BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bimbingan dan konseling sebagai sebuah kajian ilmiah tidak dapat berdiri sendiri tanpa ilmu pendukung lainnya. Konsep tentang pelaksanaan bimbinan dan konseling di sekolah mengacu pada kebutuhan siswa dan tugas-tugas perkembangan yang harus dituntaskannya. Sejauh ini, bimbingan dan konseling mengikrarkan diri sebagai sahabat siswa yang harapannya mengetahui sisi psikologis dan perkembangan mereka dalam masa remaja yang fluktuatif.
Psikologi sosial merupakan ilmu pendukung bimbingan dan konseling dimana konseli sebagai bagian dari masyarakat memiliki karakteristiknya sendiri. Konseli memiliki peran dan fungsi yang secara otomatis menentukan perilakunya dalam lingkup sosial. Pengaruh dari lingkungan sosial dapat memberikan sumbangan bagi bimbingan dan konseling dalam melaksanakan prosesnya agar berjalan lancar.
B. Rumusan Masalah
Pertanyaan-pertanyaan pokok mengenai penerapan psikologi sosial dalam bimbingan dan konseling terbagi dalam beberapa bagian di bawah ini :
1. Apakah yang dimaksud dengan psikologi sosial?
2. Apa sajakah pendekatan yang digunakan dalam psikologi sosial?
3. Apa saja metode dalam psikologi sosial?
4. Bagaimana penerapan psikologi sosial bagi bimbingan dan konseling?
C. Tujuan
Makalah ini dibuat dengan tujuan:
1. Pembaca mengetahui psikologi sosial secara umum.
2. Pembaca mengetahui pendekatan yang dapat digunakan dalam psikologi sosial terutama jika dikaitkan dengan bimbingan dan konseling
3. Pembaca mengetahui metode yang dapat memudahkan penerapan psikologi social dalam bimbingan dan konseling.
4. Pembaca mengetahui dan mampu menerapkan psikologi social dalam setting sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Psikologi Sosial
Psikologi berasal dari bahasa Yunani yaitu kata psyche yang berarti jiwa dan logos yang berarti ilmu pengetahuan. Dengan demikian psikologi diartikan sebagai ilmu pengetahuan tentang jiwa atau ilmu jiwa. Dalam perkembangannya, psikologi tidak lagi dipandang sebagai ilmu karena jiwa terlalu “abstark”. Ilmu pengetahuan merupakan sesuatu yang bisa diukur, diamati, dan dicatat.
Beberapa pakar menyebutkan pengertian psikologi sosial sebagai berikut:
1. Bimo Walgito (2003) memberikan pengertian bahwa psikologi sosial merupakan ilmu tentang perilaku individu dalam situasi sosial. Fokus dalam psikologi sosial ini meliputi perilaku individu dan dalam kaitannya dengan situasi sosialnya.
2. Sugiyo (2006) memberikan pengertian yang hampir sama dengan pengertian sebelumnya bahwa psikologi sosial berkaitan dengan bagaimana kita mengamati orang lain dalam situasi sosial, bagaimana kita bereaksi terhadap orang lain dan bagaimana orang lain bereaksi terhadap kita dan secara umum bagaimana kita dipengaruhi oleh situasi sosial.
B. Pendekatan dalam Psikologi Sosial
Terdapat empat pendekatan yang digunakan dalam psikologi sosial dimana masing-,masing memiliki cirri yang berbeda satu sama lain, yaitu:
1. Pendekatan biologis
Setiap manusia memiliki karakteristik bioologis yang berperan menentukan perilakunya. Karakteristik biologis memberi batasan bagi manusia dalam berperilaku. Misalnya orang yang buta warna tentunya tidak bisa mengambil jurusan Fisika dan teknik elertro karena nantinya akan menghambat mereka bekerja di lapangan.
2. Pendekatan belajar
Pokok pemikiran dalam pendekatan belajar adalah perilaku ditentukan oleh apa yang telah dipelajari seseorang sebelumnya melalui pembiasaan. Seorang siswa yang pernah menyontek pada saat ulangan karena pengawasnya sering keluar ruangan dan mengobrol dengan pengawas yang lain akan mengulang hal yang sama jika ada ulangan lagi. Ada tiga mekanisme umum yang terjadi dalam belajar, yaitu:
a. Asosiasi
Segala sesuatu yang kita pikirkan tentang suatu rangsang dan kita jika kita menerima rangsang tersebut maka ada semacam pemikiran bahwa rangsang terebut diikuti oleh hal lain yang khas. Misal seorang guru memanggil siswa dengan memberinya permen, maka asosiasi siswa tersebut apabila dipanggil guru adalah diberi permen. Asosiasi dikembangkan oleh Pavlov dengan percobaan pada seekor anjing dimana lonceng dibunyikan pertama kali dengan diberi daging kemudian anjing mendekat, begitu beberapa kali dan anjing terbiasa dengan bunyi lonceng kemudian mendekat meskipun tidak diberi daging.
b. Reinforcement
Bila stimulus (benda atau kejadian) dihadirkan/terjadi sebagai akibat/kosekuensi suatu perilaku, dan bila karenanya keseringan munculnya perilaku tersebut meningkat/terpelihara, maka perirtiwa tersebut disebut penguatan atau reinforcement.
Renforcement ada dua yaitu reinforcement positif dan negative. Reinforcement dikatakan positif seperti pengertian diatas. Sedangkan reinforcement dikatakan negatif apabila perilaku target meningkat/diulang disebabkan terhindarnya dari, atau dihilangkannya stimulus yang tidak menyenangkan sebagai konsekuensi perilaku tersebut.
c. Imitasi
Siswa belajar perilaku tertentu dari meniru perilaku orang lain misalnya siswa akan cenderung keras apabila kesehariannya di rumah selalu dibiasakan keras oleh orang tuanya.
3. Pendekatan insentif
Menurut pendekatan insentif, perilaku seseorang didasari oleh ada tidaknya keuntungan yang didapat seseorang. Pendekatan insentif dapat digunakan untuk menganalisis konflik internal, apakah suatu perilaku akan berdampak positif atau negatif sejauh mana nilai positif dan negatifnya.