Kamis, 19 Mei 2011

Metode Penelitian

BAB I
KONSEP DASAR PENELITIAN ILMIAH

TUJUAN
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
1.     menjelaskan hakekat metodologi dan metode penelitian
2.     menjelaskan hakekat, katagori, aspek, dan fungsi ilmu pengetahuan.
3.     menjelaskan;  hakekat kebenaran; jenis dan sumber kebenaran;.
4.     menjelaskan prosedur cara memperoleh kebenaran ilmiah.

MATERI
A.  Metodologi dan Metode Penelitian
            Metode berasal dari kata latin”meta” yang berarti sesudah dan “hodos” yang berarti jalan. Jadi, makna metode kurang lebih adalah “jalan sesudah” atau cara untuk mencapai atau memahami sesuatu yang belum diketahui. Metodologi berasal dari kata “meta” dan “hodos” seperti tersebut di atas, ditambah kata “logos” yang beraarti uraian. Jadi, metodologi adalah pengetahuan (penjelasan) tentang metode atau pengetahuan tentang berbagai cara untuk memehami sesuatu.
            Istilah “penelitian” merupakan padanan kata Inggris” research”. Kata ”research” ini beraral dari akar kata latin”re” (kembali) dan “circum” atau “circa” (sekitar) yang berkaitan dengan kata ”circare” (memeriksa).
            Dengan demikian, metodologi penelitian merupakan pengetahuan tentang berbagai cara untuk meneliti. Menurut sejarah, dulu ada penelitian yang dilakukan secara nonilmiah. Cara nonilmiah ini kemudian tidak dipakai lagi dan digantikan dengan prosedur ilmiah. Penelitian secara ilmiah memerlukan syarat-syarat tertentu, misalnya tentang logika yang dipergunakan, syarat teori atau dalil keilmuan yang dipakai, postulat tentang objek yang diteliti, peluang kesalahan kesimpulan, dan sebagainya.
            Metode penelitian lebih sempit telaahnya daripada metodologi penelitian. Metode penelitian hanya mempelajari cara untuk meneliti, misalnya cara membuat usulan penelitian, cara merumuskan hipotesis, cara mengamati (mengumpulkan data), cara mengolah (menghitung data), cara meningkatkan validitas dan reliabilitas, cara membuat laporan, dan sebagainya. Metodologi penelitian ilmu-ilmu sosial agak berbeda dengan metodologi penelitian ilmu-ilmu pasti, karena teori dan dalil (hukum) berbeda. Sehubungan itu setiap ilmu atau disiplin ilmu mempunyai metode penelitian sendiri-sendiri. Misalnya, dalam psikologi mempunyai metode penelitian yang berbeda dengan ilmu-ilmu pertanian.
1.   Pengetahuan
            Pengetahuan adalah semua pengalaman manusia, yang diperoleh baik secara langsung maupun tidak. Pengalaman langsung diperoleh seseorang melalui alat indra (sistem syaraf) yang dimilikinya, atau bersifat intelektual (misalnya sikap atau pendapat). Sedangkan pengalaman tidak langsung diperoleh lewat pengalaman orang lain, yang secara intelektual diterima oleh orang yang pertama.
            Setiap jenis pengetahuan dapat dipandang dari tiga aspek, yang saling berkaitan, yaitu aspek ontologis, epistomologis, dan aspek aksiologis. Ontologi menjawab pertanyaan ” apakah yang disebut pengetahuan?”. epistomologi menjawab pertanyaan ”bagaimana cara manusia memperoleh pengetahuan?”. sedang aksiologi mejawab pertanyaan ” untuk apa pengetuan itu?”

2.   Katagori Pengetahuan
a.      Pengetahuan diterima secara a priori, berarti pengetahuan itu langsung dipercaya  (langsung diyakini)
b.     Pengetahuan diterima secara posteriori, berarti pngetahuan itu diperoleh secara kritis (skeptis, harus ada bukti-buktinya) selanjutnya disebut  ”ilmu pengetahuan atau ilmu”

3.   Ilmu Pengetahuan
          Ilmu pengetahuan dapat dianggap sebagai suatu proses atau prosedur dan dapat  pula dianggap sebagai produk atau hasil. Sebagai proses, ilmu pengetahuan adalah pengetahuan yang diperoleh melalui suatu ilmu pengetahuan formal, yaitu prosedur ilmiah yang disebut metode ilmiah. Metode ilmiah merupakan satu-satunya cara yang sah untuk memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti bahwa untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan secara sahih, harus ditempuh dengan prosedur ilmiah.                                     
                                                                     
4.   Aspek Ilmu Pengetahuan
a.   Ontologis : Apa ?
1)   Objek penelaahan ilmu pengetahuan adalah pada wilayah yang berada didalam jangkauan pengelaman manusia.
2)   Harus dapat dideduksi secara rasional lalu dibuktikan secara empiris.
b.   Epistemologis :  Bagaimana cara ? (logico-hypotetico-verificatif  )
3)   artinya ilmu pengetahuan diperoleh dengan   cara logis (ada dasar atau alasan deduktif rasional) dalam membuat  dugaan (hipotesis) dalam menjelaskan setiap gejala.
4)   dugaan (hipotesis) harus dapat diuji (diverifikasi) secara emperis.
5)   Proses pengujian menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan bersifat terbuka (selalau dilakukan koreksi dan kritik objektif)
c.   Aksiologis : Untuk apa ?
6)   Terikat pada asas moral  artinya bahwa penerapan ilmu pengetahuan diarahkan untuk meningkatkan harkat (martabat) kemanuasiaan, tanpa menentang kodrat dan merusak alam.
7)   Bersifat komunal (semua orang berhak mempergunakannya)
8)   Bersifat universal ( tidak terikat ras, agama, dan suku)

5.   Fungsi Ilmu Pengetahuan
            Pada dasarnya ilmu pengetahuan mempunyai fungsi untuk memecahkan masalah yang dihadapi manusia. Jika diperinci secara lebih lanjut ilmu pengetahuan dqapat digunakan untuk
a.  Menerangkan suatu gejala (mengamati, memberi nama, memberi keterangan tentang gejala, dan akhirnya mempunyai deskripsi (pencandraan)tentang berbagai gejala tersebut),
b. Dapat memahami hakekat gejala (mengetahui alasan, sebab, dan kondisi yang menimbulkan gejala tersebut),
c. Dapat meramal gejala yang akan datang (menemukan hukum-hukum untuk menemukan kepastian kejadian yang ditimbulkan oleh gejala atau yang menimbulkan suatau gejala. Ini berarti manusia dapat meramalkan munculnya gejala yang akan datang)
d.     Dapat mengendalikan gejala (melakukan manipulasi terhadap faktor-faktor yang menjadi penyebab timbulnya suatau gejala sehingga dapat ”mengatur”  kapan suatau gejala harus terjadi.

6.   Metode ilmiah
Agar pengetahuan (termasuk ilmu pengetahuan atau ilmu) dapat dipakai (berfungasi) bagi manusia, misalnya untuk memecahkan masalah (bersifat praktis), maka penegetahuan itu harus mengandung ” kebenaran” Pengetahuan yang tidak mengandung kebenaran, tidak dapat dimanfaatkan. Pembahasan tentang kebenaran suatu pengetahuan merupakan aspek ontologi.

Text Box: Sumber Kebenaran                             

                                       
Text Box: Ilmiah (paduan
rasio & emperi)Text Box: Emperi (induksi)
Text Box: Rasio
(deduksi)Text Box: Otoritas ahli, intuisi,pengala -man pribadi, & akal sehatText Box: Wahyu (agama, dogmatis                                                                                                       



§  Asas korespondensi ( benar jika objek yg
dibahas adalah objek yg benar-benar ada)
§  Asas koherensi ( teori dlm ilmu itu harus
konsisten dan tdk bertentangan dengan
 teori lain sebelum dan atau  sesudahnya)
§  Asas pragmatis ( teori hrs bermanfaat praktis
dan mendukung teori tertentu.






§   
 
 

Text Box: Kriteria Kebenaran
 Ilmu Pengetahuan.








§  Trial and error (coba-coba)
§  Authority and tradition (otoritas dan tardisi)
§  Speculation and argumentation (spekulasi dan argumentasi)
§  Experimentation (percobaan)





 
 









Text Box: Prosedur  non ilmiah  (sebelum prosedur ilmiah)
                       



Text Box: Kegiatan mental yang terdiri atas 
§ membuat deskripsi (uraian dan penjelasan),
§ batasan (definisi),
§ klasifikasi (penggolongan),
§ pengukuran,
§ generalisasi,
§ penjelasan,
§ pendugaan,
§ penilaian (evaluasi)
§ kontrol

Text Box: BERPIKIR
         
 

         




Text Box: Berpikir kreatif: 
§ dilakukan tanpa aturan, cara atau prosedur tertentu, 
misal dengan akal sehat, intuisi, perasaan senang, 
Berpikir Logis (nalar)
§ berpikir dengan logika dilakukan dengan urutan tertentu.
Text Box: CARA PROSES
BERPIKIR


                                                                                                   

Text Box: LOGIKAText Box: adalah cara berpikir dengan aturan dan urutan tertentu (cara berpikir logis)
§ Logika deduksi (dari umum ke khusus)
§ Logika induksi (dari yang khusus ke umum)
 


.   

7.   Daur Metode Ilmiah
            Kenyataan menunjukan bahwa setelah metode ilmiah dirumuskan oleh John Dewey, pada tahun 1910, maka metode ini segera dipakai secara meluas. Hal ini terjadi karena metode ilmiah bersifat efisien, terbuka, dan teruji. Metode ilmiah efisien dalm mempergunakan sumber daya (tenaga, waktu, biaya) karena, misalnya, hasil penelitian seseorang dapat juga dijadikan dasar bagi penelitian orang lain. Hipotesis seseorang, dapat juga diuji oleh orang lain. Kerjasama atau komunikasi di antara para peneliti seperti ini dapat terjadi karena sifat keterbukaan metode ilmiah, yatu kemungkinan penggunaan metode ilmiah oleh siapapun. Tidak ada batasan, misalnya metode ilmiah hanya boleh dilakukan oleh para ahli. Ini menunjukkan, bahwa metode ilmiah bersifat terbuka. Metode ilmiah teruji, karena prosedurnya logis, sehingga dianggap sahih untuk memperoleh kebenaran. Selain itu, karena dalam penelitian ilmiah terdapat ururtan kegiatan, maka terjadi proses perencanaan yang matang.
            Pada prinsipnya, metode ilmiah mempergunakan logika deduksi lalu logika induksi (daur logico-hypothetico-verifikatif). Daur logico-hypothetico-verifikatif, jika dijabarkan, terdiri atas tahapan kerja seperti berikut:
a.  Ada kebutuhan objektif.
b.  Perumusan masalah.
c.  Pengumpulan teori.
d.  Perumusan hipotesis.
e.  Pengumpulan data.
f.   Analisis data (pengujian hipotesis).
g.  Penarikan kesimpulan.
            Penggunaaan istilah daur menunjukkan, bahwa tahapan kerja tersebut tidak pernah berhenti. Setelah tahap penarikan kesimpulan, akan timbul kebutuhan objektif atau timbul masalah yang baru lagi. Masalah ini merangsang munculnya teori baru. Miniatur tahapan berpikir ilmiah terdapat dalam suatu kegiatan penelitian ilmiah; jadi suatu penelitian ilmiah harus mengikuti tahap-tahap metode ilmiah.



















BAB II
MASALAH PENELITIAN,
KAJIAN PUSTAKA DAN  PERUMUSAN HIPOTESIS

TUJUAN:
Setelah mengikuti perkuliahan pada bab ini diharapkan mahasiswa mampu:
1.     menjelaskan hakekat masalah, sumber-sumber masalah, dan katagori permasalahan yang baik dan layak untuk diteliti.
2.     merumuskan contoh permasalahan penelitian.
3.     menjelaskan hakekat kajian pustaka dan hipotesis penelitian.
4.     menjelakan prosedur penemuan rumusan hipotesis penelitian.

MATERI
A. Masalah Penelitian
1. Hakekat masalah
            Salah satu langkah yang paling penting dalam membuat penelitian adalah pemilihan masalah. Banyak mahasiswa mengatakan bahwa menemukana masalah merupakan dorongan dan bahkan tantangan dan mungkin sebuah hambatan. Dalam tahap pencarian masalah yang layak untuk diteliti sering merupakan sebuah hambatan bagi mahasiswa untuk menyelesaikan skripsi. Sauatu penelitian akan dilakukan selalu berangkat dari masalah. Memilih masalah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman, 1988:25)
            Masalah dapat dikatakan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benar-benar terjadi, atau dengan kata lain adanya perbedaan antara harapan dan kenyataan. Consuelo dkk mengatakan bahwa keadaan seperti di berikut ini dapat memunculkan suatu masalah, misalnya: a) bila ada informasi yang mengakibatkan munculnya kesenjangan dalam pengetahuan kita. b) bila ada hal-hal yang bertentangan. c) bila ada suatu kenyataan dan kita bermaksud menjelaskan melalui penelitian.
          Tidak semua masalah perlu dilakukan pemecahan melalui sebuah penelitian dengan menuntut metodologi penelitian ilmiah, karena sangat dimungkinkan cukup dipecahkan secara sederhana. Menurut Karlinger (1998: 29) Masalah yang baik harus bercirikan sebagai berikut: (a) masalah harus mengungkapakan hubungan antara dua variabel atau lebih, (b) masalah harus dinyatakan dalam bentuk kalimat yang jelas dan tidak hambigu dan dikemukakan dengan kalimat tanya, (c) masalah harusndirumuskan dengan cara tertentu yang menyiratkan adanya kemungkinan pengujian hipotesis.

2. Sumber Masalah
            Masalah dapat diperoleh dari berbagia sumber, baik dari pengamatan langsung  terhadap fenomena di lingkunagn sekitar, maupun tidak langsung melalui media cetak, elektronik, dari hasil-hasil penelitian terdahulu, membaca buku, mengikuti seminar ilmiah, pertemuan-pertemuan seprofesi, dan mungkin dari pengamatannya selama perkuliahan.
            Sedang menurut Stoner (1982:257) mengemukakan sumber-sumber masalah adalah sebagai berikut: a. adanya penyimpangan antara teori dan kenyataan. b. adanya penyimpangan antara apa yang direncanakan dengan kenyataan. c. adanya pengaduan. d.  adanya kompetisi.
         Terdapat beberapa cara yang dapat membantu mahasiswa menemukan dan mengidentifikasi masalah penelitian, yaitu:
 a.     Membaca sebanyak-banyak literature yang berhubungan dengan bidang kita dan bersikap kritis terhadap apa yang dibaca.
b.     Menghadiri kuliah atau ceramah profesional.
 c.     Mengamati dari dekat situasi atau kejadian - kejadian di sekitar.
d.     Memikirkan kemungkinan penelitian dengan topic-topik atau pelajaran yang didapat waktu kuliah.
 e.     Menghadiri seminar-seminar hasil penelitian.
 f.     Mengadakan penelitian-penelitian kecil dan catat hasil penemuan yang diperolehnya.
g.     Berlangganan jurnal atau majalah yang berhubungan dengan bidang ilmunya.
h.     Mengumpulkan bahan-bahan yang berhubungan dengan bidangnya

3. Karakteristik masalah yang baik:
            Pada dasarnya hampir semua permasalahan memerlukan pemecahanan, baik secara sederhana maupun secara ilmiah. Pemecahan masalah dengan cara sederhana tidak perlu melalui tahapan - tahapan atau prosedur ilmiah. Permasalaha-permasalahan yang memerlukan prosedur dan tahap ilmiah adalah permasalahan-permasalahan yang bercirikan tertentu.
            Di bawah ini terdapat ciri-ciri masalah yang memerlukan pemecahan secara ilmiah:
a.           Masalah harus fisible, artinya bahwa masalah tersebut harus dapat dicari jawabannya melalui sumber yang jelas, tidak menghabiskan dana, tenaga, dan waktu
b.          Masalah harus jelas, yaitu menunjukkan semua orang memberikan persepsi yang sama terhadap masalah tersebut.
c.           Masalah harus signifikan, artinya bahwa jawaban atas masalah tersebut harus memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu dan pemecahan masalah kehidupan manusia.
d.          Masalah harus etis, artinya bahwa tidak bertentangan dengan etika dan nilai-nilai keyakinan dan agama tertentu.
e.           Masalah haruslah merupakan issu baru, artinya issu yang sedang dibicakan dan didiskusikan oleh sebagaian besar masyarakat.
f.           Masalah dapat dipecahkan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan.
g.          Masalah yang dipilih harus benar-benar menarik bagi calon penelitinya.

4.   Bentuk-Bentuk Masalah Penelitian
         Bila dilihat dari karakteristik variabel dan hubungan antar variabel dalam penelitian, maka bentuk- bentuk masalahan penelitian dapat dibedakan menjadi:
a.      Permasalahan deskriptif,  adalah permasalahan yang berkenaan dengan variable mandiri, yaitu tanpamembuat perbandingan atau menghubungkan.
Contoh:
1)   Seberapa tinggi produktivitas keja karyawan di PT Samudra?
2)   Seberapa baik interaksi kerja karyawan di industri A?
3)   Bagaimana sikap masyarakat terhadap pelaksanaan PIN Polio?
4)   Berapa persen motivasi pegawai negeri, bila didasarkan pada criteria ideal yang diterapkan?
b.     Permasalahan komparatif,  adalah suatu permasalahan penelitian yang bersifat membandingkan keberadaan variabel pada dua sample atau lebih.
Contoh:
1)   Adakah perbedaan produktifitas kerja antar pegawai negeri dan swasata?
2)   Adakah kesamaan interaksi kerja  antara  karyawan perusahaan A dan B?
3)   Adakah perbedaan disiplin kerja antara pegawai swata dan BUMN?
4)   Mana yang lebih tinggi prestasi kerja antar pegeawai negeri, swasta dan BUMN?
c.   Permasalahan asosiatif adalah : suatu pertanyaan penelitian yang menghubungkan dua atau lebih variabel. Terdapat dua hubungan asosiatif ini, yaitu hubungan Simetris dan hubungan Kausal.
Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang bersifat kebersamaan. Contoh:
1)   Adakah hubungan antara kecerdasan dan prestasi
2)   Adakah hubngan antara bakat, minat, dan kreativitas siswa?
3)  Adakah hubungan antara kodok ngorek dan jumlah paying yang terjual?
Hubungan kausal adalah hubngan yang bersifat sebab akibat, jadi akan ada variabel independen dan variabel depeden. Contoh:
1)   Adakah pengaruh gaji terhadap prestasi kerja karyawan ?
2)   Adakah pengaruh tipe kepemimpinan kepala sekolah terhadap kinerja guru?
3)   Seberapa besar pengaruh tata ruang terhadap kedisiplinsn karyawan?
4)   Seberapa besar pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efesiensi kerja karyawan.      
   Hubungan interaktif, adalah hubungan yang saling mempengaruhi, sehingga tidak diketahui mana variabel dependent dan mana variabel independent. Contoh:
1)   Hubungan antara kemiskinan dan kebodohan, Kemiskinan dapat menyebabkan kebodohan, dan  kebodohan juga dapat menyebabkan kemiskinan.
2)  Hubungan antara motivasi dan prestasi. Motivasi dapat mempengaruhi prestasi, dan presatasi dapat mempangaruhi motivasi.

B. Teeori dan kajian Pustaka
         Teori adalah seperangkat konstruk (konsep, definisi, dan proposisi yang menyajikan gejala (fenomena) secara sistematis merinci hubungan antara variabel-variabel dengan tujuan meramalkan dan menerangkan gejala tersebut. (Kerlinger, 1998). Sedangkan Singarimbun (1989) mengemukakan bahwa teori adalah seperangkat asumsi, konsep, konstrak, definisi, dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena secara sistematik dengan cara merumuskan hubungan antar konsep.
            Dalam pencarian teori, kita mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari kepustakaan yang berhubungan. Teori dapat dicari dari berbagai buku, jurnal, majalah, tesis, dan disertasi, serta sumber-sumber lain yang sesuai.

1. Fungsi Teori
a.      Sebagai identifikasi awal dari masalah penelitian dengan menampilkan kesenjangan, bagian-bagian yang lemah, dan ketidak sesuainnya dengan penelitian-penelitian terdahulu. Sehingga dapat memberikan suatu kerangka konsepsi penelitian dan memberikan alasan perlunya penyelidikan.
a.      Untuk mengumpulkan semua konstruk atau konsep yang berkaitan dengan topic penelitian. Kemudian melalui teori ini dapat membuat pertanyaan-pertanyaan yang terinci sebagai pokok masalah.
   c.   Untuk menampilkan hubungan antara variable-variabel yang telah diteliti. Dengan ini kita dapat membandingkan topic penelitian dengan penemuan -penemuan sebelumnya.

2.   Kajian Pustaka

               Kajian pustaka adalah proses umum yang dilalui untuk mendapatkan teori terdahulu. Kajian pustaka ini meliputi pengidentifikasian secara sistematis, penemuan, dan analisis dokumen-dokumen yang memuat informasi yang berkaitan masalah penelitian.
3.   Fungsi kajian pustaka:
      a.   Menyediakan kerangka konsepsi atau kerangka teori utk penelitian yang direncanakan.
b.   Menyediakan informasi tetang penelitian yang lampau yang berhubungan dengan penelitian yg akan dilakukan.
      c.   Memberi informasi tentag metode penelitian, populasi & sample, intrumen
pengumpulan data, dan perhitungan statistic yang digunakan pada penelitian sebelumnya.
      d.   Mencari jawaban sementara (hipotesis) dari masalah yg dirumuskan.
      e.   Menyediakan temuan-temuan dan kesimpulan-kesimpulan penelitian terdahulu yang dapat dihubungkan dengan kesimpulan kita.
      f.    Membantu menemukan topic yang lebih sesuai.
            Kepustakaan dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu kepustakaan penelitian dan kepustakaan konseptual. Kepustakaan teori meliputi laporan penelitian yang sudah diterbitkan, misalnya jurnal dll. Sedangkang kepustakaan konseptual meliputi artikel - artikel atau buku-buku yang ditulis oleh para ahli. Sumber-sumber kepustakaan  dapat dicari  di dalam buku teks, jurnal, ensiklopedi, indeks, hasil-hasil penelitian (tesis dan disertasi), dan abstrak.

C.  HIPOTESIS
         Setelah peneliti melakukan penelaahan yang mendalam terhadap berbagai sumber untuk  memeproleh jawaban sementara atas pertanyaan sementara yang telah dirumuskan sebelumnya. Dikatakan jawaban semenatara karena jawaban yang diberikan baru berdasarkan teori yang relevan, dan belum dibuktikan secara emperis yang diperoleh melalui pengumpulan data. Hipotesis merupakan suatu pernyataan yang penting kedudukannya dalam penelitian, oleh karena itu peneliti dituntut kemampuannya untuk dapat merumuskan hipotesis ini dengan jelas. Borg and Gall (1976:61) mengemukakan adanya persyaratan merumuskan hipotesis sebagai berikut: (1)  Hipotesis harus dengan kalimat yang singkat dan jelas. (2) Hipotesis harus dengan nyata menunjukkan adanya hubungan dua atau lebih  variable. (3).  Hipotesis harus didukung oleh teori-teori yang dikemukakan oleh para ahli atau hasil peneliti yang relevan.
1.   Bentuk-Bentuk Rumusan Hipotesis Penelitian
            Bentuk hipotesis penelitian sangat tergantung pada bentuk permasalahan penelitian. Apabila masalah penelitiannya deskriptif maka bentuk hipotesisnya juga akan mengikutinya, yaitu berbentuk deskriptif.  Dengan demikian  terdapat tiga bentuk hipotesis, yaitu: hipotesis dIskriptif, hipotesis komparatif, dan hipotesis asosiatif.
a.   Contoh rumusan hipotesis diskriptif :
     
1)   (Ho)  :  Daya Tahan Lampu Pijar mereke A = 600 jam
            (Ha)  :  Daya Tahan lampu Pijar A ≠ 600 jam  Ini dapat berarti ≤  atau    dari 600
            (Ho)  :  µ   =  600
            (Ha)  :  µ     600  atau > atau < 600
            µ  adalah nilai populasi yang dihipotesiskan / ditaksir.

      2).  (Ho) :  Semangat kerja karawan PT A =  75 % dari criteria yang ditetapkan.
            (Ha) :  Semangat kerja PT A ≠ 75%  atau > atau < 75%
            (Ho) :  p  =  75 %
            (Ha)  :  p    75% atau > atau < 75%
b.   Contoh rumusan hipotesis komparatif
      Rumusan Masalah
1)   Bagaimana produktivitas kerja karyawan FIP bila dibandingkan dengan karyawan FMIPA ?
2)   Adakah perbedaan daya kepemimpinan di FIP dan FMIPA ?
      Rumusan Hipotesisnya:
1)                         (Ho) :  Tidak ada perbedaan produktivitas kerja antara karywan di FIP dan FMIPA atau terdapat persamaan produktivitas kerja antara karyawan FIP dan FMIPA
            (Ha) :  Terdapat perbedaan produktivitas kerja antara karyawan FIP dan FMIPA.
            (Ho) :  µ1 = µ2
                    (Ha) :  µ1 ≠ µ2
     
      2).  (Ho) :  Produktivitas kerja karyawan FIP lebih kecil atau sama dengan (≤)  karyawan FMIPA
            (Ha) :  Produktivitas karywan FIP lebih besar dari karyawan FMIPA.
            (Ho) :  µ1 ≤ µ2                              
            (Ha) :  µ1 > µ2
      c.   (Ho) :  Produktivitas karyawan FIP lebih besar atau sama dengan (≥) karyawan FMIPA.
            (Ha) :  Produktivitas kerja karyawan FIP lebih kecil (<) dari karyawan FMIPA
            (Ho) :  µ1 ≥ µ2
                    (Ha) :  µ1 < µ2
c.   Contoh rumusan hipotesis asosiatif
      Rumusan Masalahnya
1)   Adakah hubungan antara pengawasan melekat dengan efesiensi kerja pegawai di UNNES ?
2)   Adakah hubungan antara disiplin kerja gaya kepemimpinan di PTA
      Rumusan Hipotesis
      (Ho) :  Tidak ada hubungan ……..
      (Ha) :  Terdapat hubungan yang signivikan antara  …….dan ……
      (Ho) :   p  =  0  ,  0 berarti tidak ada hubungan
      (Ha) :  p    0  ,  tidak sama dengan 0 berarti lebih besar atau lebih kecil dari 0   (nol)
                  p   = adalah nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.






















BAB III
VARIABEL PENELITIAN

TUJUAN
Setelah mempelajari bab III ini diharapkan mahasiswa :
1.     Mampu menjelaskan pengertian variabel penelitian
2.     Mampu menyebut dan menjelaskan macam variabel penelitian
3.     Mampu menjelaskan dan mencari contoh hubungan variabel.
4.     Mampu  menjelaskan pengertian definisi oprerasional variabel
5.     Mampu merumusakan definisi operasional variabel.

MATERI
1.   Pengertian variabel
        
            Istilah “variabel “ merupakan istilah yang tidak pernah ketinggalan dalam setiap jenis penelitian. Kerlinger (1998: 49) mengemukakan bahwa variabel adalah suatu sifat yang memiliki bermacam nilai atau dengan kata lain bahwa variabel adalah sesuatu yang bervariasi.  Lebih rinci lagi dikatakan bahwa yang dimaksud dengan variabel adalah symbol/lambang yang padanya kita lekatkan nilai yang berupa angka. Sutrisno Hadi dalam Suharsimi (1997: 97) mendefinisikan variabel merupakan gejala yang bervariasi seperti jenis kelamin (karena ada wanita dan pria), berat badan (karena ada yang mempunyai berat 40kg, 50kg, 55kg, dsb). Senada dengan pendapat tersebut, Sugiono (2005: 3) mendefinisikan variabel merupakan gejala yang menjadi focus peneliti untuk diamati. Variabel itu sebagai atribut dari sekelompok orang atau obyek yang mempunyai variasi antar satu dengan yang lainnya dalam kelompok itu. Tinggi, berat badan, sikap, motivasi, kepemimpinan, disiplin kerja, warna kulit, dan lain sebagainya merupakan atribut dan obyek.
            Bila tinggi badan, berat badan, kemampuan, gaya kepemimpinan dari sejumlah orang (missal 30 orang) itu sama, maka semua itu bukanlah variabel. Jadi dikatan variabel karena ada variasinya.
            Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa variabel mempunyai beberapa pengertian. (a) Variabel adalah karakteristik yang memeliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri-sendiri. (b) variabel adalah simbul atau lambang yang padanya diletakkan bilangan atau nilai, (ca) variabel adalah atribut dari seseorang atau obyek yang mempunyai variasi, (d)  variabel adalah atribut atau aspek atau sifat dari orang atau objek yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan.
1.     Jenis-Jenis Variabel
Dengan latar belakang gagasan tentang definisi tersebut di atas, mari kembali
membicarakan variabel. Variabel dapat dikelompok-kelompokkan menurut berbagai cara. Kerlinger (1998: 59) mengelompokkan variabel menurut berbagai cara. Menurutnya terdapat tiga kelompok, yaitu : (1) variabel bebas dan variabel tergantung, (2) variabel aktif dan variabel atribut, (3) variabel kontinu dan variabel katagori. Suharsimi (1997: 97) membedakan jenis variabel menjadi: (1) variabel kuatitatif dan kualitatif. Contoh variabel kuatitatif misalnya luasnya kota, umur, banyaknya jam dalam sehari. Contoh variabel kualitatif kemakmuran, kepandaian, dan lain-lain. Sedangkan variabel kuantitatif diklasifikasikan menjadi 2 kelompok yaitu variabel diskrit dan variabel kontinum.
            Pada dasarnya, jenis-jenis variabel dapat ditinjau dari berbagai hal, misalnya bila dilihat dari letak hubungan atau posisi  dalam penelitian, variabel dapat dibedakan menjadi: (a) Variabel bebas (independent)., (b) Variabel terikat (dependent), variabel moderator, (c) Variabel intervening, dan (d) Variabel control. Bila dilihat dari jenis datanya, jenis-jenis variabel terdiri dari: (a) variabel diskrit, (b) variabel kontinum.  
a.      Variabel independent/prediktor/stimulus/bebas, adalah variabel yang dipandang sebagai sebab munculnya atau terjadinya perubahan pada variabel lain. Dalam penelitian eksperiman, variabel bebas ini adalah variabel yang dimanipulasikan oleh pembuat eksperimen. Misalnya, manakala peneliti di bidang pendidikan mengkaji akibat berbagai metode pengajaran, dia dapat memanipulasi metode (yakni variabel bebasnya) dengan menggunakan berbagai metode. Dalam penelitian yang tidak bersifat eksperimental, variabel  bebasnya adalah yang “secara logis”   menimbulkan akibat tertentu terhadap variabel terikat.
b.   Variabel dependen/kriteria/output/konsekuensi, adalah variabel yang diramalkan, misalnya prestasi belajar sebagai variabel tergantung diramalkan oleh motivasi belajar sebagai variabel bebas.
c.   Variabel Intervening, adalah variabel yang secara teoritis mempengaruhi (memperlambat/mempercepat) hbungan antara variabel independen dan variabel dependen, tetapi tidak teratur. Missal, anak yang pandai nilainya akan tinggi, tetapi dalam kasus tertentu ada anak pandai tetapi nilai rendah. Ternyata ia sedang skit saat ujian.
d.   Variabel moderator, adalah variabel yang mempengaruhi (memperkuat /memperlemah) hubungan antara variabel independent dan variabel dependen. Variabel ini dsering disebut sebagai variabel independent ke dua. Misal, Hubungan suami dan istri akan semakin harmonis apabila sudah mempunyai anak. Jadi anak  adalah contoh variabel moderator.
e.   Variabel control, adalah variabel yang dikendalikan atau dibuat konstan, sehingga tidak akan mempengaruhi variavel utama yang diteliti. Variabel control ini diciptakan oleh peneliti, bila peneliti akan melakukan penelitian. Misal, seorang peneliti ingin meneliti pengaruh pengaruh kebiasaan belajar terhadap prestasi belajar siswa. Salah satu variabel controlnya adalah kecerdasan. Maka untuk menjadikan variabel control dengan cara semua siswa yang menjadi subjek sampel harus dicari yang mempunyai kecerdasan inteligensi yang relative sama/homogin.
e.   Variabel diskrit/variabel katagori, pembedaan yang istimewa dalam merencanakan penelitian dan mengalisis data, yakni pengelompokan variabel kontinu dan variabel diskrit/katagori. Variabel katagori/diskrit ini berkaitan dengan suatu jenis pengukuran yang dinamakan pengukuran nominal. Pengukuran nominal termasuk taraf pengukuran yang paling rendah, karena angka-anagka yang diberikan pada objek-objek merupakan angka yang tidak mengandung arti kuantitatif (banyak-sedikitinya “jumlah”), agka-angka itu tidak dapat diurutkan atau ditambahkan / dijumlahkan. Angka-angka itu hanyalah label. Pengukuran nominal diangkakan / dikuantifikasikan manakala yang dilakukan hanyalah dikotomi., misalnya ia-tidak, benar-salah, waanita- pria, hadir-tidak hadir, dll.
f.    Variabel kontinu, variabel kontinu dapat memiliki sehimpunan harga yang teratur dalam suatu cakupan (range) tertentu. Hal ini mengnadung arti bahwa harga-harga variabel kontinu mencerminkan suatu urutan peringkat (rank order), misalnya: sangat tinggi, samapai dengan  sangat rendah. Dalam variabel kontinu ini, sangat  dimukngkin mengandung nilai-nilai pecahan, misalnya, umur si A 47,5 tahun. IPK A: 3,6, dan lain sebagainya. Variabel kontinu ini dipisahkan  menjadi 3 variabel kecil, yaitu: viarabel ordinal, variabel interval, variabel ratio.
      (1)    Variabel ordinal, adalah variabel yang menunjukkan tingkatan-tingakatan, misalnya panjang, kurang panjang, pendek. Perlu diketahui bahwa jarak antar jenjang yang satu dengan jejang yang berikutnya tidak selalu sama, misalnya, nilai juara I , juara II, dan juara III tidak sama.
      (2)  Variabel interval, adalah variabel yang mempunyai nilai data berjenjang seperti variabel ordinal, tetapi jarak nilai antar jenjang sama. Perlu diketahui bahwa data variabel interval ini tidak mengandung nilai nol mutlak atau absolute. Suhu 0 derajat Celsius bukan berarti tidak tidak bersuhu. Nilai matematika 0 bukan berarti dia tidak mempunyai kepandaian matematika sama sekali.
      (3)    variabel Ratio, adalah variabel yang mempunyai nilai data berjenang, jarak antar jenjang sama, dan memilki nilai 0 mutlak. Misal: ukuran panjang, berat, pendapatan. Pendapatan hari ini 0 berarti memang tidak mempunyai pendapatan sama sekali, berat 0 berarti memang tidak punyai berat, dll.

3.   Hubungan Variabel
         Pada umumnya, penelitian itu senantiasa menghubungkan satu variabel dengan variabel lainnya. Terdapat berbagai jenis hubungan variabel dalam penelitian, diantaranya adalah:

X
 
Y
 
         a.









X 1
 

X 2
 

Y
 

 

         b.


 

        c.
X 2
 
         




 



    d.







X2



 


X 3



 



Y 1
 


 





Y 2
 
         e.



BAB  IV
POPULASI dan SAMPEL

TUJUAN
Setelah mengikuti perkuliahanini diharapkan mahasiswa mampu:
1.     Menjelaskan  dengan kata-kata sendiri pengertian populasi, sampel, dan teknik sampling.
2.     Menjelaskan prosedur pengambilan sampel sesuai dengan jenis-jenis teknik sampling.
MATERI

A.    Populasi

1.   Pengertian                              
Ada berbagai pengertian tentang populasi, namun sebenarnya antara pengertian atau batasan yang satu dengan yang lain itu mempunyai hakekat yang senada. Di bawah ini terdapat berbagai batasan tentang populasi.
a.      Populasi adalah keseluruhan anggota, kejadian, atau objek-objek yang telah ditetapkan dengan baik.
b.     Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari obyek/subyek yang mempunyai kuantitas tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.

Littlre snake pin