Senin, 09 Januari 2012

LAPORAN PRAKTIK BK KARIER

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar  Belakang
Bimbingan konseling berdasarkan SK Mendikbud no.025/D/1995, disebutkan sebagai “pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar dan bimbingan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan pada norma-norma yang berlaku”.
Secara umum tujuan penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling adalah berupaya membantu siswa menemukan pribadinya, dalam hal mengenal kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya, serta menerima dirinya secara optimis dan dinamis sebagai modal pengembangan diri lebih lanjut. Bimbingan juga membantu siswa dalam rangka mengenal lingkungan dengan maksud agar peserta didik mengenal secara objektif lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik dan menerima berbagai kondisi linkungan itu dengan positif dan dinamis pula. Pengenalan lingkungan itu meliputi lingkungan rumah, lingkungan sekolah, lingkungan alam, dan lingkungan masyarakat sekitar serta lingkungan yang lebih luas yang diharapkan dapat menunjang dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk pengembangan diri secara mantap dan berkelanjutan. Selanjutnya bimbingan membantu siswa dalam rangka merencanakan masa depan dengan tujuan agar peserta didik mampu mempertimbangkan dan mengambil keputusan tentang masa depan dirinya sendiri, baik menyangkut bidang pendidikan, bidang karier, maupun bidang budaya/keluarga/masyarakat.
Bidang pelayanan bimbingan dan konseling terbagi menjadi empat, yaitu bidang pribadi, bidang sosial, bidang belajar, dan bidang karier. (a) Pengembangan kehidupan pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu  peserta didik dalam memahami, menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik  kepribadian dan kebutuhan dirinya secara  realistik. (b) Pengembangan kehidupan sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas. (c) Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah/madrasah dan belajar secara mandiri. Dan (d) Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
Berbagai permasalahan yang timbul disekolah tidak terlepas dari keempat bidang pelayanan bimbingan dan konseling. Guru pembimbing di sekolah banyak menghadapi siswa dengan berbagai macam permasalahannya masing-masing. Diantaranya adalah, guru pembimbing di sekolah menghadapi anak-anak yang mengalami kesulitan atau persoalan yang berhubungan dengan kesulitan dalam memilih kelanjutan studinya. Anak kurang mampu untuk menemukan jurusan yang tepat dan sesuai dengan kemampuannya. Bila menghadapi hal yang demikian, maka kewajiban pembimbing disekolah adalah untuk mencarikan jurusan yang setepat-tepatnya bagi anak tersebut. Kenyataan juga menunjukkan bahwa tidak semua anak yang lulus dari sekolah tidak dapat melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Diantara anak-anak tersebut ada yang langsung mencari pekerjaan. Menghadapi masalah ini, guru pembimbing di sekolah mempunyai tugas untuk memberikan bimbingan, penjelasan, maupun rekomendasi mengenai lapangan pekerjaan mana saja yang kiranya cocok bagi anak yang dibimbingnya tersebut. Hal ini tentu menyangkut bidang bimbingan  dalam lapangan pekerjaan.
Permasalahan inilah yang melarbelakangi praktikan mengadakan observasi dan pengumpulan data pada semester sebelumnya, yaitu semester tiga, dengan menggunakan berbagai instrument kelapangaan yaitu di kelas X.1 SMA Negeri 1 Subah agar bisa diketahui lebih jelas detail permasalahan karier yang dihadapi oleh siswa agar bisa memberikan pelayanan bimbingan konseling yang sesuai dengan kebutuhan siswa.

B.    Tujuan
Penyusunan laporan praktik bimbingan dan konseling belajar ini adalah sebagai berikut:
1.    Memenuhi tugas akhir mata kuliah praktik bimbingan dan konseling belajar.
2.    Memberikan pengalaman kepada praktikan guna terjun ke lapangan kelak.

C.    Kerangka Kerja
Kerangka kerja yang dilakukan oleh praktikan dalam praktik bimbingan dan konseling karir adalah sebagai berikut:
1.    Pemantapan konsep bimbingan dan konseling karier.
2.    Melakukan analisis terhadap data yang sudah diperoleh dari lapangan pada semester sebelumnya.
3.    Melakukan identifikasi kebutuhan siswa.
4.    Membuat rancangan program satuan layanan bimbingan dan konseling karier berjumlah tiga layanan.
5.    Mencari materi untuk tiap-tiap program satuan layanan yang telah dibuat.
6.    Membuat media berupa power point yang akan digunakan dalam satuan layanan. Masing-masing satuan layanan mempunyai media yang berbeda.
7.    Melaksanakan praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling karier bersama mahasiswa satu kelas.
8.    Menyusun hasil praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling karier.
9.    Melaporkan hasil praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling karier.
10.    Pertanggungjawaban secara lisan atas hasil praktik bimbingan dan konseling karier.

D.    Tempat dan Waktu
Pelaksanaan praktik pelayanan bimbingan dan konseling karier dilaksanakan pada:
Hari, tanggal    : Selasa, 5 April 2011
Waktu        : pukul 13.00 sampai selesai
Tempat        : Ruang perkuliahan A3-201 gedung fakultas ilmu pendidikan UNNES

















BAB II
KERANGKA KONSEPTUAL BIMBINGAN DAN KONSELING KARIER

A.    Pengertian
Kata karier diambil dari bahasa Inggris, yaitu career. Ada beberapa kata yang mempunya makna yang sama, yaitu job, employment, dan occupation. Akan tetapi, kata-kata tersebut sebenarnya mempunyai penekanan yang berbeda. Kata job dan employment lebih ditekankan kepada pekerjaan yang digeluti seseorang, dimana orang tersebut hanya mendapatkan upah saja, sedangkan dia tidak menikmati pekerjaan yang digelutinya. Kata ocupation berarti suatu pekerjaan yang sudah dapat diresapi dan dinikmati oleh pelakunya, tetapi pekerjaan tersebut hanya terbatas pada jam-jam kerja saja. Yang terakhir, kata career digunakan pada suatu pekerjaan yang dihayati oleh seseorang, dan menganggap pekerjaan tersebut sebagai panggilan hidup serta mewarnai gaya hidupnya.
Menurut Veron G. Zunker, career refers to the activities associated with an individual’s lifetime of work2 (karier menunjukan pada aktifitas yang dihubungkan dengan pekerjaan yang mewarnai kehidupan seseorang). Merujuk pada pengertian karir, tidaklah mengherankan jika bimbingan pekerjaan yang ada di indonesia lebih dikenal dengan bimbingan karier, karena diharapkan orang yang dibimbing dapat menjadikan pekerjaanya kelak bukan hanya pekerjaan yang menghasilkan uang saja, tetapi juga bisa dihayati dan mewarnai gaya hidupnya.
Dari pegertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bimbingan karir adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang berupa saran-saran dan masukan-masukan yang berhubungan dengan pekerjaan yang cocok bagi orang tersebut, dengan melihat latar belakang orang yang dibimbing. Saran-saran dan masukan tersebut bukanlah hal yang mutlak harus dilaksanakan, akan tetapi hal tersebut dikembalikan kepada individu yang diberi saran.

B.    Bimbingan dan Konseling Karier di SMP/MTs
Bimbingan karir di SMP/MTs merupakan proses bantuan yang dberikan oleh konselor sekolah kepada siswa dalam rangka pemberian informasi karir dan pekerjaan sehingga muncul kesadaran pada diri siswa untuk memilih pekerjaan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuan yang dimiliki.
Karakteristik siswa di SMP/MTs, adalah:
1.    Siswa berusia antara 12/13 - 15/16 tahun.
2.    Tugas-tugas pokok perkembangan yang harus dicapai anak , yaitu:
a)    mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karir.
b)    mengembangkan pengetahuan dan keterampilan untuk pendidikan lanjutan.
c)    mengenal gambaran dan mengembangkan sikap pribadi yang mandiri.
d)    mengarahkan diri pada peranan sosial sebagai pria atau sebagai wanita.
3.    Perkembangan kemampuan berpikir anak sudah pada tahap operasional formal, dimana anak sudah mulai berpikir secara abstrak, namun masih perlu bantuan dengan contoh-contoh konkrit dalam kehidupan sehari-hari.
4.    Konsep belajar sudah mulai berkembang pada tahap pemahaman, dimana setiap informasi/konsep atau peristiwa belajar dapat dicerna oleh aspek kognitifnya sehingga mereka memperoleh pemahaman diri yang lebih baik.
5.    Berada pada tahap perkembangan remaja, sedang mengalami masa pubertas dan mencari identitas diri.
Tujuan umum bimbingan karir di SMP/MTs adalah memberikan kesempatan pada siswa untuk melibatkan diri secara aktif dalam suatu proses yang dapat mengungkapkan berbagai macam karir. Melalui proses tersebut diharapkan siswa menyadari dirinya, kemampuannya, dan hubungan antara keduanya dengan berbagai karir dalam masyarakat.
Tujuan khusus bimbingan karir di SMP/MTs adalah:
1.    Memahami lebih tepat tentang keadaan dan kemampuan diri para siswa.
2.    Membina kesadaran terhadap nilai-nilai yang ada pada diri pribadi siswa.
3.    Mengenal berbagai jenis sekolah lanjutan tingkat menegah atas (SMA/MA).
4.    Mengenal berbagai jenis pekerjaan.
5.    Memberi penghargaan yang obyektif dan sehat terhadap dunia kerja.
Fungsi bimbingan karir di SMP/MTs adalah:
1.    Memberikan arahan kepada siswa agar mempunyai wawasan awal yang objektif tentang pendidikan lanjutan dan lapangan pekerjaan
2.    Memberikan bekal tambahan dalam melalui masa peralihan yang sistematis dari status siswa menjadi anggota masyarakat yang produktif.
3.    Memberikan kesempatan untuk mengenal serta membina sikap, minat, dan nilai terhadap dunia kerja.
Ada lima materi pokok bimbingan karir di SMP/MTs, yaitu:
1.    Pengenalan konsep diri berkenaan dengan bakat dan kecenderungan pilihan karir/jabatan serta arah pengembangan karir.
2.    Pengenalan bimbingan karir khususnya berkenaan dengan pilihan pekerjaan.
3.    Orientasi dan informasi jabatan dan usaha untuk memperoleh penghasilan.
4.    Pengenalan berbagai jenis lapangan pekerjaan yang dapat dimasuki tamatan SMP/MTs.
5.    Orientasi dan informasi pendidikan menengah sesuai dengan cita¬-cita melanjutkan pendidikan dan pengembangan karir.
Bimbingan karir di SMP/MTs merupakan kelanjutan dari bimbingan karir di SD, melalui guru pembimbing siswa mendapatkan berbagai informasi tentang karir sehingga dapat membina sikap dan apresiasinya terhadap jenis pendidikan, jenis pekerjaan, dan menelusuri hubungan antara kerja dan waktu luang, memperluas minat kerja, serta memberikan berbagai informasi tentang pekerjaan sehingga memunculkan kesadaran siswa untuk menentukan pilihan pekerjaannya dimasa datang sesuai dengan bakat dan minat yang dimilikinya.

C.    Bimbingan dan Konseling Karier di SMA/MA
Walaupun baru sedikit yang diketahui tentang kapan para remaja menyatakan pilihan pilihan okupasionalnya ,beberapa estimasi kasar sudah tersedia. Crites (1969) melakukan review terhadap beberapa studi yang berkaitan dan menyimpulkan bahwa sekitar 30 persen siswa bimbang saat di sekolah lanjutan dan perguruan tinggi. Hal ini agak lebih tinggi dari pada penemuan yang lebih muktahir dan fottler dan Bain (1980) yang hanya 18 % dari sample siswa sekolah lanjutan atas di Alabama yang bimbang dan kurang dari studi longitudinal, Marr (1956) yang melaporkan bahwa 50 persen subjek tidak membuat sesuatu keputusan hingga usia 21 tahun. Penelitian Holander (1974) telah menunjukkan bahwa kemampuan mengambil keputusan di antara siswa-siswa sekolah lanjutan atas bervariasi menurut sipat-sipat intelektual siswa.
Perbedaan dalam aspirasi karier, diantara siswa-siswa lanjutan atas ternyata terdapat perbedaan-perbedaan subtansial dalam kebutuhan kebutuhan perkembangan dan kematangan kariernya. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan-perbedaan ini (misalnya, tingkat bantuan orang tua, latar belakang jenis kelamin rasial dan konsep diri, perkembangan dan kesehatan fisik). Dillart dan Campbell (1981) membandingkan pengaruh dari orang tua terhadap prilaku karier dari 194 orang anak anak dikelas tiga SMP/MTs hingga kelas tiga SMA/MA. Sampel diambil dari keluarga keluarga yang utuh dan tidak utuh dengan ciri-ciri sosio ekonomik menenggah dan rendah mereka menemukan bahwa orang-orang tua ini secara deferensial mempengaruhi perkembangan karier anak-anaknya.
Plata (1981) membandingkan aspirasi-aspirasi okupasional dari 40 pria remaja normal dan 40 pria remaja yang mengalami gangguan emosional. Dengan menggunakan okupasional aspirasion scale, ia menemukan bahwa taraf aspirasi okupasional pria remaja normal lebih tinggi dari pada kelompok kelompok yang menderita gangguan emosional.
Pound (1978) melakukan studi tentang konsep diri dari 500 siswa pria dan 500 siswa wanita yang dipilih secara acak dari enam sekolah lanjutan pada bagian barat New York dan mencoba memprediksi kematangan karier sub-sub kelompok ras dan jenis kelamin. Dengan menggunakan skala sikap dari Vocational Development Inventory (sekarang CMI) dan Tennessee Self-Consep Scale sebagai prediktor-prediktor ia menemukan bahwa konsep diri nampak mempunyai efek yang berbeda pada kematangan karier yang tergantung pada ras dan jenis kelamin peserta.
1.    Perbedaan dalam Perkembangan Karier
Pandangan tentang perbedaan-perbedaan dalam perkembangan karier diantara siswa siswa lanjutan atas datang dari the nasional Assesment of Educasional progress project on career and occupational Development. Sekitar 37.500 anak anak laki laki dan perempuan antar bangsa termasuk dalam sample. Penemuan-penemuannya antara lain sebagai berikut:
a)    Kebanyakan anak anak umur tujuh belas tahun telah membicarakan secara serius kepada seseorang tentang rencana rencananya di masa depan .rencana rencananya didiskusikan dengan orang tua dua kali lebih sering daripada dengan para konselor advisor atau teman sebaya. Hanya sekitar dua pertiganya merasa bahwa orang lawan bicaranya menyadari kemampuan-kemampuannya.
b)    Anak anak laki-laki cendrung lebih percaya kepada kemampuan kemampuannya mengerjakan sesuatu dari pada anak-anak perempuan.
c)    Gengsi dan status tercatat dua kali lebih banyak daripada tantangan dan tanggung jawab, kepuasan pribadi, kesempatan dan kemajuan sebagai alasan-alasan untuk menerima promosi dalam pekerjaan.
d)    Hanya 2,2 persen dari responden memandang bidang-bidang sekolah dan akademik sebagai aktivitas-aktivitas yang mungkin bermanfaat untuk suatu pekerjaan.
e)    Sumber utama untuk mengetahui syarat-syarat suatu pekerjaan adalah observasi terhadap bidang pekerjaan.
f)    Hampir semua anak-anak umur tujuh belas tahun telah memikirkan tentang jenis pekerjaan yang mereka suka kerjakan kelak.
2.    Implikasi-implikasi bagi Bimbingan Karier di SMA/MA
Karena pelajar di sekolah menengah akan sampai pada tingkat kematangan karir yang berbeda melalui rute yang berbeda (lancar atau tidak lancar) aktivitas bimbingan karier harus memiliki tiga penekanan: mendorong perkembangan karier, menyediakan perlakuan,dan membantu penempatan (mengacu kepada perpindahan pelajar ketingkat pendidikan selanjutnya atau kekehidupan pekerjaan.
Kegiatan(aktivitas) bimbingan karier pada sekolah menengah harus bisa mengantar setiap pelajar untuk menangulangi tugas perkembangan menuju perkembangan karier, dan membimbing pelajar kepada kreasi dan prestasi dari seperangkat pilihan dan rencana yang akan di tetapkan.
Penekanan penekanan utama dalam aktivitas aktivitas bimbingan karier untuk berbagai individu haruslah didasarkan pada intensitas perencanaan, kesiapan berpartisipasi dalam kehidupan sebagai pribadi yang independent, dan keterarahan individu-individu kepada tujuan. Dalam hubungan dengan itu, the nasional conference on Guidance, Counseling, and placement in Career Development and Education Occupasional Decision-Making merekomendasikan tujuan-tujuan untuk aktivitas-aktivitas bimbingan karier di sekolah menengah sebagai berikut :
a)    Siswa mengembangkan kesadaran akan perlunya implementasi yang lebih khusus dari tujuan-tujuan karier.
b)    Siswa mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna mengimplementasikan tujuan-tujuan karier.
c)    Siswa melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat-syarat memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran di tingkat sekolah lanjutan, dengan latihan dalam jabatan, atau dengan mengejar latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan pasca sekolah lanjutan yang mengantar pada kualifikasi-kualifikasi untuk suatu okupasi khusus.
3.    Tujuan bimbingan karier di SMA/MA
Herr (1976 : 1-2) mengemukakan tujuan tujuan bimbingan karier di SMA/MA yang meliputi membantu siswa siswa belajar untuk:
a)    menunjukkan hubungan antara hasil-hasil belajar, nilai-nilai aspirasi aspirasi pendidikan dan kariernya.
b)    menganalisis kompetensi pribadi sekarang dalam keterampilan keterampilan yang diperlukan untuk pilihan-pilihan karier dan mengembangkan rencana-rencana untuk memperkuat keterampilan ini bila di perlukan.
c)    memegang tanggung jawab dalam perencanaan karier dan konsekuensi- konsekuensinya.
d)    siap untuk memenuhi syarat bagi taraf memasuki pekerjaan-pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang sesuai, dengan pendidikan kooperatif, atau dengan latihan-latihan dalam jabatan.
e)    siap untuk memenuhi syarat bagi pendidikan pasca sekolah lanjutan dengan mengambil mata pelajaran yang diperlukan oleh tipe program dan lembaga yang diinginkan (perguruan tinggi, perdagangan, perusahaan.
f)    mengembangkan pengetahuan dan keterampilan keterampilan yang berhubungan dengan kehidupan sebagai konsumen.
g)    mengembangkan keterampilan-keterampilan yang berhubungan dengan penggunaan efektif waktu luang.
h)    secara sistematis menguji realitas pilihan-pilihan karier dengan menghubungkannya dengan hasil belajar dalam mata pelajaran.

D.    Bimbingan dan Konseling Karier di SMK
Secara psikologis siswa SMK tengah memasuki tahapan perkembangan masa remaja, yakni masa peralihan dari kanak-kanak menuju dewasa. Masa ini merupakan masa yang singkat dan sulit dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini individu mengalami ambivalensi kemerdekaan. Pada satu sisi individu menunjukkan ketergantungan pada orang tua atau orang dewasa; pada sisi lain individu menginginkan pengakuan dirinya sebagai individu yang mandiri.
Tema sentral kehidupan individu yang berada pada masa remaja adalah pencarian identitas atau jati-diri, baik yang berkaitan dengan aspek intelektual, sosial-emosional, vokasional, maupun spiritual. Ia harus mampu menjawab “Siapa saya ? Apa saya ? Mau ke mana saya? Apa yang harus saya perbuat untuk karier masa depan saya? Sejumlah pertanyaan identitas diri seyogyanya dapat dijawab dengan tepat oleh remaja. Jika ia tidak dapat menjawabnya dengan tepat maka ia cenderung bingung menghadapi hidup, termasuk pengambilan keputusan karier. Tetapi jika sebaliknya, maka ia akan berkembang optimal dan tepat dalam mengambil keputusan kariernya sehingga karier masa depan penuh dengan harapan. Oleh karena itu, pada masa remaja diperlukan lingkungan sosial dan fisik yang kondusif, yakni lingkungan orang tua atau orang dewasa yang membimbing dan mengayomi secara aspiratif, teman sebaya (peer group) yang mengembangkan norma kehidupan yang positif dan kreatif, dan lingkungan fisik yang memfasilitasi remaja untuk menyalurkan energi psikologis hingga membuahkan produktivitas.
Pada setiap tahapan atau periode perkembangan, termasuk masa remaja, terdapat sejumlah tugas perkembangan yang harus dipelajari dan diselesaikan oleh individu agar diperoleh kesuksesan dalam perkembangan kehidupan selanjutnya. Tugas perkembangan merupakan tugas-tugas yang muncul pada setiap periode perkembangan individu selama hidupnya, yang dipengaruhi oleh tuntutan kematangan diri, aspirasi lingkungan sosial masyarakat, dan lingkungan budaya sekitarnya.
Kerberhasilan menyelesaikan tugas perkembangan dalam periode perkembangan tertentu akan membantu individu dalam menyelesaikan tugastugas perkembangan pada periode perkembangan berikutnya. Demikian sebaliknya, kegagalan dalam mencapai tugas perkembangan pada periode tertentu akan menghambat penyelesaian tugas perkembangan pada periode selanjutnya.
Rumusan tugas perkembangan bagi para remaja di Indonesia adalah sebagai berikut:
1.    Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.    Mempersiapkan diri, menerima dan bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi pada diri sendiri untuk kehidupan yang sehat.
3.    Mencapai pola hubungan yang baik dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
4.    Memantapkan nilai dan cara bertingkah laku yang dapat diterima dalam kehidupan sosial yang lebih luas.
5.    Mengenal kemampuan, bakat, minat, serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
6.    Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan pelajaran dan/atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan masyarakat.
7.    Mengenal gambaran dan mengembangkan sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.
8.    Mengenal sistem etika dan nilai-nilai bagi pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat, dan minat manusia.
Dewasa ini masalah karier telah menjadi komponen layanan bimbingan dan konseling yang lebih penting dibandingkan pada masa sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh adanya berbagai perubahan dalam dunia kerja, terutama tahun 1970-an. Berbagai perubahan itu di antaranya sebagai berikut:
1.    Semakin berkurangnya kebutuhan dunia kerja terhadap pekerja yang tidak memiliki keterampilan.
2.    Meningkatnya kebutuhan dunia kerja terhadap pekerja yang profesional dan memiliki keterampilan teknis.
3.    Berkembangnya berbagai jenis pekerjaan sebagai dampak dari penerapan teknologi maju.
4.    Berkembangnya perindustrian di berbagai daerah.
5.    Berbagai jenis pekerjaan yang baru memerlukan cara-cara pelayanan dan penanganan yang baru atau yang berbeda dengan penanganan sebelumnya.
6.    Semakin bertambahnya jumlah pekerja yang masih berusia muda dalam dunia kerja.
Masalah karier yang dirasakan oleh siswa itu, antara lain sebagai berikut:
1.    Siswa kurang memahami cara memilih program studi yang cocok dengan kemampuan dan minat.
2.    Siswa tidak memiliki informasi tentang dunia kerja yang cukup.
3.    Siswa masih bingung untuk memilih pekerjaan.
4.    Siswa masih kurang mampu memilih pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan minat.
5.    Siswa merasa cemas untuk mendapat pekerjaan setelah tamat sekolah.
6.    Siswa belum memiliki pilihan perguruan tinggi atau lanjutan pendidikan tertentu, bila setelah tamat tidak masuk dunia kerja.
7.    Siswa belum memiliki gambaran tentang karakteristik, persyaratan, kemampuan, dan keterampilan yang dibutuhkan dalam pekerjaan, serta prospek pekerjaan untuk masa depan kariernya.
Posisi layanan bimbingan karier di SMK hendaknya mampu membantu siswa menyelesaikan tugas perkembangannya di bidang karier yang berada pada tahap eksplorasi. Tugas perkembangan karier pada tahap eksplorasi ini adalah sebagai berikut:
1.    Mengenal dan menerima kebutuhan untuk membuat keputusan karier dan memperoleh informasi yang relevan untuk membuat keputusan karier.
2.    Menyadari minat dan kemampuan dan menghubungkannya dengan kesempatan kerja.
3.    Mengidentifikasi bidang dan tingkat pekerjaan yang cocok dengan minat dan kemampuan.
4.    Memperoleh latihan untuk mengembangkan keterampilan dan mempercepat memasuki pekerjaan atau jabatan guna memenuhi minat dan kemampuannya.
Posisi layanan bimbingan karier di SMK adalah membantu siswa mencari dan menemukan bidang karier yang cocok dengan dirinya. Layanan bimbingan karier di SMK hendaknya membantu siswa agar mampu:
1.    mengembangkan kesadaran akan perlunya penerapan yang lebih khusus dari tujuan karier.
2.    mengembangkan rencana-rencana yang lebih khusus guna menerapkan tujuan karier.
3.    melaksanakan rencana-rencana untuk dapat memenuhi syarat guna memasuki pekerjaan dengan mengambil mata pelajaran yang mendukung pekerjaan, latihan dalam jabatan, dan mengejar latihan lebih lanjut di perguruan tinggi atau pendidikan setelah sekolah lanjutan yang mengantarkan siswa pada kualifikasi untuk suatu pekerjaan khusus.

E.    Keterampilan dan Sikap Konselor/Praktikan
Sikap tidak dapat dilihat bentuknya secara langsung, sedangkan keterampilan dapat tampak wujudnya dalam perbuatan seseorang. Sikap dasar seorang konselor meliputi:
1.    Penerimaan, yaitu penerimaan konselor terhadap keunikan pribadi orang lain.
2.    Pemahaman, yaitu kesadaran konselor untuk memahamitingkah laki, pikiran, dan perasaan orang lain.
3.    Kesejatian dan keterbukaan, yaitu keselarasan antara apa yang dipikirkan dengan apa yang diucapkan. Konselor juga harus jujur dengan semua hal yang menyangkut hubungan konselor dengan konselinya.
Sedangkan keterampilan konselor meliputi:
1.    Kompetensi intelektual, keterampilan komunikasi yang baik oleh konselor dapat membantu proses pemberian layanan kepada siswa.
2.    Kelincahan karsa-cipta, yaitu konselor tidak kaku, tanggap terhadap perubahan-perubahan sikap, persepsi, dan ekspektasi.
3.    Pengembangan keakraban, yaitu konselor betanggung jawab menciptakan, memantapkan, dan melanggengkan suasana akrab agar erjadi hubungan keterbukaan.
Dalam kode etik bimbingan dan konselign niilai, sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang harus dimiliki seorang praktikan/konselor pada saat memberi layanan kepada siswa adalah:
1.    Agar dapat memahami orang lain dengan sebaik-baiknya, konselor harus terus menerus berusaha menguasai dirinya. Ia harus mengerti kekurangan-kekurangan dan prasangka-prasangka pada dirinya sendiri yang dapat mempengaruhi  hubungannya dengan orang lain dan mengakibatkan rendahnya mutu layanan profesional serta merugikan klien.
2.    Dalam melakukan tugasnya membantu klien, konselor harus memperlihatkan sifat-sifat sederhana, rendah hati, sabar, menepati janji, dapat dipercayajujur, tertib, dan hormat.
3.    Konselor harus memiliki rasa tanggung jawab terhadap saran ataupun peringatan yang diberikan kepadanya, khususnya dari rekan-rekan seprofesi dalam hubungannya dengan pelaksanaan ketentuan-ketentuan tingkah laku profesional sebagaimana diatur dalam Kode Etik ini.
4.    Dalam menjalankan tugas-tugasnya, konselor harus mengusahakan mutu kerja yang setinggi mungkin. Untuk itu ia harus tampil menggunakan teknik-teknik dan prosedur-prosedur khusus yang dikembangkan atas dasar kaidah-kaidah ilmiah.























BAB III
PRA PRAKTIK BIMBINGAN DAN KONSELING KARIER

A.    Persiapan Konselor/Praktikan
a.    Persiapan Akademik
Persiapan akademik adalah persiapan secara akademik yang dilakukan oleh praktikan sebelum melaksanakan praktek bimbingan dan konseling karir agar mendapatkan pemahaman total tentang konsep bimbingan dan konseling karir. Yang termasuk dalam persiapan akademik diantaranya:
1)    Mempelajari konsep tentang makna dari bimbingan dan konseling karir dari perkuliahan maupun secara mandiri.
2)    Mempelajari bagaimana cara menganalisa DCM.
3)    Mempelajari bagaimana membuat suatu program layanan bimbingan dan konseling karier yang benar.
4)    Mempelajari keterampilan dan sikap apa saja yan perlu dimiliki oleh praktikan ketika melaksanakan praktek bimbingan dan konseling karir.
5)    Menyiapkan dan mempelajari materi untuk satuan layanan bimbingan dan konseling karir yang telah dibuat.
b.    Persiapan Fisik
Persiapan fisik adalah persiapan yang dilakukan secara fisik atau jasmaniah oleh seorang praktikan sebelum melaksanakan praktek bimbingan dan konseling karir yang berguna untuk menunjang kelayakan dan kesopanan praktikan. Yang termasuk dalam persiapan fisik diantaranya:
1)    Menjaga kesehatan badan dengan berolahraga agar ketika melaksanakan praktik menjadi lancar.
2)    Menjaga pola makan sehari-hari.
3)    Memakai pakaian formal yang layak untuk tampil praktik di kelas.
4)    Menyiapkan media yang akan digunakan dalam praktek bimbingan dan konseling karier.
c.    Persiapan Mental
Persiapan mental adalah persiapan yang dilakukan secara mental yang dilakukan oleh seorang praktikan guna menunjang ketenangan dan kejernihan pikiran ketika melaksanakan praktik bimbingan dan konseling karir. Yang termasuk dalam persiapan mental diantaranya:
1)    Berdoa agar perasaan dan pikiran menjadi tenang.
2)    Percaya pada kemampuan diri sendiri.

B.    Identifikasi Kebutuhan dan Permasalahan Karier (sesuai hasil instrumen yang dipakai/diolah)
Pengumpulan data adalah langkah awal dalam sebuah perencanaan program pelayanan bimbingan dan konseling. Pengumpulan data dilakukan dengan mendatangi langsung lapangan yang akan diteliti.
Pada kegiatan praktik bimbingan dan konseling karir ini, praktikan mengidentifikasi data mentah yang sudah diperoleh dengan menggunakan instrument berupa DCM pada semester sebelumnya. Pengumpulan data pada semester sebelumnya dilaksanakan di SMA Negeri 1 Subah dengan responden sebanyak 37 siswa.
1.    Instrument
Instrument adalah alat yang digunakan seseorang guna membantu kegiatan penelitiannya, utamanya observasi untuk memperoleh data dari lapangan. Dalam mengumpulkan data dari lapangan hanya digunakan  satu instrumen saja, yaitu DCM (daftar cek masalah) yang hanya terfokus pada aspek atau masalah yang berhubungan dengan karir siswa. Dengan menggunakan instrument tersebut akan dicari data-data siswa tentang berbagai permasalahan yang mungkin muncul dalam pemilihan karier siswa.
DCM adalah bentuk instrument psikometrik yang paling sederhana yang berisi kata-kata, kalimat, atau pertanyaan yang berisi pikiran-pikiran atau kegiatan-kegiatan individu yang menjadi focus perhatian atau yang sedang diamati. Dengan DCM memungkinkan pengamat meneliti seseorang secara sistematis dan obyektif dan merekan hasil observasu tersebut secara cepat. DCM memiliki beberapa fungsi dan kegunaan, diantaranya adalah :
a)    Membantu individu menyatakan masalah yang pernah ada atau dihadapi.
b)    Mensistematisasi masalah yang dihadapi individu atau kelompok.
c)    Memudahkan analisis dan penagmbilan keputusan dalam penyusunan
d)    rogram.
e)    Memberi kemudahan bagi konselor dalam menetapkan individu yg perlu mendapat perhatian khusus.
2.    Analisi Data
Setelah data dari lapangan diperoleh, langkah selanjutnya adalah menganalisis dengan seksama data terssebut. Analisis adalah proses penyusunan data agar mudah ditafsirkan. Menyusun data berarti mengolongkannya dalam thema, kategori, atau pola-pola tertentu. Tafsiran atau interpretasi artinya memberikan makna pada analisis data yang sudah dilakukan, menjelaskan pola atau konsep, mencari hubungan berbagai konsep, dan sebagainya. Interpretasi menggambarkan perspektif peneliti, bukan kebenaran.
Berdasarkan hasil pengolahan data dari DCM yang diperoleh dari lapangan, setelah dianalisis ( table analisis terlampir ) dapat diketahui beberapa fakta dan beberapa kesimpulan bahwa siswa yang masuk  dalam predikat “E”, maka siswa tersebut mengalami hambatan dalam bidang hal tersebut. Karena DCM yang digunakan terfokus pada masalah karier saja, butir yang mendapat derajat permasalahan E diantaranya butir nomor 4, 6, 7, 8, dan 9 dari total 12 butir yang mencakup masalah-masalah pemilihan karir untuk masa depannya yaitu, 51% siswa tidak mengetahui bakat dan kemampuan diri, 78% siswa khawatir tidak diterima dalam perguruan tinggi, 54% siswa bingung dalam menetukan jurusan diperguruan tinggi, 62% siswa bingung bila tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tingg dan 65%  siswa cemas bila membayangkan masa depannya.
3.    Identifikasi Kebutuhan Masalah
Dari hasil analisis leger Daftar Cek Masalah (DCM) dapat dibuat suatu interpretasi kebutuhan siswa, yaitu:
No.    Harapan    Kenyataan    Instrument
1.    Siswa mengetahui bakat dan kemampuan yang dirinya    Siwa tidak mengetahui bakat dan kemapuan dirinya    DCM
2.    Siwa dapat diterima diperguruan tinggi    Siswa khawatir tidap dapat diterima diperguruan tinggi    DCM
3.    Siwa dapat menentukan jurusan yang nantinya akan diambil dalam perguruan tinggi     Siswa bingung menetukan jurusan yang akan diambil diperguruan tinggi nanti    DCM
4.    Siswa dapat melanjutkan keperguruan tinggi     Siswa merasa bingung bila tidak melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi    DCM
5    Siswa dapat membayangkan masa depannya nanti    Siswa merasa cemas bila membayangkan masa depannya    DCM
Tabel 3.1 interpretasi kebutuhan siswa kelas X.II SMA Negeri 1 Subah

Dari hasil analisis DCM tersebut juga dapat dibuat sebuah identifikasi permasalahan siswa, sebagai berikut:
No.    KEBUTUHAN/PERMASALAHAN    JENIS
LAYANAN    KEGIATAN PENDUKUNG
1.    Mengembangkan bakat dan potensi diri    PKO    HD
2.    Mengenali bakat dan potensi diri    PKO    HD
3.    Mengenal macam-macam fakultas dan jurusan yang ada di perguruan tinggi    INFO    HD
4.    Perencenaan karier setelah lulus SMA    PKO    HD
5.    Upaya mengatasi rasa cemas terhadap masa depan     INFO
BKP    HD
6.    Meningkatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri sebagai langkah pertama untuk perencanaan karier    INFO
BKP    HD
7.     Mau kemana setelah lulus?    PKO    HD
8.     Tips memilih jurusan di perguruan tinggi    INFO    HD
Tabel 3.2 identifikasi kebutuhan siswa kelas X.II SMA Negeri 1 Subah

Dari identifikasi kebutuhan tersebut, akan dibuat tiga buah satuan layanan dan satu diantara layanan tersebut akan langsung dipraktikkan bersama mahasiswa satu kelas. Satuan layanan yang akan di praktikkan adalah dengan topik upaya mengatasi rasa cemas terhadap masa depan..










BAB IV
PELAKSANAAN DAN HASIL PRAKTIK BIMBINGAN DAN KONSELING KARIER

A.    Pelaksanaan Praktik (proses)
Pelaksanaan praktik bimbingan dan konseling belajar yang dilaksanakan kali ini terbagi menjadi tiga tahap, yaitu tahap pengambilan data ke lapangan, tahap analisis data, dan tahap praktik bimbingan dan konseling belajar.
1.    Pengambilan data ke lapangan
Setelah selama tiga kali pertemuan perkuliahan praktik bimbingan dan konseling di kelas, dosen memberikan konsep-konsep tentang bimbingan karier di sekolah. Setelah itu praktikan mulai ditugaskan untuk merancang dan menyusun program layanan bimbingan dan konseling karier dengan mengacu pada hasil analisis instrument. Data yang akan dianalisis oleh praktikan adalah data yang sudah ada, artinya praktikan tidak ke lapangan secara langsung untuk pengumpulan data, melainkan menggunakan data hasil pengambilan data praktikan pada semester sebelumnya pada mata kuliah bimbingan dan konseling karier. Dengan metode seperti ini, kiranya lebih menghemat waktu dan biaya demi kelancaran pembuatan program layanan bimbingan dan konseling karier.
2.    Tahap analisis data
Setelah data dari lapangan pada semester sebelumnya siap diolah, praktikan kemudian menganalisisnya dengan seksama. Analisis instrument DCM ini dilakukan dengan cara manual, karena pada semester sebelumnya praktikan belum mengetahui adanya sistem aplikasi DCM yang dapat menganalisis DCM secara cepat dan tepat. Penganalisisan secara manual diakui praktikan memang sedikit agak merepotkan karena semua penginputan data, perhitungan atau tabulasi, dan pemprosentasean dilakukan secara manual. Dari instrument ini, banyak informasi yang diperoleh diantaranya tabulasi data DCM, analisis butir soal per kelas, dan daftar siswa asuh.
Penganalisisan data mentah selesai diolah, langkah berikutnya adalah membuat suatu identifikasi kebutuhan siswa. Identifikasi ini dibuat berdasarkan butir-butir DCM yang mendapatkan derajat permasalahan E. Ternyata dapat diketahui beberapa masalah yang sedang dialami dan segera membutuhkan pelayanan bimbingan dan konseling karier yaitu: mengembangkan bakat dan potensi diri, mengenali bakat dan potensi diri, mengenal macam-macam fakultas dan jurusan yang ada di perguruan tinggi, perencenaan karier setelah lulus sma, upaya mengatasi rasa cemas terhadap masa depan, meningkatkan rasa percaya diri terhadap kemampuan diri sendiri sebagai langkah pertama untuk perencanaan karier, mau kemana setelah lulus?, dan tips memilih jurusan di perguruan tinggi.
Untuk kebutuhan praktik yang dilaksanakan bersama rekan-rekan mahasiswa satu kelas, berdasarkan identifikasi kebutuhan tersebut, dibuat satu program dengan topik upaya mengatasi rasa cemas menghadapi masa depan. Dan program layanan lainnya juga dibuat sebanyak dua program untuk kebutuhan pembuatan laporan bimbingan dan konseling karier.
3.    Praktik bimbingan dan konseling
Praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling belajar dilaksanakan di kelas bersama mahasiswa satu angkatan. Praktik ini dilaksanakan pada hari Selasa, 5 April 2011 pada pukul 13.00 di ruang perkuliahan A3-201 gedung fakultas ilmu pendidikan UNNES. Praktik ini dilaksanakan dengan bantuan observer dari mahasiswa yang berjumlah tiga orang. Observer I adalah Khuliyah, observer II adalah Faskhau Maulvi Alim, dan observer III Aulia Kusuma Pasha. Observer ini bertugas memberi penilaian kepada praktikan pada lembar penilaian yang telah disediakan setelah itu mengomentari penampilan praktikan tentang materi yang digunakan serta penampilan praktikan ketika memberikan pelayanan bimbingan dan konseling karier. Komentar juga membahas tentang kekurangan yang perlu diperbaiki serta kelebihan yang perlu dtingkatkan dan dipertahankan.
Pada praktik kali ini, praktikan meminta bantuan kepada mahasiswa untuk berperan menjadi siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Subah, sedangkan praktikan disini berperan sebagai seorang guru baru yang sedang memberikan layanan bimbingan dan konseling karier.
Yang pertama kali dilakukan adalah mempersiapkan ruang, alat, dan media layanan yang akan digunakan, yaitu dengan menata LCD dan laptop sedemikian rupa sehinggan powerpoint bisa ditampilkan dan seluruh siswa di kelas bisa menyaksikannya dengan jelas. Setelah media yang digunakan telah siap, praktikan membuka kegiatan dengan mengucapkan salam kepada siswa, memperkenalkan diri terlebih dahulu kepada siswa, menanyakan kabar kepada siswa sebagai bentuk komunikatif dan agar supaya lebih dekat dengan para siswa, dan memulai kegiatan dengan berdoa bersama terlebih dahulu. Setelah itu, praktikan berterima kasih atas kesediaan siswa mengikuti kegiatan layanan lalu menjelaskan tentang maksud dan tujuan kedatangan praktikan ke kelas. Dijelaskan juga tentang pengambilan data pada pertemuan lalu yang telah dilakukan, kemudian di analisis, dan temukan suatu permasalahan yaitu bahwa siswa kelas X.1 ini masalah yang paling tinggi adalah pada kecemasan pada masa depan. Kemudian praktikan juga menjelaskan tentang pentingnya mendapatkan materi tentang bagaimana upaya mengatasi kecemasan pada masa depan juga menanyakan kembali kepada siswa apakah siswa sudah siap untuk mengikuti kegiatan tersebut.
Setelah pasti bahwa siswa siap mengikuti rangkaian kegiatan, praktikan memulai membahas tentang apa yang dimaksud dengan cemas, tentu dengan melempar pertanyaan terlebih dahulu kepada siswa bila mereka mempunyai pendapat tentang kata-kata cemas. Ketika mulai membahas tentang penyebab rasa malas, gejala dan ciri kecemasan, tingkatan-tingkatan kecemasan, jenis-jenis kecemasan, dan bagaimana cara mengatasi kecemasan, praktikan juga mengundang partisipasi aktif dari siswa dengan menanyakan pendapat dan pemikiran siswa juga melakukan humor-humor segar ditengah-tengah penyampaian materi agar siswa tidak merasa jenuh maupun bosan. Hal ini dilakukan agar siswa lebih aktif dan antusias dalam mengikuti kegiatan layanan juga menumbuhkan keberanian menyampaikan pendapat di depan orang banyak.
Ketika materi sudah selesai semua diberikan, praktikan mengajak siswa untuk melakukan sesi tanya jawab, apa bila ada siswa yang kurang mengerti dan juga apabila ada siswa yang masih punya tabungan pertanyaan yang ingin disampaikan kepada praktikan. Praktikan memberi kesempatan bertanya sebanyak-banyaknya kepada siswa. Ketika ada siswa yang sudah berani bertanya, praktikan memberi reinforcement positif berupa pujian karena ia sudah berani untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya. Pertanyaan dari siswa tidak langsung dijawab oleh praktikan, namun pertanyaan tersebut terlebih dahulu dilempar kembali ke semua siswa, dalam hal ini semua siswa yang ada di kelas diajak untuk berpikir bersama-sama untuk menjawab pertanyaan tadi. Setelah tidak ada  yang ditanyakan lagi oleh para siswa, praktikan menutup kegiatan pelayanan bimbingan dan konseling karier ini dengan mengucapkan salam penutup.

B.    Hasil Praktik
Setelah selesai melaksanakan praktik bimbingan dan konseling belajar, praktikan melakukan penilaian kepada siswa. Penilaian tersebut dilakukan guna mengetahui lebih jauh tentang apa yang diperoleh siswa ketika mengikuti kegiatan layanan bimbingan dan konseling karier ini. Penilaian dilakukan dengan cara tanya jawab kepada siswa tentang apa saja yang ingin ditanyakan supaya siswa mempunyai gambaran yang jelas tentang topik apa yang baru saja di berikan oleh praktikan. Setelah menanyakan langsung  kepada beberapa siswa, ternyata diperoleh hasil bahwa siswa sudah bisa memahami apa sebenarnya yang dimaksud dengan cemas, mengerti tentang penyebab rasa cemas, mengerti gejala dan ciri kecemasan, paham akan tingkatan-tingkatan kecemasan, mengetahui tentang jenis-jenis kecemasan, dan bagaimana cara mengatasi kecemasan.

C.    Refleksi Pengalaman Pribadi
Pada kegiatan tahap awal, yaitu pada penganalisisan data mentah, praktikan sempat mengalami kebingungan tentang layanan apa yang akan diberikan jika masalah yang dialami oleh siswa yang memperoleh prosentase tertinggi sebanyak 78% yaitu khawatir tidak diterima di perguruan tinggi. Karena setelah beberapa hari tidak mendapat ide akhirnya praktikan memutuskan untuk membuat layanan dari masalah dengan prosentase 54% yaitu siswa bingung menentukan jurusan di perguruan tinggi.
Setelah diajukan/dikonsultasikan kepada dosen pembimbing yaitu ibu Sinta Saraswati, mendapat nasehat dari beliau bahwa pembuatan program layanan yang baik adalah yang memprioritaskan permasalahan tertinggi siswa berdasarkan instrument DCM. Ketika mengungkapkan bahwa praktikan bingung mengambil judul bila item DCM nomor enam yang dijadikan program, ibu Sinta memberi saran untuk membuat program dari item masalah yang berada pada rangking pertama setelah item nomor enam, yaitu item nomor sembilan dengan topik mengatasi kecemasan pada masa depan. Beberapa perbaikan juga dilakukan pada satuan layanan yang pertama kali diajukan, karena dianggap masih banyak salah dan disarankan untuk diperbaiki. Jelas bahwa pada konsultasi tahap pertama yang dipebaiki oleh praktikan adalah format satuan layanan dan topik satuan layanan.
Pada konsultasi tahap ke dua, program yang diajukan oleh praktikan disetujui oleh dosen pembimbing tanpa komentar apapun. Pertemuan minggu berikutnya, ibu dosen tidak bisa hadir dalam kegiatan perkuliahan dan memberikan tugas kepada mahasiswa untuk langsung praktik memberikan layanan bimbingan dan konseling karier di kelas dengan satuan layanan yang telah disetujui. Pada saat itu, ibu dosen menunjuk praktikan dan dua orang mahasiswa lainnya untuk  tampil. Karena pemberitahuan yang mendadak, praktikan merasa tidak percaya diri dan merasa gugup saat harus tampil di depan kelas. Karena untuk pertama kalinya harus memberikan layanan bimbingan dan konseling karier. Setelah tiba giliran untuk maju, berbagai perasaan bercampur menjadi satu, antara gugup, bingung, cemas, khawatir, bahkkan sampai berkeringat dingin dan dalam berbicara masih terbata-bata. Tetapi setelah praktik selesai, perasaan praktikan menjadi lega karena sudah tidak memiliki hutang praktik lagi.
Ketika kegiatan praktik pemberian layanan bimbingan dan konseling berlangsung banyak hal yang menjadi pengalaman dan pelajaran bagi praktikan. Banyak juga hambatan-hambatan yang terjadi, hambatan ini berasal dari faktor internal praktikan sendiri maupun berasal dari faktor eksternal.
Pengalaman dan pelajaran yang praktikan peroleh diantaranya bisa menganalisis instrument, mengidentifikasikan kebutuhan siswa, menyusun membuat layanan yang sesuai dengan kebutuhan siswa, layanan yang dibuat lansung dipraktikan, mendapat pengalaman mengetahui suasana kelas, pengalaman berbicara didepan siswa, melatih kepercayaan diri, melatih kepemimpinan, melatih kelancaran berbicara di depan umum, melatih mengontrol emosi, bisa mengetahui bagaimana seorang guru pembimbing ketika memberikan layanan, dan memberikan pengalaman untuk menjadi seorang pembimbing yang lebih baik ketika sudah di lapangan kelak.
Penghambat dari segi faktor internal diantaranya, praktikan masih merasa gugup ketika memberikan layanan, olah vokal dirasa masih kurang, bahasa yang digunakan masih bercampur dengan bahasa daerah, masih gugup ketika berbicara di depan orang banyak, kelancaran dalam berbicara masih kurang, masih banyak tertawa, dan perasaan grogi masih menempel saat pelaksanaan praktik.
Adapun hambatan dari faktor eksternal adalah bahwa siswa yang diberi layanan kali ini adalah mahasiswa teman satu kelas sendiri. Mahasiswa yang berperan menjadi siswa SMA tentu tidak bisa sepenuhnya menjadi seperti apa yang sebenarnya dalam lapangan sebenarnya. Mahasiswa ketika diberi layanan masih sibuk dengan urusannya masing-masing dan terkesan tidak memperhatikan. Apabila suasana kelas alami dan apa adanya. Dengan kata lain melaksanakan praktik ke lapangan yang sebenarnya, ada kemungkinan, suasana yang kaku dan berat seperti saat di kelas bersama mahasiswa tidak terjadi.










BAB V
PENUTUP

A.    Simpulan
Berdasarkan uraian kegiatan yang telah dilaksanakan pada kegiatan praktik bimbingan dan konseling belajar kali ini, dapat diambil kesimpulan, yaitu;
1.    Bahwa masalah yang paling krusial yang dialami oleh siswa kelas X.1 SMA Negeri 1 Subah adalah rasa cemas menghadapi masa depan.
2.    Praktikan sudah cukup baik dalam pelaksanaan praktik bimbingan dan konseling belajar.
3.    Beberapa kekurangan dirasa terjadi akibat pengalaman praktik yang dilakukan oleh praktikan masih sedikit.
4.    Dengan kegiatan praktik bimbingan dan konseling belajar ini membuat kemampuan praktikan lebih terasah. Hal ini bisa disimpulkan dari bagaimana menguasai rasa grogi sedangkan tuntutan pekerjaan adalah untuk tampil prima sebagai seorang pemimpin. Perasaan grogi dirasa sebagai beban namun disisi lain digunakan sebagai alat untuk mengasah kemampuan diri sebagai persiapan untuk terjun ke lapangan yang sesungguhnya.

B.    Saran
Saran yang terbentuk dari diri praktikan adalah menambah latihan yang dapat meningkatkan rasa kepercayaan diri dan belajar menguasai keadaan yang tidak terencana, sedangkan keadaan menuntuk untuk selalu tampil prima. Profesionalitas seorang konselor harus terjaga dihadapan konseli maupun dihadapan stake holder agar pengakuan sehat dari masyarakat dapat terangkat.










DAFTAR PUSTAKA
Sukardi, Dewa Ketut. 2008. Pengantar pelaksanaan program bimbingan dan konseling di sekolah. Jakarta: Rineka Cipta
Nurihsan, H Achmad Juntika. 2005. Manajemen bimbingan dan konseling di SMP. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia
Walgito, Bimo. 2010. Bimbingan dan konseling studi dan karir. Jogjakarta: CV Andi Offset
Manribu, Mohammad Thayyeb. 1988. Pengantar bimbingan dan konseling karir. Jakarta: Dikti
Gani, Ruslan A. 1996. Bimbingan karir. Bandung: Angkasa
Syah, Muhhibbin. 2003. Psikologi belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
http://konselingindonesia.com/index.php?option=com_content&task=view&id=48&Itemid=91
http://blog.uad.ac.id/alitarmuji/2009/06/23/konsep-bimbingan-karier/

Littlre snake pin