Kamis, 19 Mei 2011

Edward Lee Thorndike (1874-1949): TeoriKoneksionisme

Thorndike mengembangkan teori asosiasionisme yang sangat sistematis, dan salah satu teori belajar yang palingsistematis. Ia membawa ide-ide asosiasi para filsuf ke dalam level yang empiris dengan melakukn eksperimen terhadapide-ide filosofis tersebut. Thorndike juga mengakui pentingnya konsep reinforcement dan reward serta menuliskanteorinya tentang ini dalam law of effecttahun 1898 (bandingkan dengan Pavlov yang baru menuliskanidenya tentang reinforcement pada 1902).
Pandangan Thorndike:
·     Definisi Psikologi the study of stimulus-response connections or bondsThorndike sangatmementingkan connections. Connections dapat terbentuk secara sambung menyambung dalam urutan yang panjang.Sebuah connections yang tadinya response bisa menjadi stimulus. Di sinilah tampak peran asosiasi yang membentukconnections.

Teori utama Thorndike :
·     Fenomena belajar :
o  Trial and error learning
o  Transfer of learning
·     Hukum-hukum belajar :
o  Law of Readiness : adanya kematangan fisiologis untuk proses belajar tertentu, misalnya kesiapan belajar membaca.Isi teori ini sangat berorientasi pada fisiologis
o  Law of Exercise : jumlah exercise (yang dapat berupa penggunaan atau praktek) dapat memperkuat ikatan S-R.Contoh : mengulang, menghafal, dan lain sebagainya. Belakangan teori ini dilengkapi dengan adanya unsur effectbelajar sehingga hanya pengulangan semata tidak lagi berpengaruh.
o  Law of Effect : menguat atau melemahnya sebuah connection dapat dipengaruhi oleh konsekuensi dari connectiontersebut. Konsekuensi positif akan menguatkan connection, sementara konsekuensi negatif akan melemahkannya.Belakangan teori ini disempurnakan dengan menambahkan bahwa konsekuensi negatif tidak selalu melemahkanconnections. Pemikiran Thorndike tentang. Konsekuensi ini menjadi sumbangan penting bagi aliran behaviorisme karenaia memperkenalkan konsep reinforcement. Kelak konsep ini menjadi dasar teori para tokoh behaviorisme sepertiWatson, Skinner, dan lain-lain.

Selanjutnya Thorndike menambahkan hukum tambahan sebagai berikut :
·     Hukum Reaksi Bervariasi (multiple response), Pada individu  diawali proses trial dan error yang menunjukan adanya bermacam-macam respon sebelum memperoleh respon yang tepat dalam memecahkan masalah.
·     Hukum Sikap (Set/Attitude), Perilaku belajar seseorang tidak hanya ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja tetapi juga ditentukan keadaan yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, dan psikomotor.
·     Hukum Aktifitas Berat Sebelah (prepotency of element), Individu pada proses belajar memberikan respon pada stimulus tertentu saja sesuai dengan persepsinya terhadap keseluruhan situasi (responselektif).
·     Hukum Perpindahan Asosiasi (Associative Shifting), Proses peralihan dari situasi yang dikenal kesituasi yang belum dikenal dilakukan secara bertahap dengan cara menambahkan sedikit demi sedikit unsur baru dan membuang sedikit demi sedikit unsur lama.

Selain menambah hukum-hukum baru, dalam perjalanan penyampaian teorinya, Thorndike mengemukakan revisi Hukum Belajar antara lain :
·     HukumLatihanditinggalkankarenaditemukanpengulangansajatidakcukupuntukmemperkuathubungan stimulus respon, sebaliknya tanpa perulangan pun hubungan stimulus responb elum tentu diperlemah.
·     Hukumakibatdirevisiyaitubahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa.
·     Syarat utama terjadinya hubungan stimulus dan respon bukan kedekatan, tetapi adanya saling sesuai    antara stimulus dan respon.
·     Akibat suatu perbuatan dapat menular baik pada bidang lain maupun pada individu lain.


Littlre snake pin