Minggu, 26 Februari 2012

LAPORAN PRAKTIK KONSELING KELOMPOK

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Praktik bimbingan dan konseling kelompok adalah salah satu mata kuliah dalam program studi bimbingan dan konseling. Mata kuliah praktik bimbingan dan konseling kelompok yang berbobot 2 SKS dan diampu oleh Bapak Heru Mugiarso dan Ibu Sinta Saraswati. Dalam mata kuliah praktik bimbingan dan konseling kelompok  mahasiswa mempelajari tentang konsep baik konseling kelompok maupun bimbingan kelompok diawal perkuliahan. Mahasiswa juga akan mendapat tugas berupa praktik bimbingan kelompok dan konseling kelompok baik dalam suasana makro maupun mikro. Khususnya dalam konseling kelompok makro, mahasiswa akan di beri tugas akhir berupa praktik konseling kelompok dengan konseli serta dibebankan juga tugas berupa penyusunan laporan sebagai pertanggungjawaban atas praktik konseling kelompok yang telah dilaksanakan.
Pada pelaksanaan bimbingan dan konseling disekolah, layanan konseling kelompok merupakan salah satu layanan dari sembilan layanan bimbingan dan konseling. Konseling kelompok merupakan layanan dalam bimbingan dan konseling yang diselenggarakan dalam format kelompok dan disini konselor mempunyai peran sebagai pemimpin kelompok. Konseling kelompok mengaktifkan dinamika kelompok untuk membahas berbagai hal yang berguna dalam pengembangan pribadi dan pemecahan masalah individu yang menjadi peserta kegiatan kelompok. Dalam konseling kelompok dibahas masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok. Masalah-masalah tersebut dibahas melalui suasana dinamika kelompok yang intens dan konstruktif, diikuti oleh semua anggota kelompok dibawah bimbingan pemimpin kelompok.
Sebagai seorang konselor, khususnya ketika menjalankan tugasnya memberikan layanan konseling kelompok kepada siswa, haruslah mempunyai kompetensi sebagai seorang konselor, baik kompetensi akademik maupun kompetensi profesional. Praktik konseling kelompok akan melatih kompetensi akademik sebagai seorang konselor, yaitu: (a) mengenal secara mendalam konseli yang hendak dilayani, (b) menguasai khasanah teoretik dan prosedural termasuk teknologi dalam bimbingan dan konseling, khususnya dalam layanan konseling kelompok. (c) menyelenggarakan layanan ahli bimbingan dan konseling yang memandirikan, dan (d) mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan sebagai bekal ketika terjun ke lapangan di kemudian hari. Melalui kegiatan praktik konseling kelompok ini penguasaan kompetensi profesional konselor akan pelan-pelan terbentuk karena disana praktikan dilatih untuk menerapkan kompetensi akademik dalam bidang bimbingan dan konseling yang telah dipelajari/dikuasai itu dalam konteks otentik di arena terapan layanan ahli.
Lebih khususnya, praktik konseling kelompok akan mempersiapkan praktikan secara lebih matang sebagai seorang konselor yang nantinya berkecimpung dalam kegiatan profesional di sekolah atau di arena terapan layanan ahli lainnya yang relevan. Praktik konseling kelompok juga secara tidak langsung akan memberikan pelajaran dan pengalaman yang bermanfaat yang tidak bisa di dapat melalui kegiatan perkuliahan secara teoritik.

B.    Tujuan
Penyusunan laporan praktik konseling kelompok yang dilakukan bertujuan untuk:
1.    Memenuhi tugas akhir mata kuliah praktik bimbingan dan konseling kelompok.
2.    Memberikan pengalaman kepada praktikan guna terjun ke lapangan kelak.

C.    Manfaat
Manfaat yang didapat dari penyusunan laporan praktik konseling keompok ini adalah memberikan pemahaman atas konsep yang telah dipelajari sebelumnya. Sedangkan pengalaman yang didapat praktikan ketika praktik dapat memberikan referensi dan masukan bagi diri praktikan sendiri.

D.    Kerangka Kerja
Kerangka kerja yang dilakukan oleh praktikan dalam praktik ini adalah sebagai berikut:
1.    Pemantapan konsep praktik konseling kelompok.
2.    Melaksanakan praktik konseling kelompok.
3.    Menyusun hasil praktik konseling kelompok.
4.    Melaporkan hasil praktik konseling kelompok.
5.    Pertanggungjawaban secara lisan atas laporan hasil praktik konseling kelompok.

E.    Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktik konseling kelompok dilaksanakan pada:
Hari/tanggal    : Selasa, 15 November 2011
Waktu        : 07.00 – 09.00 WIB
Tempat        : Ruang perkuliahan A1-302 gedung Fakultas Ilmu Pendidikan
 

BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL KONSELING KELOMPOK

A.    Pengertian Konseling Kelompok
Gazda (1984) dan Shertzer & Stone (1980) (dalam Mungin Edi Wibowo, 2005) mengemukakan pengertian konseling kelompok yaitu : “konseling kelompok adalah suatu proses antar pribadi yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari. Proses itu mengandung ciri-ciri terapeutik seperti pengungkapan pikiran dan perasaan secara leluasa, orientasi pada kenyataan, pembukaan diri mengenai perasaan-perasaan mendalam yang dialami, saling percaya, saling perhatian, saling pengertian, dan saling mendukung”.
Sedangkan Hanzen, Warner &Smith (dalam Larrabe & Terres, 1984 dalam Mungin Edi Wibowo, 2005) menyatakan bahwa konseling kelompok adalah merupakan cara yang amat baik untuk menangani konflik-konflik antar pribadi dan membantu individu-individu dalam pengembangan kemampuan pribadi mereka.
Menurut Rochman Natawidjaja (1987) (dalam Mungin Edi Wibowo, 2005) mengemukakan bahwa konseling kelompok merupakan upaya bantuan kepada individu dalam suasana kelompok yang bersifat pencegahan dan penyembuhan, dan diarahkan kepada pemberian kemudahan dalam rangka perubahan dan pertumbuhannya. Bersifat pencegahan dalam arti bahwa konseli yang beersangkutan mempunyai kemampuan untuk berfungsi secara wajar dalam masyarakat, akan tetapi mungkin memiliki titik lemah dalam kehidupannya sehingga mengganggu kelancaran dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Menurut Heru Mugiarso dalam Bimbingan dan Konseling (2009: 69), konseling kelompok adalah layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Fungsi utama bimbingan yang didukung oleh layanan konseling kelompok adalah fungsi pengentasan.
Menurut Prayitno dan Erman Anti dalam Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling (1994:319), konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan dalam suasana kelompok.
Menurut Dewa Ketut Sukardi (2003), konseling kelompok merupakan konseling yang diselenggarakan dalam kelompok, dengan memanfaatkan dinamika kelompok yang terjdi di dalam kelompok itu. Masalah-masalah yang dibahas merupakan masalah perorangan yang muncul di dalam kelompok itu, yang meliputi berbagai masalah dalam segenap bidang  bimbingan (bidang bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir).
Menurut Prayitno (2004), layanan konseling kelompok pada dasarnya adalah layanan konseling perorangan yang dilaksanakan didalam suasana kelompok. Disana ada konselor dan ada klien, yaitu para anggota kelompok (yang jumlahnya minimal dua orang). Disana terjadi hubungan konseling dalam suasana yang diusahakan sama seperti dalam konseling perorangan yaitu hangat, permisif, terbuka dan penuh keakraban. Dimana juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah (jika perlu dengan menerapkan metode-metode khusus), kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.
Menurut Winkel (2007), konseling kelompok adalah suatu proses antarpribadi yang dinamis, yang terpusat pada pemikiran dan perilaku yang disadari.
Menurut Tatik Romlah (2001), konseling kelompok adalah upaya untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat pencegahan serta perbaikan agar individu yang bersangkutan dapat menjalani perkembangannya dengan lebih mudah.
Dari uraian-uraian yang disampaikan beberapa ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa konseling kelompok merupakan salah satu layanan konseling yang dipimpin oleh seorang konselor profesional dan beranggotakan beberapa konseli yang berkelompok dan diselenggarakan dalam suasana kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok, serta terdapat hubungan konseling yang hangat, terbuka, permisif dan penuh keakraban.hal ini merupakan upaya individu untuk membantu individu agar dapat menjalani perkembangannya dengan lebih lancar, upaya itu bersifat preventif dan perbaikan. Sebab, pada konseling kelompok juga ada pengungkapan dan pemahaman masalah klien, penelusuran sebab-sebab timbulnya masalah, upaya pemecahan masalah, kegiatan evaluasi dan tindak lanjut.

B.    Tujuan Konseling Kelompok
Menurut Mungin Eddy Wibowo, (2005:20). Tujuan yang ingin dicapai dalam konseling kelompok, yaitu pengembangan pribadi, pembahasan dan pemecahan masalah pribadi yang dialami oleh masing-masing anggota kelompok, agar terhindar dari masalah dan masalah terselesaikan dengan cepat melalui bantuan anggota kelompok yang lain.
Menurut Dewa Ketut Sukardi, (2002:49).Tujuan konseling kelompok meliputi:
1.    Melatih anggota kelompok agar berani berbicara dengan orang banyak.
2.    Melatih anggota kelompok dapat bertenggang rasa terhadap teman sebayanya.
3.    Dapat mengembangkan bakat dan minat masing-masing anggota kelompok.
4.    Mengentaskan permasalahan-permasalahan kelompok.
Menurut Prayitno (2004), tujuan umum konseling kelompok adalah mengembangkan kepribadian siswa untuk mengembangkan kemampuan sosial, komunikasi, kepercayaan diri, kepribadian, dan mampu memecahkan masalah yang berlandaskan ilmu dan agama. Sedangkan tujuan khusus konseling kelompok, yaitu:
1.    Membahas topik yang mengandung masalah aktual, hangat, dan menarik perhatian anggota kelompok.
2.    Terkembangnya perasaan, pikiran, persepsi, wawasan, dan sikap terarah kepada tingkah laku dalam bersosialisasi/komunikasi.
3.    Terpecahkannya masalah individu yang bersangkutan dan diperolehnya imbasan pemecahan masalah bagi individu peserta konseling kelompok yang lain.
4.    Individu dapat mengatasi masalahnya dengan cepat dan tidak menimbulkan emosi.

C.    Asas Konseling Kelompok
Dalam kegiatan konseling kelompok terdapat sejumlah aturan ataupun asas-asas yang harus diperhatikan oleh para anggota, asas-asas tersebut yaitu:
1.    Asas kerahasiaan
Asas kerahasiaan ini memegang peranan penting dalam konseling kelompok karena masalah yang dibahas dalam konseling kelompok bersifat pribadi, maka setiap anggota kelompok diharapkan bersedia menjaga semua (pembicaraan ataupun tindakan) yang ada dalam kegiatan konseling kelompok dan tidak layak diketahui oleh orang lain selain orang-orang yang mengikuti kegiatan konseling kelompok.
2.    Asas Kesukarelaan
Kehadiran, pendapat, usulan, ataupun tanggapan dari anggota kelompok harus bersifat sukarela, tanpa paksaan.
3.    Asas keterbukaan
Keterbukaan dari anggota kelompok sangat diperlukan sekali. Karena jika ketrbukaan ini tidak muncul maka akan terdapat keragu-raguan atau kekhawatiran dari anggota.
4.    Asas kegiatan
Hasil  layanan konseling kelompok tidak akan berarti bila klien yang dibimbing tidak melakukan kegiatan dalam mencapai tujuan– tujuan bimbingan. Pemimpin kelompok hendaknya menimbulkan suasana agar klien yang dibimbing mampu menyelenggarakan kegiatan yang dimaksud dalam penyelesaian masalah.


5.    Asas kenormatifan
Dalam kegiatan konseling kelompok, setiap anggota harus dapat menghargai pendapat orang lain, jika ada yang ingin mengeluarkan pendapat maka anggota yang lain harus mempersilahkannya terlebih dahulu atau dengan kata lain tidak ada yang berebut.
6.    Asas kekinian
Masalah yag dibahas dalam kegiatan konseling kelompok harus bersifat sekarang. Maksudnya, masalah yang dibahas adalah masalah yang saat ini sedang dialami yang mendesak, yang mengganggu keefektifan kehidupan sehari-hari, yang membutuhkan penyelesaian segera, bukan masalah dua tahun yang lalu ataupun masalah waktu kecil.

D.    Unsur Konseling Kelompok
Dalam kegiatan konseling kelompok, terdapat beberapa unsur sehingga kegiatan tersebut disebut konseling kelompok. Adapun unsur-unsur yang ada dalam konseling kelompok yaitu:
1.    Anggota kelompok, adalah individu normal yang mempunyai masalah dalam rentangan penyesuaian yang masih dapat diatasi oleh peimpin kelompok maupun anggota kelompok yang lainnya.
2.    Pemimpin kelompok, adalah seseorang ahli yang memimpin jalannya kegiatan konseling kelompok. Konseling kelompok dipimpin oleh seorang konselor atau psikolog yang profesional dengan latihan khusus bekerja dengan kelompok.
3.    Permasalahan yang dihadapi antar anggota konseling kelomppok adalah sama.
4.    Metode yang dilaksanakan dalam konseling kelompok berpusat pada proses kelompok dan perasaan kelompok.
5.    Interaksi antar anggota kelompok sangat penting dan tidak bisa dinomor duakan.
6.    Kegiatan konseling kelompok dilaksanakan berdasar pada alam kesadaran masing-masing anggota kelompok dan juga pemimpin kelompok.
7.    Menekankan pada perasaan dan kebutuhan anggota.
8.    Adanya dinamika kelompok antar anggota kelompok dalam kegiatan konseling kelompok.
9.    Ada unsur bantuan yang dilakukan oleh pemimpin kelompok.

E.    Prosedur Pelaksanaan Konseling Kelompok
Prosedur pelaksanaan menurut Prayitno konseling kelompok diselenggarakan melalui empat tahap kegiatan, yaitu:
1.    Tahap pembentukan, yaitu tahap untuk membentuk sejumlah individu menjadi satu kelompok yang siap mengembangkan dinamika kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya:
a.    Mnerima secara terbuka dan mengucapkan terima kasih atas kehadiran dan kesediaan anggota kelompok melaksanakan kegiatan.
b.    Berdoa bersama, sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.
c.    Memperkenalkan diri secara terbuka.
d.    Menjelaskan pengertian konseling kelompok (disesuaikan dengan kegiatan apa yang direncanakan).
e.    Menjelaskan tujuan konseling kelompok.
f.    Menjelaskan asas-asas konseling kelompok, yaitu asas kerahasiaan, kenormatifan, kerahasiaan, keterbukaan, dan kesukarelaan.
g.    Menjelaskan cara pelaksanaan konseling kelompok.
h.    Mengucapkan janji kerahasiaan.
i.    Melakukan kesepakatan waktu berama-sama dengan anggota kelompok.
j.    Melakukan permainan.
2.    Tahap peralihan, yaitu tahapan untuk mengalihkan kegiatan awal kelompok ke kegiatan berikutnya yang lebih terarah pada pencapaian tujuan kelompok. Yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya:
a.    Menjelaskan kembali kegiatan konseling kelompok.
b.    Tanya jawab kesiapan anggota kelompok.
c.    Mengenali suasana anggota kelompok.
d.    Menjelaskan batasan masalah.
3.    Tahap kegiatan, yaitu tahap “kegiatan inti” untuk membahas dan mengentaskan masalah pribadi anggota kelompok. Yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya:
a.    Memberikan contoh masalah pribadi kepada anggota kelompok.
b.    Mempersilahkan  anggota kelompok mengemukakan masalah pribadi masing-masing.
c.    Membahas masalah yang terpilih.
d.    Melakukan selingan.
e.    Penyimpulan.
4.    Tahap pengakhiran, yaitu tahapan akhir kegiatan untuk melihat kembali apa yang sudah dilakukan dan dicapai oleh kelompok, serta merencanakan kegiatan selanjutnya. Yang dilakukan dalam tahap ini diantaranya:
a.    Menjelaskan kepada anggota kelompok bahwa kegiatan konseling kelompok akan diakhiri.
b.    Menanyakan tentang harapan anggota apakah sudah tercapai atau belum.
c.    Meminta anggota mengungkapkan kesan dan pesan.
d.    Penilaian segera (UCA).
e.    Pembahasan kegiatan lanjutan.
f.    mengucapan terima kasih.
g.    Memimpin doa.
h.    Perpisahan dengan anggota kelompok.

F.    Dinamika Kelompok dan Permainan Kelompok dalam Konseling Kelompok
1.    Dinamika Kelompok
a.    Pengertian dinamika kelompok
Menurut Slamet Santosa (2004), dinamika kelompok adalah suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis jelas antar anggotanya yang satu dengan yang lainnya.
Menurut Prayitno (1995), dinamika kelompok merupakan sinergi dari semua factor yang ada dalam kelompok artinya merupakan pengerah secara serentak semua factor yang dapat digerakkan dalam kelompok itu, dengan demikian dinamika kelompok merupakan jiwa yang menghidupkan dan menghidupi kelompok.
Menurut Winkel, dinamika kelompok adalah studi tentang kekuatan-kekuatan sosial dalam suatu kelompok yang memperlancar atau menghambat proses kerjasama dalam kelompok, segala metode, sarana danteknik yang dapat diterapkan bila sejumlah orang bekerjasama dalam kelompok misalakan berpeeran, observasi terhadap jalannya proses kelompok dan pemberian umpan balik serta prosedur menangani organisasi dan pengelolaan suatu kelompok.
Menurut Mungin (2005: 61), dinamika kelompok adalah studi yang menggambarkan berbagai kekuatan yang menentukan perilaku anggota dan perilaku kelompok yang menyebabkan terjadinya gerak perubahan dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang telah di tetapkan.
Jadi  dinamika kelompok merupakan interaksi dan interdepensi antar anggota kelompok yang satu dengan yang lain kekuatan-kekuatan sosial yang membentuk sinergi dari semua faktor yang ada di dalam kelompok yang menyebabkan adanya suatu gerak perubahan dan umpan balik antara anggota dengan kelompok secara keseluruhan.
b.    Fungsi dinamika kelompok
Fungsi dari dinamika di dalam keompok  antara lain:
1)    Membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup.
2)    Memudahkan segala pekerjaan.
3)    Mengerjakan pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih efektif, cepat dan efisien.
4)    Menciptakan iklim demokratis dalam kehidupan masyarakat
Dalam dinamika kelompok untuk mengetahui fungsinya perlu di mengerti pula tanda-tanda Dinamika kelompok sudah terbentuk.
Menurut Mungin (2005: 63), konseling kelompok memanfaatkan dinamiuka kelompok sebagai upaya untuk membimbing anggota kelompok untuk mencapai tujuan. Media dinamika kelompok ini, unik dan hanya dapat ditemukan dalam suatu kelompok yang benar-benar hidup. Kelompok yang hidup adalah kelompok yang memiliki cirri-ciri dinamis, bergerak dan aktif berfungsi untuk memenuhi suatu kebutuhan dan mencapai suatu tujuan.
Menurut Glading dalam Mungin (2005: 62), dinamika kelompok dapat digambarkan dengan kekuatan-kekuatan yang muncul dalan suatu kelompok. Kekuatan-kekuatan itu bias tampak jelas atau mungkin tersembunyi seperti bagaimana para anggota kelompok merasakan diri mereka sendiri, saling merasakan satu sama lain, dan merasakan pemimpin kelompok mereka, bagaimana mereka berbicara satu sama lain, dan bagaimana pemimpin kelompok mereaksi para anggota.
Selanjutnya menurut Mungin (2005: 69) dinamika kelompok benar-benar terwujud dalam kelompok dapat dilihat dari:
1)    Anggota kelompok dapat membantu terbinanya suasana keakraban dalam hubungan antar anggota kelompok.
2)    Anggota kelompok mampu mencurahkan segenap perasaan dalam melibatkan diri dalam kegiatan kelompok.
3)    Anggota kelompok dapat membantu tercapainya tujuan bersama.
4)    Anggota kelompok dapat mematuhi aturan kelompok dengan baik.
5)    Anggota kelompok benar-benar aktif dalam seluruh kegiatan kelompok.
6)    Anggota kelompok dapat berkomunikasi secara terbuka.
7)    Anggota kelompok dapat membantu orang lain.
8)    Anggota kelompok dapat member kesempatan kepada anggota lain untuk menjalankan perannya.
9)    Anggota kelompok dapat menyadari pentingnya kegiatan kelompok.
c.    Peranan dinamika kelompok dalam konseling kelompok
Secara khusus, dinamika kelompok berperan dalam memecahan  masalah pribadi para anggota kelompok yaitu apabila interaksi dalam kelompok difokuskan pada pemecahan masalah pribadi yang  dibahas. Dinamika kelompok juga berperan dalam menumbuhkan kehangatan dalam kelompok sehingga semua nggota kelompok dapat berperan aktif menyumbangkan pendapat atau pemikiranya.
d.    Permainan Kelompok
Salah satu kegiatan untuk menimbulkan dinamika dalam kelompok adalah adanya permaianan.
a.    Syarat permainan kelompok:
1)    Memberikan dinamika didalam kelompok.
2)    Mampu mengintegrasikan kembali suasana kelompok.
3)    Memberikan keakraban antar anggota kelompok yang mulanya belum mengenal satu sama lain.
4)    Mudah dipahami.
b.    Fungsi permainan kelompok:
1)    Memberikan penyegaran pikiran kembali setelah serius melakukan kegiatan.
2)    Membentuk dinamika kelompok.
3)    Menambah keakraban anggota kelompok.

G.    Pemimpin Kelompok dalam Konseling Kelompok
1.    Syarat Pemimpin Kelompok
Menurut Mungin Eddy W ( 2005:118), ada beberapa syarat menjadi pemimpin kelompok yaitu:
a.    Kehadiran, pemimpin kelompok bisa hadir secara emosional pada penggalaman orang lain.
b.    Kekuatan pribadi,meliputi kepercayaan diri dan kesadaran akan pengaruh sesorang kepada orang lain.
c.    Keberanian, pemimpin kelompok yang efektif harus sadar bahea mereka perlu menunjukan keberanian dalam interaksi dengan anggotanya.
d.    Kemauan untuk mengkonfrontasi diri sendiri,menunjukan keberanian bukan hanya pada cara- cara berhubungan dengan kelompok tetapi dengan berhubungan dengan diri mereka sendiri juga.
e.    Kesadaran diri, berbarengan dengan hal menghadapi diri sendiri. Ciri esensial dari kepemimpinan efektif adalah kesadaran akan diri sendiri, akan kebutuhan dan motivasi–motivasi seseorang,akan konflik atau masalah–masalah pribadi,akan bertahanan dan titik kelemahan,akan bidang usaha–usaha yang belum selesai.
f.    Kesungguhan/ketulusan, minat yang tulus dan sungguh–sungguh pada kesejahteraan orang lain dan kemampuan untuk berkembang secara konstruktif.
g.    Keaslian (authenticity), pemimpin menjadi sesorang yang asli,nyata atau rill,kongruen dan jujur.
h.    Mengerti identitas, bila akan menolong orang lain,pemimpin kelompok perlu memiliki pengertian yang jelas tentang identitas diri mereka sendiri.
i.    Keyakinan/kepercyaan dalam proses kelompok, merupakan esensi keberhasilan dari proses kelompok.
j.    Kegairahan (antusiasme).
k.    Daya cipta dan kreatif.
l.    Daya tahan (stamina).
Menurut Trait Theories of Leadership di dalam buku Dinamika Kelompok karangan Slamet Santosa menyebutkan ciri seseorang dapat dikatakan pemimpin adalah:
a.    Intelegensi bahwa pemimpin memiliki intelegensi lebih dari yang lain.
b.    Kematangan sosial dan pengetahuan luas.
c.    Memiliki motivasi sendiri dan dorongan berprestasi.
d.    Sikap untuk meyakini hubungan dengan orang lain.
2.    Tugas dan Peranan Pemimpin Kelompok
Menurut Munggin (2005: 107-105), tugas dari pemimpin kelompok adalah:
a.    Membuat dan Mempertahankan Kelompok. Pemimpin mempunyai tugas untuk membentuk dan mempertahankan kelompok. Melalui wawancara awal dengan calon anggota dan melalui seleksi yang baik, pemimpin kelompok membentuk konseling.
b.    Membentuk budaya. Setelah kelompok terbentuk, pemimpin kelompok mengupayakan agar kelompok menjadi sistem sosial yang terapeutik kemudian dicoba menumbuhkan norma–norma yang dipakai sebagai pedoman interaksi kelompok.
c.    Membentuk norma–norma. Norma–norma di dalam kelompok dibentuk berdasarkan harapan anggota kelompok terhadap kelompok dan pengaruh langsung maupun tidak langsung dari pemimpin dan anggota yang lebih pengaruh.
Menurut Prayitno peran pemimpin kelompok adalah:
a.    Pembentukan kelompok dari sekumpulan (calon) peserta.
b.    Penstrukturan, yaitu membahas bersama anggota kelompok apa, mengapa dan bagaimana layanan konseling kelompok dilaksanakan.
c.    Pertahapan kegiatan konseling kelompok.
d.    Penilain segera (laiseg) hasil layana konseling kelompok.
e.    Tindak lanjut layanan konseling kelompok.
3.    Keterampilan yang Harus Dimiliki Pemimpin Kelompok
Pemimpin kelompok harus menguasai dan mengembangkan kemampuan atau ketrampilan dan sikap  untuk terselenggaranya kegiatan kelompok. Ketrampilan dan sikap yang perlu dimiliki menurut Mungin (2005:123 - 130 ) meliputi:
a.    Aktif mendengar
b.    Refleksi
c.    Menguraikan dan menjelaskan pertanyaan
d.    Meringkas
e.    Penjelasan singkat dan pemberian informasi
f.    Mendorong dan mendukung
g.    Pengaturan nada suara
h.    Pemberian model dan penyiapan diri.
i.    Penggunaan mata

H.    Hasil Perubahan Anggota Kelompok
Hasil yang diharapkan pada kelompok yaitu dengan anggota memperoleh pemahaman baru dari kegiatan konseling kelompok. Juga terentaskannya masalah anggota dalam kelompok dalam kegiatan koseling kelompok. Anggota dapat terbuka dalam mengungkapkan pendapat, saran, ataupun masalah. Terciptanya hubungan yang hangat/terciptanya dinamika dalam kelompok.

BAB III
PROSES LAYANAN KONSELING KELOMPOK

A.    Pra layanan Konseling Kelompok
1.    Persiapan Konselor/Praktikan
a.    Persiapan Akademik
Persiapan akademik adalah persiapan secara akademik yang dilakukan oleh praktikan sebelum melaksanakan praktek konseling kelompok agar mendapatkan pemahaman total tentang konsep konseling kelompok. Yang termasuk dalam persiapan akademik diantaranya:
1)    Mempelajari konsep tentang konseling kelompok yang didapat dari perkuliahan maupun secara mandiri.
2)    Mempelajari keterampilan dan sikap apa saja yan perlu dimiliki oleh praktikan ketika melaksanakan praktik konseling kelompok.
b.    Persiapan Fisik
Persiapan fisik adalah persiapan yang dilakukan secara fisik atau jasmaniah oleh seorang praktikan sebelum melaksanakan praktek konseling kelompok yang berguna untuk menunjang kelayakan dan kesopanan praktikan. Yang termasuk dalam persiapan fisik diantaranya:
1)    Menjaga kesehatan badan dengan berolahraga agar ketika melaksanakan praktik menjadi lancer dan rileks.
2)    Menjaga pola makan sehari-hari.
3)    Memakai pakaian formal yang layak untuk tampil praktik di kelas.
c.    Persiapan Mental
Persiapan mental adalah persiapan yang dilakukan secara mental yang oleh seorang praktikan guna menunjang ketenangan dan kejernihan pikiran ketika melaksanakan praktik konseling kelompok. Yang termasuk dalam persiapan mental diantaranya:
1)    Berdoa agar perasaan dan pikiran menjadi tenang.
2)    Percaya pada kemampuan diri sendiri.
d.    Persiapan Administratif
Persiapan administratif adalah persiapan yang dilakukan guna memenuhi kelengkapan administrasi ketika praktik konseling kelompok dilaksanakan. Yang termasuk dalam persiapan administrasi diantaranya:
1)    Menyiapkan lembar penilaian laiseg (penilaian segera) untuk anggota kelompok.
2)    Menyiapkan lembar observasi bagi observer serta.
2.    Sistem Rekrutmen Anggota
Pada pelaksanaan praktik konseling kelompok kali ini, sistem rekruitmen anggota kelompok konseling yaitu dengan cara berhitung. Sebelumnya, praktikan sudah diberi tawaran dan kesempatan untuk diperbolehkan menggunakan mahasiswa semester satu untuk dijadikan sebagai anggota kelompok oleh dosen pembimbing. Pada salah satu rombel di semester satu, mahasiswa satu kelas disuruh berhitung antara satu sampai lima dengan kesepakatan bahwa mahasiswa yang mendapat hitungan angka satu akan menjadi anggota kelompok praktikan. Sedangkan mahasiswa lain yang mendapat hitungan dua sampai lima akan menjadi anggota kelompok praktikan lain sesuai kesepakatan. Praktikan mendapatkan tuju orang anggota kelompok yang terdiri dari satu orang laki-laki dan enam orang perempuan.

B.    Proses Konseling Kelompok
1.    Deskripsi Tahap Konseling Kelompok
Setelah semua rencana disiapkaan dan kelengkapan sarana serta prasarana dipastikan siap, kegiatan praktik konseling kelompok dilaksanakan sesuai waktu dan tempat yang telah ditentukan, yaitu pada hari selasa tanggal 15 November 2011, jam 07.00 – 09.00 WIB, dan bertempat di gedung perkuliahan A1-302 Fakultas Ilmu Pendidikan. Kegiatan ini diikuti oleh tujuh orang anggota dan dua orang observer. Kegiatan konseling kelompok ini meliputi empat tahap, yaitu:
a.    Tahap I (tahap pembentukan)
Pada tahap pertama ini praktikan mengucapkan salam kepada semua anggota dan memimpin doa bersama agar kegiatan yang akan dilaksanakan berjalan dengan lancar. Setelah itu praktikan memberikan ucapan terima kasih kepada semua anggota kelompok atas kesediaannya mengikuti kegiatan konseling kelompok. Untuk lebih mengakrabkan anggota kelompok, selanjutnya praktikan mengadakan perkenalan masing-masing anggota dan juga praktikan tidak lupa ikut memperkenalkan diri. Perkenalan dilakukan dengan menyebutkan nama lengkap, jurusan, semester, dan hobi masing-masing. Praktikan lalu bertanya kepada anggota apakah mereka sudah pernah ada yang mengikuti kegiatan konseling kelompok ini sebelumnya. Karena sebagian besar anggota belum pernah ada yang mengikuti, lalu praktikan menjelaskan tentang pengertian, tujuan, asa-asas, dan cara pelaksanaan konseling kelompok.
Sebagai syarat utama dalam pelaksanaan praktik konseling kelompok, praktikan tidak lupa untuk mengucapkan janji kerahasiaan bersama-sama dengan semua anggota kelompok. Setelah itu, praktikan mendiskusikan bersama-sama dengan semua anggota tentang kesepakatan lama waktu dalam menjalankan konseling kelompok. Langkah berikutnya, untuk lebih mengakrabkan anggota satu sama lain dan untuk mencairkan suasana, praktikan mengadakan suatu permainan yang bernama “fruits basket”.  Permainan ini dimainkan dengan cara mengambil dua kursi dari kursi yang diduduki anggota, sehingga tersisa enam kursi. Praktikan dan anggota kelompok berada di luar lingkaran kursi yang berjumlah enam tadi. Setelah itu anggota disuruh menyebutkan nama buah yang berawalan dengan huruf yang praktikan sebutkan. Lalu anggota akan menunjuk jari terlebih dahulu sebelum menjawab dan duduk di lingkaran kursi. Karena jumlah bangku hanya ada enam, maka satu anggota yang kalah cepat dalam menjawab tidak kebagian kursi. Peserta yang tidak kebagian kursi ini dipersilahkan untuk menunjukkan kebolehannya didepan anggota yang lainnya.
b.    Tahap II (tahap peralihan)
Tahap peralihan dimasuki setelah melihat kondisi semua anggota sudah terlihat mulai akrab dan semangat, yang ditandai dengan tawa canda para anggota. Kemudian praktikan menanyakan kepada semua anggota kelompok mengenai keseapan mereka dalam mengikuti kegiatan konseling kelompok. Setelah anggota mengungkapkan bahwa mereka siap, praktikan lalu menjelaskan kembali tentang pengertian, tujuan, asas-asas, dan cara pelaksanaan konseling kelompok. Praktikan juga menjelaskan tentang batasan masalah yang akan dibahas dalam kegiatan konseling kelompok, yaitu terbatas pada masalah pribadi masing-masing anggota. Kemudian praktikan mencoba mengenali bagaimana suasana para anggota kelompok dengan memperhatikan ekspresi wajah tiap-tiap anggota untuk menuju ke tahap berikutnya.
c.    Tahap III (tahap kegiatan)
Setelah melihat kesiapan anggota kelompok untuk memasuki tahap kegiatan, praktikan segera memasuki tahap kegiatan. Yang pertama dilakukan adalah praktikan memberikan kesempatan kepada para anggota kelompok untuk mengungkapkan masalahnya masing-masing. Pada awalnya, para anggota masih diam saja, belum ada yang mau sukarela dan terbuka untuk mengungkapkan masalah pribadinya. Tetapi kemudian ada salah satu anggota yang mau mengawali mengungkapkan masalah pribadinya. Setelah itu dilanjutkan dengan anggota yang lain secara bergantian.
Setelah terungkap beberapa masalah yang dikemukakan oleh masing-masing anggota kelompok, kemudian praktikan menawarkan kepada semua anggota kelompok masalah mana yang akan dibahas terlebih dahulu. Berdasarkan atas kesepakatan semua anggota kelompok, akhirnya dipilih masalah yang dialami oleh  SNA. Praktikan menanyakan kepada SNA, apakah ia setuju bila masalahnya yang akan dibahas dalam kegiatan konseling kelompok kali ini, dan SNA menyetujuinya. Masalah yang dialami oleh SNA adalah masalah mengenai hubungan yang kurang begitu harmonis dengan ibu tirinya. Lebih lanjut SNA menceritakan bahwa hal ini bermula ketika SNA masih duduk di bangku SMP, pada saat itu orang tua SNA bercerai dikarenakan suatu hal. Pada suatu hari ayah SNA meminta ijin kepada SNA untuk menikah lagi. Pada saat itu SNA menyetujui ayahnya yang akan menikah lagi. Setelah itu SNA ikut tinggal dengan ayahnya dan juga bersama ibu tirinya. SNA mengaku ia jarang sekali berkomunikasi dengan ibu tirinya sehingga hubungannya dengan ibu tirinya kurang harmonis. Hal ini berlanjut hingga SNA mulai memasuki bangku SMA. Ketika SNA memasuki dunia perkuliahan, hubungan keduanya juga masih buruk. SNA mengatakan bahwa ibu tirinya kurang perhatian dengan SNA. Menurut pandangan SNA, ibu tirinya lama-lama menjadi menyebalkan dan hal tersebut membuat SNA tidak betah berada di rumah.
Setelah SNA menceritakan masalah yang sedang dialaminya, lalu praktikan mengungkapkan masalah tersebut secara singkat kepada semua anggota kelompok dan meminta para anggota kelompok untuk berpendapat, bertanya, ataupun memberikan solusi pemecahan masalah terkait masalah yang sedang dialami oleh SNA. Anggota terlihat antusias untuk membantu SNA menyelesaikan masalahnya, hal ini terlihat dari anggota aktif bertanya lebih dalam tentang masalahnya juga memberikan beberapa alternatif solusi pemecahan masalah untuk SNA. Pada tahapan ini, dinamika antar anggota kelompok sudah mulai terbentuk dan terlihat. Beberapa point alternatif solusi yang ditawarkan oleh anggota diantaranya:
1)    Mencoba aktif menjalin komunikasi dengan ibu tiri.
2)    Mencoba menyapa ibu tiri dengan ramah.
3)    Secara berkala mengirim pesan singkat kepada ibu tiri.
4)    Menelepon ibu tiri.
5)    Mencoba mengobrol untuk lebih mengakrabkan diri kepada ibu tiri.
Berdasarkan poin-poin solusi tersebut, lalu praktikan meminta pendapat SNA. kemudian, hal terakhir yang dilakukan praktikan adalah memberi kesimpulan dari pembahasan masalah yang telah dibahas. Praktikan menyimpulkan tentang masalah yang sedang dihadapi SNA, lalu disimpulkan pula secara singkat beberapa alternatif solusi pemecahan masalahnya.
d.    Tahap IV (tahap pengakhiran)
Tahap pengakhiran dimasuki ketika praktikan menjelaskan kepada semua anggota kelompok bahwa kegiatan konseling kelompok akan segera diakhiri. Praktikan juga menanyakan kepada anggota kelompok tentang harapan-harapan yang mereka miliki terkait dengan kegiatan konseling kelompok. Setelah semua anggota kelompok mengungkapkan harapannnya, praktikan mencoba menawarkan kepada semua anggota kelompok apabila diadakan kegiatab konseling kelompok di lain waktu. Ternyata respon anggota kelompok sangat positif dan merasa senang bila diadakan kegiatan konseling kelompok lagi.
Praktikan mengakhiri kegiatan konseling kelompok dengan memimpin doa atas lancarnya kegiatan yang dilakukan juga mengucapkan terima kasih kepada semua anggota kelompok. Untuk melihat progres yang ada pada diri masing-masing anggota, praktikan memberikan laiseg untuk diisi. Tahap ini ditutup dengan perpisahan dengan anggota kelompok dan mengucapkan terima kasih.
2.    Upaya Mnumbuhkan Dinamika Kelompok
Upaya yang dilakukan oleh praktikan untuk menumbuhkan dinamika kelompok antar anggota adalah dengan menggunakan permainan “fruits basket” yang dilakukan pada akhir tahap pembentukan. Pada permainan ini, anggota diharuskan beranjak dari tempat duduknya untuk memindah-mindah kursi dan berdiri di belakang kursi untuk mulai bermain. Pada kegiatan tersebut, para anggota menggerakkan badan tapi tetap menguji kecepatan berfikir dan merasa juga tetap merasa rileks. Hal ini diharapkan bisa mengurangi kebosanan yang terjadi pada anggota karena berbicara secara serius yang cukup lama. Permainan ini mengharuskan anggota untuk bergerak, sehingga diharapkan isa mencairkan suasana diantara para anggota kelompok. Selain dengan permainan, praktikan mencoba menumbuhkan dinamika kelompok anggota dengan menyelipkan sedikit humor ketika berbicara agar suasana tidak trlalu kaku.

3.    Masalah yang Dikemukakan Anggota Kelompok
Diantara masalah yang dikemukakan oleh anggota kelompok yaitu:
a.    Kekurangharmonisan hubungan antara anak dengan ibu tirinya.
b.    Pertentangan memilih perguruan tinggi dengan keluarga.
c.    Kurang bisa mengungkapkan perasaan sendiri kepada orang lain.
d.    Ketidaksukaan anak atas perselingkuhan ayahnya.
4.    Cara Menentukan Masalah Untuk Dibahas
Cara menetapkan masalah mana yang akan dibahas dalam kegiatan konseling kelompok adalah dengan menggunakan voting. Setelah semua anggota kelompok mengungkapkan masalah pribadinya masing-masing, lalu praktikan menanyakan kepada semua anggota kelompok masalah mana yang akan dibahas. Masalah yang akan dibahas secara tuntas selanjutnya diputuskan berdasarkan suara terbanyak dan persetujuan bersama. Tidak lupa praktikan juga menanyakan persetujuan kepada anggota kelompok yang masalahnya akan dibahas. Setelah mendapatkan persetujuan, barulah masalah tersebut dibahas secara tuntas.

BAB IV
PENGEMBANGAN LAYANAN KONSELING KELOMPOK

A.    Kendala yang Dihadapi dan Usaha Mengatasinya
Dalam pelaksanaan praktik kegiatan konseling kelompok ada beberapa kendala yang muncul. Kendala yang muncul disebabkan sesuatu yang tak terduga. Beberapa kendala yang muncul dan cara praktukan mengatasinya diantaranya:
1.    Terlalu bisingnya ruang kelas yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan konseling kelompok. Hal ini terjadi karena dalam satu ruang kelas yang digunakan untuk praktik oleh empat orang praktikan sekaligus, sehingga suara-suara dari kelompok konseling yang lain saling bertabrakan menyebabkan kebisingan dan suara praktikan jadi kurang jelas didengar oleh anggota kelompok. Cara praktikan mengatasi hal tersebut adalah dengan cara memperbesar volume suara praktikan sendiri agar suara praktikan dapat didengar jelas oleh para anggota kelompok, juga agar perhatian anggota kelompok tidak tertuju kepada kelompok konseling yang lain.
2.    Ada beberapa anggota kelompok yang pasif ketika kegiatan berlangsung. Sekiranya ada dua anggota kelompok yang selalu terlihat pasif, mereka tidak mau mengungkapkan pendapatnya dan hanya diam saja. Cara praktikan mengatasinya adalah dengan memberi perhatian lebih kepada keduanya. Mencoba bertanya tentang pendapat merekatentang  masalah yang sedang dibahas dalam kegiatan kelompok kepada keduanya. Hal ini dilakukan agar semua anggota dalam kelompok bisa lebih komunikatif.
3.    Ketika sudah sampai pada batas waktu yang ditentukan, kegiatan konseling kelompok belum selesai. Karena waktu yang digunakan untuk membahas masalah dan untuk permainan cukup lama, mengakibatkan ketika jam sudah mau selesai, kegiatan belum selesai. Cara prakrikan mengatasi hal tersebut adalah dengan meniadakan beberapa kegiatan dalam tahap pengakhiran konseling kelompok, yaitu kegiatan pengungkapan pesan dan kesan oleh anggota kelompok serta ketika anggota mau meninggalkan ruangan, tidak ada acara perpisahan yang formil (berjabat tangan).
4.    Ada salah satu anggota kelompok yang “caper” dan ketika disuruh menunjukkan kebolehan malah mengemukakan banyak alasan. Karena salah satu anggota ini kebanyakan alasan untuk menolak menunjukkan kebolehannya sehingga pada tahap permainan memakan cukup banyak waktu. Cara praktikan mengatasi adalah dengan berusaha menegur, mendorong dan membujuknya agar dia mau menunjukkan kebolehannya dan kegiatan yang selanjutnya bisa segera dilaksanakan.
5.    Kendala dari segi internal praktikan sendiri diantaranya, praktikan masih merasa gugup ketika memberikan layanan konseling kelompok, olah vokal dirasa masih kurang, bahasa yang digunakan masih bercampur dengan bahasa daerah, masih gugup ketika berbicara di depan orang banyak, kelancaran dalam berbicara masih kurang, dan perasaan grogi masih menempel saat pelaksanaan praktik. Usaha praktikan utuk mengatasi beberapa hal tersebut adalah dengan cara percaya pada kemampuan diri sendiri dan meyakinkan diri bahwa praktikan pasti bisa menlaksanakan praktik konseling kelompok ini hingga selesai.
6.    Kendala yang lain yaitu bahwa ketika pelaksanaan praktik konseling kelompok, praktikan selalu ingin tertawa ketika berbicara di depan kelompok. Usaha praktikan untuk mengatasinya adalah dengan cara menekan perasaan ingin tertawa tersebut dan terkadang mengubah tertawa menjadi senyum biasa.

B.    Diskusi Profesional di Kelas
Ketika kegiatan praktik konseling kelompok selesai, praktikan mendiskusikan beberapa hal dengan teman sejawat terkait pelaksanaan praktik konseling kelompok. Beberapa hal yang dibahas dalam diskusi diantaranya:
1.    Membahas tentang perasaann yang dirasakan ketika melaksanakan praktik konseling kelompok untuk yang pertama kalinya dan dengan konseli yang sungguhan.
2.    Membahas tentang kegiatan-kegiatan pada tahap-tahap tertentu pada praktik konseling kelompok. Pada praktiknya ternyata banyak praktikan yang lupa tidak melaksanakan kegiatan tertentu. Hal ini terjadi karena perasaan grogi yang dialami oleh masing-masing praktikan.
3.    Membahas tentang pentingnya simulasi konseling kelompok terlebih dahulu dengan teman sejawat yang lainnya. Hal ini dikira dapat memberikan para praktikan konseling kelompok gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana kegiatan konseling kelompok sesungguhnya berlangsung. Juga untuk persiapan yang lebih matang.
4.    Membahas tentang berbagai macam karakter anggota kelompok yang menjadi anggota dalam kegiatan konseling kelompok masing-masing praktikan. Hal ini berhubungan dengan derajat keaktifan masing-masing anggota kelompok dan dinamika kelompok yang ada pada kelompok tersebut.
5.    Membahas tentang setting ruangan yang dipakai dalam praktik konseling kelompok. Berkaitan dengan pada ruang satu kelas yang dipakai untuk empat praktikan sekaligus sehingga tidak efektif.
6.    Membahas tentang permainan yang digunakan dalam praktik konseling kelompok. Hal ini berkaitan dengan memilih permainan yang seperti apa yang paling cocok untuk mencairkan suasana dalam situasi kelompok kecil.


BAB V
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dari semua tahapan atau proses kegiatan konseling kelompok yang telah dilaksanakan, dapat diambilkesimpulan bahwa:
1.    Masalah yang dibahas dalam konsleing kelompok adalah masalah tentang ketidakharmonisan hubungan antara anak dan ibu tirinya.
2.    Praktikan sudah dapat melaksanakan semua tahap yang ada dalam kegiatan konseling kelompok dengan cukup baik.
3.    Beberapa kekurangan dirasa akibat pengalaman praktik yang dilakukan oleh praktikan masih sedikit. Juga dikarenakan bahwa konseling kelompok tersebut baru dilaksanakan untuk pertama kali, sehingga menjadi pengalaman dan referensi tersendiri untuk praktikan.
4.    Praktik konseling kelompok ini membuat kemampuan praktikan menjadi lebih terasah. Hal ini bisa disimpulkan dari bagaimana praktikan menguasai diri dari rasa grogi dan bagaimana praktikan mengelola kelompok yang terdiri dari kepribadian yang berbeda dari masing-masing individu. Hal tersebut dirasa sebagai beban namun sekaligus juga mengasah diri untuk menjadi lebih baik sebagai bekal untuk terjun ke lapangan sesungguhnya kelak.

B.    Saran
Saran yang terbentuk dari diri praktikan adalah bila mengadakan suatu kegiatan konseling kelompok akan lebih baik bila di lakukan ditempat yang sepi atau diruangan tertentu yang memadai yang jauh dari keramaian. Selanjutnya adalah agar lebih menambah latihan yang dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri dan belajar menguasai keadaan yang tidak terencana, sedangkan keadaan menuntuk untuk selalu tampil prima. Profesionalitas seorang konselor harus terjaga dihadapan konseli maupun dihadapan stake holder agar pengakuan sehat dari masyarakat dapat terangkat.

C.    Evaluasi Diri
Pada hari saat diumumkan oleh dosen pembimbing bahwa mulai minggu ke tiga bulam November akan diadakan konseling kelompok sungguhan, yaitu konseling kelompok yang dilakukan bersama konseli, praktikan sempat merasa nervous. Kenervousan ini bertambah ketika diputuskan bahwa praktikan adalah salah satu dari beberapa praktikan lain yang akan praktik di minggu berikutnya. Hal ini menyebabkann mau tidak mau praktikan mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar pada kegiatan praktik nanti bisa berjalan dengan lancar. Beberapa persiapan yang dilakukan yaitu, memperdalam konsep tentang konseling kelompok dan menyiapkan mental dengan baik.
Ketika hari praktik tiba, praktikan merasa gugup, nervous, agak cemas, dan deg-degan. Sampai pada kegiatan pembagian kelompok, dan ketika praktikan sedah duduk diantara anggota kelompok yang sudah ditetapkan, praktikan masih merasakan adanya perasaan grogi dan kurang percaya diri, namun praktikan meyakinkan pada diri sendiri bahwa praktik kali ini adalah kesempatan yang langka dan akan menjadi pengalaman yang sangat berharga untuk di lapangan kelak. Oleh kare itu, praktikan mau tidak mau harus melawan perasaan grogi dan memulai kegiatan praktik.
Pada saat praktik konseling kelompok telah berlangsung, terkadang praktikan merasa bingung untuk menghadapi beberapa anggota kelompok yang kurang aktif berbicara. Karena meskipun sudah beberapa kali didorong untuk berbicara pun mereka masih tetap bersikap pasif. Kemudian pada saat kegiatan penunjukan kebolehan oleh salah satu anggota kelompok, praktikan juga kebingungan dengan tingkah salah satu anggota  kelompok yang berkesempatan menunjukkan kebolehannya. Hal ini dikarenakan karena anak tersebut bersi keras dan ngeyel tidak mau menunjukkan kebolehannya. Meskipun praktikann sudah berkali-kali membujuknya agar mau menunjukkan kebolehannya karena itu sudah merupakan kesepakatan bersama.
Pada saat tahap menjelaskan batasan masalah, praktikan mengaku belum terlalu detail menjelaskan bahwa pada tahap anggota kelompok mengungkapkan masalah, yang di ungkapkan terlebih dahulu adalah garis besar masalahnya dahulu, baru kemudian setelah diputuskan masalah siapa yang akan dibahas, diceritakan masalah tersebut secara panjang lebar. Sehingga ketika disuruh mengungkapkan masalah pribadinya masing-masing, mereka langsung secara panjang lebar menjelaskan masalahnya secara detail, sehingga menyebabkan memakan banyak sekali waktu. Pada saat itu, praktikan ingin memotong cerita anggota, namun karena anggota yang bercerita terlihat begitu antusias dan serius ketika mennceritakan masalahnya, praktikan membiarkan anggota kelompok bercerita sampai selesai. Hal ini memberikan pelajaran bagi praktikan untuk kegiatan praktik konseling kelompok yang akan datang.
Ketika tahap pembahasan masalah, praktikan merasa bingung dengan sikap seperti apa yang harus dilakukan disana. Praktikan bingung apakah ia harus aktif berbicara dan ikut mencarikan solusi untuk pemecahan masalah, atau praktikan hanya mengarahkan anggota untuk mereka aktif membahas dan mencarikan solusi pemecahan masalah untuk teman mereka yang masalahnya sedang dibahas. Karena kebingungan tersebut, praktikan mengaku menjadi lebih banyak diam. pada tahap ini praktikan juga merasa kurang bisa mengontrol para anggota konseling kelompok. hal semacam ini juga dirasa memberikan pelajaran dan pengalaman yang berharga untuk praktikan sendiri.
Berdasarkan pengalaman ketika lamanya waktu yang terpakai untuk membujuk anggota untuk unjuk kebolehan dan lamanya waktu yang digunakan untuk pengungkapan masalah masing-masing anggota kelompok, disini praktikan belajar untuk lebih memperhatikan penggunaan waktu yang ada agar semua tehapan konseling kelompok bisa terjalani semua dan agar kegiatan konseling kelompok berjalan dengan efektif.
Pengalaman dan pelajaran yang praktikan peroleh diantaranya bisa mengetahui dan menjalani sendiri bagaimana proses konseling kelompok berlangsung, mempraktikkan operasional prosedur pelaksanaan konseling kelompok, mendapat pengalaman mengetahui suasana kelompok konseling, pengalaman berbicara didepan kelompok, melatih kepercayaan diri, melatih kepemimpinan, melatih kelancaran berbicara di depan umum, melatih mengontrol emosi, bisa mengetahui bagaimana seorang konselor ketika memberikan layanan konseling kelompok, dan memberikan pengalaman untuk menjadi seorang pembimbing yang lebih baik ketika sudah terjun di lapangan kelak.
Pada kegiatan konseling kelompok kali ini, praktikan juga mengalami beberapa kemajuan pada aspek tertentu, diantaranya:
1.    Sudah lebih tegas sebagai pemimpin kelompok.
2.    Sudah sedikit lebih luwes sebagai pemimpin kelompok.
3.    Sudah mampu menjadi pendengar yang baik.
4.    Sudah mampu memberikan penjelasan singkat dan pemberian informasi.
5.    Sudah labih bisa meringkas pernyataan dari anggota kelompok.
6.    Sudah lebih bisa memperhatikan semua anggota kelompok secara merata.
Selain mengalami beberapa kemajuan, praktikan juga masih mempunyai beberapa kelemahan diri ketika menjadi pemimpin kelompok dalam konseling kelompok, diantaranya:
1.    Masih cenderung terhanyut dengan keadaan ketika pembahasan masalah.
2.    Kurang mengarahkan jalannya konseling kelompok pada tahap pembahasan masalah.
3.    Masih belum sepenuhnya bisa mengontrol anggota kelompok.
4.    Masih merasa gugup dan grogi ketika memberikan layanan konseling kelompok.
5.    Pengatuan olah vokal dan nada suara dirasa masih kurang.
6.    Bahasa yang digunakan masih bercampur dengan bahasa daerah.
7.    Masih kesulitan dalam menguraikan dan menjelaskan pertanyaan.

DAFTAR PUSTAKA
Dewa, Ketut S. 2002. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta
Eddy, Wibowo Mungin. 2005. Konseling Kelompok Perkembangan. Semarang: Unnes Press
Mugiarso, Heru dkk. 2007. Bimbingan dan Konseling. Semarang: UPT UNNES PRESS
Prayitno. 1995. Layanan Bimbingan dan Konseling Kelompok. Jakarta: Ghalia Indonesia
Prayitno. 2004. Layanan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Ghalia Indonesia
Romlah, Tatik. 2001. Teori dan Praktik Bimbingan Kelompok. Malang: Universitas Negeri Malang
Santosa, Slamet. 2004. Dinamika Kelompok. Jakarta: PT Bumi Aksara
W. S. Winkel dan M.M. Sri Hastuti. 2004. Bimbingan Dan Konseling Di Institusi Pendidikan. Yogyakarta: Media Abadi
Miss. 2011. Kerangka Konseptual Bimbingan. On line at http://misscounseling.blogspot.com/2011/09/kerangka-konseptual-bimbingan.html [accessed at 21/12/201]

Littlre snake pin