Rabu, 18 Mei 2011

PENGARUH TEKNOLOGI TERHADAP BAHASA DI KALANGAN PELAJAR

Bahasa adalah ilmu yang sangat penting dalam kehidupan sehari – hari khususnya dalam berkomunikasi dengan orang lain. Tentunya kita harus bisa menggunakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan. Dalam perkembangan teknologi yang semakin maju seperti sekarang ini sangatlah berpengaruh besar bagi masyarakat pada umumnya dan khususnya di kalangan pelajar di sekolah yaitu mulai terkontaminasinya bahasa terhadap perkembangan teknologi yang digunakan setiap pelajar sehingga bahasa mengalami keterpurukan karena kemunculan dari kenegatifan bahasa yang digunakan tersebut dan juga bisa merubah makna dan arti yang ada.
Bahasa Indonesia yang seharusnya sebagai bahasa nasional yang harus kita junjung tinggi tersebut telah mengalami penyimpangan dari segi tata bahasa penulisannya maupun pelafalannya. Di lingkungan sekolah yaitu para pelajar yang banyak menggunakan teknologi handphone telah membuat suatu bahasa yang baku menjadi tidak baku dalam penulisannya yang pengaruhnya semakin meningkat meninggalkan norma yang berlaku sesuai dengan ejaan yang disempurnakan. Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui bahwa semakin majunya teknologi, kenapa menyebabkan kebakuan bahasa indonesia itu semakin disisihkan. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mencoba meneliti untuk merealisasikan pengaruh kejadian tersebut yang diharapkan agar kemajuan teknologi itu diimbangi pula dengan kemajuan bahasa persatuan kita khususnya dalam kebakuan bahasa indonesia yang berkiblat pada Ejaan Yang Disempurnakan.
Berdasarkan latar belakang masalah dan realita yang ada, dapat kita cermati masalah-masalah yang timbul di antaranya adalah :
–> Banyak pelajar yang menggunakan bahasa sms dan diterapkan di dunia pendidikan yang jauh dari ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan.
–> Apakah para pelajar dapat menggunakan bahasa sms pada tempatnya sehingga tidak menimbulkan penyimpangan pada bahasa Indonesia yang baik dan benar.
–> Bagaimana cara penanggulangan yang baik untuk menghilangkan kenegatifan yang yang ada antara bahasa sms dengan bahasa yang sebenarnya.
–> Dampak negatif dari perkembanngan teknologi terhadap ketatanan bahasa yang ada
Oleh karena itu, kita sebagai penerus bangsa yang baik hendaknya selalu menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dan diharapkan kita bisa menjadi contoh untuk yang lain termasuk bagi pelajar, yaitu :\
- Pelajar dapat menerapkan penulisan bahasa sms pada tempatnya
- Pelajar cenderung berpikir ke depan untuk bisa menggunakan bahasa yang sesuai dengan Ejaan Yang Disempurnakan.
- Disamping pelajar atau mahasiswa, kalangan umum pun bisa mendapatkan manfaat dari program ini yaitu dapat mengetahui arti penting bahasa yang ada.
Arti penting Ejaan yang disempurnakan dalam kalangan pelajar . Tujuannya agar kita tidak salah dalam penggunaan bahasa yang ada dan kita juga bisa mengetahui makna atau arti kata yang ada.Ardiansyah, andre, 1995. Ejaan Yang Disempurnakan, Surabaya, Pustaka Agung Harapan.
Bahasa SMS
Tak bisa dimungkiri bahwa perkembangan teknologi telah pula turut serta memengaruhi perilaku manusia dalam berbahasa. Media informasi, khususnya yang berupa elektronik, menuntut manusia berpikir efektif dan efisien dalam menggunakan bahasa sehingga informasi yang disampaikan bisa cepat, singkat, dan padat. Hal ini tampak dari penggunaan bahasa pesan singkat atau yang biasa disebut SMS (short message service).
Fenomena penggunaan bahasa dewasa ini sedikit banyak ”menyimpang” dari kaidah-kaidah tata bahasa yang semestinya. Apa sebenarnya yang menjadi faktor munculnya fenomena ini? Apakah hukum alam mempunyai peranan penting dalam kemunculannya? Sejauh mana bahasa SMS bisa diterima sebagai suatu konvensi, bahkan jika perlu sebagai bahasa informatika?
Kenyataan memperlihatkan bahwa tak ayal kita mendapati kata-kata semacam t4 (tempat), dmn (di mana), ap kbr (apa kabar), dan lain sebagainya digunakan dalam SMS. Hal ini secara tidak disadari ternyata berkaitan dengan konsep hukum alam yang diungkapkan Kaum Atomis dan Newtonian. Mereka menganggap bahwa dalam usaha mencari dan menempati void (kehampaan), atom selalu mencari jalan yang sependek-pendeknya (via Wahab, 1991). Hukum ini berlaku pula dalam perilaku bahasa SMS. Pengirim pesan (encoder) selalu mengirim pesan (message) sesingkat mungkin kepada penerima pesan (decoder). Dalam proses pembentukan bahasanya, ada aspek kebahasaan yang patut untuk diperhatikan seperti fonologi, sintaksis morfologi, dan wacana.
Dalam aspek fonologi bahasa SMS, ada proses pengurangan jumlah suku kata dan pengubahan bunyi baik sebagai akibat dari penghilangan bunyi vokal akhir ataupun vokal atau suku kata yang ada di tengah suatu kata. Istilah Ini biasa disebut apocope dan syncope. Kata-kata seperti aslm, (assalamualaikum), kbr (kabar), sy (saya), km (kamu), bls (balas), cpt (cepat), dan sebagainya adalah beberapa contoh dari penyimpangan fonologi. Kebanyakan bahasa SMS termasuk pada aspek ini.
Terkadang tampak pula modifikasi yang muncul di wilayah ini seperti penggabungan kata dengan angka yang bertujuan menyingkat suatu kata dengan tidak mengurangi maknanya. Contohnya adalah t4 (tempat), s7 (setuju (h)), s6 (senam). Sempat kita mendapati fenomena seperti ini pada kata-kata yang muncul di stiker-stiker beberapa waktu lalu seperti domba 3rut (domba tigarut atau domba ti Garut yang berarti domba dari Garut), dan lain-lain.
Selain itu,  dalam aspek morfologi ada pembentukan kata dengan penggabungan dua kata dan memotong kata menjadi lebih pendek. Istilah ini disebut blending dan clipping. Contohnya, matkul (mata kuliah), ftkp (foto kopi), trims (terima kasih), lab (laboratorium), perpus (perpustakaan), dll. (dan lain-lain).
Kemudian dalam aspek sintaksis, ada proses pelesapan kata yang kebanyakan muncul dalam kalimat performatif seperti, pg (pagi), mlm (malam) yang ditulis di awal pesan dan sering kali diikuti tanda seru (!). Kata selamat ada kalanya diabaikan.
Fenomena penyingkatan dan pemadatan kata ini ditengarai oleh realita yaitu dunia (alam) informasi yang kita diami menuntut kita untuk bergerak lebih cepat dengan mencari jalan sependek mungkin dalam menyampaikan tujuan (berkomunikasi). Di sisi lain, tenaga dan upaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih sedikit atau kecil.
Secara psikologis, fenomena ini juga memengaruhi mental pengirim dan penerima pesan. Encoder secara alamiah selalu memiliki prinsip maximum ease of articulation, pengirim pesan atau penutur selalu ingin menyampaikan pesan (dengan tenaga dan gerak alat artikulasi) sesedikit mungkin. Sementara decoder cenderung menerapkan prinsip maximum of perceptual separation, ia selalu berusaha memahami makna suatu ujaran (pesan) dengan kerja indera sekecil mungkin.
Untuk mempertemukan kepentingan dari encoder dan decoder lewat prinsip ini, diperlukan kompromi atau saling pengertian yang hanya bisa terwujud jika ada konvensi bahasa yang disepakati bersama-sama.

Littlre snake pin