Selasa, 07 Juni 2011

MENINGKATKAN KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI MELALUI KETERAMPILAN MENDENGARKAN


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan.
Komunikasi antar-pribadi yakni kegiatan komunikasi yang dilakukan secara langsung antara seseorang dengan orang lainnya. Misalnya percakapan tatap muka, korespondensi, percakapan melalui telepon, dan sebagainya.
Mendengarkan merupakan salah satu unsur  penting dalam tercapainya tujuan komunikasi antar pribadi. Hal ini dapat dinyatakan bahwa kemampuan mendebgarkan dari komunikan sangat mempengaruhi apakah pesan yang disampaikan komunikator sepenuhnya dapat diterima atau tidak. Sedemikian pentingnya kemampuan dan keterampilan mendengarkan telah menarik perhatian Rankin yang mengadakan penelitian dan hasilnya adalah sebagian waktu yang dimiliki oleh orang dewasa digunakan untuk berkomunikasi, dengan porsi terbesar 45% untuk mendengarkan, 30% untuk berbicara, 16% untuk membaca, dan 9% untuk menulis. Peneliti lain seperti Barker dkk seperti yang dikutib oleh Tubb dan Moss menemukan bahwa rata-rata mahasiswa menggunakan 53% dari waktu bangunnya untuk mendengarkan.

B.      Perumusan masalah
Dari uraian di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut :
1.       Apa arti penting mendengarkan ?
2.       Apa sifat dasar mendengarkan ?
3.       Apa pengertian mendengarkan ?
4.       Apa fungsi mendengarkan ?
5.       Bagaimana proses mendengarkan ?
6.       Apa sajakah hambatan dalam mendengarkan ?
7.       Bagaimana mendengarkan yang efektif itu ?
8.       Bagaimana upaya agar mendengar secara efektif itu ?
9.   Keterampilan apa saja yang harus kita miliki untuk menjadi pendengar yang baik?

C.      Tujuan
Tujuan penulis menulis makalah tentang pentingnya keterampilan mendengarkan dalam proses komunikasi antar pribadi adalah agar kualitas penyampaian informasi atau berita kepada konseli dalam komunikasi antar pribadi dari konselor menjadi lebih baik lagi.
Di saat kita mendengarkan dengan sebenar-benarnya mendengarkan, kita mendapatkan dua keuntungan sekaligus. Pertama, kita bisa memahami apa yang ingin disampaikan oleh lawan bicara kita. Dengan demikian, lawan bicara kita mendapatkan apa yang ingin ia dapatkana, yaitu perhatian seksama dari kita. Kita bisa melihat dari kacamata lawan bicara dan mengerti lebih baik lagi mengenai persepsi apa yang dimiliki oleh lawan bicara. Kedua, kita bisa mengendalikan diri sendiri lebih baik lagi. Mendengarkan adalah proses kita “mengalahkan” kecenderungan dan persepsi diri sendiri, dan melepaskan sumbat yang memisahkan diri dari realita. Bahkan, mendengarkan adalah langkah awal kita menundukkan ke-ego-an dan mengenal diri sendiri lebih baik lagi.

D.      Manfaat
Manfaat peranan keterampilan mendengarkan dalam meningkatkan proses komunikasi antar pribadi adalah agar tidak ada kesulitan atau kesalahpahaman saat melakukan komunikasi antar pribadi oleh konselor kepada konseli sehingga proses komunikasi akan menjadi lebih baik.


BAB II
LANDASAN TEORI

A.      Teori atribusi
Atribusi pada prinsipnya dapat dinyatakan secara singkat sebagai berikut : menurut Heyder jika kita melihat perilaku orang lain, maka kita juga harus melihat apa yang sebenarnya atau apa yang menyebabkan seseorang berperilaku seperti itu. Dengan demikian maka dalam diri kiita juga harus memiliki daya prediksi atau peramalan terhadap perilaku orang lain mengapa orang lain berperilaku seperti itu. Perilaku orang merupakan manifestasi dari sikap mereka terhadap objek tertentu dan ini dapat dipantau dari kecenderungan orang tersebut terhadap sesuatu.
Menurut Kelley perilaku manusia disebabkan oleh factor internal dan factor eksternal atau keduanya secara bersamaan. Untuk menganalisis apakah perilaku orang disebabkan oleh perilaku internal atau eksternal atau malah keduanya digunakan teori atribusi, sehingga atribusi terhadap suatu denomena atau perilkau bias bersifat atribusi internal, atribusi eksternal, atau etribusi internal eksternal.
Kelley menggunakan tiga determinan untuk menentukan apakah atribusi itu internal, eksternal, atau internal eksternal yaitu :
1.   Consensus, yaitu bagaimana seseorang bereaksi bila dibandingkan dengan orang-orang yang lain terhadap stimulus tertentu.
2.   Konsistensi, yaitu bagaimana seseorang bereaksi terhadap stimulus yang sama dalam situasi atai keadaan yang berbeda.
3.   Kekhasan, yaitu bagaiman seseorang bereaksi terhadap stimulus atau situasi yang berbeda-beda.
Teori atribusi juga dapat digunakan untuk menganalisis keberhasilan dan kegagalan seseorang. Menurut Weiner untuk menganalisis keberhasilan atau kegagalan seseorang didasarkan pada dua dimensi, yaitu dimensi locus of control (disebabkan factor internal dan eksternal) dan dimensi stabilitas (disebabkan factor stabil dan tidak stabil).

B.      Hakikat menyimak
Menyimak ialah suatu proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menginterpretasikan, dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya (Sabarti Akhadiah, 1992). Dalam keterampilan menyimak, kemampuan menangkap dan memahami makna pesan baik yang tersurat maupun yang tersirat yang terkandung dalam bunyi, unsur kemampuan mengingat pesan, juga merupakan persyaratan yang harus dipenuhi. Dengan demikian menyimak dapat dibatasi sebagai suatu proses mendengarkan, serta menginterpretasikan lambang-lambang lisan (Anderson dalam H.G. Tarigan, 1987).
Menurut Tarigan (1993:19) menyimak adalah suatu proses kegiatan mendengarkan lambang-lambang lisan dengan penuh perhatian, pemahaman, apresiasi, serta interpretasi, untuk memperoleh informasi menangkap isi, serta memahami makna komunikasi yang tidak disampaikan oleh si pembicara melalui ujaran atau bahasa lisan. Sebagai aspek keterampilan berbahasa, mendengarkan merupakan suatu kegiatan yang diperlukan dalam berkomunikasi antaranggota masyarakat. Suatu komunikasi dikatakan berhasil apabila pesan yang disampaikan pembicara dapat dipahami dengan baik oleh pendengar sesuai dengan maksud pembicara tersebut. Dengan demikian mendengarkan merupakan suatu keterampilan berbahasa yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia sehari-hari baik di lingkungan formal maupun informal.










BAB III
PEMBAHASAN

A.      Pentingnya mendengarkan
Akan ada keraguan kecil ketika kita mendengarkan banyak hal. Tanpa sadar kita mendengar radio. Di jalan menuju sekolah kita mendengar teman-teman, orang di sekitar kita, dan mungkin deru mobil-mobil atau derasnya hujan yang turun. Di sekolah, dan kita duduk di kelas kemudian mendengarkan guru, berbicara kepada murid-murid yang lain. Kita mendengarkan teman-teman waktu makan siang atau saat mereka kembali ke kelas untuk mendengarkan guru-guru yang lain. Kita sampai di rumah dan lagi-lagi kita mendengarkan keluluarga kita dan teman-teman. Mungkin kita lalu mendengar kaset, radio, atau televise. Secara umum kita mendengarkan sebagai bagian yang baik dari kesekuruhan hari kita.
Semakin kita mendengarkan banyak hal, semakin tidak bias ditolak. Apakah kita mendengarkan secara efektif dan efisien, sebenarnya itu masalah lain. Pada pelaksanaaa yang sesungguhnya, banyak dari kita adalah pendengar yang relative buruk, dan perilaku pendengaran kita dapat dibuat lebih efektif. Memberikan lebih banyak waktu yang berhubungan dengan mendengarkan, perbaikan kemampuan mendengarkan akan memberikan nilai tambah yang baik. Hal ini tentu saja memerlukan usaha.

B.      Sifat dasar mendengar
Karena mendengarkan sering hanya secara samar-samar dan kadang-kadang tidak dimengrti secara benar, kita perlu menguji secara cepat sifat dasar dari mendengarkan secara spesifik, definisi dari mendengarkan dan jenis-jenis utama kegunaan dari mendengarkan.

C.      Pengertian mendengar
Mendengar adalah proses aktif dari menerima, memproses dan terkait dengan perangsangan, hal-hal yang berhubungan dengan pendengaran. Anggapan popular secara umum, mendengarkan adalah agak lebuh aktif dari proses pasif. Mendengarkan tidak terjadi begitu saja., kita harus membuatnya terjadi. Mendengarkan memerlukan energy dan komitmen untuk terlibat pada kebanyakan waktu yang sulit.
Mendengarkan terikat erat dengan penerimaan rangsangan dan dengan demikian dibedakan dari mendengar sebagai sebuah proses psikologis. Kata menerima digunakan disini untuk menyatakan bahwa rangsangan dapat diterima oleh penerima dan yang akan dipakai untuk sejumlah waktu tanda penerimaan tanda-tanda dan keterikatan.

D.      Fungsi mendengarkan
Mendengarka mempunyai fungsi yang berbeda-beda. Terdapat tiga jenis umum dari mendengarkan yaitu :
1.   Mendengarkan untuk kesenangan merupakan bagian yang paling menyenangkan dari keseluruhan waktu yang kita gunakan untuk mendengarkan. Misalnya, mendengarkan komedi di televisi atau drama, kita mencoba menahan kemampuan kritis kita sehingga kita menikmati apa yang kita dengarkan dengan rileks dan santai.
2.   Mendengarkan untuk mendapat informasi berarti memperoleh beberapa kemampuan baru atau segala sesuatu yang berhubungan dengan beberapa perilaku yang lebih efektif seperti bagaimana menggunakan computer, membuat kurva, atau mempersiapkan jamuan makan. Pada kesempatan lain kita mendengarkan untuk informasi yang kita gunakan dalam memberikan beberapa macam evaluasi, keputusan, dan kritikan.
3.   Mendengarkan untuk menolong yang dalam hal ini berfungsi mambantu orang lain dalam mengatasi masalah. Misalnya saja kita mendengarkan orang mengadu, mendengarkan persoalan pribadi, atau berusaha untuk membuat keputusan. Mungkin saja kita hanya sekedar mendengarkan atau menjadi pendengar dan hanya bersifat pendukung saja, namun demikian proses ini sudah menjadi upaya untuk menolong orang lain. Kemampuan semacam ini sering disebut dengan istilah katarsis.


E.       Proses mendengarkan
Menurut Goss, mengungkapkan adanya lima tahapan dalam proses mendengarkan, yakni :
1.                         Receiving
Yaitu suatu proses mendengarkan yang telah dimulai sejak diterimanya pesan baik yang berbentuk verbal maupun nonverbal oleh komunikan. Hal ini dapat diupayakan dengan :
a.        Perhatikan dengan penuh konsentrasi pada pesan verbal dan nonverbal.
b.       Minimalkan gangguan yang muncul dengan cara mengabaikan segala sesuatu yang dapat diperkirakan dapat mengganggu konsentrasi kita untuk mendengarkan.
c.        Menfokuskan pada komunikator dari pada apa yang akan kita sampaikan.
d.       Menghindari interupsi pada saat proses mendengarkan karena dapat mengganggu kualitas pendengaran kita.
2.                         Understanding
Pada tahap ini komunikan mencoba untuk mempelajari dan memahami apa yang dimaksud oleh komunikator, termasuk pemikiran yang diutarakan serta emosi yang menyertainya. Ada pun cara yang dapat digunakan untuk memahami dan mempelajari adalah sebagai berikut :
a.        Menghubungkan informasi yang baru diterima dengan apa yang telah komunikan ketahui sebelumnya.
b.       Hindari penilaian sebelum benar-benarmemahami apa yang disampaikan oleh komunikator.
c.        Bertanyalah jika ada kesempatan untuk memperoleh kejelasan, bila perlu minta diberikan contoh yang lebih konkrit.
d.       Menguraikan kembali idea tau gagasan yang disampaikan komunikator dengan bahasa atau symbol yang dipahami komunikan.
3.                         Remembering
Pada hakekatnya mengingat bukan merupakan aktivitas komunikasi yang bersifat reproduksi, melainkan bersifat rekonstruksi. Artinya komunikan membangun pesan yang telah didengarkan sebelumnya dalam suatu system yang dapat dipahami dan dimengerti oleh komunikan. Caranya adalah sebagai berikut :
a.        Mengidentifikasi ide-ide pokok atau utama.
b.       Meringkas dalam format yang sederhana tanpa mengabaikan detail-detail yang penting.
c.        Mengubah konsep-konsep kunci, jika perlu dengan bersuara.
4.                         Evaluating
Meskipun kadang evaluasi terjadi tanpa sadar, namun penting bagi komunikan untuk melakukan evaluasi yang bersifat kritis analitis, sehingga apa yang dievaluasikan merupakan hal yang benar-benar perlu saja. Antara lain dengan cara :
a.        Memahami sudut pandang komunikatoe sebelum berbicara.
b.       Positive thinking terhadap komunikator dan isi pesannya.
c.        Bedakan antara fakta dan kesimpulan, opini serta interpretasi komunikator.
d.       Hindari bias dan prasangka.
5.                         Responding
Respon ini terdiri dari dua fase, yaitu respon yang diberikan saat komunikator berbicara, biasanya merupakan back-channeling cues seperti kata “ya”, atau anggukan kepala, dan lain-lain. Fase yang kedua yaitu respon ini lebih terperinci dan ekspresif. Agar tahapan ini berlangsung baik, cobalah untuk :
a.        Memberikan respon yang bervariasi.
b.       Ekspresikan dan tekankan dukungan pada komunikator pada bagian akhir dari respon.
c.        Jujur dan terbuka, sekalipunmenyatakan ketidaksetujuan pada komunikator.
d.       Komunikan menempatkan dirinya sebagai subjek dari respon, sehingga tidak menyerang atau menilai komunikator sebagai pihak diluar komunikan.

F.       Hambatan dalam mendengarkan
Dalam praktek berkomunikasi biasanya seseorang akan menemui berbagai macam hambatan yang jika tidak dapat ditanggapi dan disikapi secara tepat akan membuat proses komunikasi yang terjadi menjadi sia-sia atau mengalami kegagalan karena pesan tidak tersampaikan atau yang sering terjadi adalah terjadinya penyimpangan. Adapun hal-hal yang sering terjadi adalah karena ketidakmampuan seorang penyampai pesan dalam:
·      Berkomunikasi sesuai tingkatan bahasa para pendengarnya. Seorang pedagang makanan yang hanya lulusan SMP tentunya akan kesulitan mengerti pembicaraan seorang sarjana teknik yang berbicara menggunakan istilah-istilah tekniknya.
·      Mengerti keinginan arah pembicaraan dari para pendengarnya. Sekelompok remaja SMA tentunya wajar jika tidak tertarik pada pembicaraan mengenai permasalahan bagaimana merawat dan mendidik balita yang disampaikan seorang ibu rumah tangga. Mengerti kelas sosial para pendengarnya.
·      Memahami latar belakang serta nilai-nilai yang dipegang teguh para pendengarnya.
Selain hambatan dari sisi konselornya, secara umum hambatan yang sering terjadi dalam proses KAP adalah :
1.   Hambatan dari Proses  Komunikasi
·       Hambatan dari pengirim pesan, misalnya pesan yang akan disampaikan belum jelas bagi dirinya atau pengirim pesan, hal ini dipengaruhi  oleh perasaan atau situasi emosional.
·       Hambatan dalam penyandian/symbol. Hal ini dapat terjadi karena bahasa yang dipergunakan tidak jelas sehingga mempunyai arti  lebih dari satu, simbol yang dipergunakan antara si pengirim dan penerima tidak sama atau bahasa yang dipergunakan terlalu sulit.
·       Hambatan media, adalah hambatan yang terjadi dalam penggunaan media komunikasi, misalnya gangguan suara radio dan aliran listrik sehingga tidak dapat mendengarkan pesan.
·       Hambatan dalam bahasa sandi. Hambatan terjadi dalam menafsirkan sandi oleh si penerima.
·       Hambatan dari penerima pesan, misalnya kurangnya perhatian pada  saat menerima /mendengarkan pesan, sikap prasangka tanggapan yang keliru dan tidak mencari informasi lebih lanjut.
·       Hambatan dalam memberikan  balikan. Balikan yang diberikan tidak menggambarkan apa adanya akan tetapi memberikan interpretatif, tidak tepat waktu atau tidak jelas dan sebagainya.
2.   Hambatan Fisik
Hambatan fisik dapat mengganggu komunikasi yang efektif, cuaca gangguan alat komunikasi, dan lain lain, misalnya: gangguan kesehatan, gangguan alat komunikasi dan sebagainya.
Contoh : bunyi pengeras suara yang gaung, gambar televisj yang tidak jelas, salah cetak pada surat kabar atau majalah.
3.   Hambatan Semantik
Kata-kata yang dipergunakan dalam komunikasi  kadang-kadang mempunyai  arti mendua yang berbeda, tidak jelas atau berbelit-belit antara pemberi pesan dan penerima.
Contoh : seorang waiter kesulitan menangkap maksud pembicaraan tamu restaurant karena bahasa yang tidak mengerti.
4.   Hambatan Psikologis  
Hambatan psikologis dan sosial kadang-kadang mengganggu komunikasi, misalnya; perbedaan nilai-nilai serta harapan yang berbeda antara pengirim  dan penerima pesan.
Contoh : Jika komunikan sedang sedih, marah atau berprasangka buruk pada komunikator maka akan terjadi miss communicant, salah sasaran komunikasi.


5.   Hambatan Antropologis
Hambatan Antropologis adalah hambatan yang disebabkan oleh perbedaan pada diri manusia.
Contoh : Berupa perbedan budaya, adapt, norma yang berlaku.
6.   Hambatan Ekologis
Hambatan Ekologis adalah hambatan yang disebabkan oleh lingkungan sekitar proses komunikasi tersebut.

G.      Mendengarkan secara efektif
Sesuai dengan konsep bahwa mendengarkan dapat digunakan untuk bermacam-macam keputusan atau kegunaan, maka kemampuan mendengarkan secara efektif sangat diperlukan dalam komunikasi antar pribadi. Terdapat empat dimensi dalam mendengarkan secara efektif, yaitu :
1.       Mendengarkan secara aktif dan pasif
Kunci dari mendengarkan secara efektif pada situasi yang bersifat pribadi adalah partisipasi aktif. Mendengarkan secara aktif merupakan salah satu bentuk partisipasi aktif dalam komunikasi antar pribadi yang berwujud mau melakukan aktifitas seperti melacak lebih mendalam terhadap apa yang didengarkannya. Mendengarkan secara pasif yaitu suatu aktifitas dengan hanya sekedar mendengarkan tanpa melakukan pembicaraan secara langsung dalam berbagai komuniksi antar pribadi. Bentuk mendengarkan secara pasif misalnya  saja duduk santai dan rileks sehingga seolah-olah tidak ada aktivitas yang nyata. Namun demikian mendengarkan secara pasif bagaimanapun juga mempunyai manfaatdalam komunikasi antar pribadi. Mendengarkan secara aktif mempunyai fungsi diantaranya :
a.        Pendengar dapat mengontrol keakuratan informasi yang disampaikan oleh komunikan.
b.       Dapat digunakan sebagai bentuk persetujuan terhadap komunikator.
c.        Dapat merangsang pembicara untuk menggali pemikiran dan perasaannyalebih lanjut.
Dengan mendengarkan secara aktif dapat merupakan suatu dialog yang bermakna sehingga dapat memotivasi dan mendukung dalam proses pemecahan masalah.
2.       Mendengarkan secara acuh dan kritis
Karakter mendengarkan secara efektif adalah memberikan tanggapan tanpa sikap kritis dan acuh. Makna dari pernyataan ini adalah mendengarkan yang efektif berarti kita dengan pikiran terbuka mencoba untuk mengerti dan mengkritisi informasi yang diperoleh. Mendengarkan dengan pikiran terbuka akan menolong kita untuk memahami pesan yang diterima dengan baik. Sedangkan mendengarkan dengan pikiran kritis akan membantu kita untuk menganalisis pemahaman dan mengevaluasi pesan yang mencurigakan. Untuk dapat melaksanakan kegiatan mendengarkan secara acuh dan kritis maka pusatkanlah aktivitas anda sesuai dengan petunjuk berikut :
a.    Biarkan tetap terbuka dan hindari kecurigaan awal, tundalah pendapat sampai memahami semua maksud dan isi dari pesan yang disampaikan.
b.   Hindari membuang pesan yang dirasa sulit dan hindari pula kecenderungan menghilangkan informasi yang lebih rinci serta menyederhanakan pesan yang kompleks sehingga lebih mudah untuk diingat.
c.    Hindari menghilangkan pesan yang tidak diinginkan, maksudnya bahwa apapun pesan yang disampaikan harus didengarkan secara serius atau seksama.
d.   Akuilah bahwa sering membuat kesimpulan dengan mendengarkan secara berat sebelah.
e.    Pertimbangkan isi yang disampaikan dan jangan menilai komunikator yang menyampaikan.
f.    Hindari mendengarkan tanpa kekritisan ketika melakukan evaluasi dan analisis.
3.       Mendengarkan secara empati dan obyektif
Empati merupakan aktifitas emosional kita dalam hal ikut merasakan seperti apa yang dirasakan orang lain, dengan kemampuan semacam ini kita dapat mendengarkan apa yang ingin atau apa yang diharapkan orang lain. Mendengarkan dengan empati ini sering dilakukan dalam proses komunikasi antar pribadi karena masing-masing komunikator dan komunikan merasa memperoleh kesejajaran dan kebersamaan. Disamping itu kita perlu mendengarkan secara obyektif pada saat kita berkomunikasi sehingga kita bias menilai secara obyektif pesan yang disampaikan. Untuk dapat mendengarkan secara obyektif dan empati ini perlu diperhatikan :
a.        Usahakan dialog bukan monolog.
b.       Menanggapi dari sudut pandang komunikator.
c.        Pandanglah dan anggaplah komunikator sejajar dengan komunikan.
d.       Cobalah untuk mengerti pikiran dan perasaannya, maksudnya jangan menganggap tugas pendengaran selesai sebelum tahu apa yang komunikator pikirkan dan rasakan.
e.        Hindari mendengarkan yang menyerang yang biasanya ada kecenderungan untuk mencari kesalahan orang lain.
4.       Mendengarkan secara mendalam dan dangkal
Dalam proses mendengarkan atau meneriam informasi kita hendaknya dapat memberikan makna secara nyata yang dapat dibaca secara harafiah tetapi makna yang tersirat dari informasi yang didengar. Pada kasus mendengarka secara personal kita perlu fakta yang sensitive untuk membedakan level yang mendalam dengan level yang bersifat harafiah. Untuk dapat mendengarkan secara dangkal dan mendalam maka perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
a.        Pusatkan pada pesan verbal dan non verbal.
b.       Sengarkan isi dan hubungan pesan yang disampaikan.
c.        Buatlah catatan-catatan khusus dari pernyataan baik dari komunikator maupun dari komunikan.
d.       Perhatikan pesan-pesan baik yang dikemukakan maupun yang tersembunyi.


H.      Upaya agar mendengarkan secara efektif
Kemampuan mendengarkan atau menyimak bukan kemampuan yang merupakan “harga mati”, melainkan dilatih dan dikembangkan. Upaya yang dapat dilakukan antara lain dengan melalui hal-hal berikut ini :
1.   Melakukan persiapan dengan baik, dari segi fisik maupun mental.
2.   Memusatkan perhatian pada pesan yang disampaikan dan mempertahankan pemusatan perhatian tersebut (konsentrasi).
3.   Menangkap ide sentral, gagasan, dan pokok pikiran utama dari sisi pembicaraan.
4.   Mempu mengontrol emosi dengan baik.
5.   Hindarkan dari berpikir sendiri.
6.   Menggunakan waktu luang disaat komunikator tidak aktif untuk mencerna dan memahami pesan yang diterima.
7.   Lakukan analisa dan evaluasi dengan tepat untuk menangkap relevansi dan logika berpikir komunikator.

I.         Keterampilan untuk menjadi pendengar yang baik
Betapa sukarnya menjadi pendengar yang baik, karena ada orang yang sekedar mendengar dan yang benar-benar mau mendengar. Seorang siswa yang duduk dikelas mendengarkan gurunya berbicara didepan kelas, dan siswa tersebut mau mendengarkan karena hal tersebut berguna untuk ujian mendatang; namun diluar kelas seorang penumpang mendengar orang berteriak menawarkan sebuah Koran kepada penumpang bis. Apa jadinya, bila keadaan diatas dibalik, menjadi sang siswa hanya sekedar mendengar gurunya berbicara dan sang penumpang mendengarkan (mau mendengar) sang penjual Koran berteriak. Maka sepulang dari sekolah sang siswa tak benar-benar mengerti apa yang dibicarakan gurunya; dan seturun dari bis sang penumpang hafal betul apa yang tadi diteriakkan oleh sang penjual Koran. Inilah, mengapa orang sering gagal karena tidak dapat menjadi pendengar yang baik. Oleh sebab itu, Ada 6 keterampilan untuk menjadi pendengar yang baik yaitu :
1.   Pandanglah Si Pembicara
Fokuslah pada lawan bicara Anda, karena proses mendengarkan yang prioritas adalah memberikan perhatian yang tak terbagi-bagi oleh kegiatan lainnya.
2.   Jangan Menyela atau Menginterupsi
Ada beberapa orang yang sangat tak suka pembicaraanya disela atau diinterupsi oleh lawan bicaranya. Jangan lupa segan untuk memberikan waktu pada lawan bicara Anda, karena Anda jangan pernah merasa bahwa salah satu dari Anda harus berbicara terus. Karena pasti ada waktu hening yang dapat kita gunakan untuk berbicara.
3.   Berfokus Pada Pemahaman
Betapa orang cepat melupakan hal-hal yang mereka dengar! Jadi mendengar yang efisien tidak hanya syarat dengan sekedar mendengar kata-kata yang disampaikan. Namun Anda dituntut untuk menemukan makna dan pemahaman akan apa yang sedang diucapkan lawan bicara Anda.
4.   Tangguhkan Penilaian Anda
Hampir semua orang terburu-buru manarik kesimpulan dan menyampaikannya pada saat sang pembicara belum selesai berbicara. Karena hal ini mengakibatkan, Anda mungkin kehilangan hal penting yang ingin mereka sampaikan.
5.   Ajukan Pertanyaan Untuk Mendapat Penjelasan
Kalau Anda ingin menjadi pendengar yang efektif , jadilah reporter yang baik – bukan reporter yang kaku, melainkan seorang reporter yang lembut mengajukan pertanyaan  dan meminta penjelasan.
6.   Jadikan Kegiatan Mendengar Sebagai Prioritas
Hal terakhir, adalah menanamkan ketrampilan mendengar Anda sebagai prioritas, tanpa memandang seberapa sibuknya Anda atau seberapa tinggi jabatan Anda. Jangan jadi orang yang eksklusif tetapi jadilah orang yang bijaksana.



BAB IV
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Bahwa dalam pelaksanaan kegiatan atau aktivitas komunikasi antar pribadi keterampilan mendengarkan juga sangat penting dibutuhkan untuk mengoptimalkan penerimaan pesan dari komunikator dengan baik tanpa kesalahan yang dapat menyebabkab terjadinya salah informasi atau kesalahpahaman. Untuk lebih meningkatkan kegiatan komunikasi antar pribadi upaya-upaya juga perlu dilakukan agar prosesi mendengarkan lebih efektif.
B.      Saran
Biasanya seseorang akan mengalami gangguan atau hambatan saat melaksanakan kegiatan komunikasi antar pribadi apabila komunikasi terseut dilakukan ditempat yang tidak kondusif. Maka agar kegiatan ini berlangsung dengan efektif dan efisien, diharapkan supaya saat melakukan komunikasi antara komunikator dan komunikan dilaksanakan ditempat yang kondusif, mendukung untuk adanya dialog, tidak bising atau berisik, sehingga pemecahan masalah oleh komunikator khususnya konselor kepada komunikan akan lebih berhasil guna.












DAFTAR PUSTAKA

Rahmat, J. (2000). Psikologi komunikasi. Penerbit PT remaja rosdakarya. Bandung.
Sugiyo. (2005). Komunikasi antar pribadi. UPT percetakan dan penerbitanUNNES PRESS. Semarang.
http://himpsijaya.org/2006/02/07/mendengarkan/ [accesed 20/12/09]
http://www.beritanet.com/Event/Best-of-Content-Contest-2009/6-Ketrampilan-Mendengarkan.html [accesed 20/12/09]
http://agupenajateng.net/2009/05/08/peningkatan-keterampilan-mendengarkan-bagian-ii/ [accesed 20/12/09]


Littlre snake pin