungsi utama pemimpin kelompok
Pemimpin bertindak dengan cara-cara tertentu di dalam kelompok entak itu berorientasi pada hubungan, bendidikan, maupun berorientasi pada tugas atau pekerjaan. Bates dkk (1981) mencirikan empat fungsi utama yang perlu ditunjukkan oleh pemimpin kelompok pada berbagai kesempatan, yaitu:
a. Sebagai pengatur lalu lintas
Sebagai seorang pengatur lalu lintas, pemimpin tersebut “harus membantu anggotanya untuk menyadari perilaku-perilaku yang membuka komunikasi dan perilaku yang menimbulkan komunikasi” (Bates dkk, 1982:96). Peran tersebut proaktif dan juga reaktif di dalam mencegah perilaku tertentu dan meingkatkan hal yang lainnya.
b. Sebagai model perilaku yang sesuai
Sebagai sebuah model perilaku yang sesuai, pemimpin harus mengambil dan memilih tindakan yang menurut mereka harus dipelajari oleh anggota kelompok melalui demonstrasi aktif maupun pasif. Cara memberikan model ini bisa berupa penggunaan pengungkapan diri, permainan drama, pola ceramah, dan tindakan kreatif (kottler, 1994).
c. Sebagai katalisator interaksi
Peran sebagai katalisator interaksi menginginkan pemimpin tersebut meningkatkan interaksinya antara anggota kelompok tanpa menarik perhatian mereka sendiri. Ini merupakan proses fungsional yang berkelanjutan melalui kelompok dan bisa dalam berbagai bentuk.
d. Sebagai fasilitator komunikasi
Sebagai seorang fasilitator komunikasi, pemimpin kelompok mencerminkan isi dan perasaan anggotanya dan mengajari mereka melakukan kegiatan sebagaimana mestinya. Proses ini terfokus pada kata-kata dan emosi dibalik komunikasi tersebut.
9. Konflik pemimpin dan kelompok
Selain empat fungsi yang telah dijelaskan tadi, pemimpin kelompok juga harus dapat menjalankan fungsi manajemen konflik. Tampilnya konflik adalah hal yang normal di dalam sebuah kelompok dan pada umumnya lazim pada tahapn kelompok tertentu. (Tuckman, 1965). Lima teknik khusus untuk manajemen konflik di dalam kelompok telah dipaparkan oleh Simpson (1977) dan dilengkapi oleh Komanski (1982). Teknik tersebut yaitu:
a. Menarik dari konflik. Strategi ini membuat pemimpin membuat jarak dirinya dari konflik dan menunda intervensi. Ada keuntungan dengan membiarkan pemimpin mendapatkan lebih banyak data dan pengamatan lebih lama tanpa harus melibatkan lebih jauh. Strategi ini juga memungkinkan pemimpin untuk berkonsultasi dan menggunakan strategi penyelesaiannya nanti jika persoalannya tidak terselesaikan. Kerugian pendekatan ini ialah bahwa konflik tersebut dapat meningkat dan penarikan benar-benar tidak efektif berkaitan dengan situasi kritis tersebut.
b. Tekanan konflik. Sebagai sebuah strategi, tekanan merupakan penurunan konflik. Strategi ini dipakai ketika persoalannya kecil. Strategi in tetap membuat emosi dalam kendali dan membantu pemimpin kelompok membangun suasana yang mendukung. Tekanan menjadi sangat efektif ketika persoalan konflik bukanlah hal yang penting atau ketika fokus pada sebuah hubungan merupakan hal yang lebih penting dibandingkan dengan terkonsentrasi pada sebuah persoalan. Kerugian tekanan adalah bahwa strategi ini gagal menghadapi konflik dan memungkinkan terjadinya perasaan yang meledak-ledak yang nantinya akan merusak. Selain itu pula, pemimpin bisa dianggap lemah atau tidak peka ketika mereka menggunakan strategi ini.
c. Menyatukan gagasan yang bertentangan guna membentuk solusi yang baru. Gagasan dibalik penyatuan adalah konsensus (kesepakatan). Dengan memperkuat strategi ini, para pemimpin kelompok berusaha membuat anggota kelompok atau semua pihak mengkaji kembali situasinya dan mengidentifikasikan poin-poin kesepakatan. Tujuannya adalah untuk mengembangkan alternatif-alternatif baru, mempelajari bagaimana cara membuka jalur komunikasi dengan cara yang kebih baik, dan membangun kesatuan dan kemitmen yang terpadu. Kerugian dari pendekatan integrasi ini adalah banyaknya waktu yang diperlukan untuk penerapannya dan keengganan sejumlah individu untuk mengesampingkan pekerjaan dan tujuan mereka sendiri untuk kebaikan kelompoknya.
d. Melakukan kompromi. Dengan metode ini, masing-masing pihak yang terlibat sedikit mengalah untuk mendapatkan bagian yang mereka inginkan dan untuk menghindari konflik. Hasilnya adalah win-win solution (sama rata) dimana perilaku yang kooperatif dan usaha yang kolaboratif dikedepankan. Pendekatan ini sangat efektif ketika sumberdayanya sangat terbatas. Kerugian dari kompromi ini adalah bahwa sejumlah pihak dapat menambah-nambahi keinginan mereka untuk mendapatkan hasil lebih banyak, dan sering kali tindakan yang diambil kurang efektif atau kurang sesuai seperti yang diinginkan.
e. Menggunakan kekuatan untuk mengatasi konflik. Strategi kekuatan mencakup “pembebanan keinginan seseorang kepada orang lain” (Kormanski, 1982:116). Sumber kekuatan bisa bersumber dari status dan kepribadian seseorang. Kekuatan posisi paling sering digunakan ketika ada hubungan yang masih belum akrab antara individu (Hersey, Blanchard, & Natemeyer, 1979). Kekuatan posisi berasal dari gelar status seseorang. Kekuatan personal lebih sering digunakan pada situasi hubungan yang sudah matang. Sumber kekuatan dari situasi semacam ini adalah berasal dari diri individunya dan kemampuan dirinya untuk membujuk orang agar ikut memilih bidang tindakannya. Dengan menggunakan kekuatan, seorang pemimpin mampu mengatasi sebuah persoalan dengan cepat. Namun demikian, menggunakan kekuatan menimbulkan suasana untung-rugi dimana pihak yang dirugikan bisa merasa dendam dan merasa tak berdaya dan dapat menunjukkan pembalasan dendam yang tak kentaramaupun terang-terangan kepada mereka yang beruntung.
Secara keseluruhan, prasyarat untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif ialah mempelajari strategi dan peran apa yang harus dilakukan dan kapan melakukannya. Bagian pengetahuan ini diperoleh dengan teori dan praktek kerja kelompok. Bagian lainnya diperoleh melalui pengalaman.
10. Wakil pemimpin di dalam kelompok
Seorang wakil pemimpin merupakan seseorang profesional yang terlatih yang menjalankan tanggung jawab membagi kepemimpinan sebuah kelompok dengan pemimpin lainnya dengan cara bersama-sama ynag telah disepakati. Penggunaan wakil pemimpin di dalam kelompok sering kali terjadi, khususnya pada kelompok-kelompok dengan jumlah keanggotaan 12 orang atau lebih. Manfaat penggunaan wakil pemimpin kelompok tergantung kepada banyak faktor, termasuk pertimbangan ekonomi, keuntungan bagi kelompoknya, dan kecocokan bagi para pemimpinnya (Vander Kolk, 1985).
Kekuatan yang berhubungan dengan bantuan untuk pemimpin sebuah kelompok, menurut para ahli seperti Corey,dan Corey (1992) serta Jacobs, Harvill, dan Mason (1994) meliputi:
a. Kemudahan dalam menangani kelompok di dalam situasi-situasi yang sulit. Kedua orang pemimpin yang hadir mereka bisa saling membantu untuk memudahkan pergerakan kelompok tersebut dimana salah satu pemimpinnya bisa menggantikan topik atau fokus kelompok tersebut jika pemimpin yang lainya mengalami kebuntuan.
b. Menggunakan model. Dengan adanya wakil pemimpin, anggota kelompok dihadapkan pada dua model interaksi manusia. Mereka melihat bagaimana individu berinteraksi satu sama lain dengan cara yang positif dna bagaimana mereka mampu tak sepaham dan masih bisa bekerja sama.
c. Umpan balik. Apapun persoalan yang dibahas anggota, biasanya mereka menerima dua kali umpan balik pemimpinnya ketika kelompok tersebut dipimpin oleh wakil pemimpinnya. Input ini membantu mereka lebih menyadari bagaimana persoalan tersebut dirasakan oleh orang lain dan memberi mereka pandangan yang berbeda daripada jika mereka melakukan hal yang sebaliknya.
d. Berbagai pengetahuan khusus. Di dalam kelompok yang memiliki wakil pemimpin, ada suatu keuntungan yang utama untuk segala keterkaitan ketika pemimpinnya membagi pelatihan khusus satu sama lain dan dengan kelompoknya. Jenis pembagian ini bisa berasal dari respon terhadap situasi yang terjadi di dalam kelompok.
e. Pertimbangan pragmatis. Pada kelompo yang memakai wakil pemimpin, memungkinkan bagi seorang pemimpin untuk menggantikan pemimpin lainnya jika sebuah sesi kelompok tidak dapat dihadiri karena pertimbangan kesehatan atau pertimbangan profeisional. Keterwakilan memungkinkan kelompok tersebut terus beranjut dan berkembang.
Keterbatasan kelompok yang mempunyai wakil kelompok juga penting untuk dipertimbangkan. Kerugian dengan cara ini bisa menimbulkan potensi yang sangat destruktif (merusak). Disamping tekanan mampu bekerja sebagai sebuah tim pelengkap, kebanyakan waktu kelompok terbuang dalam memainkan kekuatan, perselisihan, dan saling sabotase (kottler, 1983). Keterbatassannya adalah sebagai berikut:
a. Kurangnys usaha koordinasi (Posthuma, 1989; Stockton & Morran, 1982). Derajat dimana sebuah kelompok tumbuh tergantung kepada koordinasi para pemimpinnya. Ketika para pemimpin tidak sejalan pada proses yang terjadi di dalam kelompok tersebut atau menyetujui bahwa mereka ingin memimpin kelompok itu, maka konflik destruktif di dalam kelompok tersebutbisa terjadi, dan hasil di dalam kelompok tersebut menjadi kurang sesuai dengan apa yang diharapkan. Pada situasi semacam ini, pemimpin mungkin mengetahui atau tidak bekerja sesuai tujuan saling-silang.
b. Terlalu terfokus kepada pemimpin. Kehadiran dua pemimpin, khususnya jika keduanya mempunyai kepribadian yang kuat dan terpusat pada pemimpin, akan berlawanan dengan kebaikan yang diinginkan kelompok tersebut karena terlalu banyak perhatian yang terkonsentrasikan kepada pemimpinnya. Salah satu pemimpin juga bisa mendominasi pemimpin yang lainnya dan mendapatkan perhatian untuk peran kepemimpinannya daripada kepada tujuan para anggotanya. Pada kasus semacam ini, pengaruh kedua pemimpin kelompok tersebut pada akhirnya akan berkurang (Alfred, 1992).
c. Kompetisi (Posthuma, 1989; Trotzer, 1989). Kompetisi bisa dilakukan dengan berbagai cara, misalnya, melalui usaha untuk mendapatkan perhatian kelompok dengan menggunakan teori-teori yang berlawanan. Intinya adalah kompetesi di antara para pemimpin kelompok akan berakibat pada bagian efisiensi dan produktivitas kelompok tersebut. Para pemimpin juga bisa kehilangan respek satu sama lain pada suasana seperti ini.
d. Kolusi (Corey dan Corey, 1992). Di dalam proses olusi, seorang wakil pemimpin kelompok mengadakan suatu aliansi informal dengan anggota suatu kelompok guna menunjukkan kualitas yang tidak disukai dari wakil pemimpin lainnya. Hasilnya merupakan limpahan emosi yang tidak diharapkan menjadi pemimpin yang tak berpihak dan memecah kelompok tersebut menjadi fraksi-fraksi.
Secara keseluruhan, ketika para pemimpin memutuskan untuk memimpin sebuah kelompok secara bersama-sama, mereka harus bekerja sebagai sebuah tim. Pendekatan semacam ini membutuhkan persiapan ynag matang, dan pendekatan ini meringankan dan meningkatkan tekanan pada posisinya. Keterwakilan membutuhkan kompetensi pemimpin untuk memulai dan mereka mampu mengeksppresikan tingkat keterampilan fasilitatif yang luas dengan cara yang tepat. Cara ini juga berkeinginan bahwa wakil pemimpin yang konsisten dan tak merasa tersaingi (Stockton &Morran, 1982). Tiga model kelompok utama antara pemimpin dengan wakil pemimpin adalah:
a. Bergantian, yaitu, seorang pemimpin bertanggung jawab atas sebuah periode atau suatu sesi tertentu dan pemimpin yang lainnya memberikan dukungan.
b. Berbagi, yaitu, dimana setiap pemimpin mengambil alih sementara dia terlihat fit.
c. Saling mengisi, yaitu, pemimpin yang lebih berpengalaman mengemban tanggung jawab kelompok dalam rangka menunjukkan kepada pemimpin yang baru bagaimana caranya bekerja dengan kelompok.
Gazda (1989:64) menyatakan bahwa “umpan balik yang suportif, saling percaya, dan respek, serta menyukai satu sama lain merupakan kemampuan yang minimal harus dimiliki oleh seorang wakil pemimpin kelompok untuk bekerja sama dengan baik dan menjadi berguna bagi kelompok tersebut”. Intinya adalah dia mampu melakukan dengan baik keterwakilan juga mampu menjadi sebuah bonus atau kegagalan bagi anggota kelompok. Ketika wakil pemimpin mengembangkan suatu hubungan yang positif, mereka memiliki kapasitas yang lebih besar untuk membantu individu dan kelompok daripada pemimpin yang sendiri (Trotzer, 2989:237). Ini merupakan kondisi baik yang mampu membuat kelompok dengan wakil pemimpin tersebut berhasil dan selesai.