Selasa, 07 Juni 2011

Ragam Bahasa Indonesia-Suroboyoan dalam Komunikasi via SMS


Oleh:
Anneke Heritaningsih Tupan
atupan@peter.petra.ac.id
BIPA FS-UK PETRA


Abstrak
Lancar berbicara dalam Bahasa Indonesia (BI) adalah kemampuan yang ingin dimiliki oleh setiap Penutur Asing (PA) atau pembelajar yang belajar Bahasa Indonesia. Pernyataan ini tidak dapat dipungkiri karena PA yang belajar BI ingin menggunakan bahasa yang sedang dipelarinya untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mencapai keinginan tersebut, aspek keseharian dalam berinteraksi menjadi bagian yang harus dicermati oleh para pengajar BIPA. Kenyataan dilapangan dapat membuat PA ‘frustasi’ karena ragam BI yang dipelajarinya di kelas sering tidak dapat digunakan sepenuhnya ketika mereka berinteraksi dengan para penutur asli. Hal ini disebabkan karena ragam bahasa yang digunakan penutur asli, dalam konteks pergaulan, kurang atau sama sekali tidak dapat dipahami PA. Kenyataan ini adalah tantangan bagi pengajar BIPA untuk senantiasa mengupdate bahan ajarnya dengan menyisipkan berbagai latihan guna menjembatani pembelajaran BI di kelas dengan ragam bahasa Indonesia yang dijumpai di luar kelas. Makalah ini bertujuan membagikan pengalaman penulis tentang peran dan fungsi ragam bahasa dalam pengajaran BIPA kepada sekelompok mahasiswa Korea yang kuliah di UK Petra. Dalam pengajaran BIPA, penulis menyisipkan pengajaran ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan melalui beragam latihan menulis pesan melalui SMS dari mahasiswa Korea kepada mahasiswa penutur asli.


  1. Pendahuluan
Banyak hal yang dapat menentukan keberhasilan suatu kegiatan pengajaran BIPA, diantaranya motivasi pembelajar, keahlian dan ketrampilan pengajar, metode pengajaran, dan penyediaan materi ajar yang sesuai dengan tujuan pembelajar. Pada makalah ini penulis  membahas salah satu aspek saja, yaitu perancangan materi ajar yang bermuatan ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan dengan pendekatan komunikatif integratif.
Mengapa ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan? Di Indonesia terdapat banyak ragam bahasa, misalnya ragam Bahasa Indonesia resmi, ragam Bahasa Indonesia lokal, ragam Bahasa Indonesia dialek Jakarta, ragam Bahasa Indonesia-Suroboyoan dst. Bila proses belajar BIPA terjadi di luar negeri, mungkin cukup mengajarkan ragam Bahasa Indonesia baku saja tetapi bila proses tersebut berlangsung di Indonesia, perlu dipertimbangkan rancangan penyajian materi ragam Bahasa Indonesia nonbaku. Hal ini dilakukan dengan mempertimbangkan dimana pembelajar (Penutur Asing/PA)  belajar Bahasa Indonesia. Ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan dipilih karena pembelajar belajar Bahasa Indonesia di Surabaya, di kampus Universitas Kristen Petra. Dalam berinteraksi, pembelajar menggunakan bahasa Indonesia yang dipelajarinya di kelas baik secara lisan maupun tertulis .
Kenyataan yang terjadi di lapangan dapat membuat pembelajar ‘frustasi’ karena ragam Bahasa Indonesia yang dipelajarinya di kelas sering tidak dapat digunakan sepenuhnya ketika mereka berinteraksi dengan para penutur asli. Hal ini disebabkan karena ragam bahasa yang digunakan penutur asli, dalam konteks pergaulan, adalah ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan yang  kurang atau sama sekali tidak dapat dipahami pembelajar. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi pengajar BIPA untuk senantiasa mengupdate bahan ajarnya dengan menyisipkan berbagai latihan, misalnya mengirim pesan melalui SMS,  guna menjembatani pembelajaran Bahasa Indonesia di kelas dengan ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan  yang dijumpai di luar kelas.
           
B.    Pentingnya Perancangan Materi Ajar BIPA dengan Pendekatan Komunikatif Integratif

            Dalam belajar bahasa asing dikenal empat macam kemahiran bahasa (four skills), yaitu kemahiran mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Kemahiran mendengar dan membaca bersifat reseptif, sedang kemahiran berbicara dan menulis bersifat produktif. Penguasaan bahasa yang ideal mencakup keempat jenis kemahiran tersebut, walaupun kenyataannya ada siswa yang cepat mahir berbicara tetapi lemah dalam menulis atau sebaliknya (Lado, 1985).
            Terkait retensi atau kemampuan mengingat kembali unsur-unsur bahasa yang sudah dipelajari, kemahiran membaca mempunyai derajat yang paling rendah. Seperti dilaporkan oleh Eskey (1986) pada umumnya pembelajar hanya 10% mengingat dari apa yang mereka baca, 20% dari apa yang mereka dengar, 30% dari apa yang mereka lihat, 50% dari apa yang mereka dengar dan lihat, 70% dari apa yang mereka katakan dan tulis, dan 90% dari apa yang mereka katakan seperti yang mereka lakukan. Mengingat rendahnya kemampuan mengingat dari apa yang mereka baca dan dengar dalam proses belajar bahasa asing, maka pelajaran membaca, mendengar, dan berbicara harus mendapat perhatian yang seksama.
            Penggunaan pendekatan yang tepat dan pemilihan bahan ajar yang fungsional memiliki peranan yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran bahasa asing. Seperti dijelaskan oleh Klippel (1987, p. 4) para pembelajar yang termasuk lower-level cognitive skills memerlukan materi pelajaran yang menekankan identifikasi bentuk; sedangkan para pembelajar yang termasuk higher-level cognitive skills memerlukan materi pelajaran yang menekankan interpretasi makna. Oleh karena itu, dalam merancang materi ajar  BIPA yang ditujukan untuk lower-level cognitive skills, atau disebut kelas pemula, penulis memilih materi ajar yang fungsional dan menggunakan pendekatan komunikatif integratif. Penggunaan pendekatan tertentu berkorelasi dengan jenis kemahiran dan materi yang dipelajari. Kelas pemula ini biasanya ditandai oleh kemampuan berkomunikasi secara minimal tentang materi yang dipelajari,  
            Pendekatan komunikatif integratif adalah pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang menekankan aspek komunikatif dan integratif. Komunikatif diartikan sebagai pendekatan yang mengutamakan pembelajar dalam menggunakan bahasa target untuk berkomunikasi secara aktif. Hal in berarti bahwa fokus pembelajaran terletak pada penggunaan bahasa dalam konteks kehidupan sehari-hari.
            Sedangkan yang dimaksud dengan integratif adalah keterpaduan penggunaan empat kemahiran bahasa yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Dalam pendekatan integratif, pembelajar juga dilibatkan dalam aktivitas di kelas dan di luar kelas, baik dalam bentuk tugas terstruktur maupun dalam bersosialisasi dengan masyarakat di sekitarnya. Dalam hal ini, pembelajar  diberi latihan lisan di kelas dengan cara bermain peran dan diberi tugas untuk berkomunikasi secara tertulis dengan penutur asli dengan cara mengirim pesan melalui SMS. Pengalaman inilah yang akan dibagikan penulis ketika mengajar mahasiswa Korea di kampus UK Petra, mulai dari pemilihan materi, penyajian materi, pemberian tugas/latihan sampai dengan pembahasan tugas.

C.    Pertimbangan Pemilihan Materi
Dalam memilih dan menentukan materi ajar, penulis menggunakan beberapa aspek berikut ini sebagai bahan pertimbangan

1.     Tujuan Pengajaran (umum, khusus, sasaran)
Merumuskan tujuan umum pengajaran Bahasa Indonesia yang akan dicapai, yaitu dapat menguasai Bahasa Indonesia secara komunikatif. Tujuan khusus adalah tujuan yang dikaitkan dengan bidang tertentu dan sasaran adalah tujuan khusus yang lebih sempit lagi, misalnya dalam batas-batas tertentu.

2.     Aspek-aspek Linguistik
Materi ajar yang sudah ditentukan dipilah-pilah dan diklasifikasikan berdasarkan satuan-satuan linguistik, misalnya kosakata, fonologi, morfologi, frasa, klausa, sintaksis dan wacana.

3.     Latar belakang pembelajar dan kebudayaan
Materi ajar yang dipilih dikaitkan dengan latar belakang kondisi pembelajar, misalnya usia (anak2, remaja, dewasa), tingkat pendidikan, kecenderungan minat pembelajar, kebudayaan pembelajar dan kebudayaan Indonesia.

4.     Jangka waktu yang dibutuhkan
Menentukan batasan dan jumlah materi ajar harus disesuaikan dengan tujuan yang telah dirumuskan. Misalnya, untuk mencapai tujuan tertentu dengan batasan dan jumlah materi tertentu dibutuhkan waktu 30 jam dengan rincian 2x tatap muka/minggu a’ 2 jam. Jadi waktu yang dibutuhkan adalah 10 minggu.

5.     Tempat berlangsungnya proses belajar mengajar Bahasa Indonesia
Bila proses belajar mengajar Bahasa Indonesia dilakukan di Indonesia, maka ragam bahasa setempat harus diperkenalkan kepada pembelajar. Hal ini sangat penting untuk dilakukan agar pembelajar merasakan langsung bahwa Bahasa Indonesia yang dipelajarinya di kelas sangat berterima ketika digunakan untuk berinteraksi diluar kelas dengan penutur asli/masyarakat.



6.     Suasana percakapan
Suasana dan latarbelakang percakapan yang diajarkan harus bervariasi, misalnya di pasar, di kantor, di toko, di Terminal bis/stasiun/bandara atau pertemuan yang tidak terduga seperti di mall, di restoran dst.

7.     Penguasaan Bahasa Indonesia calon pembelajar.
Apakah calon pembelajar sudah pernah belajar Bahasa indonesia sebelumnya atau calon pembelajar belum pernah relajar Bahasa Indonesia sama sekali.

D.    Penyajian Materi Ajar
            Sesuai dengan pendekatan komunikatif integratif, materi ajar disajikan dalam bentuk percakapan/dialog yang dalam proses belajar mengajarnya mencakup empat kemahiran bahasa, yaitu mendengar, membaca, berbicara, dan menulis. Percakapan sebagai materi ajar bisa dimulai dengan membaca seperti yang disarankan oleh  Nunan (1990) yaitu Guru memberi contoh dengan membaca seluruh percakapan dan pembelajar mendengarkan/menyimak dengan seksama. Setelah itu pembelajar diminta untuk bermain peran secara bergantian dengan sesama temannya. Untuk megembangkan kosakata, pembelajar diminta untuk mengganti kata kunci dengan kata-kata lain dengan memperhatikan unsur tata bahasa (mencakup penjelasan struktur dan pelatihan pola struktur). Bentuk materi pelatihan dapat disajikan dalam bentuk substitusi, pencocokan jalaban, pertanyaan dll. Untuk kegiatan menulis, pembelajar diberi tugas untuk menyusun kata-kata yang diacak menjadi sebuah kalimat atau berkomunikasi secara tertulis melalui SMS dengan teman penutur asli yang telah diberi tugas untuk membantu pembelajar.
            Materi ajar ini disajikan secara bertahap sesuai kebutuhan pembelajar sehingga dapat langsung digunakan pembelajar untuk berinteraksi lisan atau tertulis dengan sesama temannya dalam kehidupan seharĂ­-hari. Biasanya pembelajar dibantu oleh sesama mahasiswa, yaitu penutur asli yang diberi tugas pendampingan. Tujuan pendampingan ini adalah agar pembelajar dapat beradaptasi dengan lingkungannya  dan menggunakan bahasa yang dipelajarinya dalam komunitas mahasiswa penutur asli yang berbahasa Indonesia dengan ragam bahasa Suroboyoan.

1.     Pertemuan di kampus UK Petra
(Percakapan dibawah ini bisa dibaca dengan saling bertukar peran, setelah itu pembelajar diberi tugas untuk mengganti beberapa kata kunci dengan kata lain untuk menambah kosakata)

Woo Pyong     : Selamat Pagi
Herman           : Selamat Pagi
Woo Pyong     : Boleh saya bertanya?
Herman           : Silahkan. Mau Tanya apa?
Woo Pyong     : Dimana kelas Bahasa Indonesia?
Herman           : Oh, di lantai dua, Ruang B 201
Woo Pyong     : Terimakasih
Herman           : Sama-sama

 Selamat Siang                           Kantin                      di pojok/di ujung
 Selamat Malam            Kamar kecil              di kiri/ di kanan

 Terimakasih                  Sama-sama               Boleh saya bertanya?     
 Makasih                        Kembali                    Boleh tanya, ya?
                                                                         Boleh nanya, ya?                   








Pemahaman:
Jawablah pertanyaan-pertanyaan ini dengan singkat

a.      Siapa yang bertanya kepada Herman?
b.     Sudah kenalkah Herman pada Woo Pyong?
c.      Apa yang ditanyakan Woo Pyong?
d.     Mengapa Woo Pyong bertanya?
e.      Apakah Woo Pyong orang baru di kampus UK Petra
f.      Dari mana Anda tahu kalau Woo Pyong orang baru di kampus UK Petra?
g.     Dapatkah Herman membantu Woo Pyong?

2.     Pertemuan di Kelas Bahasa Indonesia
      Woo Pyong     : Selamat Pagi, Pak
      Guru                : Selamat Pagi
      Woo Pyong     : Apakah ini kelas bahasa Indonesia?
      Guru                : Ya, benar. Anda siapa?
      Woo Pyong     : Saya Woo Pyong, dari Korea. Saya  mau belajar Bahasa
Indonesia
      Guru                : Oh, silahkan masuk. Saya sedang menunggu Anda
      Woo Pyong     : Terimakasih, Pak.

Saya mau    makan      nasi/roti
                    minum     air/teh/kopi
                    mandi
                    belajar     bahasa
                    duduk
                    pulang
Saya mau   ke  kampus
                        mall
                        kantin
                        supermarket
                        dokter
                        kamar kecil
     
      Pemahaman:
      Pilihlah kata yang paling tepat untuk melengkapi kalimat berikut.
     
a.      Wo Pyong memberi ………………… kepada seorang bapak
b.     Wo Pyong sedang mencari kelas …………………….
c.      Bapak Guru …………………. Wo Pyong ke dalam kelas.
d.     Bapak Guru sedang ……………………..  Wo Pyong
e.      Bapak Guru sudah ……………. kalau Wo Pyong akan datang hari itu.


ucapan                             Bahasa Korea               Bahasa Indonesia         
menunggu                       mengetahui                    mempersilahkan

     

3.     Bacalah SMS berikut ini.
(Dengan bantuan guru, pembelajar membaca dan memahami isi SMS. Kemudian guru mengecek pemahaman pembelajar dan setelah itu pembelajar diminta untuk membuat jawaban atas SMS tersebut)
                       
                        (a)

Jangan lupa, besok rapat pleno di T AV 501 jam 10. Bilang Aryo, saya agak terlambat , ada kelas MPL – Ratih –

(J lp bsk d rpt pleno d T AV 501 j 10. Bil aryo sy tlt d kls MPL – Ratih-)


      (b)

Mbak, bilang ke ibu kos aku pulang malam, ada tugas terus rapat PHMJ – Mega –

(mb, bil b kos aq pul mlm d tgs trs rpt PHMJ – Mega-)


      ©

Selamat Ulang tahun, Maya. Ke? Jangan lupa ngajak aku kalo mau nraktir – Dio –

(S ultah, Maya, ke? J lp ngjk aq klo m nrkt – Dio-)


      (d)

Mas, jemput saya di depan wartel aja, ya. Jam 2 tepat. Jangan telat
- Nuri -

(ms, jmpt sy di dpn wrtl j ya, j 2 tpt. J tlt – Nuri –)


Apa maksud dari SMS tersebut di atas? Isilah bagian kalimat yang kosong berikut ini dengan kata yang tepat.
a.      Ratih mau temannya tidak .................... tentang rapat pleno besok.
b.     Mega minta .................... kepada temannya.
c.      Dio mengucapkan .................................... kepada Maya.
d.     Nuri minta ...................................... di depan wartel jam 14:00.

4.     Jawaban SMS pembelajar

(a)

Maaf, Ratih. Saya rapat terlambat. Ada quiz sampai jam 11 (Mee Ding)

      (b)

Ya, hati-hati. Terimakasih (Yoo Ming)


      (c)

Terimakasih. Umur saya ke 20 (Sue Ling)


      (d)

Baik. Jam 2 saya datang jemput. Terimakasih (Woo Pyong)



5.     Contoh SMS antar pembelajar dengan teman penutur asli

Contoh:

Pyong, aq tunggu di kantin. Cepet, yo. Selak abis makanan favmu.
- Agus -



Ya. Saya sedang berjalan. Tolong pesan Selak Abis. Enak, ya? Dingin? - Pyong



Ngawur, kon. Maksudku sate ayam favoritmu. Ayo cepetaaaan – Agus



Catatan:
Dari jawaban SMS Pyong, tampak bahwa Pyong kurang memahami isi SMS dari Agus. Ketika masalah ini didiskusikan di kelas, diketahui bahwa ketidak mengertian Pyong disebabkan Agus menggunakan bahasa Indonesia Suroboyoan. Untuk latihan selanjutnya, guru membantu Pyong  memperkaya Bahasa Indonesianya dengan ragam bahasa daerah Surabaya.

6.     Kata Tanya dalam Bahasa Indonesia
a.   Kata Tanya untuk menanyakan tempat:
      di mana, di manakah
      ke mana, ke manakah
      dari mana, dari manakah
                        b.   Kata Tanya untuk menanyakan waktu:
                              bila, kapan, bilakah, kapankah
                        c.   Kata Tanya untuk menanyakan orang:
                              siapa, siapakah
e.      Kata Tanya untuk menanyakan cara:
bagaimana, bagaimanakah
f.      Kata Tanya untuk menanyakan alasan:
mengana, mengapakah
g.     Kata Tanya untuk menanyakan sesuatu atau keadaan:
apa, apakah

            Berdasarkan contoh materi ajar tersebut di atas dan cara penyajian yang dikemukakan, dapat terlihat dengan jelas bahwa materi dan penyajiannya sangat dekat dengan keberadaan kehidupan pembelajar seharĂ­-hari (fungsional). Materi ajar ini memang sengaja dirancang sedemikian rupa agar pembelajar dapat mempraktikan langsung apa yang baru dipelajarinya di kelas dalam kebutuhannya berinteraksi dengan teman-temannya di luar kelas. Penulis menggunakan metode langsung dalam penyajian materi ajar BIPA, yaitu hanya menggunakan Bahasa Indonesia kecuali dalam keadaan terpaksa, penulis menggunakan bahasa Inggris.

E.    Kesimpulan dan Saran
            Dalam merancang materi ajar BIPA, penggunaan materi ajar yang fungsional dengan pendekatan komunikatif integratif memberikan hasil yang cukup menggembirakan. Masukan yang diperoleh guru dari pembelajar melalui latihan yang diberikan di kelas maupun di luar kelas, sebaiknya digunakan untuk memperkaya latihan berikutnya. Dengan kata lain, selama proses belajar mengajar berlangsung maka materi ajar selalu terbuka untuk dimodifikasi sesuai kebutuhan pembelajar.
            Bantuan yang diberikan kepada pembelajar berupa pendampingan oleh mahasiswa penutur asli sangat bermanfaat. Ketika pembelajar mendapat kesulitan di luar kelas, ybs dapat segera menghubungi mahasiswa pendamping yang ditunjuk dan mendapat bantuan yang dibutuhkan tanpa harus menunggu atau merasa kebingungan terutama ketika kesulitan yang dihadapi terkait ragam bahasa Indonesia-Suroboyoan. Penulis menyarankan bahwa sebaiknya guru BIPA sedikitnya menguasai dua bahasa, yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.
     

REFERENSI

Dubin, F, and D.E Eskey and W Grabe. 1986. Teaching Second Language: Reading for Academic Purposes. Addison: Wesley Publishing Co.

      Klippel, F. 1987. Keep Talking: Communicative Fluency activities for Language
               Teaching. Cambridge: Cambridge University Press.

Lado, R. 1985. Memory Span as a Factor in Second Language Learning, dalam IRAL 3:23-129.

     Nunan, D. 1990. Designing Tasks for Communicative Classroom. Cambridge: Cambridge University Press.




     




Littlre snake pin